Latar Belakang: Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi yang terus meningkat di Indonesia, termasuk di Provinsi Banten. Pengetahuan masyarakat mengenai deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus berperan penting dalam menurunkan angka kejadian dan komplikasi penyakit ini. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan masyarakat Banten terhadap deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus serta hubungannya dengan karakteristik responden. Metode: Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Sampel berjumlah 100 responden yang dipilih menggunakan teknik cluster sampling di Kota Tangerang dan Kota Cilegon. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ) versi bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji Chi- Square. Hasil: hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden (57%) memiliki tingkat pengetahuan yang kurang, dan hanya 43% yang memiliki pengetahuan baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat pengetahuan (p=0,024). Tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan jenis kelamin (p=0,259), tempat tinggal (p=0,205), dan tingkat pendidikan (p=0,584). Kesimpulan: tingkat pengetahuan masyarakat Banten terhadap deteksi dini dan pencegahan diabetes melitus masih perlu ditingkatkan, terutama pada kelompok usia lanjut. Edukasi kesehatan berbasis komunitas yang mempertimbangkan faktor usia direkomendasikan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Background: Diabetes mellitus is one of the most common non-communicable diseases, with increasing prevalence in indonesia, including Banten Province. Public knowledge about early detection and prevention plays a crucial role in reducing the incidence and complications of this disease. Objective: This study aims to describe the knowledge level of Banten residents regarding early detection and prevention of diabetes mellitus and its relationship with respondent characteristics. Methods: This study used a descriptive quantitative design with a cross-sectional approach. A total of 100 respondents were selected using cluster sampling in Tangerang City and Cilegon City. Data were collected using the Indonesian version of the Diabetes Knowledge Questionnaire (DKQ). Data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Results: The results showed that 57% of respondents had a low level of knowledge, and only 43% had good knowledge. A significant association was found between age and knowledge level (p=0,024). No significant associations were found between knowledge level and gender (p=0,259), residence (p=0,205), or education level (p=0,584). Conclusion: The knowledge level of Banten residents regarding early detection and prevention of diabetes mellitus remains insufficient, especially among older age groups. Community-based health education that considers age factors is recommended to improve public knowledge.