Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sidabutar, Edovan Gideon Legama
Abstrak :
Skripsi ini disusun dengan tujuan untuk mengevaluasi sejauhmana penerapan akuntansi manajemen lingkungan pada PT X. Fokus pembahasannya mengenai kepedulian dan ketaatan perusahaan terhadap peraturan pengelolaan lingkungan, biaya dan investasi apa saja yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan, dan seberapa besar memberi manfaat bagi keberlangsungan perusahaan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap penerapan akuntansi manajemen lingkungan yang dilakukan perusahaan, ditemukan bahwa PT X belum sepenuhnya menerapkan akuntansi manajemen lingkungan. ...... This thesis is prepared with the aim to evaluate the extent of the application of environmental management accounting at PT X. The focus of the study is about awareness and adherence to regulation by companies to the environment, costs and any investment incurred for environmental management, and how much benefit of the sustainability for the company. Based on research conducted on the application of environmental management accounting by the company , it was found that PT X. yet fully implement environmental management accounting.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S64048
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azis Suganda
Abstrak :
Kegiatan industri di Indonesia rnenunjukkan peningkatan cepat. Kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan industri tersebut juga terus meningkat dan akan menyerap tenaga kerja yang berasal dari bukan lingkungan industri. Dengan demikian upaya menumbuhkembangkan sektor industri akan berpapasan dengan masalah nilai-nilai yang dimiliki masyarakat tenaga kerja yang memiliki basis nilai-nilai kebudayaan agraris. Kebudayaan industri modern yang antara lain bertumpu pada orientasi pandangan bahwa kemajuan masyarakat diniungkinkan oleh adanya persaingan dan konflik, berhadapan dengan orientasi pandangan kebudayaan agraris yang menekankan keharmonisan dan keutuhan, Masuknya karyawan ke dalam lingkungan industri yang merupakan perubahan lingkungan karyawan dari agraris ke industri, mau tidak mau menyebabkan karyawan beradaptasi terhadap lingkungan industri tersebut. Penelitian ini ingin menggali pengetahuan mengenai profil dan pola adaptasi karyawan terhadap lingkungan industri yang mencakup lingkungan fisik, lingkungan sosial, tuntutan prestasi produksi, disiplin kerja dan penghasilan, Dalam melihat adaptasi tersebut dipergunakan 3 (tiga) model adaptasi yang diperkenalkan Bennet (1976) yaitu: penyesuaian (adjustment), reaksi (reaction), dan penarikan diri (withdrawal). Selain itu juga akan dilihat kaitan adaptasi dengan pertimbangan-pertimbangan karyawan mengenai ganjaran dan hukuman yang bakal diterima bila mereka melakukan atau tidak melakukan adaptasi menurut perspektif Teori Pertukaran Social (Social Exchange Theory) Romans. Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan pengamatan terlibat dan wawancara tidak terstruktur selama kira-kira 6 bulan pada sebuah perusahaan industri pengolahan yang berlokasi di wilayah Jakarta Utara. Temuan lapangan menunjukkan bahwa terdapat variasi pada pola adaptasi bersifat penyesuaian antara lain penyesuaian terfokus, penyesuaian sepihak, penyesuaian yang mengandung reaksi dan penyesuaian yang berdampingan dengan reaksi. Pola adaptasi bersifat reaksi nampak pada adaptasi terhadap hubungan vertikal dan disiplin kerja. Variasi adaptasi penyesuaian selalu memperhitungkan ganjaran dan hukuman yang bakal diterima. Ganjaran-ganjaran yang umumnya diminati karyawan ialah penghasilan lebih tinggi, penghargaan dan persahabatan di tempat kerja, dan keringanan kerja. Ganjaran lebih besar memperlihaikan gejala hubungan positif dengan adaptasi karyawan. Sistem manajemen yang diterapkan belum cukup menjadi stimulan bagi karyawan untuk bekerja secara optimal. Penentuan target yang belum optimal, tidak adanya sistem bonus, sistem karier dan penilaian yang kurang jelas, belum bisa memfasilitasi adaptasi karyawan terhadap lingkungan industri. Para manajer sebagai kelompok menengah di pabrik belum berfungsi sebagai perantara yang bisa mensosialisasikan etos kerja industrial kepada karyawan, karena mereka sendiri belum cukup memiliki etos kerja industrial dan secara individual mereka juga memiliki kepentingan-kepentingan mengenai ganjaran dan hukuman baik dari perusahaan maupun dari karyawan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoyon Mulyana
Abstrak :
ABSTRAK
Solar Water Heater inerupakan suatu produk yang relatif masih baru di Indonesia, seakan pula dengan anjuran pemerintah tentang penggunaan energi alternatif, maka Solar Water Heater merupakan pilihan yang cukup menarik untuk dikembangkan oleh perusahaan di Indonesia. Disamping makin terbatasnya energi fosil yang semakin lama semakin sulit karena tidak terbarukan, matahari merupakan sumber energi yang cukup melimpah di Indonesia. Satu hal yang sangat menguntungkan Indonesia karena secara geografis terletak di negara Equator, dimana hampir sepanjang tahun matahari bersi nar dan memancarkan energinya.

Bisnis Solar Water Heater di Indonesia dimulai pada tahun 1984 yang dipelopori oleh salah satu perusahaan yang mengageni salah satu produk dan Australia dimana sampai pada tahun 1992 perusahaan yang bergerak dalam bidang ini sudah mencapai ± 6 perusahaan. Kebanyakan dan perusahaan yang ada merupakan agen dan produk terkenal dan luar negeri. Namun akhir-akhir ini telah ada pula yang mulai melaksanakan pembuatan produknya di dalam negeri.

Dengan semakin banyaknya perusahaan yang memasuki bisnis Solar Water Heater ini menyebabkan iklim usaha semakin kompeti tif. Kondisi persaingan semakin ketat menempatkan posisi pemasa ran sebagai hal yang mendapat perhatian dan perusahaan Solar Water Heater.

Karya akhir ini merupakan suatu studi mengenai strategi pemasaran bisnis Solar Water Heater di Indonesia yang dilaksana kan melalui studi kasus pada PT Sinar Surya, Tujuan studi ini antara lain adalah untuk memperoleh gambaran umum usaha Solar Water Heater di Indonesia, mempelajari strategi pemasaran yang diterapkan oleh PT Sinar Surya, mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan serta mengetahui peluang dan ancaman dan tingkat persaingan yang dihadapi. Pada akhirnya diharapkan dapat diformu lasikan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh PT Sinar Surya.

Guna mencapai tujuan diatas, pembahasan yang dilakukan meliputi Analisis Internal, untuk mengetahui kekuatan dan kelema han perusahaan, Analisis Eksternal untuk mengetahui peluang dan ancaman yang mungkin timbul serta Analisis Bisnis Fortofolio dengan pendekatan Analisis BCG. Adapun metodologi penelitian yang digunakan merupakan analisa data primer dan data sekunder yang kami peroleh dan perusahaan PT Sinar Surya ditambah pula dengan data statistik serta data pendukung lainnya.

PT Sinar Surya meinulai bisnis Solar Water Heater pada tahun 1988. Dasar PT Sinar Surya memilih bisnis ini adalah karena penggunaan energi alternatif diluar minyak dan gas bumi merupakan suatu upaya yang menjanjikan untuk jangka panjang. Karena energi yang berasal dan fosil suatu saat akan ada habisnya dan akan semakin langka. Disamping Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki energi matahari yang melimpah.

Adapun misi perusahaan PT sinar surya, adalah sebagai berikut :

?Terkemuka dalam bidang usahanya, tumbuh dan berkembang berkesinambungan sebagai perusahaan yang sehat dengan meme nuhi harapan dan kepuasan pelanggan serta berperan aktif sebagai pelaku pembangunan melalui produk konversi energi dengan pelayan mutu yang ditingkatkan terus menerus dengan teknologi dan inovasi secara profesional?

Meskipun cakupan misinya yang cukup luas, yang menyangkut masalah konversi energi namun pida tahap sekarang konsentrasi bisnis lebih diarahkan pada produk Solar Water heater.

Sejalan dengan misi tersebut PT Sinar Surya telah berupaya untuk membangun citra yang baik dihadapan konsumennya. Dari hasil analisis internal perusahaan menunjukan bahwa PT Sinar Surya mempunyai kekuatan yang cukup tinggi dalam hal kemampuan produk si, kemampuan rekayasa dan keuangan yang telah dibuktikan oleh hasil yang cukup baik pada masing-masing fungsi tersebut. Namun dalam hal strategi pemasaran masih banyak kelemahan diantaranya saluran distribusi yang masih terbatas, disamping citra produk yang masih belum terbentuk karena konsumen lebih mengenal Sola- hart sebagai produk pemanas air tenaga matahari.

Hasil analisis lingkungan eksternal menunjukan bahwa kondisi ekonomi akan lebih membaik di tahun 1993 yang membawa dampak pada meningkatnya pembangunan perumahan, baik rumah sederhana, menen gah maupun rumah mewah. Kondisi ini memberikan peluang pasar Solar Water Heater yang meningkat. Disamping itu dari analisis data statistik dapat pula disimpulkan bahwa potensi pasar Solar Water Heater dan rumah lama yang belum mempunyai pemanas air masih sangat tinggi. Secara total potensi pasar Solar Water Heater tahun 1993 baik dan pembangunan rumah baru maupun dan rumah lama menunjukkan angka 42.778 unit, suatu angka yang sangat potensial untuk digarap. Sementara itu dan data demografi menun jukkan pula bahwa meningkatnya jumlah para eksekutif muda akan menambah pasar potensial Solar Water Heater dimasa yang akan datang.

Dari hasil analisis industri menunjukan bahwa hambatan pendatang baru tidak terlalu besar karena kebutuhan investasi yang relatif kecil dan skala ekonomi yang rendah sehingga memung kinkan perusahaan dengan skala yang kecilpun sudah dapat mengem bangkan bisnis Solar Water Heater. Namun hambatannya terletak pada pengelolaan jaringan distribusinya.

Dalam Lingkungan Operasional PT. Sinar Surya menghadapi persaingan yang sangat tajam dan Solahart yang merupakan pesaing utama yang telah ada. Solahart telah melakukan pula strategi multi branding dengan membawa merk lain dengan jaringan distri busi yang berbeda. Didalam persaingan ini kelompok Solahart tetap menguasai pangsa pasar terbesar dengan perolehan sebesar 44,5 % sedangkan PT Sinar Surya menempati posisi kedua sebesar 28,8 % dan Posisi ketiga dipegang oleh Solar Edward dengan perolehan sebesar 13,3 %, sisanya terbagi atas merk-merk lainnya.

Dari Analisis Fortofolio dengan menggunakan pendekatan Analisis BCG menghasilkan posisi PT Sinar Surya berada pada sel question mark, tetapi dalam perjalanannya posisi tersebut sejak tahun 1990 mulai bergeser dan question mark menuju kearah Star. Posisi ini telah menempatkan PT ?inar Surya sebagai market cha langer dan yang berhadapan langsung dengan pesaing utamanya yaitu Solahart. Dan evaluasi pilihan strategi dengan pendekatan grand strategy selection matrix Pierce & Robinson, diperoleh kesimpulan bahwa PT Sinar Surya dapat menerapkafl strategi market develop ment.

Sebagai kesimpulan terakhir yang diperoleh dan studi ini. adalah bahwa untuk mendukung tujuan utama pemasarannya yaitu meningkatkan pangsa pasar pada pasar yang sedang tumbuh, maka strategi utama yang dilaksanakan adalah market development, yaitu memasarkan produk yang ada kepada pelanggan baru dengan menambah saluran distribusinya dengan implikasi bauran pemasaran sebagai berikut :

1. Produk yang dipasarkan adalah sama seperti yang telah dipa sarkan pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu ; type T 150 LX dan T 300 LX dengan diberikan sedikit sentuhan perbedaan pada kualitas dan atributnya sehingga terdiferensiasi.

2. Harga jual tetap dipertahankan pada harga lama, hal ini dapat dilakukan karena skala ekonomi yang semakin membaik sehingga harga pokok tidak akan naik. Dengan demikian seli sih harga jual dengan Solahart akan semakin jauh.

3. Prornosi ditingkatkan pada media cetak dan elektronik yang mempunyai scope Nasional.

4. Adanya penambahan saluran distribusi untuk kota-kota besar dipropinsi lainnya dengan prioritas diutarnakan pada kota dengan potensi pasar yang besar, diantaranya ; Ujung Pan dang, Manado, Pontianak, dan Banjarmasin.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Hastuti
Abstrak :
Dengan semakin maraknya merek mobil yang beredar di Indonesia, maka persaingan dalain bidang usaha ini menjadi semakin ketat. Dari 86 model mobil dari 26 merek yang berbeda, sekitar 70% volume penjualan setiap tahunnya, dikuasai oleh jenis kendaraan niaga, dimana bagian terbesar penjualannya dicapai oleh kendaraan niaga kategori I. Salah satu merek jenis kendaraan itu adaiah Toyota Kijang yang posisinya bersaing ketat dengan Isuzu Panther. Terjadinya peningkatan penjualan yang sangat tinggi terhadap Panther, semeritara Kijang mengalami penurunan yang tajadi pada tahun '91/'92, tentunya tidak semata-mata disebabkan karena Panther menggunakan bahan bakar solar yang berarti biaya operasional sehari-harinya jauh lebih murah dibanding Kijang. Disamping itu, diperkirakan ada perbedaan persepsi konsumen terhadap atribut-atribut yang dimiliki Kijang dan Panther, sehingga menyebabkan perbedaan dalam keputusan penentuan pembeliannya. Model analisa yang digunakan adalah Multidimensional Scaling (Multiattrihute Scaling), dengan alat analisa MDPREF (Multidimensional Preferences) yang menghasilkan matrix product mapping, dan dievaluasi dengan model analisa PC'S., PG'L, Vector Model, Distance Model dan Compensa tory Distance Model. Data hasil analisis tersebut kemudian dipakai sebagal dasar penentuan posisi produk (product positioning) dengan menggunakan model positioning berdasarkan Porter, Kotler, Stanton, dan Peta Persepsi. Dengan menetapkan posisi produk yang benar pada benak konsumen, maka akan terhentuk persepsi dan preferensi yang tepat terhadap suatu produk. Dengan deinikian, program yang dikomunikasikan perusahaan untuk membentuk persepsi produk yang benar pada benak konsumen, akan tercapai.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S18782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pangkerego, Theodorus
Abstrak :
Sejak tahun 1974 Bank "B" mendapat tugas dari pemerintah Untuk menyediakan dana guna pembiayaan pembangunan perumahan di Indonesia. Dalam menjalankap. tugas tersebut Bank "B" mengeluarkan produk Kredit Pemilikan Rumah ( KPR) yang umumnya diperuntukkan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah. Melalui . KPR ini Bank "B" berkembang dan mela ksanakan tugas /misinya dengan baik. Target pada setiap Pelita dapat dipenuhi, dan sampai dengan tahun 1991 telah dapat dibiayai pembangunan rumah sebanyak ± 700.000 unit melalui KPR Bank "B". Dalam tahun-tahun terakhir ini terjadi perubahan ligkungan, terutama pada lingkungan perbankan & sektor perumanan, yang cukup mempengaruhi perkembangan kredit perumahan Bank: "B". Perubahan yang paling penting untuk di antisipasi adalah : - Menurun dan semakin sulit nya dana murah dari pemerintah untuk Bank "B". - Meningkatnya persaingan peroankan tidak hanya dalam pengumpulan dana, tetapi juga dalam hal pemberian kredit pe rumahan. - Naiknya harga bahan-bahan. bangunan yang meningkatkan harga rumah , sementara itu daya beli masyarakat berkurang. Selama ini dana dari pemerintah merupakan sumber kekuatan Bank "B" dalam menjalankan tugas/misinya untuk merealisir kredit-kredit perumahan. Dana: yang berupa Kredit Likwiditas Bank Indonesia (KLBI), Penyertaan Modal Pemerintah" (PMP), dan Dana Pinjaman dari Departemen Keuangan tersebut secara total memberikan kontribusi yang terbesar diantara seluruh komponen sumber dana Bank "B". Melalui dana-dana pemerintah ini, Bank "B" mampu memberikan KPR dengan tingkat bunga rendah sehingga daya saingnya cukup kuat. Tingkat bunga KPR yang rendah inipun merupakan alat subsidi pemerintah untuk golongan kurang mampu.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Sofura Azhariyah
Abstrak :
Pada penelitian ini dibuat katalis dekomposisi ozon berbasis tembaga oksida CuOx dengan penyangga karbon aktif graanular GAC yang digunakan untuk dekomposisi ozon dalam emisi gas buang industri yang menggunakan ozon. GAC digunakan sebagai penyangga yang diaktivasi terlebih dahulu menggunakan HCl dan NaOH. CuOx diimpregnasi ke permukaan GAC dengan menggunakan prekursor karbonat tembaga CuCO3 dan kemudian dikalsinasi untuk penyingkiran karbon dioksida pada suhu 30°C selama 1 jam. Ukuran karbon aktif dan persentase loading CuOx divariasikan untuk mendapatkan nilai optimum. Morfologi, komposisi, dan fasa kristal dianalisis dengan metode BET, SEM-EDX, FTIR, XRF dan XRD. Dekomposisi ozon dilakukan pada suhu ruang dan tekanan atmosfir menggunakan reaktor unggun tetap. GAC dengan ukuran 60-100 mesh dan persentase loading CuOx 2 -b menunjukkan aktivitas yang tertinggi karena konversi ozon menjadi oksigen dapat mencapai 100. Jumlah CuOx pada penyangga juga menentukan efisiensi katalis karena jumlah CuOx yang sesuai tampaknya dapat mempertahankan morfologi dan fase kristal katalis.
In this research, ozone decomposition has been synthesized based on copper oxide CuOx with granular activated carbon GAC as a support catalyst, being used as ozone decomposer in effluent gas emissions of industries that use ozone. As a support, GAC was prepared by using HCl and NaOH. CuOx was impregnated to the surface of activated carbon granulated by using copper carbonate CuCO3 as precursor and then calcined to release carbon dioxide with temperature of 30°C for 1 hour. Size of activated carbon and loading percentage of copper oxide to the support were varied to get the optimum value. The morphology, composition, and crystal phase were characterized by BET, SEM EDX, FTIR, XRF, and XRD method. Ozone decomposition was performed at room temperature and atmospheric pressure using fixed bed reactor. Activated carbon with size 60 100 mesh and 2 w loading percentage showed the highest activity which the ozone conversion to oxygen reached 100 . Amount of CuOx on the support also determine the efficiency of catalyst due to appropriate amount of CuOx probably maintain the morphology and crystal phase of the catalyst.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68348
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Haryanto
Abstrak :
Memasuki milenium ke tiga, semakin sulit memisahkan mana pasar lokal dan pasar global Batasan fisik tiap negara dengan mudah ditembus oleh berbagai wahana perekonomian modern Industri perbankan sebagai bagian dari perekonomian modem menjadi salah satu target proses globalisasi ini. Perbankan asing yang nota bene memiliki serangkaian keunggulan mulai dari struktur modal, luasnya jaringan , teknologi, dan kualitas sumber daya manusia yang handal menjadi bagian tidak terpìsahkan dan peta persaingan perbankan di Indonesia. Industri perbankan nasional memang masih belum 'sehat', terutama berawal dari likuidasi sejumlah bank medio 1997, hingga kemudian mnelan korban beberapa bank lainnya. Kondisi ini semakin membuat tingkat kepercayaan masyarakat terhadap performa bank lokal menururn tajam. Mereka sangat mengkhawatirkan keamanan dana yang mereka simpan di bank. Sementara itu depresiasi rupiah yang tercatat paling rendah selama tiga dasawarsa terakhir, semakin membuat perekonomian nasional terpuruk. Para debitur mengalami kesulitan menjalankan kewajiban kreditnya, mereka harus membayar mahal barang penunjang produksi dan terbebani pula oleh bunga pinjaman dan bank yang mencekik leher. Kolektibilitas debitur kemudian mengalami penurunan dan timbulah berbagai ekses dan kredit bermasalah. Bagi bank, banyaknya kredit bermasalah berarti alcan mengelembungkan dana pencadangan untuk kredit beresiko tersebut. ini berarti akan membuat rasio kecukupan modal mereka sernakin kecil. Bagi debitur hal ini berarti akan seniakin sulit berproduksi dan mungkìn pula berdampak PHK masal bagi para karvawan atau buruhnya. Bank X, sebagai salah satu bank yang selamat dari badai krisis, mencoba menyikapi kondisi sulit ini dengan tetap konsisten menjalankan manajemen bank dengan pnnsip-prinsip prudential banking. Berbagai strategi yang diterapkan, baik untuk sisi funding maupun lending senantiasa diarahkan untuk pelayanan segmen masyarakat yang dilayaninya. Sebagai bank kelas menengah yang lebih berorientasi retail, perusahaan dituntut untuk terus berinovasi dalam pelayanan nasabah, karena dalam ikiim persaingan perbanakan yang hiper kompetitif ini, terlambat mengantisipasi kebutuhan pelanggan berarti bencana besar bagi kelangsungan usaha. Dengan berbagai keterbatasan sumber daya, bank X beruntung memiliki dukungan penuh dari kelompok usaha yang berbasiskan industri consumer goods, yang memiliki likuiditas relatif tinggi. Pada tulisan ini penulis ingin membahas strategi yang dipakai oleh manajemen dalam rangka antisipasi krisis ekonomi yang masih belum menampakan akifir yang membahagiakan, khususnya bagi dunia perbanakan. Berbagai dorongan lingkungan baik segi makro, industri perbankan dianggap sebagai perceived information oleh manjemen yang alcan digunakan sebagai basis pengalokasian sumber daya serta kapabilitas internal perusahaan.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T2373
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrini Pradyasti
Abstrak :
Kebutuhan akan katalis dekomposisi ozon terus meningkat seiring penggunaan ozon yang berlebih oleh industri. Ozon tersebut dilepas ke lingkungan dalam kadar yang melebihi batas ambang yang diperbolehkan dan dapat berbahaya bagi kesehatan. Dalam penelitian ini, dibuat katalis dekomposisi ozon dengan inti aktif oksida seng berpenyangga karbon aktif. Variabel yang divariasikan adalah ukuran katalis dan persentase loading inti aktif pada penyangga katalis. Variasi ukuran katalis yang dilakukan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh, sedangkan variasi persentase loading yang dilakukan adalah 0 -berat, 1 -berat, dan 2 -berat. Katalis dikarakterisasi dengan metode BET, metode SEM-EDX, metode XRF, metode XRD, dan metode FTIR. Pengujian katalis dekomposisi ozon dilakukan dengan menggunakan Fixed Bed Reactor pada suhu ruang dan tekanan atmosferik. Hasil pengujian katalis dilakukan dengan metode iodometri. Didapatkan bahwa katalis dengan ukuran 60-100 mesh dan loading 2 -berat memiliki konversi dekomposisi ozon tertinggi karena memiliki luas permukaan terbesar dan inti aktif oksida seng terbanyak. Katalis menunjukkan konversi dekomposisi ozon mencapai 100 pada 30 menit pertama. Jumlah ozon yang dapat terdekomposisi mencapai 11,57-107,78 ppm sehingga katalis dapat dikembangkan sebagai filter masker pendekomposisi ozon.
Need of catalyst for ozone decomposition is continue to increase with the excessive use of ozone in many industries. Excess of ozone is released to environment in the level that exceed the allowed threshold and may be harmful to human health. In this research, catalyst for ozone decomposition was made using zinc oxide and activated carbon as the support. Varied variables were catalyst size and loading percentage of zinc oxide to the support. Variations of catalyst size were 18 35 mesh, 35 60 mesh, and 60 100 mesh, whereas variations of loading percentage were 0 weight, 1 weight, and 2 weight. Catalyst were characterized using BET method, SEM EDX method, XRF method, XRD method, and FTIR method. Catalytic ozone decomposition was performed in Fixed Bed Reactor at room temperature and atmospheric pressure. The result of reaction was analyzed using iodometry method. It was found that catalyst which size of 60 100 mesh and loading percentage of 2 weight had the highest conversion of ozone decomposition because it had the largest surface area and the most active sites of metal oxide. This catalyst showed the conversion of ozone decomposition reached 100 for the first 30 minutes. The amount of ozone that had been decomposed reached 11.57 107.78 ppm, so the catalyst dan be developed as a mask filter for ozone decomposition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Bambang Priantomo
Abstrak :
Kebutuhan hunian tempat tinggal terus tumbuh seiring pertumbuhan penduduk yang juga terus meningkat, terutama bagi masyarakat yang beraktifitas dan bekerja di Jakarta. Sebagai pengembang perumahan yang baru berdiri di tahun 2013, PT. Presisi Rekayasa Propertindo melanjutkan pengembangan usahanya dengan perencanaan pembangunan Perumahan Puri Arsana 2 Sawangan Depok yang berlokasi di daerah Sawangan Depok. Untuk memberikan nilai tambah, perumahan direncanakan dibangun dengan konsep Smart Home. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam Business Plan adalah aspek lingkungan makro dan industri, aspek pemasaran, aspek operasi dan aspek keuangan. Aspek keuangan juga mempertimbangkan Surat Edaran (SE) BI No. 15/40/DKMP 2013 tentang penerapan manajemen resiko pada bank yang melakukan pemberian kredit atau pembiayaan pemilikan properti.
The needs of people?s for housing continue to grow as the population growth continues to increase, especially for people who working and have activities in Jakarta. As a newly established housing developer in 2013, PT. Precision Engineering Propertindo continues to grow their business with planning to develop Housing of Puri Arsana 2 Sawangan Depok which located in the area of Sawangan Depok, West Java. As added value, the Housing is planned to be built using the Smart Home concept. Aspects that needs to be considerd in developing business plan are the macro environment and industry aspects, marketing aspects, operational aspects and financial aspects. Financial aspects also consider the new regulation of BI. 15/40/DKMP 2013 which apply the risk management in banks by giving a new limitation for credit or financing of property ownership.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library