Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anisah Rahmah
"Stunting merupakan masalah kesehatan yang perlu diawasi. Stunting berkontribusi terhadap 15%-17% kematian di seluruh dunia. Dampak stunting adalah kurang berprestasi di sekolah, kurang produktif saat dewasa, menurunkan penghasilan seusia hidup sebanyak 20% dan akan terus berada di bawah garis kemiskinan. Maka melalui Posyandu, tumbuh kembang anak harus dipantau secara rutin setiap bulan untuk mencegah stunting. Namun karena pandemi covid-19, Posyandu ditutup untuk menghindari kerumunan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan kader Posyandu dengan aktivitas pemantauan tumbuh kembang anak selama masa pandemi di kelurahan tengah, kecamatan kramat jati, Jakarta timur. Desain studi cross-sectional dari data primer dengan jumlah sampel 115 orang kader Posyandu di kelurahan tengah. Penelitian kami menunjukkan 57,6% kader Posyandu menjalankan pemantauan tumbuh kembang anak. Hasil uji bivariate menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan kader (nilai p= 0,234) dengan aktivitas pemantauan tumbuh kembang anak selama masa pandemi di kelurahan tengah, namun kader dengan pengetahuan baik memiliki kecenderungan memantau tumbuh kembang 1,8 kali lebih tinggi dibandingkan pengetahuan kurang baik. Pihak Puskesmas disarankan mengadakan seminar pemantapan pengetahuan khususnya mengenai prosedur peayanan kesehatan balita pada masa tanggap daruat, menyediakan sarana/prasarana, dan meningkatkan kerjasama dengan kader Posyandu.

Stunting is a health problem that needs to be monitored. Stunting contributes to 15%-17% of deaths worldwide. The impact of stunting is underachieving in school, being less productive as an adult, reducing life-long income by 20% and continuing to be under poverty line. So through Posyandu, children’s growth and development must be monitored regularly every month to prevent stunting. However, due to the covid-19 pandemic, Posyandu was closed. The purpose of this study was to determine the relationship between knowledge of Psyandu cadres and monitoring activities of children’s growth and development during the pandemic period in the Tengah village, district of Kramat Jati, East Jakarta. Design of this study was cross sectional from primary data with sample size of 115 respondent of Posyandu cadres. This research shows that 57,6% of Posyandu cadres carry out monitoring of children’s growth and development. The results of bivariate test showed that there was no significant relationship between knowledge of cadres (p-value = 0,234) and monitoring activities of children’s growth and development during the pandemic period in Tengah Village, but cadres with good knowledger had tendency to monitor growth and development 1,8 times higher than those cadres with less knowledge. It is recommended to Pokja IV Tengah Village to hold seminars on strengthening knowledge, especially regarding health care procedures for child during the emergency response of covid-19, providing facilities and for Puskesmas to increasing cooperation with Posyandu cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Nur Aura Islami
"Pusat Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas merupakan pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif wilayah kerjanya. Laporan tugas khusus ini memiliki tujuan untuk mengetahui tujuan dan sistem pelaporan Penggunaan Obat Rasional dan memperoleh serta mengevaluasi data Penggunaan Obat Rasional bulan Agustus 2022 pada Puskesmas Kelurahan Tengah yang berada di wilayah Kecamatan Kramat Jati. Penggunaan Obat Rasional (POR) merupakan suatu kebijakan yang bertujuan untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan biaya yang terjangkau untuk pengobatan yang didapatkan masyarakat pada fasilitas pelayanan kesehatan, salah satunya pada puskesmas. Indikator pencapaian POR di puskesmas meliputi persentase penggunaan antibiotik pada pasien ISPA non pneumonia dan diare non spesifik, persentase penggunana injeksi pada pasien myalgia, serta rerata jumlah item obat yang diresepkan untuk ketiga diagnosis tersebut. Berdasarkan hasil rekapitulasi data POR di Puskesmas Kelurahan Tengah periode Agustus – Oktober 2022, dapat disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik untuk pasien ISPA non pneumonia dan pasien myalgia dianggap rasional karena masing-masing persentase penggunaannya dibawah nilai maksimal persyaratannya, yaitu masing-masing ≤20% dan ≤ 1%. Sedangkan penggunaan antubiotik untuk diare non spesifik dianggao tidak rasional karena persentase penggunaannya tidak memenuhi persayaratan penggunaannya, yaitu ≥ 8%.

Puskesmas is a health service that organizes community health efforts and individual health efforts at the first level, with more priority on promotive and preventive efforts in their working areas. This special assignment report has the aim of knowing the goals and reporting system for Rational Drug Use and obtaining and evaluating data on Rational Drug Use for August 2022 at the Puskesmas Kelurahan Tengah in the Kramat Jati District area. Rational Drug Use (POR) is a policy that aims to ensure effectiveness, safety, and affordable costs for treatment that the community gets at health care facilities, one of which is at the puskesmas. Indicators for achievement of POR at puskesmas include the percentage of antibiotic use in patients with non-pneumonic ARI and non-specific diarrhea, the percentage of injection users in myalgia patients, and the average number of drug items prescribed for the three diagnoses. Based on the results of the recapitulation of POR data at the Puskesmas Kelurahan Tengah for the period August – October 2022, it can be concluded that the use of antibiotics for non-pneumonic ARI patients and myalgia patients is considered rational because the percentage of use for each is below the maximum requirement, namely ≤20% and ≤ respectively 1%. Meanwhile, the use of antibiotics for non-specific diarrhea is considered irrational because the percentage of use does not meet the requirements for use, namely ≥ 8%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library