Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diah Mardhotillah
"Skripsi ini membahas pembentukan Provinsi Banten pada 1963?2001. Perjuangan masyarakat Banten dalam mengubah status dari Karesidenan menjadi Provinsi berjalan sampai 47 tahun. Pembentukan Provinsi Banten dibagi menjadi tiga fase, yaitu inisiasi, integrasi, dan deklarasi. Masyarakat Banten melakukan berbagai upaya untuk memperjuangkan Banten menjadi sebuah provinsi, seperti dibentuk Panitia Pembentukan Propinsi Banten (PPPB), Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten (Pokja-PPB), Komite Pembentukan Provinsi Banten (KPPB), dan Sub Komite Pembentukan Provinsi Banten (SKPPB). Pembentukan Provinsi Banten ini mengalami berbagai tantangan terutama pada 1960-an, pembentukan Provinsi Banten dianggap didalangi oleh PKI. Banten resmi menjadi sebuah provinsi pada 4 Oktober tahun 2000 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukam Provinsi Banten.

The focus of this study discuses efforts to break away from the mains: establishment of Banten Province in 1963?2001. Banten people struggle in an attempt to change the status of residency became the Province run until 47 years. The formation of Banten Province is divided into three phases, namely initiation, integration, and declaration. Banten community made various efforts to fight Banten became a province, such as Panitia Pembentukan Provinsi Banten (PPPB), Kelompok Kerja Pembentukan Provinsi Banten (Pokja-PPPB), Komite Pembentukan Provinsi Banten (KPPPB), Badan Koordinasi Pembentukan Provinsi Banten (Bakor-PPPB), and Sub Komite Pembentukan Provinsi Banten (SKPPB). The formation of Banten Province, have difficult experince, especially in the 1960s, the establishment of Banten Province is considered masterminded by the PKI. Banten officially became a province on October 4, 2000 established by Decree Law No. 23 of 2000 on Pembentukan Banten."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S65523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifqi Rizal
"Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di Indonesia, termasuk di Provinsi Banten. Pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus berperan penting dalam menurunkan angka kejadian dan komplikasi penyakit ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Banten terhadap deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus serta hubungannya dengan karakteristik responden. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 100 responden yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling di Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ) versi bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi- Square. Hasil: hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden (57%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, dan hanya 43% yang memiliki pengetahuan baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat pengetahuan (p=0,024). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin (p=0,259), tempat tinggal (p=0,205), dan tingkat pendidikan (p=0,584). Kesimpulan: tingkat pengetahuan masyarakat Banten terhadap deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus masih perlu ditingkatkan, terutama pada kelompok usia lanjut. Edukasi kesehatan berbasis komunitas yang mempertimbangkan faktor usia direkomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.

Background: Diabetes mellitus is one of the most common non-communicable diseases, with increasing prevalence in indonesia, including Banten Province. Public knowledge about early detection and prevention plays a crucial role in reducing the incidence and complications of this disease. Objective: This study aims to describe the knowledge level of Banten residents regarding early detection and prevention of diabetes mellitus and its relationship with respondent characteristics. Methods: This study used a descriptive quantitative design with a cross-sectional approach. A total of 100 respondents were selected using cluster sampling in Tangerang City and Cilegon City. Data were collected using the Indonesian version of the Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ). Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Results: The results showed that 57% of respondents had a low level of knowledge, and only 43% had good knowledge. A significant association was found between age and knowledge level (p=0,024). No significant associations were found between knowledge level and gender (p=0,259), residence (p=0,205), or education level (p=0,584). Conclusion: The knowledge level of Banten residents regarding early detection and prevention of diabetes mellitus remains insufficient, especially among older age groups. Community-based health education that considers age factors is recommended to improve public knowledge."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library