Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 49 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nining Indroyono Soesilo
Jakarta: UKM Center FEUI, 2008
331.255 NIN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
William Cahyawan
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang layanan keuangan mikro yang dijalankan dengan pendekatan institutionalist dan dampaknya bagi pemberdayaan anggota. Lembaga Keuangan Mikro yang dipilih adalah Koperasi Mitra Dhuafa (Komida). Lokasi penelitian adalah cabang Cikalongkulon sebagai representasi terbaik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui wawancara, observasi, serta studi literatur dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa layanan yang dilakukan berupa proses atau tahapan kegiatan. Layanan yang diimplementasikan mulai mengarah pada bentuk layanan terintegrasi dengan pendekatan direktif. Kekuatan utama terletak pada kombinasi dari praktik layanan intermediasi finansial dan sosial. Dampak dari layanan yang dihasilkan adalah anggota tampak lebih berdaya dari aspek pengetahuan, ekonomi, visi masa depan, relasi antara anggota dan lembaga, serta keterlibatan dalam kegiatan Komida dan keluarga. Masalah yang terjadi utamanya adalah masalah ketergantungan, munculnya anggota bermasalah, relasi yang terjalin, serta belum optimalnya layanan edukasi kesehatan. Rekomendasi dari penelitian ini, staf dapat meningkatkan kontrol terkait kegiatan penilaian dan pengawasan sebagai bentuk manajemen risiko. Manajer dan asisten manajer cabang juga perlu melakukan kontrol terhadap kinerja staf di lapangan. Praktik keuangan mikro juga perlu didukung dengan layanan pengembangan usaha supaya anggota tidak mengalami ketergantungan terhadap layanan pinjaman. Terkait layanan edukasi kesehatan, penting bagi Komida untuk melakukan perbaikan sistem pelatihan, membangun motivasi dari kader, dan melakukan upaya agar masyarakat dapat menerima sosialisasi dan penyuluhan yang diberikan. Terakhir, penelitian ini menyarankan Komida untuk membuat pelatihan literasi finansial supaya anggota mampu secara bijak mengatur dan mengelola keuangan. ......This thesis discusses about microfinance services which carried out with an institutionalist approach and how it impacted on members empowerment. Mitra Dhuafa Cooperative (KOMIDA) is a microfinance institution that is selected by researcher. Furthermore, the cikalongkulon branch was chosen as the research location because it is the best representation of komida`s microfinance practices. This study was conducted using qualitative research methods which generate descriptive data. The methods of data collection were carried out through interviews, observation, literature and documentation studies. The result of this study indicates that the services carried out in the form of processes or stages of activites. The services implemented by the cikalongkulon branch began to become integrated services with directive approach. The main strength of the institution still lies in the combination of intermediation practices between financial and social services. Furthermore, the services provided by this institution have the impacts on their members. They become more empowered from the aspect of knowledge, economy, vision of the future, create positive relations between staff and members, and they are able to actively participate in activities and families. The problem that occurs are dependency, the emergence of troubled members, relations between members and certain staff, also the health education service is not yet optimal. Based on these findings, the research suggested that the staff need toimprove supervision and assessment as a form of risk management. Branch managers and assistant managers also need to control the performance of staff in the field. In addition, Microfinance practices also need to be supported with business development services, so the members are not dependence on loan services. Related to health education services, it is important for komida to improve the training system, build the motivation of members, and maximize efforts so as the community can receive the socialization and counseling provided. Lastly, this research suggested komida to make financial literacy training to improve the members ability to manage finances wisely.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T53018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agus Eko Nugroho
Abstrak :
This paper aims at reviewing empirical literature on the perfomance and issues associated with commercialisation of microfinance institutions (MFIs). The popular approach believes that commercial-based operation can lead to financial self-sustainability without reducing the role to assist the poor. Although the growth in financial intermediation is evident, many commercialised MFIs remain dependence on subsidy and fail to achieve a greater outreach. hence, this approach highly undermines the social mission of microfinance to reach the poorest of the poor.
Economics and Finance in Indonesia, 2006
EFIN-54-2-August2006-173
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dhayita Rukti Tanaya
Abstrak :
Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam mempersiapkan Usaha Kecil, Mikro, dan Menengah (UMKM) untuk bersaing di pasar global, sehingga diperlukan strategi pemberdayaan UMKM yang tepat dalam pengembangannya. Untuk itu, dalam penelitian ini, penulis melakukan evaluasi strategi pemberdayaan UMKM yang selama ini diterapkan oleh BRI Microfinance Center (BMC), sebuah lembaga riset independen di bawah BRI Group yang merupakan pelopor microfinance di Indonesia. Penelitian ini juga menganalisis potensi dan permasalahan yang dihadapi oleh BMC dalam melakukan pemberdayaan UMKM, serta memformulasikan strategi alternatif yang dapat menjadi rekomendasi bagi perbaikan strategi pemberdayaan UMKM ke depannya. Sebagai penelitian studi kasus dengan pendekatan deskriptif kualitatif, penulis melakukan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada narasumber terkait dari BMC dan kajian literatur pada dokumen-dokumen terkait, triangulasi, serta analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini akan menyajikan poin-poin penting dalam strategi pemberdayaan UMKM yang diterapkan oleh BMC, potensi dan permasalahan yang dihadapi, serta rekomendasi strategi bagi pengembangan di masa yang akan datang. Penelitian ini juga akan melengkapi penelitian-penelitian serupa terkait strategi pemberdayaan untuk meningkatkan daya saing UMKM di Indonesia.
ABSTRACT
As a developing country, Indonesia is facing many challenges in preparing the Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) to enter the global market, therefore, the right empowerment strategy is needed to develop the MSMEs. Hence, this paper presents research to evaluate the empowerment strategy of Indonesian MSMEs implemented by the BRI Microfinance Center (BMC), an independent research institution under BRI Group as the leader of microfinance in Indonesia. This research also analyse the potentials and problems faced by BMC in conducting their empowerment effort, and formulate alternative strategies as recommendation for future improvement. As a case study with descriptive qualitative approach, the data collections are done by in-depth interviews on BMC`s key people and literature studies on supporting documents, triangulation, and SWOT analysis. The result presented in this paper has important points to deeply understand the existing MSMEs empowerment strategy in Indonesia implemented by BMC, the potentials and problems they`re facing, and recommendation for strategy improvements. This paper will also complete similar researches regarding the studies on empowerment strategy to enhance the MSME`s competitiveness in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulthan Hafizh Suryana
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai pendekatan yang digunakan oleh Baitul Maal Wat Tamwil berdasarkan teori pendekatan lembaga keuangan mikro. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2023 dengan metode penelitian non reaktif (unobtrusive), yakni tinjauan pustaka. Pada tahun 2022, jumlah masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan adalah sebanyak 26,16 juta orang. Salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan pemberdayaan usaha-usaha yang dimiliki oleh masyarakat miskin atau usaha mikro. Lembaga keuangan mikro sebagai salah satu pihak yang memberikan bantuan kepada pengusaha mikro diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (Undang-Undang LKM). Lembaga keuangan mikro dapat tergolong sebagai organisasi pelayanan kemanusiaan, karena menjadikan manusia sebagai raw material yang akan diberdayakan melalui proses intervensi. Teori pendekatan lembaga keuangan mikro membagi tipe pendekatan menjadi dua, yaitu pendekatan minimalis dan pendekatan terintegrasi. Tipe pendekatan didasarkan oleh bentuk bantuan yang diberikan oleh lembaga keuangan mikro. Bantuan lembaga keuangan mikro menjadi empat bentuk, yaitu, intermediasi finansial, intermediasi sosial, layanan pengembangan usaha, dan layanan sosial. Suatu lembaga keuangan mikro dapat tergolong menggunakan pendekatan minimalis jika hanya memberikan intermediasi finansial dan sedikit dari intermediasi sosial. Sedangkan lembaga keuangan mikro yang tergolong menggunakan pendekatan terintegrasi adalah mereka yang memadukan beberapa bentuk bantuan yang tersedia. Hasil penelitian pada enam BMT di enam daerah mengungkapkan bahwa BMT menyediakan keempat bentuk bantuan lembaga keuangan mikro, walaupun terdapat beberapa perbedaan bentuk bantuan pada masing-masing BMT. Dengan demikian, beberapa BMT dapat digolongkan sebagai lembaga keuangan mikro dengan pendekatan terintegrasi. ......This study discusses the approach used by Baitul Maal Wat Tamwil based on the microfinance institution approach theory. This research carried out in 2023 using a non-reactive (unobtrusive) research method, a literature review. In 2022, there were 26.16 million people in Indonesia who are below the poverty line. Various ways are done to alleviate poverty in Indonesia. One of these ways is by empowering businesses owned by the poor or microenterprises. Microfinance institutions as one of the parties that provide assistance to micro-entrepreneurs are regulated in Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (Undang-Undang LKM). Microfinance institutions can be classified as humanitarian service organizations, because they make humans the raw material to be empowered through an intervention process. Theory of microfinance institutions approach divides the types of approaches into two, namely the minimalist approach and the integrated approach. The type of approach is based on the form of assistance provided by the microfinance institution. Microfinance institution assistance is divided into four forms, financial intermediation, social intermediation, business development services, and social services. A microfinance institution can be classified as using a minimalist approach if it only provides financial intermediation and bit of social intermediation. Meanwhile, microfinance institutions that are classified as using an integrated approach are those that combine various forms of assistance. The results of the studies of six BMTs in six cities reveal that BMTs provide all four forms of assistance to microfinance institutions, although there were several differences in the form of assistance to each BMT studied. Thus, several BMTs can be classified as a microfinance institution with an integrated approach.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi CORRY
Abstrak :
ABSTRAK
Karya akhir ini dilaksanakan dengan tujuan utama untuk mcngetahui bcsarnya risiko krcdit khususnya pada bisnis Mikro sektor usaha di Bank BRI. Perhitungan ini teramat sangat ,penting dilakukan mcngingat bahwa, pertama, Usaha Mikro adalah merupakan usaha yang paling banyak di Indonesia, namun para pengusaha mikro tidak mampu berhubungan dengan bank Kedua, adanya anggapan bahwa sektor usaha mikro berisiko tinggi karena pengusaha mikro tidak bankable dan tidak mampu menyediakan agunan, Ketiga, Bank BRI adalah bank umum yang paling banyak menyalurkan pembiayaan di sektor mikro dan komposisi kredit mikro adalah 30 % dari sduruh kredit Bank BRL Keempat, Adanya ketentuan Basel tcntang keharusan menghitung risiko kredit sebagai salah satu unsur dalam pcrhitungan CAR

Bank BRI telah memberikan pelilyanan Krcdit Mikro tanpa subsidi pemerintilh adalah sejak tahun 1984, Kredit Mikro Scktor Usaha Bank BRT diberikan kcpada nasabah pcrorangan yang merupakan pengusaha mikro, dengan maksimum Rp, 50,000.000,-. Rata-rata pinjaman untuk setiap debitur sampai akhir tahun 2003 adalah Rp. 4,36 juta. Sampai saat ini Bank BRI telah memberikan pinjaman kepada 32.728.335 debitur. Jumlah debitur yang masih memiliki pinjaman adalah sebesar 3 juta nasabah dengan total outstanding kredit mencapai Rp. 13.273 miliar.

Berdasarkan ketentuan pada Basel II, dalam perhitungan risiko kredit dapat menggunakan beberapa pendekatan, antara lain dengan standardized dan internal model. Pada penelitian ini, akan dilakukan pcrhitungan dengan menggunakan internal model dengan pendekatan Credit Risk. Credit Risk* adalah model yang tepat untuk mengukur risiko kredit dengan jumlah pinjaman yang kecil dan nasabah yang sangat banyak. Model Credit Risk* adalah merupakan model unconditional sehingga tidak memerlukan tambahan data makro dan merupakan default model. Risiko Kredit yang dihitung adalah berupa potensi kerugian yang dialami dari suatu portfolio kredit mikro sektor usaha. Credit Risk+ mengabaikan penyebab dari terjadinya default.

Penerapan Credit Risk dilakukan untuk menghitung risiko kredit mikro Bank BRI dengan batasan sebagai berikut. Pertama, Kredit Mikro yang diteliti adalah hanya pada sector usaha dengan data selama 3 tahun, yaitu dari Januari 2001 sampai dengan Desember 2003. Kedua, Kriteria Default diasumsikan sama dengan kolektibilitas macet sesuai ketentuan Bank Indonesia, karena Bank BRI belum mempunyai credit scoring. Ketiga, Bank BRI tidak mempunyai data agunan, karena agunan pada kredit mikro hanya sebagai aspek psikologis.

Dalam Model Credit Risk * digunakan dua tahapan, yaitu pertama mencari Frecuency of Default dan Severity of Losses. Kedua Distribution ofDefault Losses. Setelah mendapatkan Loss Distribution, akan dapat diketahui besarnya potensi kerugian berupa expected losses dan unexpected losses serta besamya economic capital untuk menutup kerugian yang terjadi.

Hasil simulasi perhitungan kredit mikro sektor usaha dengan menggunakan Credit Risk + dengan asumsi tingkat keyakinan 95 % dan probability of default dihitung dengan Poisson Model menunjukkan sebagai berikut.

Pertama, Perhitungan Probability of Default menunjukkan bahwa kredit mikro sector usaha yang memiliki kemungkinan untuk te1jadinya no default lebih besar dari kemungkinan terjadinya default pada tahun 2001 adalah kredit diatas Rp. 3 juta, pada tahun 2002 kredit diatas Rp. 5 juta dan pada tahun 2003 kredit diatas Rp. I 0 juta. Sedangkan untuk kredit diatas Rp. 10 juta sampai dengan Rp. 20 juta, walaupun memiliki kemungkinan tetjadinya no default lebih besar dibandingkan dengan kemungkinan default, namun kemungkinan default tersebut adalah lebih besar dibandingkan kemungkinan default kredit dibawah Rp. 2 juta

Kedua, Besarnya potensi kerugian kredit mikro sektor usaha yang diperoleh dari perkalian probability of default dengan loss given default adalah sebesar Rp. 57.247.955.748, pada tahun 2001, sebesar Rp. 158.886.611.142,- pada tahun 2002 dan menjadi sebesar Rp. 550.014.556.136,- pada tahun 2003. Potensi kerugian tersebut bila dibandingkan dengan outstanding kredit mikro sektor usaha adalah sebesar 1 ,08°/c, pad a tahun 2001, sebesar 2,86% pada tahun 2002 dan sebesar 7,69% pada tahun 2003.

Ketiga, Expected Loss sesuai perhitungan denganmodel Credit Risk dapat ditutup oleh cadangan yang dibentuk oleh bank, yaitu pada tahun 2001 sebesar Rp.l9.823.793.748,- jauh lebih kecil dari pembentukan PPAP sebesar Rp. 134.613.934.416,-, tahun 2002 expected loss sebesar Rp.52.793.866.260,- lebih kecil dari PPAP sebesar Rp. 187.314.166.50 I,-, tahun 2003 expected loss sebesar Rp 293.321.124.509,- sedikit lebih kecil dari PPAP sebesar Rp.300.371.973.033,-.

Keempat, Untuk menutup unexpected loss diambilkan dari modal. Dan besarnya economic capital yang harus disediakan meningkat setiap tahunnya, yaitu dari Rp. 37.424.162.038,- pada tahun 2001, menjadi Rp. 106.092.744.882,- pada tahun 2002 dan Rp. 256.693.431.672,- pada tahun 2003. Dengan mengetahui jumlah dan peningkatan Economic Capital dapat digunakan untuk melakukan analisa strategi untuk melakukan alokasi asset yang tepat dan paling menguntungkan.

Hasil backtesting pada tingkat keyakinan 95% tahun 2001 adalah kondisi aktual credit at risk atau jumlah kredit default pada kredit mikro sesuai dcngan prcdiksi. Namun pada tahun 2002, posisi aktual kredit sampai dengan Rp. 2 juta berada sedikit diatas prediksi, dan pada tahun 2003 posisi aktual yang melewati prediksi meningkat menjadi kredit sampai dengan Rp. 5 juta. Hal ini dapat terjadi karena antara lain, pertama adanya komposisi pertanian semakin besar hampir menyamai kredit untuk perdagangan. Sektor pertanian adalah sektor yang faktor kegagalannya sulit diprediksi karena faktor ekstern seperti kondisi alam dan Iingkungan sangat mempengaruhi. Kedua, adanya perubahan ketentuan kolektibilitas terhadap kredit mikro menyebabkan jumlah default menjadi meningkat. Ketiga, Underestimated pada estimasi dibandingkan dengan kondisi aktual dapat tetjadi karena adanya volatility default rates. Mean dapat berubah tergantung pada siklus bisnis. Namun mengingat sempitnya waktu dan data yang ada maka dampak pengaruh siklus bisnis tidak diteliti.

Penerapan Credit Risk* pada perhitungan risiko kredit mikro sektor usaha Bank BRI menunjukkan bahwa kerugian yang dialami relatif rendah dan masih dapat ditutup oleh cadangan yang dibentuk dan economic capital. Penyediaan modal minimum yang digunakan juga lebih rendah dibandingkan ketentuan Basel sebesar 8 %. Hal ini menunjukkan bahwa kredit mikro sektor usaha adalah merupakan sektor yang sangat potensial untuk dikembangkan karena risiko kredit rendah dan pasar masih terbuka luas.
2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopitasari
Abstrak :

Koperasi merupakan salah satu lembaga keuangan yang dapat memberikan pembiayaan bagi UMKM yang masih terkendala masalah modal. Namun sebaran koperasi masih belum merata dan citra koperasi di Indonesia masih kurang baik.  Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara kepadatan koperasi terhadap keputusan mengakses pembiayaan koperasi dengan data Susenas Maret 2018 dan sampel sebanyak 283.478 rumah tangga. Dengan mengidentifikasi hubungan tersebut, dapat diketahui apakah koperasi masih menjadi salah satu alternatif pilihan pembiayaan atau bukan. Berdasarkan hasil regresi multinomial logit menunjukkan bahwa kepadatan koperasi mempunyai hubungan terhadap keputusan rumah tangga mengakses pembiayaan di Koperasi. Semakin padat koperasi di suatu desa akan semakin besar peluang untuk mengakses koperasi. Selain itu aset yang dimiliki oleh rumah tangga memiliki hubungan terhadap keputusan untuk mengakses pembiayaan, sehingga rumah tangga yang memiliki aset memiliki peluang lebih besar untuk mengakses pembiayaan dibandingakan dengan rumah tangga yang tidak memiliki aset.


Cooperative is a financial institution capable of providing financing for MSMEs which are still constrained by capital problems. However, Cooperative are still not spread and distributed equally besides its negative image. The purpose of this study is to identify the relationship between the density of Cooperative and the decision to access Cooperative financing using the March 2019’s Susenas data and sample of 283.478 households. Whether koperasi is still an alternative financing option or not can be seen by identifying the relationship. Based on the results of the multinomial logit regression, the density of Koperasi is related to the decision of households to access Koperasi financing. Moreover, households asset ownership determines the decision to access financing. Therefore,households with assets have greater financial access value compared to non-asset households.

 

2019
T54748
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Aljihad
Abstrak :
Adanya ketimpanga antara indeks pembangunan manusia perempuan dan laki-laki dan juga amanat RPJMN mengenai kesetaraan gender perlu diperhatikan. Pemberdayaan perempuan melalui keuangan mikro sudah lama dijalankan dan memang merupakan sasaran utama bagi lembaga keuangan mikro yang menjalankannya. Dengan Banyaknya penelitian mengenai pemberdayaan perempuan, perlu adanya suatu analisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro. Penulisan ini menggunakan metode literatur review yang membahas mengenai lima lembaga keuangan mikro dari penelitian yang sudah ada, kemudian dianalisis mengenai bagaimana bentuk pemberdayaan perempuan yang dilakukan oleh lembaga keuangan tersebut dan bagaimana dampaknya bagi perempuan yang menerimanya. Tulisan ini menghasilkan sebuah temuan bahwa pemberdayaan yang dilakukan oleh keuangan mikro adalah intermediasi keuangan, intermediasi sosial, serta pelatihan pengembangan kapasitas. Model lembaga keuangan mikro yang menyediakan lengkap disebut sebagai pendekatan integratif, dampak dari adanya pemberdayaan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini antara lain terbukanya akses perempuan terhadap layanan keuangan, meningkatnya pendapatan dan usaha yang dijalankan, serta meningkatnya kapasitas diri dan sosial. Dengan layanan yang dilakukan oleh lembaga keuangan mikro ini, perempuan menjadi lebih berdaya setidaknya dalam level ekonomi seperti peningkatan pendapatan yang selaras dengan kemampuan untuk membeli, namun demikian pemberdayaan belum sampai pada level sosial politik yang lebih tinggi. Lembaga keuangan mikro ini merupakan batu loncatan bagi perempuan untuk dapat berdaya di level level yang lebih tinggi. ......The existence of disparities between the human development index of women and men and the mandate of the RPJMN regarding gender equality needs to be considered. Empowerment of women through microfinance has long been implemented and is indeed the main target for microfinance institutions that run it. With so many studies on women's empowerment, there needs to be an analysis of how the forms of empowerment are carried out by microfinance institutions. This writing uses a literature review method which discusses five microfinance institutions from existing research, then analyzes how the forms of women's empowerment are carried out by these financial institutions and how the impact on women who receive them. This paper produces a finding that the empowerment carried out by microfinance is financial intermediation, social intermediation, and capacity building training. The model of microfinance institutions that provides a complete set is referred to as an integrative approach, the impact of the empowerment carried out by these microfinance institutions include opening up women's access to financial services, increasing income and running businesses, as well as increasing self and social capacity. With the services provided by these microfinance institutions, women become more empowered at least at the economic level, such as an increase in income that is in line with the ability to buy, however empowerment has not yet reached a higher socio-political level. This microfinance institution is a steppingstone for women to be empowered at a higher level
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ajwani-Ramchandani, Raji
Abstrak :
Delving into the effects of microfinance in both rural and urban communities, this book will be of interest to researchers of women studies, microfinance, and development economics.
United Kingdom: Emerald, 2017
e20469513
eBooks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>