Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mallarangeng, Andi Rizkha Fadillah
Abstrak :
Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia bekerjasama dengan PT. Telkom Indonesia. Tbk membangun dan menetapkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk menangani tracing dan tracking virus COVID-19 di Indonesia (Plate, 2020). Aplikasi PeduliLindungi dikembangakan dengan menggunakan metode pengembangan aplikasi Development and Operation (DevOps). Namun dalam pengembangannya terdapat beberapa permasalahan pada status pengembangan aplikasi PeduliLindungi dengan menggunakan metode pengembangan DevOps yakni sekitar 5% pengembangan aplikasi yang dikerjakan berpotensi untuk ditunda, 8% tertunda dan 2% telah dihentikan (Qiantori, 2022). Berdasarkan data tersebut diketahui dari 100% persentasi pengembangan aplikasi, sebanyak 15% pengembangan aplikasi PeduliLindungi megalami permasalahan dalam pengembangannya. Berdasarkan analisis peneliti mengenai kesenjangan antara ekspektasi dan realita maka persentasi kelancaran pengembangan aplikasi peduliLindungi menggunakan metode DevOps tidak memenuhi target. Dalam penelitian ini analisis fishbone dilakukan dengan memetakan akar permasalahan dalam tantangan adopsi DevOps terdapat akar permasalahan kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi. Menurut (Hamunen, 2016)kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi PeduliLindungi masuk pada Problems with adapting organizational processes to DevOps. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti mengkaji lebih lanjut akar permasalahannya yaitu belum pernah dilakukan pengukuran tingkat kematangan pengembangan aplikasi DevOps menggunakan Bucena DevOps Maturity Model dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kematangan. Penelitian ini berjenis applied research serta metode analisis data yang digunakan adalah mixed-methods. Berdasarkan penelitian menggunakan Bucena DevOps Maturity Model tingkat kematangan metode pengembangan aplikasi PeduliLindungi yakni dengan menggunakan metode DevOps adalah 3,49 Defined, dan terdapat 6 faktor yang diberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan  DevOps. Rekomendasi perbaikan telah melewati  proses validasi oleh Head of Technology pengembangan aplikasi PeduliLindungi. dengan adanya penelitian ini tim mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi termasuk mengenai  faktor-faktor pada dimensi yang mempengaruhi nilai Maturity rendah serta rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi serta penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya penelitian terdahulu terkait DevOps Maturity Level termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi Maturity Level. ......The Indonesian Ministry of Communication and Information in collaboration with PT. Telkom Indonesia. Tbk builds and establishes the use of the PeduliLindungi application to handle tracing and tracking the COVID-19 virus in Indonesia (Plate, 2020). The PeduliLindungi application was developed using the Development and Operations (DevOps) application development method. However, in its development there are several problems with the development status of the PeduliLindungi application using the DevOps development method, namely about 5% of application development that is being carried out has the potential to be delayed, 8% is delayed and 2% has been discontinued (Qiantori, 2022). Based on this data, it is known that from 100% percentage of application development, as much as 15% of PeduliLindungi application development has problems in its development. Based on the researcher's analysis of the gap between expectations and reality, the percentage of smooth development of the CareLindung application using the DevOps method did not meet the target. In this study, fishbone analysis was carried out by mapping the root causes in the challenge of DevOps adoption, there are root causes of the lack of maturity of the application of the DevOps method in application development. According to (Hamunen, 2016) the immaturity of the application of the DevOps method in the development of the PeduliLindung application is included in Problems with adapting organizational processes to DevOps. To answer these problems, the researchers further examined the root of the problem, namely that the maturity level of DevOps application development has never been measured using the Bucena DevOps Maturity Model and provided recommendations for improvements to increase maturity. This research is applied research type and the data analysis method used is mixed-methods. Based on research using the Bucena DevOps Maturity Model, the maturity level of the PeduliLindungi application development method using the DevOps method is 3.49 Defined, and there are 6 factors that are recommended for improvement to increase the DevOps maturity level. The recommendation for improvement has passed the validation process by the Head of Technology for PeduliLindungi application development. With this research, the team gets an overview of the maturity level of DevOps at Cares for Protect including the factors on the dimensions that affect the low Maturity value as well as recommendations for improvement to increase the maturity level of DevOps at PeduliLindungi and this research provides an academic contribution by enriching previous research related to DevOps Maturity Level including Factors Affecting Maturity Level.
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mallarangeng, Andi Rizkha Fadillah
Abstrak :
Kementrian Komunikasi dan Informatika Indonesia bekerjasama dengan PT. Telkom Indonesia. Tbk membangun dan menetapkan penggunaan aplikasi PeduliLindungi untuk menangani tracing dan tracking virus COVID-19 di Indonesia (Plate, 2020). Aplikasi PeduliLindungi dikembangakan dengan menggunakan metode pengembangan aplikasi Development and Operation (DevOps). Namun dalam pengembangannya terdapat beberapa permasalahan pada status pengembangan aplikasi PeduliLindungi dengan menggunakan metode pengembangan DevOps yakni sekitar 5% pengembangan aplikasi yang dikerjakan berpotensi untuk ditunda, 8% tertunda dan 2% telah dihentikan (Qiantori, 2022). Berdasarkan data tersebut diketahui dari 100% persentasi pengembangan aplikasi, sebanyak 15% pengembangan aplikasi PeduliLindungi megalami permasalahan dalam pengembangannya. Berdasarkan analisis peneliti mengenai kesenjangan antara ekspektasi dan realita maka persentasi kelancaran pengembangan aplikasi peduliLindungi menggunakan metode DevOps tidak memenuhi target. Dalam penelitian ini analisis fishbone dilakukan dengan memetakan akar permasalahan dalam tantangan adopsi DevOps terdapat akar permasalahan kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi. Menurut (Hamunen, 2016)kurang matangnya penerapan metode DevOps pada pengembangan aplikasi PeduliLindungi masuk pada Problems with adapting organizational processes to DevOps. Untuk menjawab permasalahan tersebut maka peneliti mengkaji lebih lanjut akar permasalahannya yaitu belum pernah dilakukan pengukuran tingkat kematangan pengembangan aplikasi DevOps menggunakan Bucena DevOps Maturity Model dan memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kematangan. Penelitian ini berjenis applied research serta metode analisis data yang digunakan adalah mixed-methods. Berdasarkan penelitian menggunakan Bucena DevOps Maturity Model tingkat kematangan metode pengembangan aplikasi PeduliLindungi yakni dengan menggunakan metode DevOps adalah 3,49 Defined, dan terdapat 6 faktor yang diberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps. Rekomendasi perbaikan telah melewati proses validasi oleh Head of Technology pengembangan aplikasi PeduliLindungi. dengan adanya penelitian ini tim mendapatkan gambaran mengenai tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi termasuk mengenai faktor-faktor pada dimensi yang mempengaruhi nilai Maturity rendah serta rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan tingkat kematangan DevOps pada PeduliLindungi serta penelitian ini memberikan kontribusi akademis dengan memperkaya penelitian terdahulu terkait DevOps Maturity Level termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi Maturity Level. ......The Indonesian Ministry of Communication and Information in collaboration with PT. Telkom Indonesia. Tbk builds and establishes the use of the PeduliLindungi application to handle tracing and tracking the COVID-19 virus in Indonesia (Plate, 2020). The PeduliLindungi application was developed using the Development and Operations (DevOps) application development method. However, in its development there are several problems with the development status of the PeduliLindungi application using the DevOps development method, namely about 5% of application development that is being carried out has the potential to be delayed, 8% is delayed and 2% has been discontinued (Qiantori, 2022). Based on this data, it is known that from 100% percentage of application development, as much as 15% of PeduliLindungi application development has problems in its development. Based on the researcher's analysis of the gap between expectations and reality, the percentage of smooth development of the CareLindung application using the DevOps method did not meet the target. In this study, fishbone analysis was carried out by mapping the root causes in the challenge of DevOps adoption, there are root causes of the lack of maturity of the application of the DevOps method in application development. According to (Hamunen, 2016) the immaturity of the application of the DevOps method in the development of the PeduliLindung application is included in Problems with adapting organizational processes to DevOps. To answer these problems, the researchers further examined the root of the problem, namely that the maturity level of DevOps application development has never been measured using the Bucena DevOps Maturity Model and provided recommendations for improvements to increase maturity. This research is applied research type and the data analysis method used is mixed-methods. Based on research using the Bucena DevOps Maturity Model, the maturity level of the PeduliLindungi application development method using the DevOps method is 3.49 Defined, and there are 6 factors that are recommended for improvement to increase the DevOps maturity level. The recommendation for improvement has passed the validation process by the Head of Technology for PeduliLindungi application development. With this research, the team gets an overview of the maturity level of DevOps at Cares for Protect including the factors on the dimensions that affect the low Maturity value as well as recommendations for improvement to increase the maturity level of DevOps at PeduliLindungi and this research provides an academic contribution by enriching previous research related to DevOps Maturity Level including Factors Affecting Maturity Level.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Dian Kadarsih
Abstrak :
Perusahaan tidak dapat berkompetisi jika strategi bisnis dan TI nya tidak selaras. Oleh karena itu keselarasan strategis menjadi perhatian penting bagi para eksekutif bisnis. Keselarasan ditujukan dalam mencapai keharmonisan antara bisnis dengan TI dan sebaliknya. PT. Nusantara Card Semesta (NCS), sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa pengiriman barang/dokumen menjadikan infrastruktur TI menjadi sebuah alat dalam berkompetisi. Dengan didirikannya infrastruktur TI ini diharapkan proses bisnis yang selama ini berjalan akan jauh lebih baik dan dapat memenuhi tujuan bisnis perusahaan. Namun kontribusi TI dirasakan kurang optimal dalam membantu mewujudkan tujuan bisnis perusahaan. Kolaborasi yang harmonis dari sisi bisnis dan TI masih belum mendukung satu sama lainnya. Penelitian ini membahas pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kematangan keselarasan strategis bisnis dan TI. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode pengukuran kematangan penyelarasan strategis Luftman. Penelitian ini akan mengukur tingkat kematangan penyelarasan strategis pada PT. NCS untuk mengetahui posisi keselarasan, cara meningkatkan keselarasan yang akan memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Firms cannot compete if their businesses and information technology strategies are not aligned. Therefore achieving strategic alignment has become an essential thing for business executives. Alignment addressed to achieve harmony between business and IT strategies. PT. Nusantara Card Semesta (NCS) as a delivery service company assign their IT infrastructures as a competitive weapon. Using the IT infrastructures, the business process is expected to be improved and the business goals can be reached. On the other hand, the IT contribution is not optimal enough in achieving the business goals because there is no collaboration between business and IT. This research introduces an approach that can be used to assess strategic alignment maturity between business and IT. The method used to measure maturity in this research is Luftman model. The goal of this research is to assess the maturity of the business-IT alignment in PT. NCS. Knowing the maturity of it is strategic choices and alignment practices make it possible for the firm to see where it stands and how it can improve.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2007
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardy Setyadji
Abstrak :
ABSTRACT
Tesis ini membahas tentang tingkat maturity proses internal audit pada PT X. Tingkat maturity proses internal audit dinilai berdasarkan quality assurance dan improvement programs; perekrutan, pelatihan dan pengembangan internal auditor; penilaian risiko dan perencanaan audit tahunan; metodologi yang digunakan oleh internal auditor; penggunaan teknologi informasi; serta proses pelaporan dan pemantauan. Penilaian tingkat maturity proses internal audit berguna untuk mengidentifikasi perbedaan yang terjadi antara penerapan proses internal audit di perusahaan, dengan best practices. Perbedaan tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi tindakan perbaikan yang akan dilakukan dalam area tertentu di masa depan. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa tingkat maturity proses internal audit pada PT X tahun 2013 masih berada di tingkat yang paling rendah. Divisi internal audit PT X harus melakukan tindakan perbaikan dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka mencapai tingkat maturity berikutnya dan memberikan nilai tambah.
ABSTRACT
This thesis discusses the internal audit process maturity at PT X. Assessment of internal audit process maturity is useful to identify the differences that occur between the application of the internal audit process in the company, with the best practices. Such differences can be used to identify the corrective actions to be performed in a certain area in the future. The results of this study concluded that the internal audit process maturity at PT X in 2013 still at the lowest level. Internal audit division of PT X must do the corrective action in a certain time, in order to achieve the next level of maturity and provide added value.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T55452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henky Suskito Nugroho
Abstrak :
ABSTRAK Dengan semakin meningkatnya kompleksitas permintaan pasar terhadap produk manufaktur, maka usaha serta upaya industri untuk memenuhi permintaan pasar senantiasa menjadi perhatian para peneliti di dunia. Khususnya bidang kompleksitas produk (product complexity) serta tingkat kematangan industri (industrial maturity level), saat ini kajian kedua bidang tersebut dilakukan secara parsial. Kajian pada bidang kompleksitas produk mengarah pada keterkaitan antara tingkat kompleksitas produk, proses pembuatan, manajemen operasi dan sistem manufaktur. Sedangkan kajian oleh industri berupaya mendapatkan suatu model yang dapat digunakan sebagai best practice dalam menilai tingkat kematangan industri. Kajian disertasi ini untuk mendapatkan sebuah model penilaian serta pengukuran tingkat kematangan industri yang dapat diterapkan dalam konteks industri komponen otomotif khususnya aktivitas teknologi stamping berdasarkan kompleksitas produk pressed part. Guna memperoleh model tersebut, dilakukan analisa Structural Equation Modeling (SEM) terhadap pengaruh variabel kompleksitas produk dengan kematangan industri. Pengembangan model tingkat kematangan industri berdasarkan state of the art teknologi manufaktur, serta konsep kompleksitas produk manufaktur berdasarkan fitur dan spesifikasi dari produk. Model penilaian tingkat kematangan industri stamping telah di uji coba pada outer panel, inner panel serta supporting panel produk pressed part, serta dilakukan serangkaian uji verifikasi dan validasi kompleksitas produk terhadap tingkat kematangan industri dalam menghasilkan produk sesuai spesifikasi. Hasil uji menunjukkan model penilaian tingkat kematangan industri stamping berdasarkan kompleksitas produk pressed part dengan tingkat deviasi 6.32%. Dengan dihasilkan model penilaian kematangan industri stamping maka diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam menilai dan meningkatkan kemampuan industri komponen otomotif berbasis kompleksitas produk pressed part.
ABSTRACT With the increasing complexity of market demand for manufactured products, the efforts of industries to meet the market demand have always been the attention of researchers in the world. Nowadays particularly studies in the fields of product complexity and industrial maturity level are being conducted partially. The research studies in the fields of product complexity are focussed on the relationship between product complexity level, manufacturing process, operations management and the manufacturing system. Meanwhile, the studies were carried out by industry to obtain a model which can be used as the best practice in assessing industrial maturity level. This research is to obtain an assessment model as well as measurement which can be applied in the automotive component manufacturing industry, especially in stamping technology activities based on product complexity of pressed parts. In order to obtain such model, Structural Equation Modeling (SEM) analysis on the relationship between product complexity variables and industrial maturity has been performed. Industrial maturity model was developed based on state of the art of manufacturing technology, and manufacturing product complexity based on feature and specification of the product. For stamping industry maturity level model, a calculation trial on samples of outer panel, inner panel and supporting panel of pressed part products was performed. A series of verification and validation tests on the product complexity as well as expert perception tests on industrial maturity in producing products with the required specification were conducted. Results of the verification and comparison tests show that the industrial maturity level assessment model of stamping industry based on product complexity level of the pressed parts yields deviation rate of 6.32%. In conclusions, the industrial maturity level model for stamping industry is expected to be used as a reference in assessing industrial capability based on product complexity of pressed parts. Industrial maturity.
2016
D2166
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pangeran Haridez Abdullah Fauzan
Abstrak :
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan melaksanakan penilaian tingkat kematangan penerapan supply chain konstruksi pada PT.X yang merupakan perusahaan bidang EPC. Alat penilaian yang digunakan dalam penilaian ini adalah Supply Chain Maturity Assessment Test (SCMAT) yaitu alat penilaian yang telah secara umum digunakan pada sektor industri untuk melaksanakan penilaian kematangan supply chain dan untuk penelitian ini dilaksanakan penyesuaian untuk penerapannya pada sektor konstruksi. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh PT.X untuk merumuskan strategi yang berkaitan dengan pengembangan supply chain.
ABSTRACT This research have purpose to perform maturity level assesment of construction supply chain at PT.X that an EPC company. Tool that use in this assesment is adaptation of Supply Chain Maturity Assessment Test (SCMAT) in construction sector. Output of this research can be input for PT.X to formulate supply chain?s strategy.
2012
S43283
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatius Risetiyawan Dimas Sutejo
Abstrak :
Di era modern saat ini, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa penggunaan Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi kebutuhan strategis dalam meningkatkan keunggulan bersaing perusahaan. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, pada akhir tahun 2014 divisi TI FIF telah melakukan assessment IT Governance menggunakan COBIT 5 ? Process Assessment Model (PAM). Hasil assessment tersebut menunjukan terjadi beberapa masalah di dalam penerapan manajemen proyek TI di FIF. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kematangan manajemen proyek di FIF dan memberikan rekomendasi kepada divisi TI FIF terkait kebutuhan yang harus dipenuhi untuk mencapai tingkat kematangan manajemen proyek yang diharapkan sesuai dengan target IT Governance. Model kematangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Project Management Maturity Model (PMMM) yang dikembangkan oleh PM Solutions yang disesuaikan dengan Project Management Body of Knowledge (PMBoK) dari Project Management Insititute (PMI) yang kemudian akan dipetakan ke dalam COBIT 5. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa tingkat kematangan manajemen proyek di divisi TI FIF saat ini masih berada pada level 2. Hal ini menjadi kesenjangan di mana target organisasi berada pada level 3. Terdapat 39 proses manajemen proyek yang ditargetkan FIF, namun 24 proses tidak mencapai target kematangan. Penelitian ini juga memberikan rekomendasi perbaikan terhadap penerapan manajemen proyek di FIF berdasarkan 24 proses tersebut, yang kemudian dikelompokan ke dalam empat aspek, yaitu: aspek teknologi, aspek kebijakan, aspek work product, dan aspek sumber daya manusia, dengan tujuan mendukung pencapaian target IT Governance organisasi.
Currently, it can?t be denied that the use of Information Technology (IT) has become a strategic necessity in improving the company's competitive advantage. Regarding to fulfill this need, in the end of 2014, FIF IT division has conducted an assessment of IT Governance using COBIT 5 - Process Assessment Model (PAM). The assessment results indicated there was some problem about the implementation of IT project management at FIF. This study was conducted to determine the level of IT project management maturity at FIF and provide recommendations to FIF IT division related anything of needs that shall be provided in order to achieve project management maturity level expectation. The Maturity model of study is Project Management Maturity Model (PMMM) developed by PM Solutions which is tailored with Project Management Body of Knowledge (PMBOK) from the Project Management Institute (PMI) then mapped to COBIT 5. The results of this research showed that the maturity level of project management implementation at FIF IT division still at level 2. This has become a gap since the target organization are at level 3. There are 39 project management processes that are targeted by FIF, but 24 process does not reach the maturity target. This research also gives recommendations for improvement of the implementation of project management in FIF, in which grouped into four aspects, namely: technology aspects, policy aspects, work product aspects , and human resources aspects. This recommendations are expected to increase the maturity level of project management implementation in FIF as expected by organization.
2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Arifiyanto
Abstrak :
ABSTRAK
PT. XYZ adalah perusahaan di bidang Information Technology. Pada tahun 2015, PT. XYZ mulai beralih dari metode waterfall ke metode agile scrum, harapannya project dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Namun proses pengembangan yang menggunakan metode scrum tersebut belum sesuai dengan harapan karena seringnya keterlambatan proses deliver program kepada pelanggan. Berdasarkan masalah tersebut, maka dibutuhkan cara untuk meningkatkan proses pengembangan perangkat lunak. Peningkatan proses pengembangan perangkat lunak diawali dengan mengukur tingkat kematangan proses pengembangan perangkat lunak, lalu menyusun saran untuk meningkatkan proses pengembangan perangkat lunak. Penelitian ini menggunakan Scrum Maturity Model untuk mengukur tingkat kematangan dan menggunakan model Lewin rsquo;s Force Field Analysis untuk menyusun saran perbaikan proses pengembangan perangkat lunak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. XYZ masih berada pada tingkat 1 dalam penerapan metode scrum untuk proses pengembangan perangkat lunak. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan yaitu penggunaan TFS untuk memudahkan pelaksanaan praktik scrum seperti membuat product backlog dan release burndown chart, penggunaan video call dan Microsoft Azure untuk mendapatkan masukan dari stakeholder, serta melakukan outsource agar tidak mengganggu anggota tim proyek.
ABSTRACT
PT. XYZ is an Information Technology company. In 2015, PT. XYZ began to move from the waterfall method to agile scrum method, hoping the project can be completed more quickly and in accordance with customer needs. However, the development process using Scrum method has not been in accordance with expectations because of frequent delays in the delivery process to customers. Based on the problem, it takes a way to improve software development process. To Improved software development process begins with measuring the maturity level of the software development process, and then develops suggestions to improve the software development process. This study uses Scrum Maturity Model to measure the maturity level and use Lewin 39 s Force Field Analysis model to develop suggestions for software development process improvement. The results show that the PT. XYZ is still at level 1 in the application of Scrum method for software development process. Some recommendations are the use of TFS to facilitate the implementation of scrum practices such as creating product backlog and release burndown chart, using video calls and Microsoft Azure to get input from stakeholders, and outsource so as not to disturb the project team members.
2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ajie Tri Hutama
Abstrak :
Meningkatnya kebutuhan untuk pengambilan keputusan bisnis yang efektif dan tepat waktu pada pasar yang kompetitif telah mendorong perusahaan untuk mengadopsi sistem Business Intelligence (BI). Keberhasilan adopsi teknologi BI memungkinkan organisasi memiliki efektivitas bisnis dan investasi Teknologi Informasi (TI) yang lebih baik. Pada organisasi yang baru mengadopsi teknologi BI, proyek implementasi sistem BI seringkali mengalami kegagalan. Pada organisasi yang telah mengimplementasikan sistem BI, seringkali juga gagal dalam mendapatkan manfaat penuh dari sistem BI. Pengukuran tingkat kematangan adalah suatu metode yang populer untuk mengukur sebuah organisasi melalui perspektif proses, sumber daya manusia, dan data dalam penerapan suatu sistem tertentu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana sistem BI diterapkan di sebuah perusahaan otomotif Indonesia melalui kacamata kematangan organisasi dan faktor mana yang perlu ditingkatkan. Dalam hal ini, model kematangan Business Intelligence (biMM) yang dikembangkan oleh Dinter diadopsi untuk menetapkan tingkat kematangan BI di sebuah perusahaan otomotif Indonesia. Studi ini pada akhirnya menjawab tingkat kematangan implementasi sistem BI di sebuah perusahaan otomotif di Indonesia dan faktor-faktor yang perlu ditingkatkan beserta rekomendasi terhadap hal tersebut. ......The increasing need for effective and timely business decision making in a competitive market has driven companies to adopt Business Intelligence (BI) systems. Successful adoption of BI technology enables organizations to have better business effectiveness and Information Technology (IT) investments. In organizations that have just adopted BI technology, BI system implementation projects often fail. In organizations that have implemented BI systems, they often fail to get the full benefits of BI systems. Maturity level measurement is a popular method for measuring an organization through the perspective of processes, human resources, and data in the implementation of a particular system. The purpose of this study is to measure the extent to which the BI system is implemented in an Indonesian automotive company through the lens of organizational maturity and which factors need to be improved. In this case, the Business Intelligence (biMM) maturity model developed by Dinter is adopted to determine the maturity level of BI in an Indonesian automotive company. This study ultimately answers the maturity level of BI system implementation in an automotive company in Indonesia and the factors that need to be improved along with recommendations for this.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Nabilah Muhammad
Abstrak :
Perusahaan XYZ merupakan perusahaan tech-based yang berfokus pada pembangunan solusi digital. Dengan adanya kebutuhan akan produk digital Human Resource (HR) dan pengalaman serta resources yang dimiliki, perusahaan membangun aplikasi PX. PX melakukan otomatisasi proses HR yang mencakup dari awal seseorang berstatus kandidat hingga karyawan yang ingin mengundurkan diri dari perusahaan. Pada pengembangan PX, digunakan Scrum sebagai framework dalam mengembangkan perangkat lunak. Implementasi Scrum pada pengembangan PX ternyata terdapat kendala yang menyebabkan target Sprint Backlog tidak tercapai sehingga menghambat penyelesaian employee journey PX. Pada identifikasi masalah menunjukkan bahwa salah satu akar permasalahnnya adalah praktik Scrum belum berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini melakukan pengukuran kematangan Scrum pada pengembangan produk PX dengan menggunakan Scrum Maturity Model yang acuannya telah diperbarui dari Scrum Guide 2010 menjadi Scrum Guide 2020. Peneliti menggunakan wawancara, studi dokumen, observasi, dan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif diolah untuk menghasilkan tingkat kematangan Scrum dan data kualitatif digunakan sebagai data pendukung dalam memperkuat data kuantitatif. Hasil penelitian didapatkan bahwa Tim PX memperoleh tingkat kematangan satu (Initial). Setelah didapatkan hasil pengukuran, peneliti memberikan sasaran perbaikan untuk praktik wajib yang belum mendapatkan interpretasi Fully Achieved yaitu 15 praktik pada tingkat dua (Managed) dan 16 praktik pada tingkat tiga (Defined). Rekomendasi perbaikan disusun berdasarkan Scrum Guide 2020, SBoK v3, dan pendapat pakar Scrum eksternal. Hasil penelitian ini berupa dokumen rekomendasi perbaikan praktik yang telah divalidasi oleh praktisi Scrum di PX yaitu Product Owner. Dokumen ini dapat menjadi dasar perbaikan praktik Scrum pada Tim PX. ......XYZ Company is a tech-based company that focuses on building digital solutions. With the need for Human Resource (HR) digital products and the experience and resources they have, the company builds the PX application. PX automates HR processes, from candidates to employees who want to leave the company. In PX development, Scrum is used as a framework for developing software. The implementation of Scrum in PX development turned out to have obstacles that caused the Sprint Backlog target not to be achieved, thus hampering the completion of the PX employee journey. The problem identification shows that one of the root problems is that Scrum practices have not been implemented well. Therefore, this study measures Scrum maturity in PX product development using the Scrum Maturity Model, whose reference has been updated from Scrum Guide 2010 to Scrum Guide 2020. Researcher used interviews, document studies, observations, and questionnaires as research instruments. The study used qualitative and quantitative data. Quantitative data is processed to produce Scrum maturity level and qualitative data is used as supporting data in strengthening quantitative data. The results showed that the PX Team obtained a maturity level one (Initial). After obtaining the measurement results, the researcher provides improvement targets for required practices that have not received a Fully Achieved interpretation, namely 15 practices at level two (Managed) and 16 practices at level three (Defined). Recommendations for improvement are based on the Scrum Guide 2020, SBoK v3, and the opinions of external Scrum experts. The results of this study are in the form of a practice improvement recommendation document that Scrum practitioners have validated at PX, namely the Product Owner. This document can be the basis for improving Scrum practices for the PX Team.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>