Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukas Prasetya Tan, author
Abstrak :
Seorang atlit olahraga aerobik sangat nemerlukan pengangkutan oksi gen yang baik untuk kerja otot. Untuk itu diperlukan fungsi kardiorespi ratorik, mioglobin, kadar dan fungsi hemoglobin yang normal. Oleh karena kadar dan fungsi hemoglobin yang normal sangat diperlu kan pada olahraga aerobik, calon atlit dengan hemoglobinopathi dapat menunjukkan uji kerja fisik yang kurang nemuaskan. Tujuan penelitian ini adalah untuk nengetahui pengaruh hemoglobino pathi terhadap uji kerja fisik atlit olahraga aerobik. Selain itu ingin diketahui kekerapan hemoglobinopathi pada calon atlit khususnya calon atlit siswa SMPN di Jakarta. Peserta penelitian adalah 94 calon atlit, terdiri dari 7 cabang olahraga aerobik yaitu bola voli, sepak bola, atletik, bola basket, bulu tangkis, senam dan gulat. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan hematologi, analisis hemo globin, penilaian uji kerja fisik dengan Harvard step test dan pada kasus tertentu dilakukan pemeriksaan feritin dan pewarnaan sitokimia HbF. Hasil analisis hemoglobin dan evaluasi sediaan hapus didapatkan ke lainan henatologi 19.14% (18/94), yang terdiri dari 12.77% thalassenia B heterosigot (12/94), 1.06% thalassenia 88 heterosigot (1/94), 1.06% tha lassemia ß heterosigot dengan eliptositosis (1/94), 2.13 % eliptositosis (2/94), 1.06% anenia defisiensi besi (1/94) dan 1.06% HbE heterosigot (1/94). Didapatkan kadar Hb, Ht dan jumlah eritrosit pada calon atlit pria lebih tinggi dari calon atlit wanita dan secara statistik bernakna. Pada calon atlit pria didapatkan kadar Hb dan Ht pada kelompok normal (A) lebih tinggi dari pada kelompok thalasenia ß heterosigot (B1) dan secara statis tik bernakna. Sedangkan jumlah eritrosit pada calon atlit pria kelompok B1 cenderung lebih tinggi dari pada kelompok A, walupun secara statistik perbedaan tersebut tidak bermakna. Dari 94 calon atlit, didapatkan uji kerja fisik pada calon atlit pria lebih tinggi dari pada wanita dan secara statistik bermakna. Baik pada calon atlit pria maupun wanita tidak didapatkan perbedaan uji kerja fisik yang bermakna antara kelompok A dan B1. Hasil uji kerja fisik pada kelompok thalassemia ß heterosigot yang tidak berbeda dengan kelompok normal tidak sesuai dengan kepustakaan. Dalam kepustakaan disebutkan bahwa penderita dengan thalassenia B hetero sigot terjadi gangguan pelepasan oksigen oleh Hb ke jaringan. Sehingga pada penderita thalassemia ß heterosigot akan memberikan hasil uji fisik yang kurang memuaskan. Disarankan bagi calon atlit selain pemeriksaan kadar Hb yang rutin dilakukan juga dilakukan uji saring peneriksaan hematologi seperti pemeriksaan fragilitas osmotik satu tabung, VER dan evaluasi sediaan hapus. Untuk uji kerja fisik disarankan memakai metode treadmill yang dilakukan lebih dari 5 menit, agar dapat menggambarkan adanya gangguan pengangkutan oksigen oleh Hb ke jaringan. ......An athletes of aerobic sports need a good oxygen supply to the working muscles. So that need normal function of cardio respiratoric and myoglobin, normal function and concentration of hemoglobin . Due to the need of normal function and concentration of hemoglobin for aerobic sports, an athletes candidate with hemoglobinopathy may be shown by unsatisfying of capacity for muscular work. The aim of this study is to know effect of hemoglobinopathy on athletes candidate of aerobic sports to the capacity for muscular work, and to know frequency of hemoglobinopathy on athletes candidate, especially athletes candidate of pupil of first middle school in Jakarta . Participant of this study are 94 athletes candidate , consist of 7 aerobic sports including volly ball, foot ball, atletic, basket ball , badminton, gymnastic and wrestling . Hematological examination, including routine hematologic examination, hemoglobin analysis, one tube osmotic fragility test and evaluation of capacity for muscular work with Harvard step test, and for special cases examination ferritin serum and cytochemistry staining for hemoglobin F. Hemoglobin analysis and blood smear re~lt revealed 19.14r. (18/94) abnormal hematologic, consist of 12 .77r. (12/94) heterozygot thalassemia, 1.06% (1/94) heterozygot B~ thalassemia, 1.06% (1/94) heterozygot ~ thalassemia with ellyptocytosis stomatocytic herediter, 2.13% (2/94) ellyptocytosis stomatocytic herediter, 1.06% (1/94) iron defficiency anemia and 1.06% (1/94) heterozygot hemoglobin E. In this study revealed that hemoglobin concentration, hematocrit and erythrocyt count of the male athletes candidate higher than female athletes candidate, and statistically significant. Hemoglobin concentration and hematocrit of normal male athletes candidate group (A) higher than heterozygot ~ thalassemia group (B1), and statistically significant. Whlie erythrocyt count of male athletes candidate group B1 potentially higher than group A, although statistically unsignificant . From 94 athletes candidate, capacity for muscular work of male athletes candidate higher than female, and statisti cally significant . Capacity for muscular work of both normal male and female athletes candidate potentially higher than heterozygot thalassemia group, although statistically unsignificant. Evaluation of capacity for muscular work both male and female athletes candidate between normal group and heterozygot thalassemia group statistically unsignificant, this finding did not concordant with the literature. An athlete with heterozygot thelassemia have impaired oxygen release by the hemoglobin to the tissue. Therefore the athletes with heterozygot thalassemia can give unsatisfying result of capacity for muscular work. Suggested for athletes candidate beside determination of hemoglobin concentration that have been routinely done, must be screening with hematologic examination including one tube osmotic fragility test, Mean Corpuscular Volume and evaluation of blood smear. Evaluation of capacity for muscular work suggested to use treadmill method for more than 5 minutes, therefore the impaired oxygen release by hemoglobin to the t issue can be shown.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T57294
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rumapea, Daller R
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Kelelahan merupakan salah satu kendala bagi seorang atlet untuk mempertahankan kinerja yang optimal. Kelelahan ditandai dengan terjadinya akumulasi asam laktat dalam otot dan darah, sehingga dibutuhkan suatu metode yang tepat untuk menurunkan kadar asam laktat darah melalui pemulihan pasif dan pemulihan aktif. Untuk ini telah dilakukan penelitian pada 12 orang subyek laki - laki, umur 18 - 24 th atlet balap sepeda DKI Jakarta. Subyek penelitian menjalani pemeriksaan kadar asam laktat darah istirahat dan kemudian melakukan kerja fisik maksimal dengan menggunakan ergometer sepeda, selanjutnya dilakukan analisis perubahan kadar asam laktat darah pada pemulihan pasif dan pemulihan aktif 5,10,15,20 menit. Hasil dan kesimpulan : Pada 12 subyek yang diteliti, perbedaan kadar asam laktat darah pada pemulihan pasif dan pemulihan aktif tidak berbeda bermakna pada 5 menit pertama pemulihan (P-* 0,05 ). Namun pada 10,15,20 menit pemulihan berikutnya terdapat perbedaan yang bermakna ( P < 0,05 ). Hasil ini memperlihatkan bahwa pemulihan aktif lebih banyak dan lebih cepat menurunkan kadar asam laktat darah dibandingkan pemulihan pasif.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noortiningsih
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian salah satu perubahan fisiologis sistem hormonal yang menyertai kegiatan fisik ialah terjadi peningkatan kadar endorfin dan penurunan kadar gonadotropin di dalam tubuh. Endorfin, diketahui mempunyai sifat inhibitor kuat terhadap sekresi gonadotropin, sehingga menurunnya kadar Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle-stimulating Hormone (FSH) selama kerja fisik, diduga berhubungan erat dengan meningkatnya kadar endorfin tersebut. Hal ini diduga merupakan kunci penting penyebab timbulnya gangguan fungsi sistem reproduksi, khususnya pada atlit-atlit wanita. Dari berbagai penelitian diketahui, bahwa endorfin dan agonisnya, menurunkan sekresi LH dan FSH, sedangkan antagonisnya, meningkatkan sekresi hormon-hormon tersebut. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh latihan fisik menimbulkan gangguan terhadap fungsi sistem reproduksi melalui adanya peningkatan kadar endorfin, dilakukan pengamatan terhadap lama siklus estrus, berat ovarium, dan jumlah folikel ovarium tikus, yang diberi latihan fisik aerobik tanpa dan dengan pemberian nalokson sebagai antagonis endorfin. Penelitian dilakukan terhadap 60 ekor tikus putih betina. Latihan fisik diberikan dengan menggunakan treadmill, dengan kecepatan 800 m/jam, inklinasi nol derajad, lama kerja 30 menit/hari/satu kali kerja fisik, dengan variasi lama latihan, 20, 40, dan 60 hari. Nalokson diberikan subkutan dengan dosis 1 mg/kg berat badan. Hasil dan Kesimpulan : Latihan fisik yang diberikan, menyebabkan siklus estrus menjadi lebih panjang (P<0,01), berat ovarium mengalami penurunan (P<0,01), tidak terdapat perbedaan jumlah folikel primer maupun sekunder (P>0,05), tetapi jumlah folikel Graaf menurun dengan nyata (P<0,05), dan terdapat peningkatan jumlah folikel atresia selama fase luteal (P<0,01). Pemberian nalokson selama latihan fisik dapat menghambat pemanjangan siklus estrus, menghambat penurunan berat ovarium, meningkatkan jumlah folikel Graaf, dan menurunkan jumlah folikel atresia, mendekati kelompok tikus kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latihan fisik yang diberikan telah mengganggu fungsi sistem reproduksi tikus percobaan, dan pemberian nalokson dapat menghambat pengaruh latihan fisik terhadap fungsi sistem reproduksi tersebut. Namun demikian penelitian ini belum menunjukkan, sejak kapan latihan fisik yang diberikan mulai mengganggu fungsi sistem reproduksi tikus percoban, karena hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya interaksi antara perlakuan dengan lamanya latihan (P>0,05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoanita Hijriyati
Abstrak :
Latar Belakang: Omega-3 sebagai salah satu jenis asam lemak takjenuh dapat membentuk: ikatan fosfogliserida membran sekaligus menentukan fluiditasnya. Peningkatan fluiditas membran diduga dapat meningkatkan laju difusi oksigen melewati membran sehingga kecepatan akumulasi lak1at akan menurun dan respon kelelahan dapat ditunda. Hal ini ditandai dengan meningkatnya daya tahan konstraksi otot rangka selama melakukan kerja fisik. Tujuan: Mengetahui pengaruh omega-3 suplementasi omega-3 1400mg/hari selama 8 minggu terhadap daya tahan konstraksi otot rangka selama kerja fisik intensitas sedang durasi panjang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain pre-post intervention kontrol diri sendiri pada 10 omng pria dewasa sehat berusia 20-24 tahun. Subyek penelitian diberikan suplemen omega-3 dosis 1400 mg/hari selama 8 minggu. Parameter yang diukur adalah kadar laklat datrah dan durasi kerja selama melakukan kerja fisik intensitas sedang durasi panjang pada treadmil sebelum dan setelah perlakuan. Hasil: Kadar laklat darah menurun secara bermakna dari minggu 0 keminggu 8. Penurunan ini terjadi pada saat pre-exercise (p=003), pada 10 menit exercise (p=OOI),. dan saat lelah (p=003). Didapati pula adanya peningkatan nilai rerata durasi kerja fisik secara bermakna (p=0.005) dari 24.44=11.74 menit di minggu 0 menjadi 27.99±12.41 menit di minggu 8. Selain itu, terdapat respon penurunan danyut jantung yang bermakna pada saat exercise (p=003), pada 10 menit exercise (p=0.014). dan saat lelah (p=025) disertai perubaban tekanan darah yang tidalk bermakna. Kesimpulan: Penurunan kadar laktat darah secara bermakna setelah suplementasi omega-3 dengan dosis 1400 mg/hari selama 8 minggu mencerminkan perbaikan suplai oksigen di sel otot rangka. Peningkatan durasi kerja fisik yang bermakna pada penelitian ini mencerminkan peningkatan daya tahan konstraksi otot rangka yang disebabkan oleh meningkatnya kemampuan sel otot rangka untuk menyediakan energi melalui metabolisme aerobik. ......Background: Omega-3 as one of polyunsaturated fatty acids (PUFAs), bind to membrane glycerophospholipid and determine its fluidity. The increase of membrane fluidity is thought to improve oxygen diffusion rate through membrane and causing reduction of lactate accumulation This condition characterized by the improvement of skeletal muscle endurance during moderate activity. Objective: Knowing the effects of 1400 mg/day omega-3 suplementation in 8 weeks on skeletal muscle endurance, during moderate physical work intensity fur non-athlete adults. Method: Pre-post intervention design with self control is applied on this reaserach to 10 healthy males in 20-24 years of age. Omega-3 suplementation is given to subjects in 1400 mg/day fur 8 weeks. Parameters being measured are blood lactate level and physical work duration before,and after treatment. during moderate physical work intensity on treadmill. Result: Blood lactate level significantly from week to week-3. The decrease is found a1 pre-exercise (p=Q.003), Hl minutes of exercise (p=Q.OOl), and when subjects report tiredness (p=Q.003). Then is also a significant increase (p=0.005) on mean value of physical work duration from 24. l1.74 week into 27.99±12.41 minutes in week-8. Moreover, then is a significant decrease in heart rate at pre-exercise (p9).003), 10 minutes of exercise (p=0.O14), and when subjects report tiredness (p=OJl25). This condition is accompanied by unsignificant changes of blood pressure. Conclusion: Significant decrease of blood lactate level after 8 weeks of 1400 mg/day omega-3 suplementation reflecting improvement of oxygen supplu into skeletal muscle. Whereas significant increase of physical work duration in this research reflecting improvement of skeletal muscle endurance. This condition results from the improvement of skeletal muscle ability to supply energy through aerobic metabolism. Significant decrease of heart rate which accompanied by unsignificant changes of blood pressure in this research, reflecting improvement of heart pump capacity and providing a better oxygen supply into skeletal muscle.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T31971
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eldaa Cintia
Abstrak :
Untuk mencapai tujuan perusahaan, diperlukan peningkatan kinerja karyawan. Banyak hal yang memengaruhi kinerja karyawan, salah satunya adalah lingkungan kerja yang dibagi menjadi lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik terhadap kinerja karyawan di KPPN Bandung I. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan regresi linier software SPSS versi 16.0 sebagai alat ukur statistik. Hasil penelitian terhadap 45 responden menunjukkan bahwa 44,9% lingkungan kerja fisik seperti peralatan kerja, ventilasi, kebisingan, pencahayaan, dan tata letak berpengaruh parsial terhadap kinerja karyawan. Selanjutnya, 42,8% dari lingkungan kerja nonfisik seperti hubungan kerja atasan dan bawahan atau antarsesama karyawan juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa 72,1% lingkungan kerja fisik dan nonfisik juga berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan. Oleh karena itu, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultan, lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja nonfisik berdampak signifikan terhadap kinerja karyawan di Bandung KPPN I.
FSRD-ITB, 2016
303 JSIOTEK 15:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Vallendiah Ayuningtiyas
Abstrak :
Badan Narkotika Nasional (BNN) RI merupakan leading institution dalam menangani salah satu bentuk ancaman nir-militer, yaitu penyalahgunaan narkotika di Indonesia. Melalui strategi soft power approach, BNN menyediakan layanan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika. Konselor adiksi, merupakan tenaga profesional yang berperan penting dalam melaksanakan layanan rehabilitasi kepada penyalahguna narkotika. Kepuasan kerja konselor adiksi dalam melaksanakan tugas pokoknya, menjadi indikator terhadap kualitas, kapabilitas layanan, dan kredibilitas organisasi BNN dalam melaksanakan tugas P4GN.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kepuasan kerja konselor adiksi. Faktor tersebut yaitu: persepsi dukungan organisasi, sindrom burnout kerja, serta lingkungan kerja fisik. Penelitian ini menggunakan desain mix-method eksplanatori, dengan melibatkan 130 orang konselor adiksi yang bekerja di fasilitas layanan rehabilitasi rawat jalan dan rawat inap BNN RI. Metode analisis yang digunakan adalah SEM-PLS dalam mengukur persepsi dukungan organisasi dan sindrom burnout terhadap kepuasan kerja melalui lingkungan kerja fisik sebagai variabel mediator. Hasilnya, sebesar 95.4% konselor adiksi memiliki kesesuaian persepsi dukungan organisasi. Kemudian, 86.9% konselor adiksi berada pada level burnout rendah karena memiliki strategi coping stres yang sesuai. Konselor adiksi yang bekerja dengan lingkungan kerja fisik yang sesuai sebesar 96.9%, dan konselor adiksi yang merasa puas dengan pekerjaanya sebesar 96.2%. Lingkungan kerja fisik konselor adiksi, memiliki pengaruh langsung (direct) dan tidak langsung (indirect) antara persepsi dukungan organisasi terhadap kepuasan kerja. Sedangkan lingkungan kerja fisik tidak memiliki pengaruh yang signifikan antara sindrom burnout kerja terhadap kepuasan kerja. Penelitian ini dapat digunakan oleh organisasi BNN RI dalam memaksimalkan kepuasan kerja konselor adiksi melalui optimalisasi dukungan organisasi, lingkungan kerja fisik, dan upaya pencegahan serta penanganan sindrom burnout kerja. ......BNN RI is a leading institution in dealing with one form of non-military threat, namely narcotics abuse in Indonesia. Through a soft power approach strategy, BNN provides rehabilitation services for drug abusers. Addiction counselors are professionals who play an important role in carrying out rehabilitation services for drug abusers. The job satisfaction of addiction counselors in carrying out their main duties is an indicator of the quality, service capability, and credibility of the BNN organization in carrying out P4GN tasks. This research aims to determine the factors that affect the job satisfaction of addiction counselors, such as: perception of organizational support, burnout syndrome, and physical work environment. This study used an explanatory mix-method design, involving 130 addiction counselors who worked in BNN RI's outpatient and inpatient rehabilitation service facilities. The analysis method used is SEM-PLS in measuring the perception of organizational support and burnout syndrome on job satisfaction through the physical work environment as a mediator variable. As a result, 95.4% of addiction counselors have a suitable perception of organizational support. Then, 86.9% of addiction counselors are at low burnout levels because they have appropriate stress coping strategies. Addiction counselors who work with an appropriate physical work environment are 96.9%, and addiction counselors who are satisfied with their work are 96.2%. The physical work environment of addiction counselors has a direct and indirect influence between perceptions of organizational support and job satisfaction. While the physical work environment does not have a significant influence between job burnout syndrome and job satisfaction. While the physical work environment does not have a significant influence between job burnout syndrome and job satisfaction. This research can be used by BNN RI organizations in maximizing job satisfaction of addiction counselors through optimizing organizational support, physical work environment, and efforts to prevent and treat work burnout syndrome.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zaki Yudha Maraufa
Abstrak :
Penggunaan sistem CCTV di Indonesia terus meningkat, dan jumlah kamera yang digunakan di negara ini juga terus meningkat.  Meskipun penggunaan CCTV dan teknologi di baliknya meningkat, hanya ada sedikit penelitian mengenai orang yang mengoperasikan kamera ini.  Meskipun menggunakan sistem CCTV terbaik, organisasi PASPAMPRES yang bertugas memastikan keselamatan personel VVIP, belum berbuat banyak dalam membantu operator baik secara fisik maupun kognitif berdasarkan stasiun kerja dan jam kerja mereka.  Penelitian ini berfokus pada evaluasi beban kerja fisik dan kognitif operator PASPAMPRES menggunakan Posture Evaluation Index (PEI) dan Nasa Task Load Index.  Setelah mengevaluasi beban kerja mereka, rekomendasi mengenai optimalisasi tempat kerja mereka dan usulan jadwal shift dan jam kerja baru. ......The use of CCTV systems in Indonesia has been rising, and the number of cameras used in the country has also continued to rise.  Despite the rise in the use of the CCTV and also the technology behind it, there is minimal amount of studies concerning the people operating these cameras.  Although using the top of the line CCTV systems, the PASPAMPRES organization tasked with ensuring safety of VVIP personnel, hasn’t done much in helping their operators whether physically or cognitively based on their workstations and their work hours.  This research focuses on evaluating the physical and cognitive workload of the operators of PASPAMPRES using Posture Evaluation Index (PEI) and Nasa Task Load Index.  After evaluating their workloads, recommendations regarding optimizing their workstation and a new proposed shifts schedule and work hours.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library