Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nur Eulis Pujiastuti Nahdiyat
Abstrak :
ABSTRAK
Pendahuluan: Hipoksia adalah kondisi dimana jaringan tubuh mengalami kekurangan oksigen. Hal ini dapat memicu pembentukan radikal bebas dan menyebabkan kerusakan jaringan. Antioksidan, contohnya enzim katalase diketahui memiliki kemampuan untuk menanggulangi radikal bebas. Enzim katalase berperan untuk mengubah hidrogen peroksida menjadi air dan oksigen. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan otak tikus yang mengalami hipoksia sistemik berkelanjutan. Metodologi: Penelitian ini menggunakan 15 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu kontrol dan 4 kelompok perlakuan yang dipaparkan pada kondisi hipoksia sistemik selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Aktivitas spesifik katalase pada jaringan otak tikus kemudian diukur menggunakan spektorofotometer. Data dianalisis secara statistik dengan uji one way ANOVA. Hasil: Hasil menunjukkan bahwa aktivitas spesifik katalase menurun pada 3 hari pertama secara bertahap dan meningkat secara bertahap pula pada hari selanjutnya, ke 5 dan 7. Akan tetapi tidak ditemukan perbedaan yang bermakna (p > 0.05, p= 0.293) diantara semua kelompok. Kesimpulan: aktivitas spesifik katalase jaringan otak pada penelitian ini tidak menunjukkan perubahan secara signifikan pada keadaan hipoksia sistemik berkelanjutkan.
ABSTRACT
Introduction: Hypoxia is a condition of deprivation oxygen supply to the tissue. This condition leads to the formation of free radical and further lead to the tissue damage. Antioxidant, such as catalase enzyme, was known for its ability counter the free radical. Catalase enzyme works by converting hydrogen peroxide into water and oxygen. The aim of this study is to observe the specific activity of catalase enzyme in brain tissue of rats exposed to continuous systemic hypoxia. Methods: This study used 15 rats that was divided into 5 groups: the control, and 4 experimental groups that were exposed with hypoxia for 1, 3, 5, and 7 days. The specific activity of catalase in brain tissue was then measured with spectrophotometer. The data were statistically analyzed by one way ANOVA test. Result: A steady decreased of specific activity of catalase in the first 3 days of exposure and then increase in the 5th and 7th days.. There were no significance differences between all groups (p>0.05, p=0.293 ). Conclusion: It is concluded that the specific activity of catalase in brain tissue of rats showed no significant changes during continuous systemic hypoxia.
2016
S70424
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Christin Natalia
Abstrak :
Hipertensi adalah penyakit degeneratif yang salah satu faktor penyebabnya adalah penuaan. Penuaan dapat dipicu oleh stres oksidatif, yang mana merupakan ketidakseimbangan antara antioksidan dan RONS (reactive oxygen-nitrogen species). Antioksidan di dalam tubuh ada banyak, salah satunya adalah enzim katalase. Enzim katalase berperan dalam mengubah hidrogen peroksida menjadi air. Sebelumnya, belum diketahui hubungan antara enzim katalase dengan penyakit degeneratif, dalam hal ini adalah hipertensi. Sampel yang digunakan berjumlah 94 sampel. Penelitian dilaksanakan dengan metode cross-sectional. Data yang dibutuhkan adalah tekanan darah dan aktivitas enzim katalase eritrosit. Aktivitas enzim katalase didapatkan dari lisat eritrosit sampel dengan bantuan spektrofotometer yang mana perhitungan absorbansinya dilakukan pada panjang gelombang 210 nm. Keseluruhan data kemudian dianalisis korelasinya menggunakan Uji Korelasi Pearson karena distribusi keseluruhan data normal. Uji T-test juga dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok sampel hipertensi dan normotensi. Tidak ada korelasi antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik dan diastolik populasi lansia secara keseluruhan (p>0,05). Akan tetapi, ditemukan korelasi lemah pada hubungan antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah sistolik kelompok populasi normotensi, juga antara aktivitas enzim katalase dengan tekanan darah diastolik kelompok populasi hipertensi (p<0,05). Hasil uji T-test menunjukkan tidak adanya perbedaan signifikan antara nilai mean dari data aktivitas enzim katalase kelompok hipertensi dan normotensi (p>0,05). Aktivitas enzim katalase eritrosit berkorelasi lemah dengan tekanan darah sistolik pada kelompok populasi lansia dengan normotensi, juga dengan tekanan darah diastolik pada kelompok populasi lansia dengan hipertensi. ......Hypertension is a degenerative disease which one of the causes being aging. Aging can be triggered by oxidative stress, which is an imbalance between antioxidants and RONS (reactive oxygen-nitrogen species). There are many antioxidants in the body, one of which is the enzyme catalase. Catalase enzyme plays a role in converting hydrogen peroxide into water. Previously, there was no known relationship between the catalase enzyme and degenerative diseases, in this case hypertension. The sample used is 94 samples. The research was carried out using a cross-sectional method. The data needed are blood pressure and erythrocyte catalase enzyme activity. The activity of the catalase enzyme was obtained from the sample erythrocyte lysate with the help of a spectrophotometer where the absorbance calculation was carried out at a wavelength of 210 nm. The entire data was then analyzed for correlation using the Pearson Correlation Test because the overall data distribution was normal. T-test was also performed to see whether or not there was a difference between the mean values of the catalase enzyme activity data for the hypertensive and normotensive groups. There was no correlation between catalase enzyme activity and systolic and diastolic blood pressure in the elderly population as a whole (p>0.05). However, a weak correlation was found in the relationship between catalase enzyme activity and systolic blood pressure in the normotensive population group, as well as between catalase enzyme activity and diastolic blood pressure in the hypertensive population group (p<0.05). The results of the T-test showed that there was no significant difference between the mean values of the catalase enzyme activity data in the hypertension and normotensive groups (p>0.05). The activity of the erythrocyte catalase enzyme was weakly correlated with systolic blood pressure in the normotensive elderly population group, as well as with diastolic blood pressure in the elderly population group with hypertension.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanif Abadi
Abstrak :
Latar belakang: Indonesia memiliki prevalensi talasemia yang tinggi karena terletak dalam sabuk talasemia dunia. Iron overload seringkali terjadi pada pasien talasemia yang membutuhkan transfusi sehingga perlu diberikan kelasi besi. Akan tetapi, obat kelasi besi yang tersedia saat ini memiliki harga yang mahal dan menimbulkan banyak efek samping. Penelitian sebelumnya menunjukkan mangiferin berpotensi sebagai alternatif terapi kelasi besi namun bioavailibilitasnya rendah. Penelitian ini bertujuan menilai pengaruh pemberian mangiferin menggunakan nanopartikel kitosan-alginat terhadap aktivitas katalase di hati. Metode: Sebanyak 25 tikus Sprague-Dawley dibagi ke dalam 5 kelompok dengan perlakuan: Normal (N), Iron Overload (IO), dan terapi mangiferin (IO+M50); mangiferin-nanopartikel (IO+MN50, IO+MN25). Iron Dextran sebanyak 15 mg diinjeksikan secara intraperitoneal dua kali seminggu selama 4 minggu. Mangiferin dan mangiferin-nanopartikel diberikan secara oral setiap hari selama 4 minggu. Organ hati diperoleh dari organ tersimpan yang disimpan pada suhu -80°C. Aktivitas katalase pada hati diukur menggunakan Catalase Activity Assay Kit dan spektrofotometer. Analisis statistik dilakukan menggunakan uji Kruskal-Wallis (p=0,05) karena data tidak terdistribusi normal. Hasil: Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan aktivitas katalase yang bermakna di hati tikus antar tiap kelompok. Aktivitas katalase secara berurutan dari rendah ke tinggi adalah: kelompok IO+MN25 (0,00216 U/mg), IO+M50 (0,00221 U/mg), IO (0,00221), IO+M50 (0,0026 U/mg), dan N (0,00299 U/mg). Kesimpulan: Aktivitas katalase pada hati tikus Sprague-Dawley antar tiap kelompok tidak berbeda bermakna. ......Introduction: Indonesia has a high prevalent of thalassemia because of its location on world thalassemia belt. Iron overload often happens in transfusion dependent thalassemia patient in which iron chelation therapy is necessary. However, iron-chelating agents that available at this moment are expensive and have numerous adverse effects. Previous researches show that mangiferin could become an alternative iron-chelating therapy but has low bioavailability. This study aims to evaluate administration of mangiferin using chitosan-alginate nanoparticles on catalase activity in liver. Method: A total of 25 Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups: Normal (N), Iron Overload (IO), and given with mangiferin therapy (IO+M50, IO+MN50, IO+MN25). Fifteenth milligrams of iron dextran were injected intraperitoneally, twice a week for 4 weeks. Mangiferin and mangiferin nanoparticles were orally given according to each group dose, every day for 4 weeks. Organ obtained by using stored organ that had been stored under -80°C cooler. Catalase activity on liver was measured using Catalase Activity Assay Kit and Spectrophotometer then analyzed by Kruskal-Wallis (p=0,05) because datas aren’t distributed normally. Result: This study shows there’s no significant catalase activity difference between each group. Katalase activity consecutively from lowest to highest are: IO+MN25 (0,00216 U/mg), IO+M50 (0,00221 U/mg), IO (0,00221), IO+M50 (0,0026 U/mg), and N (0,00299 U/mg). Conclusion: There’s no significant difference of catalase activity in Sprague-Dawley rat’s liver between each group.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zizi Tamara
Abstrak :
Garcinia mangostana L. merupakan salah satu tanaman obat yang diketahui mempunyai berbagai manfaat, diantaranya sebagai antibakteri, antidiare, antiinflamasi, serta memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol 50% kulit buah G. mangostanaterhadap hati dan plasma tikus dari kerusakan oksidatif akibat pemberian karbon tetraklorida (CCl4). Dua puluh lima ekor tikus putih jantan Sprague-Dawley dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol; kelompok CCl4 dengan dosis 0,55 mg/g BB peroral; serta kelompok ekstrak dosis 900, 1080, dan 1296 mg/kg BB peroral selama 8 hari sebelum pemberian CCl4. Karbon tetraklorida diberikan 48 jam sebelum tikus dikorbankan. Parameter biokimia yang diukur adalah aktivitas superoksida dismutase (SOD), katalase (CAT) dan senyawa karbonil di jaringan hati dan plasma darah tikus. Hasil penelitian memperlihatkan aktivitas SOD hati kelompok ekstrak (900 dan 1080 mg/kg BB) dan aktivitas SOD plasma kelompok ekstrak (900 dan 1296 mg/kg BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) terhadap kelompok CCl4. Aktivitas CAT hati kelompok ekstrak (900, 1080, dan 1296 mg/kg BB) lebih tinggi bermakna (p<0,05) dibandingkan kelompok CCl4. Pemberian ekstrak dosis 900 mg/kg BB memperlihatkan kadar senyawa karbonil hati lebih rendah tidak bermakna (p>0,05) terhadap kelompok CCl4. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol 50% kulit buah manggis dapat memberikan pengaruh terhadap aktivitas antioksidan endogen sehingga mampu mencegah terjadinya stres oksidatif di hati akibat pemberian CCl4. ......Garcinia mangostana L. is a medicinal plant known many benefits, including its potency as antibacterial, antidiarrheal, antiinflammatory, and high antioxidant activity. This study aimed to test the antioxidant activity of 50% ethanolic extract of G. mangostana rind against oxidative damage in liver and plasma of rats caused by administration of carbon tetrachloride (CCl4). Twenty-five male Sprague-Dawley rats were divided into 5 groups consist of control group; CCl4 group aregiven a dose of 0.55 mg/g b.w orally; group that are given doses of extract 900, 1080, and 1296 mg/kg b.w orally for 8 days prior to CCl4 administration. Carbon tetrachloride (CCl4)are given 48 hours before the rats were sacrificed. Parameters measured were superoxide dismutase (SOD), catalase (CAT) activity and carbonyl compounds in liver tissue and blood plasma of rats. The results of this study showed that the activity of liver SOD in extract groups (900 and 1080 mg/kg b.w) and activity of plasma SOD in extract group (900 and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p <0.05) compared to CCl4 group. Activity of the liver CAT in extractgroups (900, 1080, and 1296 mg/kg b.w) were significantly higher (p <0.05) compared to CCl4 group. Extract administration on900 mg/kg b.w showed the levels of carbonyl compounds in liver was lower not significant (p> 0.05) compared to the CCl4 group. From this study it can be concluded that the 50% ethanolic extract of mangosteen rind influence the activity of endogenous antioxidant and prevent oxidative stress in the liver caused by CCl4 administration.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2013
T35741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Jaya
Abstrak :
Monosodium glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamat yang merupakan asam amino nonesensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat berpotensi menyebabkan kerusakan oksidatif di hati dengan mekanisme yang sama dengan eksitotoksisitas karena reseptor glutamat juga ditemukan di hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pemulihan kerusakan oksidatif hati tikus setelah pemberian MSG dihentikan. Sebanyak 30 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dewasa dibagi menjadi 3 kelompok: kontrol (akuades), kelompok MSG 4 g/kg dan 6 g/kg. Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok kemudian dibagi lagi menjadi 2 berdasarkan waktu mematikannya (hari ke-45, dan hari ke-59). Organ hati diambil untuk pemeriksaan kadar MDA, GSH dan aktivitas spesifik enzim katalase. Kadar MDA meskipun tidak berbeda bermakna pada semua kelompok tetapi cenderung menurun, kadar GSH meningkat dan berbeda bermakna (p=0,017), aktifitas spesifik katalase menurun dan terdapat perbedaan bermakna (p=0,012). Tidak terdapat korelasi antara kadar MDA, GSH, dan aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan hati tikus setelah penghentian pemberian MSG. Penelitian ini menunjukkan bahwa pasca penghentian pemberian MSG dengan dosis 4 gr/kg BB dan 6 gr/kg BB selama 14 dan 28 hari dapat menyebabkan penurunan kadar MDA, peningkatan kadar GSH, dan penurunan aktivitas spesifik enzim katalase jaringan hati tikus. Hal ini mengindikasikan telah terjadi pemulihan kerusakan oksidatif akibat penghentian total pemberian MSG. ...... Monosodium glutamate (MSG) is the sodium salt which is can be excitotoxic. Glutamate could potentially cause oxidative damage in the liver by excitotoxicity because glutamate receptors are also found in the liver. This study aims to investigate the oxidative damage recovery rat liver after administration of MSG is stopped. A total of 30 adult male rats (Rattus norvegicus) were divided into 3 groups: control (distilled water), MSG 4 g / kg and the last group MSG 6 g / kg. The treatment is given through a sonde for 30 days. Each group was further divided into two by sacrivised time as follow, day 45, and day 59. The liver was taken for measurement of MDA, GSH levels and the specific activity of catalase. MDA levels although not significantly different in all groups but tend to decline. Different levels of GSH increased significantly (p = 0.017) during recovery, the specific activity of catalase were decline (p=0.012). There was no correlation between MDA, GSH, and specific activity of catalase in the liver after cessation of MSG. This study shows that cessation administration of that certain doses of MSG can lead to decreased levels of MDA, GSH levels, and a decrease in the specific activity of catalase rat liver tissue. This indicates that there was a recovery process of oxidative damage as a result of the cessation of administration of MSG.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Bintang Riris
Abstrak :
[ABSTRAK
Pasak bumi (PB) (Eurycoma longifolia Jack), adalah tanaman herbal Indonesia yang digunakan sebagai antimalaria. Penelitian terdahulu meliputi efek anti ageing dan anti inflamasi, namun belum pernah diteliti tentang efek terhadap aktivitas enzim antioksidan pada penggunaan ekstrak akar PB. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh ekstrak akar PB sebagai antimalaria dapat menurunkan aktivitas spesifik antioksidan enzimatik. Penelitian ini menggunakan mencit yang diinfeksi Plasmodium berghei, diterapi dengan ekstrak akar PB, klorokuin 10 mg/kg BB (kontrol positif, KP), kontrol negatif (akuades, KN), kontrol normal (K0), PB 30 (TI), 60 (TII) dan 90 mg/kg BB (TIII). Parameter yang diukur adalah inhibisi parasitemia, kadar karbonil, aktivitas spesifik SOD, katalase (CAT). Inhibisi parasitemia hari ke 7 dari KP, TI, TII dan TIII adalah 69,81%, 39,37%, 41,72% dan 12,92%. Aktivitas spesifik enzim SOD dan CAT plasma tidak ada perbedaan bermakna. Aktivitas spesifik SOD hati menunjukan perbedaan bermakna antara K0- KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025), KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII (p=0,002), KN-TIII (0,005). Aktivitas spesifik CAT hati menunjukkan perbedaan bermakna antara KP-TI (p=0,009), KP-TII (p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0 (p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI (p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN (p=0,047). Kadar karbonil plasma dan hati tidak menunjukkan perbedaan bermakna antar kelompok. Korelasi positif bermakna (r=0,690, p=0,000) terjadi antara aktivitas spesifik SOD dan CAT hati. Korelasi negatif bermakna terjadi antara aktivitas spesifik SOD, CAT hati dan parasitemia (r= -0,637, p=0,000) (r=-0,557, p=0,002). Kesimpulan: Potensi PB sebagai antimalaria diragukan karena herbal ini juga memiliki efek antioksidan yang menguntungkan bagi parasit.
ABSTRACT
Pasak bumi (PB)(Eurycoma longifolia Jack), is an Indonesian herb used as antimalarial. Previous studies had been done on its anti-ageing and anti-inflammation properties, but its effect on antioxidant enzyme had not been researched. This study aim to investigate the antimalarial influence of PB extract on the reduction of specific antioxidant activity of the SOD and CAT enzyme. We used mice infected by Plasmodium berghei treated with: PB 30, 60, and 90 mg/kg BW as (TI, TII, and TIII), positive control (chloroquine 10 mg/kg BW) (KP), negative control (aquadest) (KN), normal mice control (K0). The parameters were: growth inhibition, carbonyl concentration, specific activity of SOD and CAT. Growth inhibition in 7 day groups of KP, TI, TII, and TIII were 69,81%, 39,37%, 41,72%, and 12,92%. Specific activity of plasma SOD and CAT were insignificant between groups. Liver SOD specific activity showed significant different between K0-KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025), KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII (p=0,002), KN-TIII (0,005). Specific activity of liver CAT showed significant different between KP-TI (p=0,009), KP-TII (p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0 (p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI (p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN (p=0,047). Carbonyl concentrations show insignificant between groups in plasma and liver. Positive correlation (r=0,690, p=0,000) showed between liver SOD and CAT specific activity, negative correlation showed between liver SOD (r= -0,637, p=0,000), CAT (r= -0,557, p=0,002) specific activity and paracytemia. Therefore, The potential use of PB as an antimalarial was of doubtful effectiveness due to its antioxidant effect which could be beneficial to the parasite, Pasak bumi (PB)(Eurycoma longifolia Jack), is an Indonesian herb used as antimalarial. Previous studies had been done on its anti-ageing and anti-inflammation properties, but its effect on antioxidant enzyme had not been researched. This study aim to investigate the antimalarial influence of PB extract on the reduction of specific antioxidant activity of the SOD and CAT enzyme. We used mice infected by Plasmodium berghei treated with: PB 30, 60, and 90 mg/kg BW as (TI, TII, and TIII), positive control (chloroquine 10 mg/kg BW) (KP), negative control (aquadest) (KN), normal mice control (K0). The parameters were: growth inhibition, carbonyl concentration, specific activity of SOD and CAT. Growth inhibition in 7 day groups of KP, TI, TII, and TIII were 69,81%, 39,37%, 41,72%, and 12,92%. Specific activity of plasma SOD and CAT were insignificant between groups. Liver SOD specific activity showed significant different between K0-KN (p=0,000), K0-KP (p= 0,025), KN-TI (p=0,001), KP-TI (p=0,042), KN-TII (p=0,002), KN-TIII (0,005). Specific activity of liver CAT showed significant different between KP-TI (p=0,009), KP-TII (p=0,009), KP-TIII (p=0,014), KP-K0 (p=0,009), TI-TIII (p=0,014), KN-TI (p=0,009), KN-TII (p=0,047), K0-KN (p=0,047). Carbonyl concentrations show insignificant between groups in plasma and liver. Positive correlation (r=0,690, p=0,000) showed between liver SOD and CAT specific activity, negative correlation showed between liver SOD (r= -0,637, p=0,000), CAT (r= -0,557, p=0,002) specific activity and paracytemia. Therefore, The potential use of PB as an antimalarial was of doubtful effectiveness due to its antioxidant effect which could be beneficial to the parasite]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almira Ramadhania
Abstrak :
ABSTRACT
Peningkatan radikal bebas dapat mengakibatkan sejumlah besar masalah kesehatan penyakit degeneratif dan penyakit tidak menular dengan prevalensi tinggi di Indonesia dan merupakan masalah kesehatan di dunia. Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius) merupakan salah satu tanaman yang banyak tumbuh di Asia khususnya Indonesia dan memiliki kandungan yang bersifat antioksidan yakni flavonoid, alkaloid, dan fenolik. Penelitian ini mengkaji kemampuan antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi pada hati tikus yang diberi CCl4. Kondisi stres oksidatif dipicu dengan pemberian CCL4 0,55 mg/kgBB, 24 tikus Sprague-Dawley jantan dibagi menjadi 4 kelompok yakni kontrol, CCl4, ekstrak, ekstrak+CCl4. Dosis ekstrak yang digunakan yakni 85 mg/KgBB. Kemampuan antioksidan ekstrak pandan dinilai dari pengukuran MDA, GSH, dan aktivitas spesifik katalase. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok (p>0,05). Berdasarkan perbedaan reratanya, pemberian ekstrak daun pandan wangi menurunkan kadar MDA hati dan meningkatkan kadar GSH dan aktivitas spesifik katalase hati yang diinduksi oleh CCl4 dibanding kelompok CCl4. Pemberian CCl4 0,55 mg/kgBB menunjukkan peningkatan kadar MDA hati dan penurunan aktivitas spesifik katalase dan GSH yang tidak signifikan dibanding kelompok kontrol. Dari hasil yang didapat masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan dosis CCl4 yang lebih tinggi dan membandingkan efek pemberian ekstrak pandan dengan kontrol positif vitamin E.
ABSTRACT
Increased production of free radicals leads to numbers of health problems of degenerative and non-communicable diseases which have a high prevalence in Indonesia and common health problem in the world. Pandan Leaf Extract (Pandanus amaryllifolius) is one of plants that grows in Asia, especially in Indonesia. Major compounds tact as antioxidants found in pandan leaf is flavonoids, alkaloids, and phenolics. This study investigated the antioxidant capacity of ethanolic extract of pandan leaves on CCl4-induced liver of rats. Oxidative stress was triggered by oral administration of 0,55 mg/kgBW CCL4, 24 male Sprague-Dawley rats were divided into 4 groups,(normal control, CCl4, extract, extract+CCl4). Dose of extract used is 85 mg/KgBW. Antioxidant capacity of pandan extract was assessed by measuring MDA, GSH, and catalase specific activity. Results of this study showed no significant differences between groups (p>0,05). Based on mean differences, administration of pandan leaf extract decreased liver MDA and increased GSH and catalase specific activity of liver induced by CCl4 compared to CCl4 group. Administration of 0,55 mg/kgBW CCl4 demonstrated an increase in liver MDA levels and a decrease in catalase specific activity and GSH level insignificant compared to control group. Further research is needed by using higher dose of CCl4 and comparing effect of administrating pandan extract with positive control.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim Nadiyan
Abstrak :
Latar Belakang: Diet kalori rendah protein tinggi dianggap dapat membantu seseorang dalam menjaga fungsi tubuhnya dibanding diet protein seimbang, khususnya pada orang dengan riwayat weight cycling. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dampak diet kalori rendah protein tinggi terhadap aktivitas katalase. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain eksperimental dengan sampel tersimpan. 15 Sampel Plasma kelompok protein seimbang dan 14 sampel kelompok protein tinggi diperiksa aktivitas katalasenya kemudian dilakukan uji bivariat uji t tidak berpasangan. Hasil: Dari hasil perhitungan absorbsi, diketahui bahwa kualitas Plasma tersimpan kurang baik dari banyaknya hasil uji yang menunjukkan aktivitas katalase 0. Dari hasil uji t tes tidak berpasangan didapatkan tidak ada perbedaan pada aktivitas katalase Plasma subjek diet kalori rendah protein tinggi dengan diet kalori rendah protein seimbang, dengan nilai uji p=0,2275. Kesimpulan: Tidak terdapat peningkatan yang signifikan pada diet kalori rendah protein tinggi dibandingkan kontrol. Penelitian sebelumnya memiliki hasil yang berkebalikan.
Background: Low calories high protein is believed to help body keep its function compared to balanced protein. Objective: The study aimed to know the impact of low calories high protein diet on catalase activity compared to low calories balanced protein on subject with weight cycling obesity. Methods: The study was conducted by using experimental method on stored sample of previous research. The sample consist of 15 subject of balanced protein group and 14 subjects of high protein group. Catalase activity data were gathered from the sample and from the data, two-samples t-test was conducted to see the difference on catalase activity. Results: The quality of sample is compromised as there are some sample with 0 catalase activity. From the rest of the sample, two sample t test results in p=0.2275, indicating there is no difference on catalase activity between high protein diet and balanced protein diet. Conclusion: Our research Conclude there is no significant improvement over Plasma catalase in subject on low calories high protein diet compared to control . Previous researches also give conflicting results. Thus, we need further research in this area.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Faisal Adam
Abstrak :
Berbagai penyakit yang disebabkan radikal bebas semakin meningkat khususnya di Indonesia mengingat paparan sinar ultraviolet yang cukup banyak di daerah tropis, pembangunan yang pesat, serta adanya perubahan gaya hidup. Oleh karena itu peran antioksidan eksogen diperlukan untukomembantu antioksidan endogen, seperti enzim katalase, agar terhindar dari stres oksidatif yang ditimbulkan radikal bebas. Jengkol (Archidendron pauciflorum), salah satu tanaman tropis Indonesia, memiliki potensi antikosidan kuat karena memiliki asam jengkolat,oyang tersusun dari dua molekul sisteinlyangodikenal sebagai antioksidan. Selain itu jengkol juga memiliki kandungan antioksidan lain seperti vitamin C dan flavonoid, terutama pada bijinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol pada aktivitas spesifik katalase jaringan hati tikus. Sebanyak 32 ekor tikuslSprague Dawley dibagi dalam empat kelompok secara acak, yaitu kelompok perlakuan standar, kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol, kelompok dengan pemberian CCl4 sebagai indikator kerusakan hati, serta kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol disertailCCl4. Homogenatkhati tikus masing-masing kelompok diukur aktivitas spesifik katalasenyaldengan metode Mates. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menurunkan aktivitaslspesifik katalase, baik pada hati tikus normal (p=0.000) maupun pada hati yang dirusak CCl4, walaupun tidak bermakna (p=0.832).lHal tersebut diperkirakan karena gugus sulfhidiril (SH) dari sistein yang dibebaskan dari asam jengkolat, yang dapat menginaktivasi kerja enzim katalase. ......Free radical-related disease are more increasing especially in Indonesia because of tropical situation there such as ultraviolet and life style changes. Exogen antioxidants are increasingly needed to help endogen antioxidants activity, such as catalase, to avoid oxidative stress induced by free radical exposure. One of indonesian tropical plant, Jengkol (Archidendron pauciflorum) is believed have strong potential antioxidant source, jengkolic acid, a compund consisting of two cysteine molecules which has been known as antioxidants, besides, their other known sources of antioxidant: vitamin C, and flavonoid. Research is conducted to find the effect of Jengkol seeds extract towards specific catalase activity of rat?s liver. Thirty two Spraguedawley strain rats are divided into four groups: control group, a group given jengkol seeds extract, a negative control group given CCl4 to show hepatocytes toxicity, and a group given both CCl4 and jengkol seeds extract. Homogenate of rat liver from each groups are measured for their spesific catalase activity using Mates methods. The result shows jengkol seeds extract reduced specific catalase activity in normal rat liver significantly (p=0,000), also in injuried liver by CCl4, although no significant correlation found (p=0,832). This finding shows a possible inactivation of catalase enzyme due to sulfhydril (SH) groups from cysteine after being released by jengkolic acid.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilonka Amaia
Abstrak :
Latar Belakang: Terlepas dari kemajuan perawatan perinatal, preeklampsia masih menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas ibu dan janin di dunia. Namun, etiologi utama dan patofisiologi preeklampsia tetap diperdebatkan. Asosiasi antara preeklampsia dengan stres oksidatif tidak diragukan lagi. Hal ini telah dibuktikan dengan banyaknya publikasi yang mengukur biomarker ROS dan enzim antioksidan yang ditemukan pada plasenta dan sirkulasi darah ibu. Studi tersebut menunjukkan bukti biologis produksi berlebihan spesies oksigen reaktif sebagai konsekuensi kapasitas pertahanan antioksidan radikal bebas yang tidak memadai. Katalase adalah salah satu enzim antioksidan yang bekerja secara efisien untuk melawan spesies oksigen reaktif. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan dari tingkat aktivitas enzim katalase pada jaringan plasenta manusia pada kehamilan normal, Early Preeclampsia and Late Preeclampsia. Metode : Rancangan penelitian ini adalah penelitian cross sectional-observational untuk mengetahui tingkat rata-rata aktivitas spesifik enzim katalase yang berperan sebagai antioksidan pada plasenta baik pada kehamilan normal maupun preeklampsia. Aktivitas katalase spesifik diukur dengan menggunakan metode spektrofotometri dan kemudian dibagi dengan tingkat protein. Kegiatan kemudian dianalisis dengan menggunakan uji Kruskal-Wallis untuk menguji normalitas. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan uji post hoc (Mann-Whitney). Hasil : Secara statistic, ditemuka perbedaan yang signifikan antara aktivitas spesifik enzim katalase pada jaringan plasenta late-preeclampsia dibandingkan dengan kehamilan normal. Pola ini tidak terdeteksi dalam plasenta kehamilan normal ketika dibandingkan dengan early preeclampsia, atau pada preeklamsia dini dibandingkan preeklamsia akhir. Diskusi : Ada korelasi antara stres oksidatif dan penurunan aktivitas spesifik katalase pada preeklampsia dibandingkan dengan jaringan plasenta kehamilan normal. Penurunan aktivitas spesifik enzim katalase pada kelompok preeklamsia mungkin disebabkan oleh perubahan protein akibat stres oksidatif. Oleh karena itu, enzim katalase tidak dapat bekerja dengan baik. Kesimpulan : Ketidakseimbangan antara stres oksidatif dan aktivitas katalase, dimana ini dibuktikan oleh penurunan aktivitas spesifik katalase pada preeklampsia dibandingkan dengan jaringan plasenta kehamilan normal mungkin merupakan faktor kunci terjadinya preeklamsia. ......Background : Despite the advance progress of perinatal care, preeclampsia still remains as a major cause of maternal and perinatal mortality and morbidity in the world. However, the main etiology and pathophysiology of preeclampsia remains debatable. The association of preeclampsia with oxidative stress is established beyond doubt. This has been proven by many publications which measure the biomarkers of ROS and antioxidant enzymes found in the placenta and maternal blood circulation. The study showing biological evidence of excessive production of reactive oxygen species as a consequence of inadequate capacity of antioxidant defense mechanism. Catalase is one of antioxidant enzymes which work efficiently combating reactive oxygen species. Purpose : This present study is aimed to examine whether there is significant difference of the specific catalase activity in the human placental tissue of normal pregnancy, early preeclampsia and late preeclampsia. Methods : The design of this research is cross sectional-observational study to determine the average level of specific activity of catalase enzyme which act as antioxidant in the placenta of both normal pregnancy and preeclampsia. The specific activity of catalase was measured by using spectrophotometry method and then divided with protein level. The activity then analyzed by using Kruskal-Wallis test to examine the normality. Furthermore, the data was analyzed by using post hoc (Mann-Whitney) test. Results : The specific activity of catalase enzyme was found to be statistically significant difference between the placental tissue of late preeclampsia compared to normal pregnancy. This pattern was not detected in catalase specific activity of normal pregnancy versus early preeclampsia, nor in early preeclampsia versus late preeclampsia. Discussion : There is correlation between oxidative stress and decreased specific activity of catalase in the preeclampsia compared to the normal pregnancy placental tissue. The decreased specific activity of catalase enzyme in preeclampsia groups may due to protein alteration by oxidative stress. Hence, the catalase enzyme cannot work properly. Conclusion : Imbalanced between oxidative stress and catalase specific activity which has proven by the decreased in the preeclampsia compared to the normal pregnancy placental tissue may be the key factor in the occurrence of preeclampsia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>