Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Paserang, Asri Pirade
"Jatropha is one of the many biodiesel plants developed in tropical countries. Efforts to increase its productivity can be done using various methods of breeding. One of the breeding methods is the introduction of genes into the Jatropha plant. The aim of this study is to assess the success of genetic transformation using the Inhibitor of Meristem Activity (IMA) gene in Jatropha curcas. The research procedures included inoculation of explants with Agrobacterium tumefaciens, callus induction, screening test of selection media, regeneration, and gene expression analysis using Polymerase Chain Reaction (PCR). IMA is one of the genes that controls flowering genes and ovule development. It was first isolated from tomato plants and has been successfully overexpressed in these plants using the Cauliflower Mosaic Virus (CaMV) 35S promoter. In this experiment, plant transformation was performed on J. curcas as the target. Explant callus formation in both the control and treated samples was good, but shoot formation decreased dramatically in the treated explants. PCR analysis indicated that IMA genes can be inserted into J. curcas with the size of the IMA gene is 500 bp.

Transformasi Gen Inhibitor of Meristem Activity ke Tanaman Jatropha curcas L. Jarak Pagar merupakan salah satu tanaman penghasil biodiesel yang banyak dikembangkan di beberapa negara tropis. Usaha peningkatan produktivitasnya terus ditingkatkan dengan berbagai metode pemuliaan. Salah satu metode pemuliaan tersebut adalah dengan menyisipkan gen-gen yang unggul ke tanaman Jarak Pagar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan transformasi genetik yang menggunakan gen IMA (Inhibitory Meristem Activity) ke dalam tanaman Jatropha curcas L. Tahapan penelitian meliputi inokulasi eksplan dengan Agrobacterium tumefaciens, induksi kalus, seleksi, regenerasi, dan analisis ekspresi gen IMA dengan metode Polymerase Chain Reaction (PCR). Gen IMA merupakan salah satu gen yang dapat mengontrol pembungaan dan perkembangan ovul. Gen ini diisolasi pertama kali dari tanaman tomat dan peningkatan ekspresi telah berhasil dilakukan pada tanaman tomat itu sendiri menggunakan promoter 35S Cauliflower Mosaic Virus (CaMV). Pada percobaan ini dilakukan transformasi gen ke dalam tanaman target J. curcas. Pembentukan kalus pada menunjukkan hasil yang baik eksplan kontrol dan eksplan yang mengalami perlakuan, tetapi pada eksplan perlakuan hasil sangat menurun pada tahap pembentukan tunas. Analisis dengan PCR mengindikasikan bahwa gen IMA dapat disisipkan ke J. curcas dengan ukuran gen IMA sebesar 500 bp."
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Plant Biology Graduate Program, Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawati Purwijantiningsih
"Meristem apikal kecambah sengon laut, Paraserianthes faloataria (L.) Nielson yang berumur 7 hari ditanam pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan pemberian variasi konsentrasi NAA 0; 0,5; 1 ppm dan BAP 0; 2; 4; 8 ppm. Pengamatan secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan pada minggu ke-6 setelah penanaman. Pengamatan kualitatif meliputi pertumbuhan tunas, kalus, dan akar. Pengamatan kuantiatif meliputi tinggi tunas,, jumlah nodus/tunas, berat basah dan berat kering eksplan. Penanaman meristem apikal sengon laut tersebut dapat membentuk tunas, kalus, maupun akar. Uji Analisis Variansi 2 faktor pada a = 0,01 menunjukkan pemberian NAA dan BAP berpengaruh terhadap tinggi tunas dan jumlah nodus/tunas. Tunas tertinggi yaitu 40,68 mm terdapat pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm. Jumlah nodus/tunas terbanyak terdapat pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm yaitu 6,00 buah. Uji Tukey pada a - 0,01 menunjukkan terdapat beda nyata tinggi tunas antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm dengan: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 6 ppm; NAA 1 ppm dan BAP 0 ppm. Beda nyata juga terdapat antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm dengan NAA 1 ppm dan BAP 0 ppm. Perbedaan nyata jumlah nodus/tunas terdapat antara interaksi pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm . terhadap: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 1 ppm dan BAP 2 ppm. Beda nyata juga terdapat antara pemberian konsentrasi NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm terhadap: kontrol; NAA 0 ppm dan BAP 4 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm; NAA 0,5 ppm dan BAP 6 ppm; serta NAA 1 ppm dan BAP 2 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0 ppm dan BAP 2 ppm terhadap 0,5 ppm dan BAP 0 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0,5 ppm dan BAP 0 ppm terhadap NAA 0,5 ppm dan BAP 2 ppm serta NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm, antara pemberian konsentrasi NAA 0,5 ppm dan BAP 4 ppm"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusniar Yusuf
"ABSTRAK
Eksplan yang berasal dari apikal kecambah Paraserianthes falcataria yang berusia 7 hari ditanam pada medium Murashige & Skoog (1962) modifikasi dengan konsentrasi NAA 0; 0.5; 1 ppm dan BAP 0; 2; 4; 6 ppm. Pengamatan kualitatif meliputi pertumbuhan tunas, kalus, dan akar, sedangkan pengamatan kuantitatif meliputi tinggi tunas, jumlah nodus/tunas, berat basah dan berat kering eksplan. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penanaman meristem apikal pada medium Murashige & Skoog {1962) modifikasi dapat membentuk tunas, kalus, maupun akar. Pada semua perlakuan uji Analisis Variansi 2 faktor pada α = 0.01 dan uji Turkey menunjukan pemberian NAA dan BAP berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah nodus/tunas. Tunas tertinggi terjadi pada pemberian NAA 1 ppm dan BAP 4 ppm, sedangkan jumlah nodus/tunas terbanyak terjadi pada perlakuan NAA 1 ppm dan BAP 6 ppm."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Otih Rostiana
"This study was performed to evaluate the development of somatic embryo from embryogenic calli of ginger meristem culture. Completely randomized design was applied, replicated 4 times. Embryogenic calli from meristem tissue of inner shoot bud of rhizome obtained on MS medium containing 100 mg/L glutamine, 2% sucrose with the addition of 1.0 mg/L 2,4-D and 3.0 mg/L BA, were subjected to proliferation medium, MS and N basal media containing 3% mannitol. Then, transferred into somatic embryo maturation medium, either MS or N basal media supplemented with 6% sucrose. The number of somatic embryos-formed significantly affected by the proliferation medium applied. The highest number of somatic embryos (about 82.0 per 1 g friable calli) was achieved on the MS medium, 4 weeks after incubation. In addition, the optimum growth of embryogenic calli containing somatic embryos was obtained on MS and N medium supplemented with 6% sucrose. There were significantly difference between the media applied (MS and N ) to somatic embryos maturation. The highest number of mature somatic embryos (57.2 embrios) was achieved on the MS medium, 18 days after incubation."
Bogor: Pusat Penelitian Biologi, 2007
BBIO 8:5 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library