Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1107 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eriyanto
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Studi (LKiS), 2001
001.42 ERI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Carey, Stephen S.
California: Thomson Wadsworth, 2004
507.2 CAR b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Anwar
Jakarta: Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI). , 1996
617.550 597 MOC b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Washington: International Bank for Reconstruction & Development, 1979
371.3 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kotas, T. J. (Tadeus Josef)
London: Butterworth, 1985
621.402 1 KOT e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edeh Roletta Haroen
Abstrak :
The aim of the research were to describe how salivary flow rate and pH vary with time during use of chewing and gustatory stimulation. Fifty young adult subjects collected unstimulated saliva by spitting method, and then collected stimulated saliva by chewing paraffin wax, and a few drops of citric acid are usually placed on the subjects tongue. The mean of saliva flow rate that unstimulated: 0.50 cc/minute; stimulated saliva by chewing paraffin wax:1.57 cc/minute, and drops of citric acid stimulation showed that saliva flow rate: 2.98 cc/minute; and pH saliva that unstimulated 6.39; stimulated saliva by chewing paraffin wax 7.2; and stimulated saliva by citric acid: 7.55. Statistical paired t test showed that t lower than t table. The conclusion of the research showed that there were significant influences in the unstimulated salivary flow rates and pH with stimulated saliva elicited by chewing and gustatory stimulation.
[Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, Journal of Dentistry Indonesia], 2002
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Oki Priyadi
Abstrak :
Melalui peraturan pemerintah no 95 tahun 2018 mengenai SPBE, pemerintahan pusat maupun pemerintah daerah dituntut untuk mengembangkan sistem manajemen pengetahuan. Sayangnya pemerintah pusat maupun daerah masih kebingungan dalam pengembangan sistem ini. Hal ini juga terlihat dari hasil evaluasi tingkat kematangan manajemen pengetahuan rata-rata instansi berada pada tingkat 1 yang berarti bahwa manajemen pengetahuan belum atau telah diterapkan dengan kondisi tanpa perencanaan. Oleh karena itu pemerintah mengamanatkan setiap instansi untuk membuat pedoman dalam pengembangan sistem manajemen pengetahuan. Pedoman tersebut bisa diwujudkan dalam bentuk metodologi. Namun dari literatur yang berkembang belum ada metodologi pengembangan proyek sistem manajemen pengetahuan yang ditujukan khusus untuk mengelola pengetahuan pada sistem pemerintahan berbasis elektronik di Indonesia. Gap penelitian tersebut diharapkan dapat diisi dan dijelaskan dengan baik pada penelitian ini. Dengan menggunakan pendekatan method enginerring pada design science research, pertama-tama studi literatur dan wawancara dilakukan untuk menghasilkan fragmen proses serta prinsip-prinsip desain dalam pengembangan sistem manajemen pengetahuan dalam sistem pemerintahan berbasis elektronik di Indonesia. Selanjutnya dilakukan perakitan metodologi pengembangan sistem manajemen pengetahuan sesuai kaidah method engineering. Metodologi kemudian dievaluasi menggunakan penilaian ahli dengan pendekatan delphi method . Hasilnya terdapat 17 proses tahapan yang terbagi kedalam fase perencanaan, analisis, desain, implementasi, pemantauan dan evaluasi. Penilaian ahli juga mengindikasikan bahwa metodologi yang dibangun cukup valid, komprehensif dan mudah dimengerti. ......Government regulation No. 95 of 2018 regarding SPBE requires central and local governments to develop a knowledge management system. Nonetheless, central and many local governments are in a maze for developing such a system. This phenomenon is also reflected in the evaluation results of knowledge management maturity level, which is, on average, still at level 1. It indicates that knowledge management is not yet implemented using proper planning. Therefore, the government mandates that each agency creates a guideline for developing a knowledge management system. This guideline can be manifested in the form of methodology. No literature has discussed the methodology for developing a knowledge management system specific to managing knowledge in an electronic-based system in Indonesia. This gap in the literature is expected to be addressed and filled by this current study. Employing engineering method on design science research, this study first reviews the literature and conducts interviews to create process fragments and design principles for developing a knowledge management system in an electronic-based government system in Indonesia. Second, this study develops a methodology for developing a knowledge management system in line with the engineering method principles. Subsequently, the method is evaluated by experts employing the Delphi method approach. The results indicate 17 stage processes divided into several phases: planning, analysis, design, implementation, monitoring, and evaluation. The expert assessment also indicates that the developed methodology is valid, comprehensive, and easy to understand.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Tetty N.
Abstrak :
PT Telkom telah menerapkan system SDH (Synchronous Digital Hierarchy) dengan menggunakan serat optik sebagai media transmisinya. Adapun system SDH yang diaplikasikan telah menggunakan metode EEFO (Expansion and Extension Fiber Optic) dan Nothern Route Alcatel. Penggunaan kedua metode ini akan mempermudah PT Telkom dalam mengoperasikan layanan jaringan telekomunikasi dan keterbatasan akan kapasitas bandwidth yang digunakan. Tentunya kedua metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Berkaitan dengan hal tersebut maka dalam penulisan skripsi ini akan dilakukan suatu Analisa cara kerja kedua metode tersebut. Analisis yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan semua informasi baik dari perusahaan yang bersangkutan maupun melalui buku sebagai referensi teori. Metode yang dilakukan adalah studi kasus di PT Telkom. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan cara kerja kedua metode dan bagaimana penerapannya pada jaringan backbone di PT Telkom. Dari kedua metode yang digunakan oleh PT Telkom, northern route lebih baik dari segi kecepatan, kapasitas, dan penghubung jarak jauh dibandingkan dengan EEFO. PT Telkom dapat menerapkan kedua sistem tersebut disesuaikan dengan kebutuhan jangka panjang baik dari segi teknis maupun ekonomi. ......PT Telkom have applied system SDH ( Synchronous Digital Hierarchy) by using optical fibre as transmission media. SDH system applies two method which are used EEFO method ( Expansion And Extension Fiber Optik) and Nothern Route Alcatel. Both of this method will be easy to be used by PT Telkom in operating service of telecommunications network and to overcome the limitation of capacities which is used. Both of this method have advantage and disadvantage which will be discussed in this paper. Analysis is taken by collecting information from PT Telkom (case study) and also through various literatures. Data-Processing is done by comparing both of the method and how its implemented at the backbone network in PT Telkom. From both of these method, northern route method have better speed, capacities, and link of long distance than EEFO method. PT Telkom can apply both of this method for their future usage.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40391
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dentith, Michael
Cambridge: Cambridge University Press, 2014
550 DEN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Gumelar Ekaputra
Abstrak :
Critical Path Method (CPM) adalah metode manajemen proyek yang digunakan untuk mengidentifikasi jalur kritis dalam suatu proyek. Jalur kritis adalah serangkaian tugas yang memiliki dampak langsung pada waktu penyelesaian keseluruhan proyek. CPM membantu manajer proyek dalam merencanakan, mengendalikan, dan mengawasi proyek dengan mengidentifikasi tugas-tugas yang paling kritis dan memperkirakan waktu penyelesaiannya. Metode ini melibatkan pembuatan diagram jaringan yang menggambarkan urutan tugas dan ketergantungan antartugas dalam proyek. Setiap tugas diberi estimasi waktu penyelesaian yang meliputi waktu paling awal dan paling lambat. Dengan menggunakan teknik perhitungan, CPM dapat menentukan jalur kritis, yaitu serangkaian tugas yang memiliki waktu penyelesaian terpanjang dan tidak boleh mengalami keterlambatan tanpa mempengaruhi waktu penyelesaian proyek. Dengan mengetahui jalur kritis, manajer proyek dapat fokus pada tugas-tugas yang paling penting dan mengatur prioritasnya. Mereka juga dapat mengidentifikasi tugas-tugas yang dapat dipercepat dengan mengalokasikan sumber daya tambahan atau mengubah urutan tugas. Hal ini memungkinkan manajer proyek untuk mengoptimalkan waktu penyelesaian proyek dan menghindari keterlambatan yang tidak diinginkan. Dalam kesimpulannya, Critical Path Method adalah metode yang efektif untuk merencanakan dan mengendalikan proyek. Dengan mengidentifikasi jalur kritis, manajer proyek dapat mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan penyelesaian proyek tepat waktu. CPM memberikan pemahaman yang lebih baik tentang waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, memungkinkan manajer untuk membuat keputusan yang efisien dan efektif dalam mengelola proyek ......The Critical Path Method (CPM) is a project management method used to identify the critical path in a project. The critical path is a series of tasks that have a direct impact on the completion time of the entire project. CPM assists project managers in planning, controlling and monitoring projects by identifying the most critical tasks and estimating their completion time. This method involves creating a network diagram that depicts the sequence of tasks and dependencies between tasks in a project. Each task is given an estimated completion time which includes the earliest and the latest time. By using calculation techniques, CPM can determine the critical path, namely the series of tasks that have the longest completion time and must not experience delays without affecting the project completion time. By knowing the critical path, the project manager can focus on the most important tasks and set their priorities. They can also identify tasks that can be expedited by allocating additional resources or changing the order of tasks. This allows project managers to optimize project turnaround times and avoid unwanted delays. In conclusion, the Critical Path Method is an effective method for planning and controlling projects. By identifying the critical path, the project manager can take the necessary actions to ensure the timely completion of the project. CPM provides a better understanding of the overall project turnaround time, enabling managers to make efficient and effective decisions in managing projects
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>