Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anna Ariane
Abstrak :
Latar Belakang: Artritis Reumatoid (AR) adalah penyakit inflamasi kronik progresif, yang selain menyebabkan peningkatan morbiditas akibat kecacatan sendi, juga menyebabkan peningkatan mortalitas terkait kejadian kardiovaskular. Salah satu prediktor peningkatan risiko mortalitas kardiovaskular adalah kekakuan arteri (KA) lokal. Proses inflamasi pada AR yang dicerminkan oleh derajat aktivitas penyakit berupa disease activity score (DAS) 28, baik yang dinilai dengan c reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) diduga memiliki hubungan terhadap KA. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara derajat aktivitas penyakit dengan kekakuan arteri pada penderita AR. Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada penderita AR yang berobat di poliklinik Reumatologi RSCM dalam periode April-Mei 2014. Dilakukan pengukuran KA lokal dengan USG arteri karotis komunis menggunakan teknik rf-echotracking untuk mendapatkan nilai pulse wave velocity (PWV) serta penilaian DAS 28-CRP dan DAS 28-LED. Data penyerta yang juga dikumpulkan adalah data demografis, durasi dan jenis pengobatan, glukosa darah sewaktu, profil lemak darah, kreatinin, dan faktor risiko tradisional kejadian kardiovaskular. Hasil: Sebanyak 74 subjek diikutsertakan pada penelitian ini, dengan 68 (91,9%) adalah wanita. Rerata nilai KA (PWV) yaitu 7,89 (SB 1,92) m/detik yang termasuk dalam kategori kaku. Rerata nilai DAS 28-CRP 2,46 (SB 0,82) dan DAS 28-LED 3,49 (SB 0,91) yang masing-masing termasuk dalam kelompok aktivitas penyakit rendah dan sedang. Pada analisis bivariat didapatkan korelasi DAS 28-CRP dan DAS 28-LED terhadap KA, masing-masing dengan nilai r = 0,529 (p = 0,001) dan r = 0,493 (p = 0,001). Simpulan: Terdapat korelasi positif sedang yang bermakna antara derajat aktivitas penyakit (DAS 28-CRP dan DAS 28-LED) dengan kekakuan arteri (PWV). ......Background: Rheumatoid arthritis (RA) is a chronic progressive inflammatory disease related to increase in morbidity due to joint deformity and increase in mortality due to cardiovascular event. One of cardiovascular event predictor is local arterial stiffness (AS). Inflammatory process in RA that is reflected on disease activity score (DAS) 28 calculated by c-reactive protein (CRP) and erythrocyte sedimentation rate (ESR) suspect to be related with AS. This study was aimed to find correlation between disease activity score and arterial stiffness in RA patients. Methods: a cross sectional study was conducted in Rheumatology outpatient clinic, Cipto Mangunkusumo Hospital between April-May 2014. Arterial stiffness was measured by carotid artery ultrasound using echotracking technic to get pulse wave velocity (PWV) value, also DAS 28-CRP and DAS 28-ESR measurement was done in every subject. Others data which also collected in this study are demographic profile, duration and drugs of treatment, random blood glucose, lipid profile, creatinin, and others cardiovascular risk factors. Results: 74 subjects met the inclusion criteria, with 68 (91,9%) are women. Mean of AS (PWV) 7,89 (SD 1,92) m/second, which categorized in stiff artery. Mean of DAS 28-CRP 2,46 (SD 0,82) and DAS 28-ESR 3,49 (SD 0,91), each of them was categorized in low and moderate disease activity. In bivariate analysis we found correlation of DAS 28-CRP and DAS 28 ESR to AS (PWV) r = 0,529 (p= 0,001) and r = 0,493 (p = 0,001). Conclusion: There was positive and significant correlation between disease activity score (DAS 28-CRP and DAS 28-ESR) with arterial stiffness (PWV).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Mela Yunita Sari
Abstrak :
Latar Belakang: Penurunan kapasitas latihan dan kekuatan otot merupakan gambaran yang umum dijumpai pada pasien hemodialisis (HD) kronik. Perbaikan kadar hemoglobin (Hb) tidak memperbaiki secara optimal kapasitas latihan. Prevalensi kalsifikasi arteri tinggi pada pasien HD. Hal ini menyebabkan berkurangnya elastisitas pembuluh darah sehingga meningkatkan kekakuan arteri. Terdapat bukti klinis bahwa kekakuan arteri sentral memengaruhi kapasitas latihan pada pasien penyakit ginjal kronik (PGK). Kapasitas latihan dapat diprediksi dengan menilai kekuatan otot perifer. Tujuan: Mengetahui korelasi kekakuan arteri sentral dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan subyek pasien HD kronik yang diambil dengan teknik consecutive sampling dengan rentang usia 18 – 59 tahun.  Analisis bivariat dilakukan untuk menilai korelasi kekakuan arteri sentral (dengan menilai central pulse wave velocity/cPWV) dengan kekuatan genggam tangan (KGT), kemudian dilakukan korelasi parsial terhadap variabel perancu (usia, dialysis vintage, Hb, dan aktivitas fisik). Hasil: Terdapat 45 pria dan 40 wanita dengan median usia masing-masing 47 (19-59) dan 47 (18-59) tahun. Kedua kelompok mempunyai tingkat aktivitas fisik sedang. Tidak terdapat korelasi antara cPWV dengan KGT baik pada  pria (r = -0,046, p = 0,763) maupun wanita (r = -0,285, p = 0,113). Analisis stratifikasi pada wanita yang memiliki tinggi badan (TB) >150 cm menunjukkan korelasi negatif derajat sedang antara cPWV dengan KGT (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). Nilai cPWV berperan sebesar 21,7% terhadap KGT, dan 78,3% diduga dipengaruhi oleh faktor perancu. Kelompok KGT rendah memiliki nilai cPWV yang meningkat pada semua kategori usia. Simpulan: Kekakuan arteri sentral tidak berhubungan dengan kekuatan genggam tangan pada pasien yang menjalani HD kronik. Terdapat kecenderungan peningkatan nilai cPWV pada subjek yang memiliki KGT rendah. ......Background: Exercise intolerance and muscle weakness are the common features in hemodialysis patients. However, correction of renal anemia by eritropoetin does not optimize the exercise capacity. The prevalence of arterial calcification among the hemodialysis patient is high. It thereby decreased the elasticity of the vessels and increased the arterial stiffness. Clinical evidence showed that central arterial stiffness affects the exercise capacity in chronic kidney disease (CKD). Exercise capacity can be predicted by assessing peripheral muscle strength. Objective: To investigate the correlation between central arterial stiffness and handgrip strength in chronic hemodialysis patients. Methods: This study use cross-sectional design which perform in chronic HD patients aged between 18 and 59 years old by consecutive sampling. Bivariate analysis was done to determine the correlation between central arterial stiffness (assessed using central pulse wave velocity /cPWV) and handgrip strength (HGS). Afterwards, partial correlation of confounding variables (age, dialysis vintage, Hb and physical activity) were also be analyzed. Results: There were 45 men and 40 women with the median age of 47 (19-59) and 47 (18-59) years old, respectively. Both groups have moderate level of physical activity. There was no correlation between cPWV and HGS in men (r = -0.046, p = 0.763) and women (r = -0.285, p = 0.113). Stratified analysis in women with height over 150 cm showed a moderate negative correlation between cPWV and HGS (r = -0,466; r2 = 0,217; p = 0,016). cPWV accounted for 21.7% of HGS, while 78.3% were suggested to be influenced by the confounding factors. The group with low HGS had an increased cPWV in all age categories. Conclusion: Central artery stiffness was not associated with HGS in chronic HD patient. There was a tendency of increased central arterial stiffness in the group of subjects who had low HGS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Henry Ratno Diono
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Penyakit kardiovaskular merupakan ancaman bagi pasien lupus eritematosus sistemik LES . Penilaian indeks massa tubuh IMT sebagai faktor risiko tradisional penyakit kardiovaskular bersifat tidak akurat akibat terjadinya kaheksia reumatoid pada pasien LES. Pengukuran persentase lemak viseral secara khusus diperkirakan dapat menggantikan IMT. Kekakuan arteri KA merupakan prediktor penyakit kardiovaskular dan penelitian yang ada membuktikan bahwa terjadi peningkatan kekakuan arteri pada pasien LES. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara persentase lemak viseral dengan kekakuan arteri pada pasien LES. Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien LES yang berobat di poliklinik Reumatologi/ Alergi-Imunologi RSCM dalam periode Maret-Mei 2016. Dilakukan pengukuran KA lokal dengan USG arteri karotis komunis menggunakan teknik rf-echotracking untuk mendapatkan nilai pulse wave velocity PWV serta penilaian persentase lemak viseral menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis BIA - Karada Scan HBF-214.Hasil Penelitian : Sebanyak 56 pasien perempuan yang menderita LES diikutsertakan dalam penelitian ini. Rerata nilai KA PWV yaitu 7,23 1,40 m/detik yang termasuk dalam kategori kaku. Rerata persentase lemak viseral didapatkan 4,28 2,74 yang termasuk dalam kategori normal. Pada analisis bivariat tidak didapatkan korelasi persentase lemak viseral dengan KA, dengan nilai r = 0,101 p = 0,458 Kesimpulan : Tidak terdapat korelasi antara persentase lemak viseral dengan kekakuan arteri pada pasien LES yang memiliki persentase lemak viseral yang normal.
ABSTRACT
Background Cardiovascular disease is a threat for systemic lupus erythematosus SLE patients. Assessment of body mass index BMI as the traditional risk factor for cardiovascular disease is not accurate due to the occurrence of rheumatoid cachexia. The measurement of visceral fat percentage is expected to replace the assesment of BMI . Arterial stiffness AS is a predictor of cardiovascular disease and many studies have shown arterial stiffness in SLE patients. This study was aimed to find correlation between visceral fat percentage and arterial stiffness in SLE patients. Methods A cross sectional study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital rheumatology allergy immunology outpatient clinic between March May 2016. Arterial stiffness was measured by carotid artery ultrasound using rf echotracking technic to get pulse wave velocity PWV value. Assessment of visceral fat percentage was measured by using bioelectrical impedance analysis BIA Karada Scan HBF 214 . Results 56 SLE female subjects met the inclusion criteria. Mean of PWV 7,23 1,40 m s, which was categorized in stiff artery. Mean of visceral fat percentage 4,28 2,74 , which was categorized in normal. In bivariate analysis we found no correlation between visceral fat percentage with arterial stiffness r 0,101 p 0,458 Conclusion There was no correlation between visceral fat percentage with arterial stiffness PWV in SLE patients with normal percentage of visceral fat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58667
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deka Viotra Kamaruddin
Abstrak :
Latar Belakang: Kekakuan arteri merupakan prediktor morbiditas dan mortalitas kardiovaskular pasien menjalani dialisis. Beberapa studi yang membandingkan kekakuan arteri antara pasien yang menjalani hemodialisis dengan continuos ambulatory peritoneal dialysis CAPD masih kontroversi. Pelaksanaan hemodialisis yang dilakukan dua kali seminggu di Indonesia akan meningkalkan kekakuan arteri. Tujuan: Membandingkan kekakuan arteri antara pasien menjalani yang CAPD dengan hemodialisis dua kali seminggu.Metode: Studi komperatif membandingkan kekakuan arteri pasien yang menjalani CAPD dengan hemodialisis. Penelitian ini terdiri dari 30 subjek CAPD dan 30 subjek hemodialisis selanjutnya dilakukan pemeriksaan kekakuan arteri menggunakan SphygmoCor. Hasil: Karakteristik subjek yang menjalani CAPD dan hemodialisis tidak terdapat perbedaan pada usia, jenis kelamin, tekanan darah, lama menjalani dialisis dan diabetes melitus. Kadar fosfat subjek yang menjalani CAPD 5,09 1,83 mg/dL lebih rendah dibandingkan hemodialisis 6,07 1,83 mg/dL dan bermakna secara stastistik p = 0,046. Subjek yang menjalani CAPD mempunyai PWV 8,04 1,54 m/s lebih rendah dibandingkan hemodialisis 9,05 1,98 m/s dan bermakna secara stastistik p = 0,03. Simpulan: Pasien yang menjalani CAPD mempunyai kekakuan arteri yang lebih rendah dibandingkan hemodialisis dua kali seminggu.
Background: Arterial stiffness is a predictor of cardiovascular morbidity and mortality in dialysis patients. Several studies comparing arterial stiffness among patients undergoing continuous ambulatory peritoneal dialiyis CAPD and hemodialysis are still controversial. In, Indonesia hemodialysis is still performed twice a week that can cause the arterial stiffness higher than CAPD. Objective: This study is aimed to compare arterial stiffness between CAPD and hemodialysis that performed twice a week patients. Method: The comparative study between CAPD and hemodialysis patients. This study consisted of 30 CAPD and 30 hemodialysis patients. The examination of arterial stiffness used SphygmoCor. Result: The CAPD and hemodialysis patients were no different in age, sex, blood pressure, dialysis duration and diabetes mellitus. Phosphate levels in CAPD 5.09 1.83 mg/dL were lower than hemodialysis patients 6.07 1.83 mg/dL and stastically significant p = 0.046. CAPD patients have lower PWV 8.04 1.54 m/s than hemodialysis 9.05 1.98 m/s and stastically significant p = 0.03. Conclusion: The CAPD patients have lower arterial stiffness than hemodialysis patients that performed twice a week.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tanya Herdita
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit ginjal tahap akhir (PTGA) memiliki mortalitas dan morbiditas yang utamanya disebabkan oleh gangguan kardiovaskular. Salah satu penyebab gangguan kardiovaskular tersebut adalah kekakuan arteri. Hemodialisis merupakan salah satu intervensi pada pasien PTGA. Namun, faktor-faktor yang memengaruhi kekakuan arteri pada pasien PTGA yang menjalani hemodialisis masih belum banyak diteliti. Tujuan: Mengetahui proporsi kekakuan arteri pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis dua kali seminggu dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode: Studi observasional dengan desain potong lintang dilakukan di Unit Hemodialisis Divisi Ginjal-Hipertensi Rumah Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) pada bulan April-Mei 2019. Pasien penyakit ginjal tahap akhir yang menjalani hemodialisis dua kali per minggu minimal selama 3 bulan terakhir diikutsertakan dalam penelitian. Pasien yang mengalami penyakit akut atau tidak kooperatif dieksklusi dari penelitian. Kekakuan arteri dinilai dalam bentuk Pulse Wave Velocity (PWV) menggunakan alat SphygmoCor dengan cutoff PWV 10 m/s. Hasil: Sebanyak 83 subyek penelitian yang terdiri dari 22 (26,5%) subyek dengan kekakuan arteri dan 61 (73,5%) subyek tanpa kekakuan arteri diikutsertakan dalam studi. Faktor-faktor yang berhubungan secara indenden dengan kekakuan arteri adalah kadar gula darah puasa (odds ratio 6,842 (IK95% 1,66-28,24)) dan kadar LDL (odds ratio 4,887 (IK95% 1,59-16,58)). Simpulan: Proporsi kekakuan arteri pada pasien PGTA yang menjalani hemodialisis dua kali seminggu adalah sebesar 26,5%. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kekakuan arteri pada pasien PGTA dengan hemodialisis kronik dua kali per minggu adalah kadar gula darah puasa dan kadar LDL.
Introduction: End stage renal disease (ESRD) mortalities and morbidities are mainly occurred in association with cardiovascular disease. One of which is arterial stiffness. Hemodialysis is one of the intervention for ESRD patients. However, factors affecting arterial stiffness in ESRD patients having hemodialysis have not been studied much in Indonesia. Aim: Investigating the proportion of arterial stiffness in ESRD patients having hemodialysis two times a week and factors affecting it. Methods: An observational study with cross-sectional design was performed in Hemodialysis Unit, Kidney and Hypertension Division, National General Hospital Cipto Mangunkusumo (RSUPN-CM) on April to May, 2019. ESRD patients having hemodialysis two times a week for at least 3 months were included in the study. Patients with acute disease or uncooperative were excluded from the study. Arterial stiffness was measured as pulse wave velocity (PWV) using SphygmoCor® with PWV cutoff of 10m/s. Results: There were 83 study samples included in this study, 22 (26,5%) of which were patients with arterial stiffness and 61 (73,5%) of which were patients without arterial stiffness. Factors independently affecting arterial stiffness were fasting glucose level (odds ratio 6,842 (CI95% 1,66-28,24)) and LDL level (odds ratio 4,887 (CI95% 1,59-16,58)). Conclusion: The proportion of arterial stiffness in ESRD patients having hemodialysis two times a week was 26,5%. Factors affecting arterial stiffness in ESRD patients were fasting glucose level and LDL level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library