Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiara Sophie Trinita
"Transjakarta menjadi salah satu pilihan utama dari banyak opsi moda transportasi umum di Jakarta mengakomodasi kepadatan dan dinamika dalam kesibukan Kota Jakarta. Dalam hal ini, Transjakarta menjadi titik berangkat untuk mengakomodasi secara kolektif tubuh perempuan yang terkekang dalam norma-norma yang membatasi ruang gerak perempuan yang dimanifestasikan sebagai ruang. Dengan menggunakan pendekatan fenomenologi ketubuhan yang dikembangkan oleh Maurice Merleau-Ponty (1908—1961), penelitian ini berupaya untuk menguak relasi antara tubuh perempuan Jakarta dengan Transjakarta dalam gerakan di ruang perkotaan dan melalui Iris Marion Young (1949—2006) sebagai penyetara, bagaimana pengalaman ketubuhan dengan ruang memungkinkan menyibak struktur-struktur dominan. Sebagai penelitian kualitatif dengan metode fenomenologis, wawancara mendalam digunakan guna menelisik pengalaman subjektif dengan pengalaman langsung yang dihidupi terkait dengan keseharian perkotaan yang diwujudkan dalam Transjakarta. Dengan demikian, hasil penelitian ini menunjukan bagaimana interaksi tubuh dan partisipasi aktifnya dengan Transjakarta menjadi liberasi pengalaman tubuh perempuan secara kolektif meretas dan mendobrak struktur-struktur patriarkal dan pembatas-pembatas yang ada.
Transjakarta is one of the main choices of many public transportation mode options in Jakarta to accommodate the density and dynamics in the busy city of Jakarta. In this case, Transjakarta is a departure point to collectively accommodate women's bodies that are constrained in norms that limit women's movement space that is manifested as space. Using the phenomenological approach of the body developed by Maurice Merleau-Ponty (1908-1961), this study seeks to uncover the relationship between the body of Jakarta women and Transjakarta in the movement in urban space and through Iris Marion Young (1949-2006) as an equal, how the experience of the body with space allows to reveal the dominant structures. As qualitative research with phenomenological methods, in-depth interviews are used to examine subjective experiences with direct experiences lived related to urban daily life embodied in Transjakarta. Thus, the results of this study show how the interaction of the body and its active participation with Transjakarta becomes the liberation of the experience of the female body collectively hacking and breaking down the patriarchal structures and existing barriers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Nur Hanifah
"Kebebasan dan ketubuhan merupakan dua hal yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Ketubuhan dapat dimaknai sebagai sebuah keberadaan eksistensial seperti yang tertuang di dalam novel Un Pays Pour Mourir (2015) karya Abdellah Taïa. Novel ini menceritakan tentang kehidupan tokoh utama yang bernama Zahira, seorang perempuan Maghribi yang bermigrasi ke Paris bersama dengan teman-temannya yang sama-sama berprofesi sebagai pelacur. Hal yang ingin dipaparkan melalui artikel ini adalah bagaimana setiap tokoh menggunakan tubuh mereka untuk mendapatkan kebebasannya sehingga mereka sadar atas eksistensi dirinya dan pada akhirnya dapat menempatkan dirinya sebagai subjek di dunianya. Berdasarkan metode kualitatif, ditemukan bahwa unsur ketubuhan menjadi penggerak fungsi utama di dalam novel ini sekaligus hambatan utama yang dihadapi oleh para tokoh baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sosialnya. Melalui konsep kebebasan dan ketubuhan yang dihadirkan oleh penulis, timbul kesadaran mengenai kebebasan yang mereka miliki atas tubuhnya sehingga masing-masing tokoh akan memahami eksistensinya melalui tubuh yang mereka miliki. Tubuh yang dimiliki oleh seseorang seringkali dijadikan sebagai alat untuk mendapatkan kebebasan tersebut, baik untuk untuk tetap bertahan hidup dan menikmati kebebasan di dunia, atau dengan mematikan tubuhnya sehingga mendapatkan kebebasan yang abadi atau kematian.

Freedom and body are two things that are related to one another. The body can be interpreted as an existential being as stated in the novel Un Pays Pour Mourir (2015) by Abdellah Taïa. This novel tells about the life of the main character Zahira, a Maghreb woman who migrated to Paris with her friends and worked as prostitutes. This article discusses how each character uses their bodies to get their freedom so that they are aware of their existence and can finally place themselves as subjects in their world. Based on the qualitative method, it was found that the physical element becomes the main issue in this novel as well as the main obstacle faced by the characters both from the family and society. Through the concepts of freedom and body presented by the author, awareness arises about the freedom they have over their bodies so that each character will understand their existence through the bodies they have. A person's body is often used as a tool to get that freedom, either to survive and enjoy freedom in the world, or by turning his body off to get eternal freedom or death."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sali Rahadi Asih
"Kanker payudara menempati salah satu urutan teratas penyakit yang membahayakan jiwa manusia. Penanganan utama kanker payudara dilakukan melalui operasi pengangkatan payudara, atau maslektomi. Wanita mastektomi mengalami berbagai macam fenomena yang, mempengaruhi kondisi fisiologis dan psikologis. Adapun kondisi Esiologis berkaitan dengan rangkaian penanganan dan efek samping obat. Kondisi psikologis berkaitan dengan penyakit kanker, efek pengangkatan payudara dan hubungan sosial. Berbagai fenomena diatas menimbulkan berbagai dinamika emosi,kecemasan, pikiran dan konflik yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri. Oleh karena itu informasi mengenai dinamika diatas perlu diketahui untuk membantu proses penyesuaian diri wanita mastektomi. Dalam ilmu Psikologi terdapat berbagai macam tes, salah satunya adalah thematic Apperception Test (TAT) yang merupakan tes proyektif Tes ini memiliki stimulus berupa gambar dan memunculkan respon yang bervariasi pada tiap individu. Tujuan tes ini mengungkap dorongan-dorongan dominan, emosi-emosi, sentimen-setimen, kompleks serta konilfik yang bersifat tidak kentara dan termenifestasi dalam hubungan interpersonal individu. Pemberian TAT pada wanita mastektomi bertujuan mengungkap berbagai pikiran dan perasaan yang terhambat karena tidak mau diakui ataupun tidak dapat diakui karena tidak dlsadari. Hasil yang didapatkan dari TAT digunakan untuk membantu wanita mastektomi untuk lebih memahami diri mereka sehingga membantu dalam proses penyesuaian diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran respon TAT pada wanita maslektomi, persepsi wanita mastektomi mengenai imej ketubuhan, hubungan seksual/suami-istri dan fenomena kematian. Anammesa digunakan sebagai informasi mengenai persepsi subyek yang bersedia diungkap. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif, menggunakan data primer berupa anamnesa subyek dan respon-respon yang diperoleh dari TAT. Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian adalah lima orang wanita mastektomi. Hasil penelilian menunjukkan bahwa TAT dapat mengungkap dinamika pikiran dan perasaan yang lebih kaya dibandingkan anamnesa subyek. Persepsi subyek mengenai imej ketubuhan adalah merasa diri tidak lengkap tidak percaya diri dengan tubuhnya dan rasa iri terhadap wanita lain yang benasib berbeda Ada kekhawatiran akibat kehilangan bagian tubuh vital yang, berkaitan dengan pembentukan citra diri mereka sebagai seorang perempuan. Persepsi subyek mengenai hubungan seksual/suami adalah merasa tidak berdaya, merasa cemas dan merasa bersalah akibat ketidakmampuan mereka sebagai partner dalam hubungan seksual. Subagian besar subyek beranggapan bahwa mereka memiliki kontribusi timbulnya masalah dalam hubungan perkawinan. Persepsi obyek mengenai fenomena kematian adalah perasaan cemas yang mendalam menghadapi kematian. Rasa bingung dan ketakutan timbul akibat adanya penolakan diri terhadap kematian itu sendiri yang setiap saat bisa datang. Dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, hambatan yang dialami oleh subyek karena adanya perasaan tegang dan cemas, ketidakberdayaan, kebingungan dalam hidup, serta memsakan ketidakpastian. Selain itu keinginan diri untuk keluar dari masalah namun merasa diri tidak berdaya menjadi konflik yang terus timbul dalam diri mereka."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T38386
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Pitaloka
"ABSTRAK
Menjadi seorang perempuan di dalam masyarakat yang patriarkal kerap kali membuat perempuan mengalami opresi dan kekangan sehingga ia tidak bisa secara utuh memiliki kuasa atas tubuhnya. Pengalaman ketubuhan dalam kultur patriarkal tersebut dapat diekspresikan perempuan melalui praktik modifikasi tubuh, salah satunya adalah tato. Jika dahulu tato erat dengan hal-hal yang berkaitan dengan spiritualitas dan kriminalitas, kini tato sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum perkotaan. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi, praktik bertato bagi sebagian perempuan yang sadar akan isu gender dan perempuan, dimaknai sebagai sebuah tindakan untuk merebut kembali tubuh mereka dari kultur patriarki. Pemaknaan yang diberikan berdasar pada pengalaman ketubuhan yang dialami, seperti kekerasan seksual, opresi verbal terhadap bentuk tubuh, dan kekangan aturan dari keluarga patriarkal. Selain itu, pemaknaan tersebut juga dipengaruhi oleh lingkup pertemanan informan yang juga paham akan permasalahan tubuh perempuan.

ABSTRACT
Born as women in patriarchal society often creates oppression and restraint, towards their body. This fact takes their authority over their bodies. These bodily experiences expressed through various body modification practices, such as tattoo. In the past, tattoo is related with spirituality and criminality, but now, tattoo has become a urban lifestyle. Based on in-depth interview and observation held in this study with women who have knowledge with gender and woman issues, a tattoo practice means reclaiming their body from patriarchal culture. The meaning is given based on their bodily experiences, such as sexual violence, verbal oppression of ideal body, and restraint from patriarchal family. This meaning come from their bodily experiences which also influenced by their peer group."
2016
S67947
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rimba Tiani Noor Hidayah
"Penelitian ini mengkaji aspek ketubuhan dalam proses menjadi perempuan dalam tiga cerpen dari kumpulan cerpen Manifesto Flora karya Cyntha Hariadi. Penelitian ini bertujuan menjelaskan gambaran perempuan yang mengalami represi dalam mengekspresikan tubuhnya di masyarakat secara mandiri. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kritik sastra feminis. Pendekatan tersebut digunakan untuk mendeskripsikan cara kerja patriarki sebagai alat yang mendikte baik buruknya perempuan atas tubuhnya pada tokoh perempuan dalam ketiga cerpen. Hasil penelitian ini menunjukkan bentuk-bentuk ketubuhan patriarkis yang berkaitan dengan mitos kecantikan, objektifikasi tubuh perempuan, dan fungsi reproduksi yang terdapat dalam kehidupan perempuan. Selain itu, ditunjukkan adanya dominasi patriarki dalam proses menjadi perempuan yang dialami oleh ketiga tokoh dalam cerpen serta perlu adanya rekonstruksi terhadap aspek ketubuhan perempuan yang feminis agar dapat mendukung proses menjadi perempuan tanpa dominasi maupun represi dari masyarakat patriarki.

This research examines the embodiment aspects in the process of becoming a woman in three short stories from Manifesto Flora by Cyntha Hariadi. This research aims to explain the description of woman who experience repression in expressing their bodies in society independently. The method used in this research is a qualitative method with a feminist literary criticism approach. The approach is used to describe how patriarchy works as a tool that dictates the good and bad of women over their bodies in the female characters in the three short stories. The results of this study show the forms of patriarchal bodies related to beauty myths, objectification of women's bodies, and reproductive functions found in women's lives. In addition, it shows the patriarchal domination in the process of becoming women experienced by the three characters in the short stories and the need for reconstruction of feminist aspects of women's bodies in order to support the process of becoming women without domination or repression from patriarchal society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ummanabiegh Ismail Jalla
"Penelitian ini mencoba mengartikulasikan bagaimana individu Transgender nonbiner mengoperasikan identitas gender mereka dari cisgender menjadi Trans nonbiner melalui praktik doing/undoing gender. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif fenomenologis dengan pendekatan naratif serta analisis visual. Teori yang digunakan antara lain adalah teori Performativitas oleh Judith Butler, Pluralisme Gender oleh Surya Monro dan Michael G. Peletz, dan teori-teori mengenai pembentukan makna. Penelitian ini menelusuri pengalaman hidup lima orang Trans nonbiner yang tinggal di Jakarta dan Yogyakarta terkait eksplorasi gender mereka. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa individu Trans nonbiner terus menerus melakukan praktik doing/undoing gender. Proses doing/undoing gender yang dilakukan mempengaruhi praktik ketubuhan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Kelima informan menyatakan bahwa proses doing/undoing yang mereka lakukan diawali dengan ketidaknyamanan terhadap diri dan tubuh mereka sendiri dan terus menerus dilakukan dengan bantuan euforia, disforia, dan sistem pendukung yang kuat. Kelima informan menyatakan bahwa identitas Trans nonbiner merupakan bentuk pembebasan dari penindasan eksternal maupun internal untuk menuju penghayatan diri mereka yang sejati di luar batasan-batasan yang ditetapkan kerangka seks/gender biner.

This research tries to articulate how Transgender non-binary individuals operate their gender identity from cisgender to Trans non-binary through the practice of doing/undoing gender. This research uses a qualitative phenomenological method with a narrative approach and visual analysis. The theories used include Performativity theory by Judith Butler, Gender Pluralism by Surya Monro and Michael G. Peletz, and theories on meaning-making. This research explores the life experiences of five Trans non-binary people living in Jakarta and Yogyakarta regarding their gender exploration. Based on the analysis, this research found that Trans non-binary individuals practice doing/undoing gender continuously and repeatedly. The process of doing/undoing gender determines their bodily practices carried out in daily life. The five informants stated that the doing/undoing process they carried out began with discomfort within themselves and their own bodies and was assisted by gender euphoria, gender dysphoria, and a strong support system. The five informants stated that Trans non-binary identity is a liberation from external and internal oppression to move towards truer forms of selves outside the boundaries set by the binary sex/gender framework."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library