Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sandi Nugraha Sutanto
Abstrak :
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti metode investasi manakah yang akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik diantara metode lump sum dan metode dollar-cost averaging. Penelitian ini juga meneliti apakah metode dollarcost averaging dapat dimodifikasi dengan cara menggunakan kinerja IHSG dan/atau nilai tukar USD/IDR sebagai penentuan waktu investasi untuk menghasilkan imbal hasil yang lebih baik. Dari hasil pengujian backtesting, jika mempertimbangkan faktor time value of money, metode dollar-cost averaging akan memberikan tingkat imbal hasil yang lebih baik daripada metode lump sum untuk periode investasi 5, 8 dan 10 tahun.
This research intends to examine which investing method that will generate better return between the lump sum method and dollar-cost averaging method. This research also examined whether the dollar-cost averaging method can be modified using JCI and/or the exchange rate of USD / IDR as timing selection to invest to produce better return. From the backtesting results, if one considers the time value of money factor, dollar-cost averaging method will generate better return than the lump sum method for 5, 8 and 10 years of investment period.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herno
Abstrak :
Energi listrik di Indonesia adalah suatu kebutuhan yang sangat mendesak karena telah diambang krisis. Pemerintah memutuskan membangun pembangkit listrik yang berharga murah. Proyek yang dimenangkan oleh konsorsium Cina, di tenderkan lagi kepada mitra lokal dengan data yang sangat terbatas dengan menggunakan kontrak lump sum. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mencari faktor-faktor risiko utama yang berpengaruh pada saat menetapkan jenis kontrak lump sum pada proyek un-definitive design, serta mencari dampak yang timbul. Metode penelitian yang dipakai menggunakan survai dan studi kasus. Kesimpulannya proses tender, kontrak dan konstruksi sangat berpengaruh pada kontrak lump sum dan faktor-faktor risiko utama akan menurunkan kinerja biaya proyek.
The power energy is urgently required for Indonesia to avoid crisis. The Indonesia government decides to build a relatively low cost Power Plants. Project obtained by Chinese consortium then subsequently to be tendered to the local partner with inadequate data and applying lump sum contract. The objective of this thesis is to locate the main risk factors affecting at the time of establishing the type of lump sum contract on un-definitive design project as well as to locate the impact and the solution to minimize those impact. The survey and case study are used for this research method. The conclusion can be drawn that tender, contract and construction process have an effect for the lump sum contract and main risk factor will reduce the project cost performance.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27756
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Shierly Desliyani
Abstrak :
Jasa konstruksi dalam pembangunan suatu negara merupakan salah satu hal yang utama, dimana salah satu bentuk kontrak dalam jasa konstruksi adalah kontrak Lump Sum. Skripsi ini membahas dan menganalisis bagaimana pengaturan dan pelaksanaan kontrak Lump Sum di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis-normatif menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaturan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia terkait kontrak Lump Sum memiliki konsep dasar yang sama, namun terdapat perbedaan terutama terkait adanya perubahan dalam kontrak Lump Sum. Sementara dalam pelaksanaannya, baik sebelum dan sesudah UU Jasa Konstruksi, kontrak Lump Sum masih memiliki permasalahan-permasalahan terutama terkait dengan adanya perubahan dalam kontrak Lump Sum.
A construction service within a country is one of the crucial issues, whereas one of the contract law types in construction services law is a Lump Sum Contract. This thesis discusses and analyses about the legal provisions and the implementation of Lump Sum Contract in Indonesia. This research is a juridical-normative legal research that is using secondary data. The result of this thesis shows that the legal provisions concerning Lump Sum Contract in Indonesia have a similar concept, however, there are some differences, especially in terms of provision concerning in the modification of the Lump Sum Contract. Meanwhile, on its implementation, there are several issues before and after enactment of Construction Service Law, and some of the problems are regarding the modification of the Lump Sum Contract.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Ferdina
Abstrak :
Dewasa ini, dunia perekonomian Indonesia sudah menawarkan beberapa altematif investasi. Secara garis besar ada 2 (dua) jenis instrumen investasi yang dapat dipilih oleh investor yaitu investasi berisiko (risky assets) dan investasi bebas risiko (risk free assets). Investasi pada risky assets berarti investasi tersebut mempunyai ketidakpastian dalam tingkat pengembalian di masa depan seperti pada saham dan obligasi. Sedangkan investasi pada risk free assets berarti investasi tersebut mempunyai kepastian tingkat pengembalian di masa depan seperti pada deposito, SBI, dan surat berharga komersial. Namun, investor juga dapat memilih risky dan risk free assets sekaligus melalui instrumen investasi yang disebut dengan reksa dana. Reksa dana yang dipasarkan saat ini ada 4 (empat) jenis yaitu reksa dana pendapatan tetap, reksa dana saham, reksa dana pasar uang, dan reksa dana campuran. Dari keempat jenis reksa dana tersebut, reksa dana saham merupakan reksa dana yang berisiko lebih tinggi dibanding jenis reksa dana lainnya karena dapat dianggap sebagai instrumen yang paling volatil sesuai dengan volatilitas saham sebagai instrumen utama dalam portofolio reksa dana saham tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Surabaya (BES), www.bes.co.id, terdapat 13 Reksa dana Saham yang secara berkesinambungan aktif diperdagangkan pada masa pengamatan yaitu Januari 1999- Desember 2003. Untuk mendapatkan return yang optimal, investor dapat berinvestasi pada Reksa dana Saham yang memiliki kinerja paling baik untuk periode investasi 3 tahun. Sebagai altematif, investor dapat melakukan diversifikasi dengan berinvestasi pada lebih dari satu Reksa dana Saham. Selain itu, investor dapat juga melakukan diversifikasi dengan melakukan strategi investasi yang berbeda, di antaranya adalah strategi Lump Sum (LS), di mana investor membeli instrumen investasi pada harga rendah dan menjual pada harga tinggi, dan strategi Dollar Cost Averaging (DCA), di mana investor membeli instrumen secara periodik dengan jumlah dana yang sama. Beberapa keuntungan strategi DCA adalah meminimalkan risiko ketidakpastian jangka pendek akibat volatilitas pasar, dan mendapatkan biaya pembelian instrument yang optimal karena adanya pelunakan pengaruh gejolak pasar jangka panjang. Penelitian sebelumnya, yang dilakukan oleh rekan Buchdadi (2004), adalah menganalisa tingkat return dari masing-masing strategi untuk investasi pada Reksa dana Saham untuk periode pengamatan 1999-2003. Lama waktu investasi yang dipilih ada1ah 1 tahun, 2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi dengan strategi DCA memberikan rata-rata return yang 1ebih baik dibanding investasi dengan strategi LS pada Reksa dana Saham untuk seluruh jangka waktu investasi, khususnya untuk jangka waktu investasi 3 tahun. Penelitian karya akhir ini menggabungkan kedua strategi investasi tersebut, LS. dan DCA, da1am satu portofolio investasi Reksa dana Saham dengan periode investasi 3 tahun untuk waktu pengamatan 5 tahun. Dalam menentukan komposisi dan mendapatkan return yang optimal dari portofolio investasi Reksa dana Saham tersebut, akan digunakan pend~katan Markowitz dengan tingkat kinerja Sharpe sebagai penentu komponen dalam portofolio tersebut. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi paling optimal dari dua strategi investasi, Lump Sum (LS) dan Dollar Cost Averaging (DCA), dalam satu portofolio investasi Reksa dana Saham dengan menggunakan pendekatan Markowitz dan kinerja Sharpe adalah 50% untuk Reksa dana Panin Dana Maksima dengan strategi DCA dan 50% untuk Reksa dana Phinisi Dana Saham dengan strategi DCA. Tidak ada proporsi atas komponen strategi investasi LS dari reksa dana manapun yang dihasilkan dari perhitungan portofolio tersebut. Portofolio investasi tersebut menghasilkan return tahunan sebesar 0.1567 atau 15.67%, yang lebih besar dari return tahunan risk-free asset SBI, yaitu 0.1432 atau 14.32%, namun memiliki tingkat risiko, yang ditunjukkan oleh standar deviasi tahunan, sebesar 0.2762 atau 27.62%, dengan kinerja Sharpe positif, yaitu sebesar 0.0486. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi para investor dalam menentukan strategi investasi mana yang ingin digunakan dalam berinvestasi di Reksa dana Saham di Indonesia. Namun perlu diperhatikan berbagai kekurangan dari penelitian ini. Kekurangan-kekurangan ini dapat memicu timbulnya tingkat kesalahan (bias) tertentu dari analisis karya akhir ini. Oleh karena itu, perbaikan dari kekurangan-kekurangan tersebut melalui penelitian lebih lanjut tentunya sangat diharapkan untuk menyempumakan penelitian ini.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T13510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Mikowati
Abstrak :
This study compares two major types of contracts in public procurement, i.e. unit price and lump sum contracts, in terms of the gap between the winner's bid price and owner’s estimated price (OEP) in resulted price gap during the tender process, taking the case of government procurement in Indonesia. Using Indonesian e-tendering data of 2018-2021, this study employs an Ordinary Least Square regression to assess whether there is a difference in the price gap between the two types of contracts. This study finds that the average price gap in unit price contract is significantly higher than that of lump sum contracts. With the help of the transaction cost economics approach, this study discussed that the higher average price gap in unit price contracts is related to a lower information cost and lower risk of having a change order for the contract faced by the bidders. While in a lump sum contract, the winner's bid price is closer to OEP because bidders are faced with design risks that require higher information costs and contract adaptation during the execution phase. The study also found that the use of a unit price contract is significantly related to a longer tendering time due to a longer period in evaluating the bid.
Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), 2023
330 JPP 7:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Simangunsong, Sofian
Abstrak :
Masih menjadi sebuah pertanyaan penting sampai saat ini untuk seorang perencana keuangan, nasihat apa yang harus diberikan untuk seorang investor yang mempunyai sejumlah dana tunai dan siap diinvestasikan ke pasar modal. Apakah dana tersebut akan diinvestasikan sekaligus atau diinvestasikan secara bertahap untuk membeli sekuritas dengan periode tertentu. Umumnya strategi pendistribusian tersebut adalah investasi lump-sum (LS), buy and hold strategy (BH), value averaging (VA), dan dollar-cost averaging (DCA). Penelitian ini bertujuan membandingkan kinerja strategi dollar-cost averaging terhadap kinerja strategi lump-sum pada kondisi pasar sedang turun maupun kondisi pasar sedang naik di Bursa Efek Jakarta. Strategi dollar-cost averaging adalah sebuah metoda investasi yang populer dianjurkan penasihat keuangan, dimana seorang investor dengan sejumlah dana tertentu yang slap diinvestasikan, tidak menginvestasikan seluruh dananya sekaligus; tetapi menginvestasikan sejumlah dana dengan proporsi tetap secara berkala. Sedangkan strategi investasi lump-sum mengharuskan investor menggunakan seluruh dana tunainya secara sekaligus untuk membeli sebuah atau beberapa asset. Metodologi penelitian yang digunakan adalah menghitung kinerja dan risiko portofolio untuk setiap strategi dengan menggunakan mean return dan standar deviasi. Kemudian dilakukan uji statistik dengan uji-t untuk melihat perbedaan rerata return dan perbedaan rerata standar deviasi. Hasil penelitian menunjukan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara return portofolio yang diperoleh dengan menggunakan strategi dollar-cost averaging dan strategi lump-sum baik pada saat kondisi pasar sedang turun maupun pasar sedang naik di Bursa Efek Jakarta. Sebaliknya dengan strategi dollar-cost averaging diperoleh risiko investasi yang Iebih kecil secara signifikan dibandingkan dengan strategi lump-sum.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T17774
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Mikowati
Abstrak :
Studi ini membandingkan dua jenis kontrak utama pada pengadaan publik, yakni kontrak harga satuan dan lumsum, dalam mempengaruhi selisih harga antara harga penawaran dan harga perkiraan sendiri (HPS) pada kasus pengadaan pemerintah di Indonesia. Dengan menggunakan data e-tendering periode 2018-2021, studi ini menggunakan pendekatan kuantitatif Ordinary Least Square regression untuk mengevaluasi selisih harga pada kedua jenis kontrak. Studi ini menunjukkan bahwa rata-rata selisih harga pada kontrak harga satuan secara signifikan lebih tinggi dibandingkan selisih harga pada kontrak lumsum. Dengan pendekatan ekonomi biaya transaksi, studi ini mengungkapkan bahwa selisih harga yang lebih tinggi pada kontrak harga satuan berkaitan dengan biaya yang lebih rendah untuk mendapatkan informasi terkait harga input dan desain proyek sehingga menghasilkan risiko permintaan perubahan kontrak yang lebih rendah dibandingkan dengan kontrak lumsum. Studi ini juga menemukan bahwa penggunaan kontrak harga satuan secara signifikan berpengaruh pada waktu tender yang lebih lama karena periode evaluasi penawaran yang lebih panjang. ......This study compares two major types of contract in public procurement, i.e. unit price and lump sum contracts, in producing the gap between bid price and owner’s estimated price, taking the case of government procurement in Indonesia. Using Indonesian e-tendering data of 2018-2021, this study employes an Ordinary Least Square regression to evaluate the price gap between the two types of contracts. This study found that the average price gap in unit price contract is significantly higher than that of the lump sum contracts. With the help of the transaction cost economics approach, this study discussed that the higher the average price gap in unit price contracts is related to a lower cost of ascertaining information related to the price of the inputs and concluding the design of the projects, which later results in a lower risk of having a change order for the contract, compared to the lump sum contract. The study also found that the use of unit price contract is significantly related to a longer tendering time, due to a longer period in evaluating the bid.
Jakarta : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library