Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Olga Oktiviani Prasaktio
Abstrak :
Mixue merupakan perusahaan franchise yang menjual es krim dan minuman teh yang berasal dari Zhengzhou, Henan, Tiongkok dan didirikan pada tahun 1997. Di Indonesia sendiri gerai mixue mulai hadir sejak tahun 2020 dengan gerai pertamanya yang berlokasi di Cihampelas Walk, Kota Bandung dan saat ini mulai berkembang. Pada tahun 2020 gerai mixue di Kota Bandung hanya berjumlah 4 gerai yang kemudian berkembang secara pesat pada tahun 2021-2022 sehingga pada saat ini berjumlah 70 gerai yang tersebar di seluruh Kota Bandung. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui karakteristik  lokasi dan menganalisis proses difusi gerai mixue di Kota Bandung yang dilihat berdasarkan gelombang, arah, jarak. dan tipe. Metode yang digunakan yaitu wawancara dengan beberapa responden terkait gerai mixue yang nantinya hasil yang didapat kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan keruangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Berdasarkan gelombang difusi gerai mixue memiliki persebaran yang lambat akan tetapi mengalami kenaikan yang tinggi pada periode t1 dan menurut pada periode t2 hingga t3. Menurut arah difusinya, gerai mixue cenderung mengarah ke wilayah Kota Bandung bagian Barat dan Selatan yang dibuktikan dengan jumlah gerai mixue yang meningkat pada wilayah tersebut dan memiliki tipe difusi yaitu gabungan antara difusi ekspansi dan relokasi dengan karakteristik lokasi mayoritas pada difusi gerai mixue yaitu karakteristik lokasi tipe C. ......Mixue is a franchise company that sells ice cream and tea drinks originating from Zhengzhou, Henan, China and was founded in 1997. In Indonesia, Mixue outlets started to appear in 2020 with the first outlet located at Cihampelas Walk, Bandung City and is currently starting develop. Expanding In 2020, there were only 4 mixue outlets in Bandung City, which then grew rapidly in 2021-2022 so that currently there are 70 outlets spread throughout Bandung City. This research aims to determine location characteristics and analyze the diffusion process of mixue outlets in Bandung City based on waves, direction, distance and type. The method used was interviews with several respondents related to mixue outlets. The results obtained were then analyzed using descriptive and spatial analysis. The results of the research show that based on the diffusion wave, mixue outlets have a slow spread but experience a high increase in the t1 period and was decreased in the t2 to t3 period. According to the direction of diffusion, mixue outlets tend to be directed towards the western and southern areas of Bandung City as evidenced by the increasing number of mixue outlets in these areas and have a diffusion type, with type C location characteristics as the majority.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ismail Hidayat
Abstrak :
Perpustakaan merupakan sebuah lembaga informasi yang memiliki tugas mengumpulkan koleksi bahan pustaka dan mengolah informasi didalamnya agar berguna bagi para pemustaka. Kegiatan menjaga koleksi bahan pustaka beserta informasi didalamnya disebut preservasi. Kegiatan preservasi mencakup menata ruang peyimpanan koleksi, menyeleksi pegawai perpustakaan, menentukan teknik atau metode yang digunakan dalam pemeliharaan perpustakaan, mengoleksi bahan pustaka, dan merawat informasi yang terkandung didalamnya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Fokus penelitian kualitatif pada kegiatan yang berhubungan dengan preservasi preventif di DISARPUS Kota Bandung, yaitu merawat dan menjaga keadaan fisik koleksi bahan pustaka serta menjaga kandungan informasi didalamnya. Preservasi preventif yang dilakukan di perpustakaan dimulai dari membersihkan debu secara teratur setiap hari dengan menggunakan penyedot debu, menggunakan rak besi sebagai tempat penyimpanan buku, mengecat rak buku tiap tahun, melakukan pengasapan (fogging), menabur kapur barus, dan menjaga suhu ruangan pada kisaran 20-24 derajat celcius. Kendala yang ditemui anatar lain: minimnya teknologi, SDM yang masih kurang, dan kurangnya anggaran. Kegiatan preservasi preventif yang sudah dilakukan di perpustakaan umum DISARPUS Kota Bandung dapat dinilai baik. Nilai terebut diperoleh karena proses kegiatan yang dilakukan sesuai dengan prosedur preservasi dan koleksi buku perpustakaan yang mengalami kerusakan parah dinilai minim.
Yogyakarta: Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2023
020 JPK 3:2 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Yulianti
Abstrak :
Skripsi ini membahas bagaimana cara Ridwan Kamil dalam melakukan pembangunan Kota Bandung melalui praktik kepemimpinan transformasional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan post positivis melalui teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Ridwan Kamil mampu mempraktikkan komponen kepemimpinan transformasional yang dikemukakan oleh Bernard Bass. Komponen tersebut adalah idealize influence, inspirational motivation, intellectual stimulation dan individualized consideration. Salah satu komponen yang paling menonjol adalah intellectual stimulation yaitu bagaimana cara Ridwan Kamil memvisualisasikan ide/kebijakannya sebagai cara untuk mendorong bawahan dalam menyelesaikan masalah.
This thesis discusses how Ridwan Kamil is doing Bandung City development through the practice of transformational leadership. This research was conducted using a post- positivist approach through qualitative data collection techniques, namely in-depth interviews. This research was conducted using a positivist approach through qualitative data collection techniques, namely in-depth interviews. The results showed that Ridwan Kamil was able to practice the components of transformational leadership put forward by Bernard Bass. These components are idealized influences, inspirational motivation, intellectual stimulation and individualized consideration. One of the most prominent components is intellectual stimulation, which is how Ridwan Kamil encourages subordinates to solve a problem.
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brigita Widya Patria
Abstrak :
Masalah kesehatan mental merupakan salah satu tantangan Kota Bandung dalam rangka mempertahankan kualitas hidup penduduk. Kualitas hidup dipengaruhi oleh karakteristik spasial tempat tinggal sehingga kualitas hidup memiliki ketergantungan spasial. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kepadatan penduduk sebagai fitur lingkungan dan ruang yang memengaruhi kualitas hidup. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketergantungan spasial dari setiap domain kualitas hidup dihubungkan dengan angka kepadatan penduduk yang dilakukan pada 486 partisipan di atas 18 tahun yang berasal dari 151 kelurahan di Kota Bandung secara daring. Kualitas hidup diukur menggunakan alat ukur The World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) versi Indonesia yang terdiri dari 26 item. Angka kepadatan penduduk, nama, dan jumlah kelurahan diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Analisis yang dilakukan adalah analisis spasial seperti eksplorasi data dan autokorelasi spasial menggunakan GeoDa, serta regresi linear dan analisis deskriptif menggunakan IBM SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa domain kesehatan fisik (r = -0,064), domain hubungan sosial (r = -0,008), dan domain lingkungan (r = -0,022) pada kualitas hidup tidak memiliki ketergantungan spasial, kecuali domain keadaan psikologis (r = 0,02). Selain itu, hasil juga menunjukkan bahwa kepadatan penduduk tidak dapat memprediksi ketergantungan spasial tersebut (p-value domain kesehatan fisik = 0,12, p-value domain keadaan psikologis = 0,28, p-value domain hubungan sosial = 0,47, p-value domain lingkungan = 0,37). ......Mental health issue is one of Bandung City’s challenges to maintan the quality of life. Quality of life is determined by spatial characteristics of residence, so that quality of life has spatial dependence. In this study, researcher used population density as an environmental and spatial features that affect quality of life. Hence, this study aims to see the spatial dependence of each domain of quality of life associated with population density which was conducted on 486 participants over 18 years from 151 Bandung City’s sub-district by spreading online questionnaires. Quality of life was measured using Indonesian version of The World Health Organization Quality of Life - Bref (WHOQOL-Bref) Scale which consists of 26 items. The data of population density, name, and number of sub-district was obtained from Badan Pusat Statistik Kota Bandung. The analysis carried out is spatial analysis such as data exploration and spatial autocorrelation by using GeoDa, linear regression and descriptive analysis by using IBM SPSS. This study shows that physical domain (r = -0,064), social domain (r = -0,008), and environment domain (r = -0,022) of quality of life have not a spatial dependence, except for the psychological domain (r = 0,02). In addition to that, the results also show that population density cannot predict this spatial dependence (p-value physical domain = 0,12, p-value psychological domain = 0,28, p-value social domain = 0,47, p-value environment domain = 0,37).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gibran Humam Fadlurrahman
Abstrak :
Artikel ini membahas perencanaan dan pembangunan Kota Bandung sebagai upaya pemindahan ibu kota Hindia Belanda pada 1916–1933. Rencana pemindahan ibu kota berawal ketika adanya permasalahan higenitas di Batavia pada awal dekade 1900-an. Kemudian pada 1916, muncul H.F. Tillema yang melaporkan kota-kota di pantai utara Jawa kurang menyehatkannya jika dijadikan pusat kegiatan administrasi pemerintah kolonial, sehingga disarankan ibu kota Hindia Belanda sebaiknya dipindahkan ke Kota Bandung. Proses perencanaan dan pembangunan terus berlangsung hingga didirikannya Technische Hoogeschool te Bandoeng, Gedung Sate, stasiun radio Malabar, hingga fasilitas dan sarana kota lainnya. Sayangnya pembangunan Kota Bandung kurang mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat sebagai persiapan pemindahan ibu kota Hindia-Belanda dan harus terhenti pada 1933, dikarenakan adanya Krisis Malaise yang terjadi sejak 1929. Penelitian ini berfokus pada perencanaan dan pembangunan Kota Bandung dalam persiapan pemindahan ibu kota Hindia Belanda pada 1916–1933 dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri dari heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. ......This article discuss the plan and development of Bandung City as an initiative to relocate the capital of the Netherlands East Indies in 1916-1933. The plan to relocate the capital city began when there were hygiene problems in Batavia in the early 1900s. In 1916, H.F. Tillema reported that the cities on the north coast of Java were incapable to be used as the center of administrative colonial government activities because of its unhealthiness, thus recommended that the capital of the Netherlands East Indies should be relocated to the Bandung City. The planning and development process continued until the establishment of the Technische Hoogeschool te Bandoeng, Gedung Sate, Malabar radio station, and other city facilities and infrastructure. Unfortunately, the development of Bandung City lacked support from the central government in preparation for the relocation of the capital of the Netherlands East Indies and was stopped in 1933, due to the Malaise Crisis that had occurred since 1929. This research focuses on the planning and development of Bandung City in preparation for the transfer of the capital of the Netherlands East Indies in 1916-1933 using historical methods consisting of heuristic, verification, interpretation, and historiography.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Novita Setiyanto
Abstrak :
Kota Bandung mengalami kemajuan pesat setelah pembangunan jalur kereta api Cianjur-Bandung 1884 yang menyebabkan mobilitas kota meningkat. Kedatangan para penduduk Eropa menjadikan kota Bandung memasuki era modernisasinya pada saat itu, khususnya di kawasan Bragaweg, sehingga terlihat bagaimana kehidupan para elite Eropa di kawasan tersebut. Kawasan Bragaweg menjadi jantung dari kehidupan kota Bandung sehingga muncul berbagai tempat yang menyediakan kebutuhan primer hingga sekunder di kawasan Bragaweg. Salah satunya adalah Maison Bogerijen yang berdiri pada tahun 1918. Permasalahan penelitian adalah bagaimana dinamika Maison Bogerijen pada 1918-1923 dan dampak apa yang ditimbulkan atas hadirnya Maison Bogerijen di kawasan Bragaweg. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang didukung dengan konsep gaya hidup dari David Chaney. Korpus yang digunakan adalah De Preangerbode, De Indische Courant, Deli Courant dan Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indi�. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Maison Bogerijen sejak 1918 hingga 1923 mengalami perkembangan yang sangat signifikan setiap tahunnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Maison Bogerijen menjadi simbol gaya hidup elite Eropa di Bandung dan memiliki daya tarik tersendiri untuk para penikmatnya. Rata-rata penikmat dari restoran Maison Bogerijen adalah kelompok menengah keatas. Mereka memiliki hak istimewa atas jabatan atau kekayaan yang mereka miliki untuk menjadi penikmat dari Maison Bogerijen. ......The city of Bandung experienced rapid progress following the construction of the Cianjur-Bandung railway line 1884, which led to increased urban mobility. The arrival of European newcomers pushed Bandung City to enter its modernization era at that time. Therefore, it is common to find the European elite lifestyle being exhibited in Bandung City, particularly in the Bragaweg area. The Bragaweg area is the heart of Bandung city. Consequently, various places providing both primary and secondary needs emerged in the Bragaweg area. One of which is the establishment of Maison Bogerijen in 1918. The research problem of this study is to examine the dynamics of Maison Bogerijen between 1918 and 1923 and the impacts it caused in Bragaweg area. This study utilizes a historical research method supported by the concept of lifestyle by David Chaney. The corpus used includes De Preangerbode, De Indische Courant, Deli Courant, and Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indi�. The result of this study shows that Maison Bogerijen experienced significant development each year from 1918 to 1923. This study concludes that Maison Bogerijen has its own allure to enthusiasts. Predominantly, the connoisseurs of the Maison Bogerijen restaurants are the upper middle class. It requires having privileges of position or wealth to become connoisseurs of Maison Bogerijen.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Kusmiati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengkaji proses distribusi Raskin di Kota Bandung, (2) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rumah tangga menerima raskin dan mempengaruhi ketepatan sasaran penerimaan raskin (3) merumuskan rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan program subsidi pangan. Studi dilakukan di Kota Bandung. Menggunakan data SUSENAS untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan program dalam pencapaian indikator tepat yaitu tepat sasaran, tepat jumlah dan tepat harga. Sedangkan model regresi logistik (logit) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menentukan suatu rumah tangga menerima raskin atau tidak. Hasil penelitian berdasarkan data Susenas 2013 ditemukan bahwa bahwa sejak penerapan program raskin gratis, angka participation rate, exclusion Error dan inclusion error bertambah dibandingkan 3 tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil temuan tersebut, penulis memberikan saran yaitu penajaman metode penetapan target sasaran, dan dukungan dana APBD dapat diganti menjadi penambahan quota beras raskin sehingga lebih banyak jumlah raskin yang diterima oleh penerima manfaat yang berhak.
This reseach aims to investigates (1) reviewing distribusion alocation of Raskin in Bandung (2) analyze the affecting factors influence on the efficiency of raskin targeting (3) Formulating recomendation for more food subsidy . This study based on National Socio Economic Survey data (Susenas) collected by Central Bureau of Statistic (BPS). Logistic regression model was used to identify factors affecting probability of a household to receive raskin or not. The results of analysis indicated after free Raskin Food Subsidy Program, participation rate, exclusion Error dan inclusion error increase compared than 3 years earlier. Based on this conclusion, recommendation is provide additional quota for raskin for beneficiaries.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T42837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Sobana Hardjasaputra
Abstrak :
ABSTRACT
Bandung city was founded by R.A. Wiranatakusumah I1, the sixth regent of Bandung (1794 _ 1829). It was originally a traditional city that was established as the center of the governmental regency. The result of the study concluded that 25 September 1810 is the birth of the city. So, the date is considered as the starting point of social changes of the city in the nineteenth century. The social changes in Bandung in 1810 _ 1906 were caused due to the interaction of many factors. Among these factors involved three aspects : authority, city physic, and social economic. The first authority was held by both bupati (regent) and governor general/resident. Both authorities influenced the change process of the physic of the city and its sosial economic. So, the interaction of one aspect to the others is the basic pattern of the changes. he process of the changes lasted in three phases. Each was based on the city function. First, as the capital of the regency (1810 _ 1864). The second, as the capital of the residency as well as the first function (1864 _ 1884), and third as the center of the train transportation of ""West Line"", as well as playing the role of the first and the second functions (1884 _ 1906). The changes of the first phase was slow, but it was faster on the second phase and fastest on the last phase. The main factors that supported the speed of the third phase were the train tranportation (technological factor), and the foreign businessmen as well as the social institution who took the important role in developing city. It is concluded that the social change of Bandung city from 1810 to 1906 had unilinear character, that was from traditional condition to the modern condition."
2002
D1634
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Makarim
Abstrak :
Fenomena Urban Heat Island (UHI) menjadi ancaman serius bagi kota-kota di dunia. Penanaman vegetasi merupakan salah satu langkah yang menjadi tindakan mitigasi dalam mengurangi efek UHI. Sementara ketersediaan ruang vegetasi dalam wilayah perkotaan diwujudkan dengan adanya taman kota. Pada 2013-2018 lalu, terdapat upaya signifikan dari Pemerintah Kota Bandung dalam membangun dan merevitalisasi taman di Kota Bandung dengan istilah konsep taman tematik. Pembangunan taman tersebut dilakukan dalam upaya memenuhi fungsi dasar taman, salah satunya fungsi ekologis. Park Cooling Intensity (PCI) adalah selisih antara rata-rata suhu permukaan di dalam taman dengan rata-rata suhu permukaan di luar taman. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui nilai dan distribusi spasial PCI di wilayah sekitar taman Kota Bandung. Hasil penelitian ini menunjukan adanya PCI yang dihasilkan oleh taman di Kota Bandung sebesar 0,4-2,14˚C dengan rata-rata PCI sebesar 0,94˚C. Karakteristik taman memiliki peran yang penting dalam mempengaruhi nilai PCI yang dihasilkan oleh suatu taman. ......The Urban Heat Island (UHI) phenomenon is a serious threat to cities around the world. Planting vegetation is one of the steps that become mitigation actions in reducing the effects of UHI. While the availability of vegetation space in urban areas is realized by the existence of city parks. In 2013-2018, there was a significant effort from the Bandung City Government in building and revitalizing parks in Bandung City with the term thematic park concept. The park development was carried out to fulfill the basic functions of the park, one of which is the ecological function. Park Cooling Intensity (PCI) is the difference between the average surface temperature inside the park and the average surface temperature outside the park. This study was conducted with the aim of knowing the value and spatial distribution of PCI in the area around Bandung City Park. The results of this study show that the PCI generated by parks in Bandung City is 0.4-2.14˚C with an average PCI of 0.94˚C. Park characteristics have an important role in influencing the PCI value generated by a park.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Kusumawardhani
Abstrak :
Pertumbuhan permukiman kumuh merupakan tantangan urbanisasi dewasa ini. Permukiman kumuh ditandai dengan keterbatasan infrastruktur dasar permukiman, salah satunya adalah tidak tersedianya infrastruktur pengelolaan persampahan yang memadai. Kota Bandung sebagai bagian dari kota metropolitan tidak luput dari tantangan ini, sehingga dipilih tiga daerah sebagai perwakilan kawasan kumuh sebagai objek penelitian. Ketiga daerah tersebut adalah Kelurahan Tamansari (kumuh berat% Kelurahan Babakan Ciamis (kumuh sedangj, dan Kelurahan Cihaurgeulis (kumuh ringan). Analisis kondisi pengelolaan persampahan eksisting dilakukan dengan perhitungan Indeks Kualitas Tanah (IKT) permukiman. Penelusuran kemungkinan perbaikan kondisi infrastruktur pengelolaan persampahan dilakukan dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP) yang membantu pengambilan keputusan dengan perbandingan prioritas dari para pakar di bidang pengelolaan lingkungan hidup. Hasil perhitungan IKT menunjukkan bahwa kualitas tanah Kelurahan Tamansari adalah yang terburuk dengan nilai IKT 18,5, Kelurahan Babakan Ciamis bernilai IKT 47,5, dan Kelurahan Cihaurgeulis yang terbaik dengan nilai IKT 73,5. Analisis AHP menghasilkan alternatif solusi infrastruktur pengelolaan persampahan terbaik untuk ketiga kelurahan adalah dengan komposting untuk mengelola sampah organik dan bank sampah untuk mengelola sampah anorganik. Masing-masing jumlah unit yang dibutuhkan adalah 20 unit untuk Kelurahan Tamansari, 8 unit untuk Kelurahan Babakan Ciamis, dan 11 unit untuk Kelurahan Cihaurgeulis.
Jakarta: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2016
728 JUPKIM 11:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>