Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Safari Wahyu Jatmiko
"Background: Number of patients with tuberculosis (TB) in the region of Surakarta ranked 10th largest in the Central Java, although the government has already implemented the DOTS strategy. One factor contributing to the high number of TB patients is the lack of public knowledge of TB. The population of the city of Surakarta is 552.650 inhabitants and 12.480 of them live in Kalurahan Jagalan. Of the 12,480 people, nearly 60 percent of them have junior high school education and below. This requires education about TB to improve people's understanding of TB with the right method. Objective: to determine the effect of counseling using the lecture method in increasing public knowledge of TB disease in the Sunday Morning Prayer of Jagalan Baiturrohman Mosque. Method: This study used one group pretest and posttest pre-experimental research design involving 84 research subjects. Counseling was conducted with lecture methods on research subjects. Pretest and posttest were conducted to determine the effectiveness of the lecture method counseling. Results: The results showed that the average value of pre-test was 5.48 (1.2) while the average value of the post-test was 7.42 (0.9). The results of the analysis using Wilcoxon statistical test found that there was a significant difference between the mean of the pre-test value with the mean post-test value (p = 0,000). Conclusion: counseling with varied lecture methods is an effective method to increase public knowledge about tuberculosis"
Sragen: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Penelitian dan Pengembangan, 2018
306 SUK 2:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Viktor Kurahman
"Pendidikan merupakan aspek penting dalam pembangunan negara. Negara dengan sistem pendidikan yang baik, akan menghasilkan SDM yang berkualitas. Di samping dukungan pemerintah dalam hal peningkatan kualitas guru dan pembenahan sistem pengajaran, pendidikan anak juga di dukung oleh aspek ekonomi orang tua. Pendapatan rumah tangga akan menentukan fasilitas pendidikan anak yang dapat dibiayai oleh orang tuanya. Masalah ekonomi, pekerjaan orang tua, ketimpangan pendapatan rumah tangga menyebabkan perbedaan tingkat pendidikan bagi setiap anak.
Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan keluarga petani sawit terhadap lamanya pendidikan anak. Metode analisis yang digunakan regresi linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor utama yang berpengaruh secara signifikan terhadap lama tahun anak bersekolah adalah tingkat pendidikan orang tua dan biaya pendidikan anak. sedangkan variebel pendapatan keluarga petani tidak berpengaruh terhadap lama tahun anak bersekolah. Hal ini dikarenakan adanya pandangan setiap orang tua yamg berbeda terlihat dari tingkat pendidikan keluarga petani sawit tersebut

Education is an important aspect in the development of the country. A country with a good education system will produce quality human resources. In addition to govermant support in terms of improving the quality of teachers and improving the teaching system, children’s education is also supported by the economic aspect of parents. Household income will determine children’s education facilities that can be financed by their parents.
Economic problems, parental work inequality in household income cause differences in the level of education for each child. This study examines the factors that influence the decisions of oil palm farmers’ families on the lenath of their children’s education. The analytical method used is simple linear regression. The results of the study indicate that the main factors that significantly influence the number of years a child is in school are the education level of the parents and the cost of the child’s education. While the variebel of farmer family income has no effect on the length of the child’s school year. This is because the views of each parent are different, which can be seen from the level of education of the oil palm farmer family.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rino Nugrahaputra
"Infeksi parasit di intestinal adalah masalah endemik utama yang biasanya ditemukan pada daerah dengan status ekonomi yang rendah, padat penduduk, dan higienitas yang buruk. Pekerja perkebunan dan keluarganya yang tinggal di Desa Pacet mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terinfeksi parasit intestinal karena mereka sering berkontak dengan tanah.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi infeksi parasit intestinal pada siswa-siswi madrasah di Desa Pacet dan hubungannya dengan tingkat pendidikan mereka. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 10-11 September 2011 di Desa Pacet, Cianjur. Seluruh siswa-siswi (171 orang) diminta untuk mengumpulkan feses mereka untuk diperiksa secara mikroskopik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi infeksi parasit intestinal siswa-siswi tsanawiyah adalah 53% dan aliyah 49% tetapi hasil tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (chi square, p=0,626). Jumlah infeksi tunggal A. lumbricoides adalah 4 orang, T. trichiura 3 orang, B. hominis 69 orang, G. lamblia 2 orang, dan E. Coli 2 orang. Infeksi campuran B. hominis dan A. lumbricoides berjumlah 5 orang, serta B. hominis dan E. Coli berjumlah 4 orang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi STH dan G. lamblia cukup rendah serta tidak terdapat hubungan di antara prevalensi infeksi parasit intestinal dan tingkat pendidikan.

Intestinal parasitic infection is a major endemic problem found in the area with low economic status, densely populated rural areas, and poor hygiene. Plantation worker and their family who lives in Pacet village has greater risk of getting infected by parasitic infection because they often contact with soil.
The aim of this study is to know the prevalence of intestinal parasitic infections among madrasah students in Pacet and its association with the level of education. This study used a cross-sectional design. Data was collected in 10-11 September 2011 in Pacet Village, Cianjur. All students (171 people) were asked to collect their stool sample then examined microscopically.
The result showed the prevalence of intestinal parasitic in tsanawiyah student was 53% while aliyah was 49% but the difference was not significant (chi square, p=0,626). Total single infection among students that were infected by A.lumbricoides is 4 students, T. trichiura 3 students, B.hominis 69 students, G.lamblia 2 students, and E.coli 2 students. Mixed infection of B.hominis with A.lumbricoides in 5 students and B.hominis with E.coli in 4 students. It was concluded that STH and G.lamblia infection is low and no association between the prevalence of intestinal parasitic infection with the levels of education.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Izati
"ABSTRAK
Lingkungan dengan higienitas yang buruk ditambah dengan kurangnya pemahaman dan penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di banyak tempat di Indonesia menyebabkan masih tingginya prevalensi infeksi parasit usus di negara ini. Anak sekolah dasar merupakan kelompok yang paling rentan mengalami infeksi parasit usus. Apabila infeksi tersebut tidak ditangani, seorang anak dengan infeksi parasit usus akan mengalami penurunan kualitas hidup dengan terganggunya proses tumbuh kembang dan terhambatnya proses belajar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adanya hubungan antara infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan pada anak sekolah dasar. Desain studi yang digunakan ialah cross sectional dengan data yang diambil dari sebuah Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Bekasi, yang berlokasi cukup dekat dengan Tempat Pembuangan Akhir. Sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ialah murid kelas 4, 5, dan 6 dengan total sebanyak 133 orang anak (total sampling). Setiap anak bertugas mengumpulkan pot feses yang isinya kemudian diperiksa di laboratorium dengan mikroskop.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68,1% murid kelas 4 terinfeksi parasit usus, sedangkan murid kelas 5 dan 6 yang terinfeksi sebanyak 51,4% dan 75,9%. Dari angka tersebut, diketahui bahwa ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi parasit usus dengan tingkat pendidikan pada anak sekolah dasar di Kabupaten Bekasi pada tahun 2012.

ABSTRACT
An environtment with bad hygienity coupled with lack of understandimg amd implementation of Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) in many place in Indonesia cause the prevalence of intestinal prasitic infection stays high. Primary school children have the most risk to get the infection. Intestinal parasitic infection that is not managed properly can decrease the quality of life and distrub the learning process.
The aim of this research is to understand whether there is an association between intestinal parasitic infection and level of education on primary school children. The design study used in this research is cross scetional study with data taken from two primary schools located at Kabupaten Bekasi, stands near a landfills. The samples for this research is the 4th, 5th, and 6th grade students with a total of 133 children (total sampling). Each children had to collect a pot filled with their faeces which will be examined later under the microscope.
The result shows that as many as 68,1% of the 4th grade children are infected, meanwhile the number of infection for the 5th and 6th grade children are as many as 51,4% dan 75,9%. From the numbers, known that there are no meaningful association between intestinal parasitic infecion with level of education on primary school children in Kabupaten Bekasi in 2012."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendi Romadhon
"Perkembangan ekonomi dan teknologi menuntut ketersediaan tenaga kerja yang
mempunyai keahlian yang memadai. Data Produk Domestik Bruto (PDB) serta Sakemas
tahun 2003 dan 2006 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa setiap
kenaikan l persen pertumbuhan ekonomi membutuhkan pekerja berpendidikan Sl ke atas
sebesar 2,3 persen. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi pertumbuhan ekonomi
akan semakin banyak ketersediaan tenaga kerja berpendidikan Sl ke atas. Karena untuk
menghasilkan pekerja berpendidikan tinggi memerlukan pembiayaan yang cukup besar, maka subsidi pendidikan menjadi suatu hal yang tidak dapat guna mendukuug
pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi di masa akan datang.
Pemerintah Indonesia telah lama mencanangkan subsidi pendidikan guna menyiapkan
sumber daya manusia yang handal. Perubahan sasaran subsidi pendidikan terus berlangsung
sesuai dengan proses berjalannya waktu. Indonesia pernah mencanangkan wajib belajar 6
tahun, kemudian bergeser menjadi wajib belajar 9 tahun, bahkan saat ini masyarakat sudah
menuntut supaya dana pendidikan mencapai 20 persen dari APBN/APBD. Dibeberapa daerah
kaya, 20 persen anggaran untuk pendidikan telah terealisasi.
Social Accounting Matrix (SAM) Indonesia tahun 2006 digunakan untuk
mentransformasi pembahan alokasi anggaran subsidi pendidikan yang diluncurkan oleh
pemerintah, guna meningkatkan pendapatan rumah tangga yang pada akhirnya akan
mendorong rumah tangga mengalokasikan dananya untuk biaya pendidikan tinggi.
Sedangkan alur subsidi pendidikan dirunut dengan menggunakan Structural Path Analysis
(SPA).
Analisis dampak dari tabel SAM tahun 2006 menunjukkan bahwa setiap pertumbuhan
ekonomi naik sebesar 1 persen akan menyediakan kesempatan kerja berpendidikan Sl ke atas
sebanyak 24| ribu ekivalen tenaga kerja (EIK). Apabila dilihat pertumbuhannya, maka setiap
1 persen pertumbuhan ekonomi akan meminta pekerja berpendidikan S1 ke atas sebesar 4,l2
persen.
Apabila golongan rumah tangga secara desil berdasarkan jumlah
penduduk, maka 10 persen rumah tangga golongan paling bawah hanya menikmati pendapatan
rumah tangga secara keseluruhan sebesar Rp 35,1 triliun. Untuk 10 persen golongan rumah
tangga paling kaya menikmati pendapatan rumah tangga sebesar Rp 1.075,2 triliun. Ini
menunjukkan bahwa gap pendapatan antara rumah tangga 10 persen termiskin dengan rumah
tangga 10 persen terkaya sebesar 1 banding 31. Hasil simulasi subsidi pendidikan menunjukkan bahwa apabila subsidi pendidikan
diberikan secara merata ke seluruh rumah tangga, melalui fasilitas pendidikan, maka
pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan meningkat sebesar l4 persen. Jika subsidi
pendidikan hanya diberikan untuk rumah tangga golongan bawah, maka pengeluaran rumah
tangga untuk pendidikan meningkat sebesar 13 persen"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33990
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sona Salsabila
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari karakteristik diversitas pada Direksi, Dewan Komisaris, dan Komite Audit terhadap biaya agensi perusahaan. Penelitian ini juga mencari tahu apakah kepemilikan keluarga dapat mempengaruhi pengaruh karakteristik boards terhadap biaya agensi. Karakteristik boards yang diamati pada penelitian ini terbagi menjadi gender, usia, tenur, dan latar belakang pendidikan dari Direksi, Dewan Komsiaris, dan Komite Audit. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2011 hingga 2013. Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 200 perusahaan. Biaya agensi pada penelitian ini diproksikan melalui asset turnover ratio dan Selling, General, and Administrative (SGA) expense ratio.
Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa kehadiran Direksi wanita, usia Dewan Komisaris dan Komite Audit, masa jabatan Dewan Komisaris, dan tingkat pendidikan Dewan Komisaris dan Komite Audit berpengaruh positif terhadap agency cost, sedangkan masa jabatan Direksi berpengaruh negatif terhadap agency cost. Kemudian, besarnya kepemilikan keluarga juga terbukti berpengaruh pada hubungan beberapa karakteristik terhadap agency cost perusahaan, yaitu karakteristik gender pada Direksi dan Dewan Komisaris, usia Dewan Komisaris dan Komite Audit, dan tingkat pendidikan Komite Audit.

This study examines how diversity characteristics on boards affect agency cost, and also examines whether family ownership responds those relationships. Boards characteristics used in this study are gender, age, tenure, and level of education. Since the study uses companies in Indonesia, term of boards is divided into three subjects, they are Board of Director (BoD), Board of Commissioner (BoC), and Audit Committee (AC). This study uses asset turnover ratio and Selling, General, and Administrative (SGA) expense ratio as the proxy for agency cost. Based on criteria on determining the sample from companies listed on Indonesia Stock Exchange (IDX) in 2011, 2012, and 2013, this study has 200 companies as the observation.
The results suggest that proportion of women in BoD, BoC and AC's age, BoC's tenure, and BoC and AC's level of education have positive impact on agency cost, whereas BoD's tenure is negatively related to agency cost. This research also finds that family ownership has impacts on the relationship between some board diversity and agency cost. The board diversities affected by the family ownership refer to gender of Bod and BoC, age of BoC and AC, and level education of AC.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S56343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edo Rezaprasga
"ABSTRAK
Soil-transmitted helminthes (STH) adalah penyakit yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama di daerah terpencil dan kumuh. Desa Pacet, Cianjur merupakan daerah pertanian yang penduduknya bekerja sebagai petani dan anak-anaknya sering membantu orang tuanya berkebun/atau kontak dengan tanah sehingga berrisiko terinfeksi STH. Tujuan riset ini adalah mengetahui hubungan perilaku membersihkan diri murid yang berhubungan dengan dengan STH dan tingkat pendidikannya. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan subyek semua murid madrasah X, di desa Pacet, Cianjur. Data dikumpulkan pada 10-11 September 2011 dengan meminta murid untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai perilaku membersihkan diri. Data dianalisis dengan program SPSS versi 20 dan diuji dengan chi square. Hasilnya menunjukkan murid tsanawiyah yang berperilaku buruk adalah 11,7%, sedang 54%, dan baik 34,1% sedangkan aliyah 18%, 9.5%, dan 46%. Pada uji chi-square tidak terdapat perbedaan bermakna antara Tingkat perilaku membersihkan diri dengan tingkat pendidikan (p=0.210). Disimpulkan perilaku membersihkan diri murid tidak berhubungan dengan tingkat pendidikan di madrasah.

ABSTRACT
Soil-transmitted helminthes (STH) is a disease that has always been a health problem in Indonesia especially in the rural areas, slums, and densely-populated areas. Pacet Village, Cianjur is a plantation area in which the villager?s profession is usually agricultural-related. In addition, their children often help their parents at the plantation which cause the children to be exposed to soil and thus at risk for STH infection. The purpose of this research is to know the association between the self-hygiene behavior related to STH infection and their level of education. This study uses a cross-sectional study design with all of the students in madrasah X in Pacet Village, Cianjur as the subject. The data was collected in 10-11 September 2011. During data, all of the students are asked to fill the questionnaire to assess their level of self-hygiene behavior. The data is analyzed using SPSS 20.0 and are tested with chi-square. The result shows that tsanawiyah students that have poor self-hygiene behavior are 9.5%, tsanawiyah students that have ?fair? score are 56.8%, and tsanawiyah student that have ?good? score are 33.5% whereas 18% of aliyah students had ?poor? score, 46% of tsanawiyah student have ?fair? score and 36% of tsanawiyah student had ?good? score. Result analysis using Chi-square shows that there is no significant association between the level of self-hygiene behavior and level of education (p=0.210). In conclusion, there is no association between self-hygiene behavior and level of education in madrasah students"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kushartanti
"Teaching Indonesian in formal schools today is regarded as a challenge by many Indonesian teachers. In a country like Indonesia, in which language situation is very complex due to many languages and dialects (and also the fast-growing English usage in big cities), this phenomenon can be understood. Since the country?s independence, there have been several curricula?one of them is Kurikulum Berbasis Kompetensi (competence-based curriculum), the newest being Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Unit Level of Education-Based Curriculum). The latter seems to be regarded as the most ideal curriculum, because it can be adjusted to the regions? policy. The problems are that there are still Ujian Nasional (national examination) and that the ?readability? of the curriculum is still a big question for many teachers. This paper is focused on the elementary school teacher?s strategies on applying the curriculum. This paper also discusses the curriculum, some principles on language learning, and the emergence of literary matters."
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2007
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Ramadhan Widitya
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh diversitas direksi terhadap praktik manajemen laba. Penelitian ini juga bertujuan untuk menguji peran komite audit sebagai variabel moderasi terhadap pengaruh diversitas direksi pada praktik manajemen laba. Pada penelitian ini, diversitas direksi dibagi menjadi 4 empat variabel, yaitu diversitas gender, diversitas tingkat pendidikan, diversitas masa jabatan, dan diversitas etnis. Untuk masing-masing diversitas, diukur menggunakan Blau Index. Manajemen laba diukur dengan menggunakan model Kasznik-Kothari. Komite audit sebagai variabel pemoderasi diukur menggunakan ASEAN Corporate Governance Scorecard. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari perusahaan-perusahaan publik non-keuangan di Indonesia selama periode 2014-2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang pada dewan direksinya terdapat diversitas tingkat pendidikan, dapat mencegah praktik manajemen laba di perusahaan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa peran komite audit sebagai pemoderasi, dapat menjadikan diversitas gender pada direksi berpengaruh negatif terhadap manajemen laba dan memperlemah hubungan negatif diversitas tingkat pendidikan terhadap manajemen laba. Selain itu, komite audit sebagai pemoderasi dapat menjadikan diversitas masa jabatan pada direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Namun, komite audit tidak dapat memberikan peran moderasinya pada hubungan diversitas etnis dan manajemen laba, karena setelah dimoderasi komite auditpun diversitas etnis tetap tidak mampu mempengaruhi manajemen laba.

The purpose of this study is to examine the effect of diversity on board of directors on earnings management. This research also examines the influences of audit committee as the moderator effect to diversity on board of directors on earnings management. In this research, diversity on board of directors is divided into 4 four variables, i.e. gender diversity, level of education diversity, tenure diversity and ethnic diversity. Each diversity is measured using Blau Index. Earnings Management is measured using accrual based Kasznik Kothari model. As a moderator effect, audit committee measured by ASEAN Corporate Governance Scorecard. This study using secondary data derived from publicly non financial listed firms in Indonesian during 2014 2016.
The results show evidences that companies with more diversified level of education on board of directors can make lower earnings management. The results also show that the role of the audit committee as a moderator can make the gender diversity of the directors negatively affect earnings management and weaken the negative relationship of education level to profit management. In addition, the audit committee as moderator can make the diversity of tenure on the board of directors have a positive effect on earnings management. However, the audit committee can not provide its moderating role in the relationship of ethnic diversity and earnings management, because once the audit committee is moderated the ethnic diversity remains unable to influence earnings management.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Saidati Salsabila
"Problematika program CSR korporasi di bidang industri ekstraktif Indonesia salah satunya ialah merealisasikan dampak positif yang cenderung fokus pada hasil akhir (outcome) tanpa memperhatikan kualitas akseptor program yang dijalankan. Berbagai hasil kajian menuturkan pentingnya menimbang sejauh mana tingkat kapabilitas masyarakat dicapai guna menyokong keberhasilan dan dampak positif program CSR yang justru diabaikan oleh eksekutor program. Merespon hal tersebut korporasi perlu merevisi peningkatan kapabilitas masyarakat dengan mengintegrasikan aspek kualitas keberhasilan program. Penelitian ini diselenggarakan dengan melihat program CSR Otonomi Ekonomi PT. Barasentosa Lestari (BSL) melalui metode penelitian kuantitatif dengan mengonfirmasi pengaruh tingkat partisipasi melalui tingkat kapabilitas masyarakat desa terhadap dampak - dampak yang dihasilkan dari program CSR Otonomi Ekonomi PT. Barasentosa Lestari (BSL). Unit analisis studi ini merupakan individu (pekerja) akseptor program CSR korporasi PT. BSL. Studi evaluasi formatif ini bertujuan untuk memperoleh strategi improvisasi yang dapat diaplikasikan pada masa program berjalan selanjutnya. Analisis SWOT digunakan dalam menyusun model konkret evaluasi program. Hasil studi ini menunjukkan bahwa penerima program memiliki tingkat partisitpasi, tingkat kapabilitas, dan tingkat dampak program yang cenderung rendah. Adapun Tingkat partisipasi dan tingkat kapabilitas terbukti memiliki korelasi positif terhadap tingkat dampak program dengan nilai korelasi sebesar 0.609 dan 0.721. Hasil Analisis multivariat juga menunjukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari tingkat partisipasi melalui tingkat kapabilitas penerima program terhadap tingkat dampak yang dihasilkan oleh program. Adapun response rate pada survey kuesioner yang disebar oleh peneliti menghasilkan response rate sebesar 75.0%. Berdasarkan temuan ini, peneliti menyusun analisis SWOT dalam bentuk model aplikatif yang dapat meningkatkan dampak program melalui peningkatan partisipasi dan kapabilitas program.

One of the problems with corporate CSR programs in the Indonesian extractive industry sector is that realizing positive impacts tends to focus on the final result (outcome) without paying attention to the quality of the program's acceptors. Various study results show the importance of considering the extent to which the level of community capability is achieved in order to support the success and positive impact of CSR programs, which is actually ignored by program executors. In response to this, corporations need to revise increasing community capabilities by integrating quality aspects of program success. This research was conducted by looking at PT's Economic Autonomy CSR program. Barasentosa Lestari (BSL) through quantitative research methods by confirming the influence of the level of participation through the level of capability of the village community on the impacts resulting from PT's Economic Autonomy CSR program. Barasentosa Lestari (BSL). The unit of analysis for this study is the individual (worker) acceptor of PT's corporate CSR program. BSL. This formative evaluation study aims to obtain improvisational strategies that can be applied in the future of the program. SWOT analysis is used in developing a concrete model for program evaluation. The results of this study show that program recipients tend to have low levels of participation, levels of capability, and levels of program impact. The level of participation and level of capability are proven to have a positive correlation with the level of program impact with correlation values of 0.609 and 0.721. The results of the multivariate analysis also show that there is a significant influence of the level of participation through the level of capability of program recipients on the level of impact produced by the program. The response rate in the questionnaire survey distributed by the researchers resulted in a response rate of 75.0%. Based on these findings, researchers prepared a SWOT analysis in the form of an applicable model that can increase the impact of the program through increasing participation and program capability."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>