Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Praditya Adi Nugroho
"Adanya peningkatan penggunaan beban nonlinier seperti peralatan elektronika dan komputer menyebabkan timbulnya permasalahan pada pembacaan alat ukur energy listrik. Pada beban yang nonlinier dan tidakseimbang, arus listrik yang mengalir mempunyai bentuk nonsinusoidal yang mengandung harmonisa dan timbulnya arus pada kawat netral. Pengukuran energi listrik pada kondisi tersebut berpotensi mengalami kesalahan pengukuran.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode perhitungan daya listrik semu (VA) yang akurat bagi pengukuran daya listrik pada kwh meter tiga fasa kondisi non - sinusoida dan ketidakseimbangan. Dengan membandingkan hasil pengukuran kuantitas daya dari alat ukur kualitas daya (power Quality Analyze) metode vektorial dengan metode perhitungan daya semu vektorial, aritmatik dan standar daya semu IEEE 1459 - 2010.
Berdasarkan hasil analisis dari dua studi kasus yang telah dilakukan, pada kondisi nonsinusoidal dan ketidakseimbangan nilai Std. Dev.SV > Std. Dev. SA dan nilai Std. Dev. pfV ≥ Std. Dev. pfA. Deviasi tersebut disebabkan karena nilai Se > SA ≥ SV dan pfV ≥ pfA > pfe. Faktor yang berkontribusi terhadap deviasi atau mempengaruhi akurasi alat ukur metode vektorial atau aritmatik terhadap standar IEEE 1459 - 2010 adalah adanya komponen nonfundamental harmonisa dalam bentuk komponen daya nonfundamental (SeN) dan komponen ketidakseimbangan yang diperhitungkan pada daya semu efektif fundamental (Se1). Sedangkan pada alat ukur metode vektorial komponen tersebut tidak diperhitungkan dalam perhitungan kuantitas daya yang ada.

The increasing of nonlinear loads such as electronic equipment and computers has led to issues in electric energy measuring instrument readings. In the nonlinear load, the electric current flow has nonsinusoidal form and containing harmonics and symetrical component. Measurement of electrical energy on the condition potentially experiencing measurement error.
This study aims to obtain accurate apparent power (VA) calculation method for the measurement of electrical power on three-phase energy meter under non - sinusoidal and unbalance conditions. By comparing result from energy meter from power quality instrument base on vectorial apparent power with several methods of calculating apparent power including arithmetic apparent power, vectorial apparent power and standard IEEE 1459 - 2010.
Based on the analysis of two case studies under nonsinusodal and unbalanced conditions Std. Dev.SV > Std. Dev. SA dan nilai Std. Dev. pfV ≥ Std. Dev. pfA. The deviation is caused the value of Se > SA ≥ SV and pfV ≥ pfA > pfe. Factors that contribute to deviation or affect the accuracy of measuring devices based on vectorial and arithmetic apparent power than IEEE std 1459 - 2010 is the presence of non-fundamental harmonic component in the form of non-fundamental power components (SeN) and imbalances components at the form of effective fundamental apparent power (Se1) are calculated. While measuring devices based on vectorial and arithmetic apparent power are not taken that components into account in the calculation of power quantity.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45622
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andria Saptyasari
"ABSTRAK
Jumlah anak autis di Indonesia terus meningkat tahun 2010 1: 300 dan
tahun 2015 di setiap 250 kelahiran ada 1 anak yang lahir autis. Anak autis masih
dianggap sebagai pihak ketiga (third party) sekaligus stressor bagi keluarga.
Kestabilan kondisi keluarga seperti ini sulit untuk dicapai sebab ada sebuah
uncertainty (ketidakpastian) kapan kondisi ini akan berakhir dan memang tidak
ada jaminan kapan anak autis akan menjadi mandiri. Inilah yang memicu
ketegangan hubungan spouse maupun parenting dalam hubungan segitiga
(triangle relationship). Sehingga penelitian ini ingin memaparkan pola dialektika
hubungan interpersonal dalam keluarga dengan anak autis dan melihat bagaimana
mereka menegosiasikan kontradiksi tersebut dalam mencapai suasana yang
kondusif (harmonis) di sistem keluarganya. Relational dialectics theory
digunakan untuk menjelaskan kontradiksi dan dialektika hubungan interpersonal
ini. Metode Interpretative Phenomenologycal Analysis digunakan untuk melihat
pola dialektika keluarga autis dari penuturan pengalaman masing-masing anggota
keluarga non autis.
Hasil penelitian menunjukkan terjadi ketidakseimbangan dalam pola
hubungan interpersonal keluarga dengan anak autis yang memiliki sistem tertutup
tetapi bukan berarti mengarah ke centrifugal karena tergantung pada autistic
child background, personal background, family background dan beliefs
background seperti respon cepat ?bangkit? (resilience) dari kesedihan, menerima
dengan ikhlas, bersyukur, pasrah ketika usaha sudah maksimal, tidak
menyalahkan diri sendiri ataupun pasangan, semua respon tersebut lebih
mengarahkan ke keharmonisan (centripetal) antar individu dalam keluarga dengan
anak autis. Budaya patriarki masih terlihat di mana bapak berkorban finansial
sedangkan ibu berkorban tenaga. Menariknya, walaupun ibu mengeluarkan tenaga
yang besar untuk anak autisnya tetapi ketika bapak hanya memberikan sedikit
perhatian terhadap ibu dengan mengajak jalan/makan, menonton bioskop berdua
ataupun mengucapkan ?tidak usah bangun terlalu pagi untuk memasak? karena
bapak tahu lelahnya ibu, hal itu mampu ?meluruhkan? beban berat dan
?menentramkan? perasaan ibu yang seharian mengurus anak autisnya

ABSTRACT
Number of children with autism in Indonesia continues to increase with the trend
in 2010. 1:300 and 2015 in every 250 births there was one autistic child born.
Children with autism are still regarded as a third party once the stressor for
families. The stability of autistic family are difficult to be achieved because there
is an uncertainty such as when these conditions will end and there is no guarantee
when the autistic child will become independent. These conditions cause tension
in spouse or parenting relationships or in the triangular relationship. Thus, this
study aims to expose the pattern of interpersonal relationships dialectic in families
with an autistic child and see how they negotiate the contradiction in achieving a
conducive atmosphere (harmony) in the family system. Relational Dialectics
Theory is used to explain the contradictions and their dialectics. Interpretative
Phenomenologycal Analysis is used to see a pattern of relational dialectic in
autism families from the non-autistic family members? narrative about their
experience.
The results showed there was imbalance relationships pattern in closed family
system with autistic child but it did not mean that it was centrifugal because it
depends on autistic child background, personal background, family background
and beliefs background such as rapid response to resilience, accept willingly, be
grateful, be resigned when efforts have the maximum, do not blame yourself or
your partner, all the responses are more directed to harmony (centripetal) among
individuals in families with an autistic child. Patriarchal culture is still visible
where the father is more sacrifice financially while the mother sacrifices
physically. Interestingly, although mothers expend so much time and energy to
her autistic child, but when the father paid little attention to the mother by taking
the road/dining together, watch the movie or just saying the words "do not have to
get up too early to cook" because father knows how exhausted mother is, it has
been able to "shed" a heavy burden and to "pacify" the mother feeling taking care
of children with autism all day."
2016
D2192
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Luh Kompyang Sulisnadewi
"Karya Ilmiah Akhir ini memberikan gambaran tentang pelaksanaan Program Residensi Ners Spesialis Keperawatan Anak dalam bentuk kegiatan praktik Residensi I dan II. Karya Ilmiah Akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi Model Konservasi Myra E. Levine pada asuhan keperawatan anak dengan penyakit infeksi dan pencapaian kompetensi baik sebagai pemberi asuhan, advocator, conselor, educator, colaborator, dan agen perubah selama praktik residensi. Ada lima kasus kelolaan yang menjadi pembahasan dalam karya ilmiah ini, dan dari kelima kasus terpilih ditemukan adanya masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan. Intervensi yang diberikan berdasarkan pinsip-prinsip konservasi sudah mencakup semua masalah yang ditemukan pada klien, walaupun tidak semua masalah dapat terselesaikan Hasil evaluasi pada akhir perawatan dari trophicognosis ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan pada kelima kasus terpilih, menunjukkan ada yang teratasi, belum teratasi tetapi sudah menunjukkan perbaikan, dan ada juga yang belum teratasi.

This final assignment provides an overview about the implementation residency practices of the specialist pediatric nurse program in the form practical activities residency I and II. The aim of this final assignment is provide overview application Conservation Model Myra E. Levine on nursing care of children with infectious diseases and the achievement of competencies such as a caregiver advocator, counselor, educator, collaborator, and change agents during practice. There are five cases that discussed in this final assignment, and of the five selected cases found a problem with imbalance nutrition less than demand. Interventions provided by conservation principles have covered all the problems found on the client, although not all problems can be resolved. The evaluation results of trophicognosis imbalance nutrition less than the needs of the five selected cases, indicating there are resolved, not resolved but has shown improvement, and there are also unresolved.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T31575
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Syaza Amanina Salma
"Salah satu peralatan sistem distribusi yang berperan penting dalam proses penyaluran listrik dari pembangkit listrik hingga dapat digunakan oleh pelanggan adalah transformator. Transformator distribusi menurunkan level tegangan dari tegangan menengah (20 kV) menjadi tegangan rendah(220 V), sehingga dapat langsung didistribusikan ke pelanggan tegangan rendah. Pada umumnya, pengoperasian transformator distribusi tidak memiliki beban yang seimbang, hal ini dikarenakan kepadatan penduduk dan kebutuhan listrik setiap daerah yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan peninjauan pengaruh ketidakseimbangan beban tersebut terhadap pengoperasian sistem transformator itu sendiri. Dengan demikian pengopersian suatu transformator, dalam hal ini transformator distribusi 630 kVA pada gardu TGR27 penyulang Fatanah Gardu Induk New Tangerang sistem distribusi Banten, perlu dievaluasi dengan melakukan pengukuran beban setiap fasa baik beban siang maupun beban malam. Dengan dilakukannya pengukuran ini, dapat diambil langkah selanjutnya untuk menjaga kinerja dan mencegah kerusakan pada transformator. Metode yang diterapkan dalam studi ini berupa mengevaluasi operasional actual transformator dalam kondisi normal, serta mensimulasikan kondisi beban tidak seimbang yang mungkin terjadi. Hasil analisis dan simulasi menunjukkan bahwa kondisi optimum terjadi ketika ketidakseimbangan beban sebesar 21% dengan arus pada penghantar netral sebesar 300 A dan rugi daya yang disebabkan oleh arus netral sebesar 47 kW dengan efisiensi transformator sebesar 92,5 %.

One of the distribution system equipment that plays an important role in the process of distributing electricity from power plants to being used by customers is a transformer. The distribution transformer lowers the voltage level from medium voltage (20 kV) to low voltage (220 V), so it can be directly distributed to low voltage customers. In general, the operation of distribution transformers does not have a balanced load, this is due to the different population density and electricity needs of each region. Therefore, it is necessary to review the effect of the load imbalance on the operation of the transformer system itself. Thus, the operation of a transformer, in this case a 630 kVA distribution transformer at the TGR27 distribution substation, Fatanah feeder, New Tangerang substation, Banten distribution system, needs to be evaluated by measuring the load for each phase, both day load and night load. By taking these measurements, further steps can be taken to maintain performance and prevent damage to the transformer. The method applied in this study is to evaluate the actual operation of the transformer under normal conditions, as well as to simulate unbalanced load conditions that may occur. The results of the analysis and simulation show that the optimum condition occurs when the load imbalance is 21% with a current in the neutral conductor of 300 A and power loss caused by a neutral current of 47 kW with a transformer efficiency of 92.5%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Eni Lestari
"Ketidakseimbangan nutrisi dan penyakit infeksi merupakan faktor yang saling mempengaruhi. Ketidakseimbangan nutrisi akan menyebabkan penyakit infeksi, sebaliknya penyakit infeksi juga akan menyebabkan anak mengalami ketidakseimbangan nutrisi. Karya ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak yang mengalami ketidakseimbangan nutrisi melalui pendekatan model konservasi Levine serta mengetahui gambaran skrining malnutrisi menggunakan Paediatric Yorkhill Malnutrition Score PYMS.
Model konservasi Levine diaplikasikan pada lima kasus kelolaan. Intervensi yang diberikan berdasarkan prinsip konservasi Levine untuk mengatasi masalah yang ditemukan. Hasil evaluasi akhir perawatan dari tropichognosis ketidakseimbangan nutrisi pada kelima kasus menunjukkan masalah dapat teratasi. Metode Evidence Based Nursing Practice menggunakan pendekaatan PICO. Hasil skrining PYMS menggambarkan nilai sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi yaitu 95,7 dan 66,7. PYMS dapat disarankan untuk digunakan dalam melakukan skrining anak dengan ketidakseimbangan nutrisi.

Nutrition imbalances and infectious diseases are mutually influencing factors. Nutritional imbalances will lead to infectious diseases, otherwise infectious diseases will also cause the child to experience nutritional imbalances. This final study was to provide an illustration of nursing care in children with nutritional imbalances through the Levine conservation model approach and know the malnutrition screening using Paediatric Yorkhill Malnutrition Score PYMS.
Levine's conservation model was applied to five cases of management. Interventions are given based on Levine's conservation principles to address the problems found. The final evaluation result of treatment of tropichognosis nutritional imbalances in the five cases indicates the problem can be resolved. The Evidence Based Nursing Practice method used the PICO approach. PYMS screening results illustrated a higher sensitivity and specificity of 95.7 and 66.7. PYMS may be recommended for use in screening children with nutritional imbalances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bico Maxtrada
"Indonesia menggunakan sistem tenaga listrik tiga fasa secara keseluruhan yang disalurkan ke konsumen baik dengan 2 kawat maupun 3 kawat fasa dan 1 kawat netral. Dalam jual-beli listrik yang dilakukan, diperlukan alat ukur energi listrik yaitu kWh-meter yang tersedia untuk satu fasa maupun tiga fasa. Pada sistem arus tiga fasa, daya yang disalurkan sama dengan jumlah daya pada masing-masing fasanya, sehingga hasil pengukuran dengan menggunakan kWh-meter satu fasa dan kWh-meter tiga fasa seharusnya sama. Tetapi pada kenyataanya, hasil pengukuran yang didapat tidak selalu sama.
Dalam sistem tenaga listrik, kinerja pembangkit dan saluran transmisi tidak variatif atau keadaannya cenderung tetap dalam operasinya. Sedangkan komponen beban merupakan komponen yang paling bersifar variatif atau nilainya berubahubah (impedansi dan faktor daya-nya). Perubahan yang terjadi ini juga berbedabeda pada setiap fasanya, sehingga bukan hanya besar nilai beban yang berubah, tetapi juga menimbulkan ketidakseimbangan.
Dengan demikian, karena beban bersifat variatif, maka faktor beban (dalam hal ini ketidakseimbangan beban) menjadi faktor dominan yang mempengaruhi perbedaan hasil pengukuran dengan menggunakan kWh-meter satu fasa dan kWhmeter tiga fasa.

Nowadays,Indonesia is using three phase wire system to deliver electrical power to their consument.Supply of a electrical power by two wire or three phase wire and one neutral wire. In trading power electricity, we need device that can count how many supply of energy being transferred called kwhmeter.Kwhmeter divided into one phase kwhmeter and three phase kwhmeter. In three phase wire system, the number of electrical power being supplied is equal to the summary of electrical power each phase. So,measurement result by using one phase kwhmeter compare to three phase kwhmeter supposed to be the same.But,in real there's a different measurement result by using one phase compare to three phase kwhmeter.
In Electrical Power System, generator performance and transmission line are not so varied or their condition tend to stable on their operation. Whereas load component is the most varied on their value (impedance and their power factor). The fluctuation happened dissimilar on each phase.So that,not just the value of load impedance changing but it cause unbalanced load.
So that, caused by load are varied, then load factor (unbalanced load) is the dominant factor to influence the diferrence measurement result between one phase kwhmeter and three phase kwhmeter.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
R.03.08.160 Max p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Darputra
"Motor Induksi tiga fasa merupakan piranti yang membutuhkan suplai tegangan listrik tiga fasa yang seimbang dalam pengoperasiannya. Suplai tegangan tiga fasa yang tak seimbang dapat mempengaruhi kemampuan dan kinerja dari motor induksi tiga fasa saat beroperasi. Berdasarkan Standar NEMA, persentase ketidakseimbangan tegangan tidak lebih dari 5% karena akan berakibat pada kenaikan temperatur, rugi-rugi, dan pemanasan yang berlebih sehingga usia motor semakin singkat. Maka dari itu, untuk kodisi suplai tegangan yang tak seimbang diperlukan optimasi pengoperasian motor induksi tiga fasa sehingga diperoleh hasil kerja maksimum. Pada saat persentase ketidakseimbangan tegangan 5%, akan dianalisis derating factor, efisiensi, persentase ketidakseimbangan arus, slip maksimum untuk optimasi kinerja motor induksi.
Berdasarkan simulasi dan analisa dari spesifikasi motor induksi Lab-Volt EMS 8555 dengan suplai tegangan saluran 380 V dan persentase ketidakseimbangan tegangan 5%, diperoleh hasil kerja maksimum dengan derating factor 79,11%, efisiensi 79,59%, persentase ketidakseimbangan arus 34,50%, dan slip maksimum 5% dengan kecepatan putar rotor 1368 ppm.

Three-phase induction motors are devices that require three-phase voltage power supply balanced in its operation. Unbalanced of supply three-phase voltage can affect the ability and performance of a three phase induction motor during operation. Based on NEMA standards, the percentage of voltage unbalance is not more than 5% because it will result in a rise in temperature, loss, and excessive heating so that the age of the motor is getting short. Therefore, for conditions unbalanced supply voltage required optimization of the operation of three phase induction motor to obtain maximum performance. At 5% the percentage of unbalance voltage, will be analyzed derating factor, efficiency, percentage of current unbalance, maximum slip induction motors for performance optimization.
Based on the simulation and analysis of the induction motor specifications Lab - Volt EMS 8555 with a supply voltage of 380 V and line voltage unbalance percentage of 5 %, the obtainable maximum performance with derating factor 79.11%, efficiency 79.59%, the percentage of current unbalance 34.50%, and with a maximum slip 5 %, rotational speed of the rotor 1368 ppm.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prayitno
"Kualitas Daya pada suatu sistem kelistrikan jarang menjadi perhatian dalam program penghematan energi listrik, diantara Kualitas Daya yang sering muncul pada konsumen Tegangan Menengah adalah Ketidakseimbangan Beban dan persentase beban terhadap kapasitas daya transformator yang tidak efektif. Dengan adanya ketidakseimbangan beban pada setiap phasanya, maka akan ada arus yang mengalir pada sisi Netral, selain rugi-rugi Transformator berbeban akan timbul rugi-rugi akibat arus netral dan arus Pentanahan.
Dengan metode menghitung besar ketidakseimbangan diketahui bahwa menurunkan persentase ketidakseimbangan beban sebesar 30 akan menghilangkan rugi-rugi transformator sebesar 30 dari arus yang mengalir pada netral. Selanjutnya dengan mngoptimalkan Persentase Beban pada transformator, rugi-rugi pada Transformator distribusi, dapat mengurangai rugi-rugi dari 588 kW menjadi 447 kW, atau terjadi penghematan energi sebesar 23 dari total rugi-rugi transformator perbulan. Selain itu dalam mengurangi pemborosan energi, dapat dilakukan dengan manajemen pengelolaan energi yang baik, audit sistem kelistrikan dan audit energi pada instalasi.

Power on the quality of the electrical system is rarely a concern in electrical energy savings program, among Power quality that often appear on consumer Medium Voltage is imbalance expenses and the percentage of load on the power capacity of the transformer is not effective. With the imbalance load on each phasanya, then there will be current flowing in the neutral side, in addition to losses Transformer load losses will arise as a result of neutral currents and currents Grounding.
With the method of calculating the huge imbalance is known that the lower the percentage of load imbalance of 30 will eliminate transformer losses of 30 of the current flowing in the neutral. Furthermore, with mngoptimalkan percentage of load on the transformer, losses in distribution transformers, can lessen the loss of 588 kW to 447 kW, or there is an energy savings of 23 of the total transformer losses per month. In addition to reducing energy waste, can be done with good energy management, electrical system audit and an energy audit on the installation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47231
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Rafsanjani
"

Sistem Dehidrasi merupakan sebuah unit proses pada Gas Plant yang berfungsi untuk menyerap kandungan air yang terdapat dalam aliran gas. Menurunnya kinerja sistem dehidrasi dapat menyebabkan terbentuknya hidrat dan mengganggu aliran proses pada sistem NGL Recovery sehingga berpengaruh terhadap kondisi operasi dan produksi. Sistem dehidrasi di Gas Plant Lapangan X memiliki masalah yaitu aliran yang tidak seimbang sehingga salah satu tower Molsieve menjadi lebih cepat jenuh dibandingkan tower lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan solusi terbaik dalam mengatasi permasalahan tersebut. Terdapat 3 alternatif solusi yang akan dikaji pada penelitian ini, adalah: 1) Melakukan modifikasi sistem perpipaan pada aliran masuk ke sistem dehidrasi, 2) Memasang indikator dan katup pada aliran masuk sehingga pembagian aliran dapat di kontrol dan 3) Melakukan perubahan mode operasi pada sistem kontrol dehidrasi dari 2 tower adsorpsi dan 1 tower regenerasi menjadi 1 tower adsorpsi, 1 tower regenerasi dan 1 tower stand by. Kajian teknis dilakukan untuk mencari alternatif dengan ukuran diameter dan tinggi media yang paling mendekati dengan kondisi aktual sistem dehidrasi yang terpasang. Dari hasil kajian teknis, alternatif 3 memiliki ukuran diameter sebesar 2.814,48 mm dan tinggi media sebesar 3.090,76 mm, ukuran tersebut mendekati dengan diameter tower yang terpasang sebesar 2.600 mm dan tinggi media molsieve sebesar 3.438 mm. Kajian ekonomi dilakukan untuk mencari nilai IRR dan NPV paling besar serta nilai pay back period paling kecil. Dari hasil kajian ekonomi menunjukkan alternatif 3 memiliki nilai NPV dan IRR paling besar yaitu sebesar IDR 91.947.878.171 untuk NPV dan 86,3 % untuk IRR, alternatif 3 juga memiliki nilai pay back period paling singkat yaitu 2 tahun. Dari hasil kajian teknis dan ekonomi alternatif 3 adalah alternatif yang paling layak untuk diterapkan dalam mengatasi permasalahan ketidakseimbangan aliran pada sistem dehidrasi.

 


The dehydration system is a process unit in a gas plant that is used to absorb the water content contained in the gas stream. Decreasing the performance of the dehydration system can lead to the formation of hydrates and disrupt the process flow of the NGL recovery system, thereby affecting operating and production conditions. The dehydration system at the Field X Gas Plant has a problem of imbalance flow, so that one of the towers becomes saturated faster than others. This research aims to find the best solution to overcome these problems. There are three alternative solutions: 1) Modifying the piping system for the inlet flow to the dehydration system; 2) Installing a flow indicator and control valve for the inlet flow so that the flow distribution can be controlled; and 3) Changed the operating mode of the dehydration control system from 2 adsorption towers and 1 regeneration tower to 1 adsorption tower, 1 regeneration tower, and 1 stand-by tower. A technical study was carried out to find an alternative with a tower diameter and media height closest to the actual conditions of the installed dehydration system. From the results of the technical study, alternative 3 has a diameter of 2,814.84 mm and a media height of 3,090.76 mm. This size is close to the diameter of the installed tower of 2,600 mm, and the height of the molsieve media is 3,438 mm. Economic studies are carried out to find the highest IRR and NPV values and the smallest payback periods. From the results of economic studies, alternative 3 has the highest NPV and IRR values of IDR 91.947.878.171 for NPV and 86.3% for IRR. Alternative 3 also has the shortest payback period of 2 years. From the results of technical and economic studies, alternative 3 is the most feasible alternative to be applied to overcome the problem of imbalance flow in a dehydration system.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mulianah Daya
"Latar belakang:
Luka bakar derajat berat merupakan trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Salah satu komplikasi pada luka bakar derajat berat yang sering ditemui adalah gangguan ginjal akut (GGA) dan ketidakseimbangan elektrolit. Hal ini menyebabkan hiperkatabolisme yang berkepanjangan dan berujung pada malnutrisi. Terapi medik gizi yang komprehensif dan holistik diperlukan untuk mencegah bertambahnya progresivitas penyakit dan malnutrisi yang memengaruhi kualitas hidup pasien.
Kasus:
Pada serial kasus ini terdapat 4 pasien laki-laki, berusia 37-70 tahun dengan diagnosis luka bakar derajat II-III, 24-79% LPT yang disebabkan karena api dan listrik. Status nutrisi pasien bervariasi dari berat badan normal hingga obes 2. Target pemberian nutrisi berdasarkan rekomendasi ESPEN SCCM dan ASPEN untuk pasien kritikal dan luka bakar. Namun, kebutuhan nutrisi disesuaikan dengan kondisi klinis, data laboratorium, dan toleransi asupan harian.
Hasil:
Selama perawatan, seluruh pasien memiliki riwayat asupan energi total <35 kkal/kgBB dan protein <1,5 g/kgBB Tiga pasien menjalani hemodialisis suportif. Terapi medik gizi diberikan sesuai kondisi klinis pasien dengan target protein 0,8-1 g/kgBB/hari pada GGA tanpa dialiasis dan 1-1,5 g/kgBB/hari dengan dialisis. Terapi nutrisi juga menyesuaikan ketidakseimbangan elektrolit pada pasien. Penurunan berat badan pada keempat kasus <10% selama perawatan. Mikronutrien diberikan untuk penyembuhan luka namun dosis menyesuaikan dengan fungsi ginjal.
Kesimpulan:
Terapi medik gizi yang adekuat mencegah progresivitas penyakit dan malnutrisi pada pasien luka bakar derajat berat dengan GGA dan ketidakseimbangan elektrolit.

Background:
Severe burn injury is a trauma with a serious morbidity and mortality. One of the most complication in severe burn injury is acute renal injury (AKI) and electrolyte imbalance. They could cause a prolonged hypercatabolism that susceptible to develop malnutrition. Comprehensive and holistic nutritional medical therapy is needed to prevent development or rapid progression of malnutrition which affects the quality of life of patients.
Methods:
The case series consists of four men, aged 37-70 years with a diagnosis of severe burn injury, degree II-III, 24-79% of TBSA caused by fire and electricity. The nutritional status of patients varies from normal body weight to obese 2. Target of nutrition based on ESPEN SCCM and ASPEN recommendation for critical and burn patients. However, nutritional requirements are adjusted according to clinical conditions and daily intake tolerance.
Results:
All patients had a history of total energy intake <35 kcal/kgs with protein <1.5 g/ kgs. Three of them underwent supportive hemodialysis. Nutritional medical therapy was given according to the clinical condition of each patient with a protein target of 0.8 -1 g/kgs/day in AKI without dialysis and 1-1.5 g/kgs/day on dialysis. Nutritional therapy also adjusts for electrolyte imbalances. Weight loss in all four cases <10% during treatment. Micronutrients are given for wound healing but the dosage adjusts to kidney function.
Conclusions:
Adequate nutritional medical therapy in severe burn injury with AKI and electrolyte imbalance preventing development of rapid progression of malnutrition in critical ill patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>