Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cucuk Suwandi
"Kecemasan pada anak yang dirawat di rumah sakit merupakan fenomena yang sering ditemui dan berdampak terhadap penolakan tindakan. Penelitian ini untuk menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pada Anak usia Sekolah selama dirawat di kelas III Ruang Parikesit RSMM Bogor. Desain cross sectional, dengan sampel 23 responden melalui concecutive sampling. Analisa menggunakan chi square dan Independent T-Test. Hasil menunjukkan tingkat kecemasan dialami oleh 53 % responden, selanjutnya terdapat hubungan signifikan antara karakteristik anak, keluarga dan lingkungan dengan kejadian takut.
Kesimpulan bahwa Tingkat kecemasan yang dialami oleh anak sekolah yang dirawat di rumah sakit cukup tinggi, Karakteristik anak pada penelitian ini antara lain usia anak yang rata-rata berada pada usia sekolah, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki, berada pada tipe temperamen lambat, belum pernah dirawat sebelumnya dan rata-rata lama dirawat lebih dari tiga hari, Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik anak: usia dan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang di rawat di Rumah Sakit.

Anxiety as experienced by hospitalized children is a phenomenon that is often encountered and the impacted on the children rejection to nursing intervention. This study was to analyze factors associated with the level of anxiety in school-age children during in-patient in class III Space Parikshit RSMM Bogor. Crosssectional design, with a concecutive sampling of 23 respondents was used and used chi-square analysis and Independent T-Test. Were Applied results showed that anxiety experienced by 53% of respondents, then were is a significant relationship between the characteristics of the children, the family and the environment with the level of anxiety.
The conclusion that the level of anxiety experienced by school children who were hospitalized quite high, characteristic of the present study included age children on average are at school age, the majority of male sex, type of temperament is at a slow, yet never been treated before, and the average length of hospitalized more than three days, There was a significant relationship between child characteristics: age and family support with level of anxiety in hospitalized school-age children."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T43318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Sere Yulia Maulita
"Metode manajemen perilaku modelling dan Tell-Show-Do dapat difasilitasi media,salah satu media yang efektif adalah video. Penelitian ini bertujuan mengetahuiperbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah penayangan video restorasigigi pada anak usia 7-8 tahun. Tahapan penelitian berupa uji kualitas video dankuesioner FIS yang dimodifikasi dan uji kuantitatif terhadap perbedaan tingkatkecemasan dengan prosedur berupa pengisian kuesioner FIS yang dimodifikasisebelum dan sesudah penayangan video pada 57 anak. Analisis statistikmenggunakan uji Wilcoxon dengan batas kemaknaan 0,05. Terdapat perbedaantingkat kecemasan sebelum dan sesudah penayangan video restorasi gigi padaanak usia 7-8 tahun, namun perbedaan tersebut tidak bermakna.

Modelling and Tell Show Do can be facilitated by media, one of effective mediais video. This study aimed to determine difference in anxiety level before andafter dental restoration video view in children aged 7 8 years. Research procedures were video and modified FIS questionnaire quality test and quantitative test of anxiety level difference by filling modified FIS questionnaire before and after video view by 57 children. Statistical analysis was done using Wilcoxon test with a significance limit of 0.05. There is difference in anxiety level before and after dental restoration video view, but the difference is not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Olivia Bawaeda
"Hospitalisasi mengharuskan anak tinggal di rumah sakit dan menerima prosedur medis seperti terapi inhalasi yang dapat memicu kecemasan anak. Salah satu intervensi keperawatan non farmakologi yang dapat diberikan kepada anak untuk menurunkan bahkan menghilangkan kecemasan adalah bermain terapeutik pop-it. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas bermain terapeutik pop-it terhadap tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi di ruang rawat inap anak. Penelitian ini menggunakan design randomized control trial yang melibatkan 66 anak (dibagi dalam kelompok intervensi dan kontrol) berusia 1-12 tahun yang mendapat terapi inhalasi dan dirawat di ruang rawat inap anak RSUD Talaud, RSUD Manembo-nembo Bitung dan RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Sampel diambil menggunakan teknik simple random sampling. Tingkat kecemasan diukur menggunakan instrumen visual facial anxiety scale (VFAS). Hasil penelitian menunjukan bahwa bermain terapeutik popit efektif menurunkan tingkat kecemasan anak yang mendapat terapi inhalasi dengan nilai p 0,000 (α < 0,05). Dengan demikian bermain terapeutik pop-it tepat diberikan kepada anak yang mendapat terapi inhalasi dan direkomendasikan untuk disediakan di rumah sakit sebagai alternatif permainan. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan bagi perawat di rumah sakit saat melakukan asuhan keperawatan pada anak yang mendapat terapi inhalasi.

Hospitalization requires the child to stay in the hospital and receive medical procedures such as inhalation therapy that can trigger a child's anxiety. One of the nonpharmacological nursing interventions that can be given to children to reduce and even eliminate anxiety is pop-it therapeutic play. The purpose of this study was to determine the effectiveness of pop-it therapeutic play on the anxiety level of children receiving inhalation therapy in the pediatric inpatient room. This study used a randomized control trial design involving 66 children (divided into intervention and control groups) aged 1-12 years who received inhalation therapy and were treated in the pediatric inpatient room at Talaud Hospital, Manembo-nembo Hospital Bitung and Prof Dr. R.D. Kandou Malalayang Manado. Samples were taken using simple random sampling technique. Anxiety levels were measured using a visual facial anxiety scale (VFAS). The results showed that pop-it therapeutic play was effective in reducing the anxiety level of children receiving inhalation therapy with a p value of 0.000 (α < 0.05). Thus, pop-it therapeutic play is appropriate for children receiving inhalation therapy and is recommended to be provided in the hospital as an alternative game. The results of this study can be used as a reference for nurses in hospitals when providing nursing care to children receiving inhalation therapy"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Argarini
"ABSTRAK
Salah satu penyebab kecemasan anak saat menjalani hospitalisasi adalah adanya
tindakan invasif yang menjadi rutinitas yang harus dijalani anak saat berada di
rumah sakit. Kecemasan anak yang berlebihan saat dilakukan tindakan invasif
dapat mengganggu proses perawatan anak dan memperpanjang masa rawat di
rumah sakit. Komunikasi terapeutik merupakan salah satu bagian penting dari
intervensi keperawatan yang mendukung prinsip atraumatik care dalam asuhan
keperawatan anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
komunikasi terapetik terhadap kecemasan pada anak prasekolah saat akan
dilakukan tindakan invasif. Desain penelitian menggunakan quasi experimental
post test non equivalent with control group. Jumlah sampel sebanyak 38 anak
prasekolah dengan teknik consecutive sampling. Analisis data menggunakan
independent t test. Hasil penelitian menemukan adanya perbedaan yang bermakna
kecemasan anak prasekolah saat akan dilakukan tindakan invasif (p=0,041) antara
kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Rekomendasi penelitian ini adalah
dengan menerapkan komunikasi terapeutik pada perawatan anak di rumah sakit

ABSTRACT
One cause of the child's anxiety undergoing hospitalization is the invasive
procedure that became a routine activities during hospitalization. Excessive
anxiety experienced by the children can be disrupt the process of child care and
extended hospital stay. Therapeutic Communication is one important part of
nursing interventions that support the principles of atraumatic care in nursing
care of children. The purpose of this study is to determine the effect of therapeutic
communication on anxiety in preschool children before the invasive procedure
taken. This study uses the quasi-experimental research non equivalent post test
with control group design. The sample number consist of 38 preschoolers with
consecutive sampling technique. Data analysis using independent t test. The
significant differences on preschooler anxiety when therapeutic communication
was applied before the invasive procedure in the intervention group (p=0.041).
Recommendations of this study is that nurses should be apply the therapeutic
communication for providing care to hospitalized children"
2016
T45824
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfistya Tri Noviany
"Latar Belakang: Salah satu tindakan perawatan gigi yang dapat menimbulkan kecemasan pada anak adalah tindakan ekstraksi gigi. Menurut beberapa penelitian, perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Kecemasan anak terhadap perawatan gigi dapat diatasi dengan manajemen perilaku anak seperti Tell-Show-Do. Metode ini dapat dilakukan dengan bantuan media, salah satunya adalah video.
Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi berdasarkan jenis kelamin setelah diberikan penayangan video ekstraksi gigi.
Metode: Kecemasan diukur menggunakan kuesioner MCDAS f yang telah dimodifikasi pada anak usia 6-9 tahun sejumlah 142 anak. Analisis statistik menggunakan uji Wilcoxon ? = 0,05 dan Mann Whitney U ? = 0,05.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna pada tingkat kecemasan anak laki-laki sebelum dan setelah penayangan video ekstraksi, tetapi pada anak perempuan, perbedaan tersebut tidak bermakna. Selain itu, juga tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan tingkat kecemasan anak laki-laki dan perempuan.
Kesimpulan: Video animasi perawatan ekstraksi gigi dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan anak terhadap perawatan gigi baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Diharapkan video ini dapat digunakan sebagai alternatif penanganan kecemasan anak terhadap perawatan gigi.

Background: Tooth extraction is one of dental treatments that can cause children's anxiety. According to some studies, females have higher anxiety level than males. Children's dental anxiety can be managed with behavior management techniques such as Tell Show Do. This method can be done with help of media, such as video.
Aims: To see the difference of children's dental anxiety level based on their gender after watching tooth extraction video.
Methods: The dental anxiety is measured by using modified MCDAS f questionnaire on 142 children aged 6 9 years old. Statistical analysis is performed using Wilcoxon and Mann Whitney U test 0,05.
Results: There are differences on children's dental anxiety level before and after watching the video, but on female children, it is not significant. Also, there is no significant difference on changes of children's dental anxiety between male and female children.
Conclusion: The tooth extraction video can help to decrease the dental anxiety levels of both male and female children. This video is suggested as an alternative treatment towards children 39 s dental anxiety.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Tandean
"Kecemasan anak terhadap perawatan gigi dapat diatasi dengan teknik manajemen perilaku, seperti Tell-Show-Do dan modelling. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan tingkat kecemasan anak berdasarkan status sosial ekonomi setelah diberikan penayangan video ekstraksi. Penelitian ini dilakukan pada 142 anak berusia 6-9 tahun dengan menggunakan kuesioner MCDAS f yang telah dimodifikasi. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi, namun pada anak dengan status sosial ekonomi tinggi, perbedaan tersebut tidak bermakna. Selain itu, tidak terdapat perbedaan bermakna pada perubahan tingkat kecemasan terhadap perawatan gigi antara anak dengan status sosial ekonomi tinggi dan rendah sebelum dan setelah diberikan penayangan video ekstraksi.

Child dental anxiety can be managed by using behaviour management techniques, such as Tell Show Do and modelling. The purpose of this study was to determine the differences of child dental anxiety level based on social economic status after watching tooth extraction video. This study was conducted on 142 children aged 6 9 years using modified MCDAS f questionnaire. Statistical analysis was performed using Wilcoxon test.
The results showed that there are different dental anxiety levels in children with upper and lower social economic status before and after watching tooth extraction video, but in children with high social economic status, that difference is insignificant. In addition, there are no significant differences in dental anxiety level changes between children with higher and lower social economic status before and after watching tooth extraction video.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noor Finda Finari
"Latar belakang. Kecemasan adalah bentuk ketakutan akan hal yang tidak diketahui. Dianjurkan tindakan yang dilakukan adalah memberikan informasi atau mengedukasi dengan cara yang baik dan menyenangkan. Salah satu bentuk pendekatan melalui gambar yang berkesan positif baik yang statis maupun bergerak.Anak tuna rungu adalah anak yang memilki kelainan pendengaran. Hambatan terbesar adalah kesulitan berkomunikasi, oleh karena itu manajemen kecemasan pada anak tuna rungu membutuhkan komunikasi dan teknik tersendiri Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada anak tuna rungu sebelum dan sesudah ditunjukkan gambar statis atau gambar bergerak “berkunjung ke dokter gigi”. Metode Penelitian. Desain penelitian adalah studi eksperimental klinis. Pendekatan yang dilakukan dengan menunjukkan gambar statis dan gambar bergerak. Sebanyak 42 anak tuna rungu, dibagi menjadi 2 kelompok, 1 kelompok diberikan gambar statis dan 1 kelompok diberikan gambar bergerak. Subjek diukur tingkat kecemasannya sebelum dan setelah melihat gambar statis atau gambar bergerak. Pengukuran tingkat kecemasan dihitung dengan Facial Image Scale (FIS) dan Venham Behaviour Scale (VBS). Hasil. Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan anak tuna rungu antara sebelum dan sesudah pemberian aplikasi gambar statis dengan VBS (p=0,010) dan tidak bermakna dengan FIS (p=0,310). Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap tingkat kecemasan anak tuna rungu antara sebelum dan sesudah pemberian aplikasi gambar bergerak dengan VBS (p=0,003) dan tidak bermakna dengan FIS (p=0,1000). Kesimpulan. Dapat disimpulkan baik gambar statis maupun gambar bergerak memberikan pengaruh dalam menurunkan tingkat kecemasan anak tuna rungu yang baru pertama kali berkunjung ke dokter gigi.

Background. Anxiety is relating to a fear of unknown subject. One important technique in alleviating anxiety for patients is delivering patient education in the best way. The alternate way to allevating patient’s anxiety is by giving picture and video based patient education. Deaf children is children with hearing impairment that cause difficulty to communicate. American Association Pediatric Dentristry provides the guidelines that effective communication is essential, and for hearing impared patients, can be accomplished through a variety of methods. Method. The design of this study is clinic experimental study. We show the static picture and the moving picture “Berkunjung ke Dokter Gigi” to 42 deaf children. The anxiety level before and after is measured by using the Facial Image Scale (FIS) and Venham Behaviour Rating Scale (VBS). Result. There are significant differences on level of anxiety before and after by giving static picture measured by using VBS (p=0,010) and not significant defferences measured by using FIS (p=0,310). There are significant differences on level of anxiety before and after by giving moving picture measured by using VBS (p=0,003) and not significant differences measured by using FIS (p=1,000). Conclusion. Static picture and moving picture can reduce the level of anxiety in deaf children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library