Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tika Febriyana
"Menstrual hygiene merupakan salah satu upaya kebersihan yang penting dilakukan bagi setiap perempuan, khususnya remaja. Perilaku menstrual hygiene remaja terbentuk karena pengetahuan yang didapatkan dari sumber informasi mereka. Ibu umumnya menjadi salah satu sumber informasi remaja terkait menstrual hygiene melalui komunikasi yang dijalin diantara mereka. Hal tersebut dikarenakan Ibu adalah orang terdekat serta memiliki gender dan pengalaman yang sama di masa sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara komunikasi orang tua (Ibu) dan perilaku menstrual hygiene pada remaja. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan teknik total sampling. Jumlah responden penelitian ini sebanyak 428 siswi. Alat ukur yang digunakan adalah Parent-Adolescent Communication Scale dan kuesioner Menstrual Hygiene. Penelitian ini menemukan bahwa sebagian siswi SMP di Kabupaten Bekasi (50%) memiliki komunikasi orang tua (Ibu) yang negatif, sedangkan perilaku menstrual hygiene remaja lebih banyak memiliki perilaku yang buruk (50,7%). Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara komunikasi orang tua (Ibu) dan perilaku menstrual hygiene pada remaja.

Menstrual hygiene is an important hygiene practice that every woman, especially adolescents, should carry out. Adolescent menstrual hygiene behavior is formed based on the knowledge they receive from their information sources. Mothers generally become one of the main sources of information for adolescents regarding menstrual hygiene through the communication established between them. This is because mothers are the closest individuals who share the same gender and past experiences. This study aims to determine the relationship between parental (mother) communication and menstrual hygiene behavior in adolescents. The approach used in this study is cross-sectional with a total sampling technique. The number of respondents in this study was 428 female students. The instrument used were the Parent-Adolescent Communication Scale and the Menstrual Hygiene questionnaire. This study found that most junior high school students in Bekasi Regency (50%) have negative parental (mother) communication, while the menstrual hygiene behavior of adolescents predominantly shows poor behavior (50.7%). The conclusion of this study is that there is a relationship between parental (mother) communication and menstrual hygiene behavior in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Mulyanti
"Kesehatan reproduksi mencakup area yang luas, tcrmasuk diantaranya pemeliharaan kesehatan seseorang dimasa remaja. Keiompok remaja mcnjadii perhatian, karena kelompok ini merupakan kelompok yang bcsar jumlahnya dan rentan serta mempunyai resiko gangguan tcrhadap kesehatan rcproduksi. Pada pubertas, khususnya pada wanita terdapat perubahan yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Perisliwa haid sclaiu berpengaruh terhadap psikologis, yang perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi, karena bila hal ini Iidak diperhatikan akan berakibat tumbuhnya mikroorganismc sehingga menyebabkan gangguan pada alat reproduksi, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup seseorang.
Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor perdisposisi (umur, pengetahuan, sikap dan kepercayaan) faklor pemungkin (keterpaparan terhadap media massa dan pendidikan ibu) dan faktor penguat (informasi dari lingkungan sosial dengan praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi). Penelitian ini menggunakan rancangan non eksoerimental, dimana data diperoleh secata potong lintang (cross sectional) target populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP N l Kabupaten Purwakana yang telah mengalami menstruasi. Jumlah responden pada pdnelitian ini 64 orang, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara slatistik dengan teknik analisis bivariat Chi Square dam multivariat regresi logistik.
Dari hasil analisis diketahui bahwa praklek pemeliharaan kebersihan yang baik pada responden SLTP N I sangat rendah (25%) Dengan menggunakan anaiisis bivariat, variabel yang terbukli mempunyai hubungan bermakna secara statistik terhadap praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi yaitu variabel pengelahuan, sikap, dan umur, sedangkan variabel lain diketahui secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi adalah keterpaparan terhadap media masa pendidikan ibu dan keecrcayaan. Dari model regresi logislik diketahui tenyaia variabel yang paling berhubungan adalah sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Rasio lerbesar yailu 4,9342 dengan 95% CI.
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pengembangan program penyuluhan kesehatan, terutama program pembinaan kesehatan keluarga yang terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya dalam praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi baik meialui media massa maupun lingkungan sosial seperli orang ma, guru sena pemgas kesehatan dan untuk menghasilkan penelilian yang Iebih representatif periu pcnelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili popuiasi, desain yang berbeda dan variabel lain seperli status ekonomi dan kelompok usia yang berbeda dan lain-lain.

Reproductive health covers such large an area, where one of the components is the adolescent reproductive health. The adolescence had became a main issue because of its magnitude and risk towards reproductive health problems. During the puberty, especially to the adolescent girl, menstruation is a remarkable change, and it needs attention. The practice of the menstrual hygiene is important, because if it may cause problem in the reproductive organnand may end the decrease ofthe quality of life.
The purpose of this research is to find out whether there is relationship between some variables named as predisposing factors (age, knowledge and attitude), enabling factors (exposure with mass media and education of motherand exposure to social environment) with practice of menstrual hygiene among the junior high school students. The research was carried out in one junior high school of Purwakarta, a district in west Java, 2001. This research was non-experimental, using cross sectional method in collecting data. Population target were first year female student in a public junior high school of Purwakarta a distric in west Java. The numbers of respondents in this study were 64 people, and data were by using questionnaires collected. The data was then processed by the help of computer and statically analyzed using the Chi square technique (bivariat : 95 % Cl), and finally double logistic regression multivariat).
The result showed that most of the respondent did not have a good's practice of menstrual hygiene (25%), Using hivnriut analysis mentioning 2 variables, were related the menstrual hygiene practice were l-cnovvlctlge and attitude. Other variables such as age, exposure with mass medians. mother's education. exposure to social environment did not provide significant relation with the practice of menstrual hygiene. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that attitude (P=0.0l78) and exposure to social environment (l?=-'0.036l) were statically significance. Also statically approved that from those two variables, attitude was the most dominant variable related with the practice of menstrual hygiene, because it had the biggest odds ratio (OR 4,9342 ; 95 % C.l). compared with other variables. Interaction test canied out for there three variables did not eoniimt the existence of interaction resulting the model as the last accepted definitive model.
Recognizing the factors related with the practice of menstrual hygiene, this research suggested that the authority who is responsible for improving reproductive health of women to develop health education programmed, especially that related with practice of menstrual hygiene of adolescent girls. For parents and teachers to be able and to provide information as early as possible to the adolescent girl's when they were in their puberty about menstruation, and especially about the practice of menstrual hygiene. To attain more representative conclusion it is recommended to carry out further studies using samples that represent the whole population, different designs and involving many other relevant variables, such as socio economic, cultural and varies age group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Arminiati Zuhniah
"Perawatan menstrual hygiene pada anak dengan cerebral palsy memerlukan penanganan berbeda dibandingkan dengan anak normal pada umumnya. Ketidakmampuan mereka dalam mengganti pembalut serta menjaga kebersihan diri menjadikan alasan dibutuhkannya peran orang tua atau pengasuh dalam merawat kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran praktik hygiene menstruasi pada remaja cerebral palsy yang dibantu oleh orang tua atau pengasuh. Penelitian menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus. Wawancara mendalam dilakukan pada 6 orang informan secara daring yang dilakukan pada bulan Juni-Juli 2020. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa orang tua dan pengasuh cerebral palsy sangat memahami dan peduli akan perawatan kebersihan menstruasi pada anaknya. Seluruh informan merasakan adanya kerentanan dan keparahan penyakit akibat hygiene menstruasi yang buruk. Informan juga merasakan adanya manfaat dan hambatan dari tindakan pencegahan yang telah dilakukan. Namun sebagian besar informan tidak mencari tahu dan tidak pernah diberikan informasi maupun pengarahan mengenai perawatan hygiene menstruasi pada anak dengan cerebral palsy.

Treatment for menstrual hygiene in children with cerebral palsy requires different treatment compared to normal children in general. Their inability to replace pads and maintain personal hygiene makes the reason for the need for the role of parents or caregivers in caring for personal hygiene. This study aims to determine the description of menstrual hygiene practices in adolescent cerebral palsy assisted by parents or caregivers. This research uses a qualitative approach with a case study design. In-depth interviews were conducted with 6 informants online conducted in June-July 2020. The results of the study showed that parents and caregivers of cerebral palsy were very understanding and concerned about menstrual hygiene care for their children. All informants felt the vulnerability and severity of the disease due to poor menstrual hygiene. The informant also felt the benefits and obstacles from the precautions that had been taken. However, most informants did not find out and were never given information or guidance regarding menstrual hygiene care in children with cerebral palsy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Krismeylinda
"

Manajemen Kebersihan Menstruasi yang tidak terkelola dengan baik dapat meningkatkan masalah kesehatan seksual dan reproduksi serta kesejahteraan wanita. Penelitian ini dikembangkan untuk melihat perbedaan kebijakan Sekolah Ramah Anak terhadap praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi pada siswi di sekolah. Desain penelitian cross  sectional komparatif dengan 220 sampel siswi SMP kelas 7 dan 8 kategori Sekolah Ramah Anak di Kota Depok. Temuan hasil menjelaskan adanya perbedaan pada kedua kategori dengan siswi Sekolah Ramah Anak memiliki peluang 4,667 kali lebih baik melakukan praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi. Rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait untuk mengevaluasi dan mengoptimalisasi kebijakan yang mendukung praktik Manajemen Kebersihan Menstruasi di sekolah.

 



Hygiene Management Menstruation that is not well managed can improve sexual and reproductive health problems and women's well-being. This study was developed to look at differences in Child-Friendly Schools policies towards the practice of Menstrual Hygiene Management in schoolgirls. Comparative cross -sectional research design with 220 samples of 7th and 8th-grade junior high school students in the Child-Friendly School category in Depok City. The findings explain the differences in the two categories with Child-Friendly School students having 4,667 times a better chance of doing Menstrual Hygiene Management. Recommendations for schools and related sectors to evaluate and optimize policies that support the practice of Menstrual Hygiene Management in schools.

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library