Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariyanti
"ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronik yang terjadi di
seluruh negara di dunia, dan terus menerus mengalami peningkatan jumlah yang
signifikan dari tahun ke tahun. Komplikasi jangka panjang dari DM baik
mikrovaskular dan makrovaskular dapat menyebabkan insufiensi aliran darah ke
tungkai, yang dapt berujung pada infeksi, ulkus dan berakhir pada amputasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan kaki dengan
risiko ulkus kaki diabetes. Jenis penelitian ini adalah non eksperimentalkorelasional
dengan desain cross sectional. Jumlah responden dalam pemelitian
ini adalah 45. Hasil analisis bivariat didapatkan perawatan kaki (p=0.003) dan
pemilihan dan pemakaian alas kaki (p=0.008) berhubungan dengan risiko ulkus
kaki diabetes. Hasil analisis multivariat didapatkan bahwa perawatan kaki
berhubungan dengan risiko ulkus dengan p<0.05 (p=0.013). Diabetisi dengan
perawatan kaki yang baik berpeluang untuk mencegah risiko ulkus kaki diabetes
sebesr 14 kali dibandingkan dengan diabetisi yang perawatan kakinya buruk.

ABSTRACT
Diabetes Mellitus (DM) is one of chronic diseases that exist in all countries in
the world and keep growing significantly from year to year. Long term
complication from diabetes, both micro vascular and macro vascular, can cause
insufficiently blood supply to hills which can culminate to ulcer infection and
will end with an amputation.
The purpose of this research is to know the relationship between foot care and
ulcer risk of diabetes foot. This research design is non experimental- corelational
with sectional cross design. In this research, there are 45
respondents. Based on Bivariate analysis, it is known that foot care (p=0.003)
and footwear choice and usage (p=0.008). Multivariate analysis showed that
foot care related to ulcer risk with p<0.05 (p=0.013). People with diabetes who
get good foot care have chance to prevent diabetes foot ulcer risk 14 times
compared with people with diabetes who get poor foot care."
2012
T31066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ani Aryanti
"Diabetes melitus merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan gejala hiperglikemia akibat defisiensi insulin maupun resitensi insulin. Kejadinnya terus meningkat terutama di perkotaan yang disebabkan karena adanya perubahan gaya hidup seperti pola makan tidak sehat, kurang aktivitas, merokok, konsumsi alkohol, dan stress. Penulisan ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien diabetes melitus. Salah satu intervensi yang diberikan yaitu senam kaki diabetes. Intervensi senam kaki diabetes dilakukan selama lima hari, pasien menunjukkan merasa lebih nyaman dan sensitivitas kaki meningkat. Dengan demikian, senam kaki diabetes perlu dilakukan pada pasien diabetes melitus baik di rumah sakit maupun di rumah untuk mengurangi risiko komplikasi ulkus kaki diabetik.

Diabetes mellitus is a degenerative disease characterized by hyperglycemia due to insulin deficiency or insulin resistant. The incidence of diabetes mellitus rapidly increase through years, especially in urban areas due to the change in lifestyle such as unhealthy diet, less activity, smoking, alcohol consumption, and stress. This paper aimed to analyze the result of foot exercise intervention in diabetes mellitus patient. Foot exercise was given for five days. The result showed an increase foot sensitivity and patient felt more comfortable. Therefore, diabetic foot exercise must be done by diabetic patients either in the hospital or at home to reduce the risk of ulcus diabetic foot.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang: Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.
Kesimpulan: Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48, CT is about 9 from 21 patients 16,67, statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67 , GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.
Conclusions: There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Romzi Karim
"Latar Belakang. Peningkatan jumlah penderita ulkus kaki diabetes berdasarkan data epidemiologi saat ini ternyata setiap tahunnya terus meningkat. Faktor genetik berperan dalam proses penyembuhan luka ulkus kaki diabetes dan peranan faktor genetik terhadap penyembuhan luka penderita ulkus kaki diabetes belum banyak diteliti terutama di Indonesia. Matrix Metalloproteinases MMPs merupakan proteolitik enzim yang memegang peranan pada proses remodeling connective tissue dan degradasi extracellular matrix. Polimorfisme pada gen MMP-9 diduga kuat mempengaruhi proses terjadinya ulkus dan proses penyembuhan luka pada penderita ulkus kaki diabetes.
Metode Penelitian: Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan polimorfisme gen Matrix metalloprotein- 9 -1562 C>T dan 836 A>G dengan perkembangan penyembuhan luka ulkus kaki penderita diabetes mellitus tipe 2. Rancangan penelitian adalah sebuah penelitian prospektif potong lintang. Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Endovaskular FKUI/RSCM Jakarta bekerjasama dengan Laboratorium Biologi Biomolekuler FKUI/RSCM Jakarta selama periode September 2016 - Desember 2016. Populasi target adalah penduduk Jakarta, populasi terjangkau adalah pasien Ulkus Diabetik yang berobat di divisi bedah vascular dan endovascular FKUI/RSCM Jakarta. Besar sampel ditentukan berdasarkan formula uji hipotesis dua proporsi. Dilakukan analisis DNA dan polimorfisme gen MMP-9. Dilakukan dokumentasi foto klinis luka ulkus kaki diabetes pada saat luka sebelum debrideman dan di hari ke 21, kemudian diukur luas luka dan jaringan granulasi dengan menggunakan program ImageJ.
Hasil: Perkembangan penyembuhan luka terdapat pada Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein-1562C>T CC yaitu sebanyak 17 dari 32 orang 31,48 , CT yaitu sebanyak 9 dari 21 orang 16,67, hasil uji statistik dengan nilai p=0,477. Polimorfisme gen Matrix Metalloprotein 836A>G AA yaitu sebanyak 10 dari 14 orang 18,52, AG yaitu sebanyak 9 dari 19 orang 16,67, GG yaitu 7 dari 21 orang 12,96, Hasil uji statistik p = 0,087.Kesimpulan. Kedua polimorfisme gen MMP-9 tersebut tidak terdapat hubungan bermakna.

Background: According to epidemiology data, amount of diabetic ulcer patients is continue to increase. Genetic factor has a role in diabetic foot ulcer healing and the role of genetic it self in managing the ulcer only has a few study or publication conducted in Indonesia. Matrix Metalloproteinase MMPs is the proteolytic enzyme which has role in connective tissue remodeling process and extracellular matrix degradation. MMP 9 genes polymorphism is strongly predicted influencing ulcer formation process and ulcer healing process in diabetic foot ulcer patients.
Methods: The goal of this study is to analyze the relation between MMP 9 genes polymorphism with the progress of ulcer healing di diabetic foot ulcer patient. This is a cross sectional prospective study design at Vascular surgery and Endovascular division, surgery department FKUI RSCM Jakarta cooperated with Biology Biomolecular laboratory at FKUI RSCM during September december 2016. Target population are all Jakarta citizens, and accessible population are all diabetic foot ulcer patients in Vascular surgery and Endovascular division FKUI RSCM, Jakarta. Sample size is determined based on dual proportion hypothesis test formula. Blood sample are taken and sent to biology medic laboratory to perform DNA and MMP 9 gene polymorphism analysis. The characteristic of ulcer is documented before and on day 21, then the ulcer size and granulation tissue are measured using ImageJ program.
Results: Improvement of healing ulcer in gene polymorphism of matrix metalloproteinase 1562C T CC is about 17 from 32 patients 31,48 , CT is about 9 from 21 patients 16,67 , statistic testing with p value 0,477. Gene polymorphism metalloproteinase 836A G AA is 10 from 14 patienrs 18,52, AG is 9 from 19 patients 16,67, GG is 7 from 21 patients 12,96, statistic testing with p value 0,087.Conclusions There are not significant relationship in both of MMP 9 gene polymorfsm with diabetic foot ulcer healing progress
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
"Manajemen kaki diabetik sangat penting bagi orang yang mengalami diabetes melitus. Lansia dengan proses penuaan akan mengalami berbagai penurunan fungsi organ termasuk pembuluh darah, saraf, dan ketahanan terhadap infeksi. Kondisi tersebut menyebabkan lansia memiliki resiko lebih tinggi untuk  mengalami masalah kaki diabetik. Perilaku perawatan kaki merupakan bagian dari manajemen kaki diabetik. Pengetahuan perawatan kaki yang tepat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku perawatan kaki. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana pengetahuan lansia tentang perawatan kaki diabetik dan bagaimana perilaku perawatan kaki pada lansia. Penelitian ini merupakan peneltiian kuatitatif dengan desain cross sectional yang menggunakan teknik probability sampling dengan teknik simple random sampling pada 82 lansia dengan diabetes melitus tipe 2. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Diabetic Foot Care Knowledge Scale merupakan kueisioner yang sering dipakai dalam mengukur pengetahuan seseorang penderita diabetes tentang perawatan kaki, dan The Nottingham Assessment of Functional Foot Care untuk mengukur perilaku perawatan kaki. Hasil penelitian ini menunjukan 52,4 % responden berpengetahuan baik, 47,6 % responden berpengetahuan cukup dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Perilaku perawatan kaki pada responden menunjukan 61 % berperilaku positif dan 39% berperilaku negatif. Hasil Analisa korelasi chi-square antara pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki diperoleh nilai r-Value (0,000) < a (0,05), sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan tentang perawatan kaki dengan perilaku perawatan kaki pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2.

Diabetes foot care is crucial for individuals with diabetes mellitus. Elderly individuals undergoing the aging process experience various declines in organ functions, including blood vessels, nerves, and resistance to infections. This condition predisposes the elderly to a higher risk of developing diabetic foot problems. Foot care behavior is an integral component of diabetic foot management. Adequate knowledge of foot care is one of the factors influencing foot care behavior. This research aims to identify the extent of elderly individuals' knowledge regarding diabetic foot care and assess their foot care behavior. The study employs a quantitative approach with a cross-sectional design, utilizing probability sampling techniques through simple random sampling on 82 elderly individuals with type 2 diabetes mellitus. The instruments  used including the Diabetic Foot Care Knowledge Scale questionnaire, frequently used to assess a diabetic patient's knowledge of foot care, and The Nottingham Assessment of Functional Foot Care to evaluate foot care behavior. The research findings reveal that 52.4% of respondents have good knowledge, 47.6% have sufficient knowledge, and no respondents have inadequate knowledge. Regarding foot care behavior, 61% of respondents exhibit positive behavior, while 39% exhibit negative behavior. The chi-square correlation analysis between knowledge of foot care and foot care behavior yields a ρ-Value (0.000) < α (0.05), indicating a significant relationship between the level of knowledge of foot care and foot care behavior in elderly individuals with type 2 diabetes mellitus."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Kuswara
"Latar Belakang: Kaki diabetik dapat sembuh tanpa komplikasi tetapi ada juga yang menjalani amputasi karena luka yang progresif. Luka kaki diabetik yang menjalani debridemen dapat sembuh lebih cepat. Kadar Procalsitonin (PCT), Leukosit, dan protein C-reaktif (CRP) pra dan pasca debridemen diduga bisa menjadi indikator yang baik untuk mengetahui luaran klinis pada pasien dengan kaki diabetik.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan kadar PCT, Leukosit dan CRP pra dan pasca debridemen dengan luaran klinis pada pasien luka kaki diabetik
Metode: Sebanyak 36 pasien yang mengunjungi institusi RSCM dari bulan September hingga bulan November 2020 dilibatkan dalam penelitian ini. Pasien dengan PAD berat, gangguan imunitas dan sepsis berat, dikeluarkan dari kelompok penelitian, dan keadaan luka diseragamkan dengan kriteria PEDIS III. Pasien dibagi ke dalam kelompok luaran baik (n=24) dan kelompok luaran buruk (n=12). Hubungan antara kadar PCT, CRP, dan jumlah Leukosit serum dengan luaran klinis dianalisis. Untuk mengontrol variabel perancu dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik.
Hasil: Secara statistik dijumpai adanya perbedaan yang bermakna pada PCT pra dan pasca debridemen serta Leukosit pasca debridemen antara pasien luka kaki diabetik luaran klinis baik dengan luaran klinis buruk (p=0,05). Luas area di bawah kurva ROC PCT pra debridemen adalah 0,842 dengan sensitivitas 75% dan spesifisitas 87.5%. Leukosit pasca debridemen menunjukkan nilai prediksi yang baik untuk luaran buruk dengan sensitivitas 41.7% dan spesifisitas 91.7%. Hasil dari analisis multivariat menggunakan analisis regresi logistik menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari Leukosit pasca debridemen terhadap luaran klinis setelah mempertimbangkan anemia sebagai variabel perancu dengan nilai signifikan p adalah 0,077.
Kesimpulan: PCT pra dan pasca debridemen memiliki hubungan yang signifikan secara statistik dengan luaran klinis dan dapat digunakan sebagai prediktor luaran klinis pasien luka kaki diabetik.

Background: Diabetic foot can heal without complications, but others undergo amputation due to progressive wounds. Diabetic foot wounds that undergo debridement can heal faster. Pre and post debridement levels of procalcitonin (PCT), leukocytes, and C-reactive protein (CRP) are thought to be good indicators to determine clinical outcomes in patients with diabetic foot.
Objective: To determine the relationship between pre and post debridement PCT, leukocyte and CRP levels with clinical outcomes in diabetic foot wound patients.
Methods: A total of 36 patients who visited RSCM from September to November 2020 were included in this study. Patients with severe PAD, immunocompromise and severe sepsis, were excluded from the study group, and the wound condition was uniform with PEDIS III criteria. Patients were divided into a good outcome group (n=24) and a bad outcome group (n=12). The relationship between level of PCT, CRP, and serum leukocyte counts and clinical outcome was analyzed. To control confounding variables, multivariate analysis was performed using logistic regression test.
Results: There were significant differences in pre debridement PCT, post debridement PCT and post debridement leukocytes between diabetic foot wound patients with good clinical outcome and poor clinical outcome (p = 0.05). The area under the curve for pre debridement PCT ROC was 0.842 with 75% sensitivity and 87.5% specificity. Post debridement PCT give prediction value for bad clinical outcome with 41.7% sensitivity and 91.7% specificity. The results of multivariate analysis using logistic regression analysis showed that there was no significant effect of post debridement leukocytes on clinical outcome in diabetic foot wound patients after considering anemia as a confounding variable with a significant p-value of 0,077.
Conclusion: Pre and post debridement PCT in statistic have significant correlation for clinical outcome and can be used as a predictor of clinical outcome in diabetic foot ulcer
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Winardi Kartika
"Luka kaki diabetes (LKD) adalah salah satu komplikasi diabetes melitus (DM). Terapi LKD adalah perawatan luka dan growth factor (GF) seperti advanced-platelet rich fibrin (A-PRF). Penyandang DM memiliki GF rendah, untuk mengoptimalkan GF yang dilepaskan oleh PRF, ditambahkan asam hialuronat (AH). Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh A-PRF + AH terhadap penyembuhan LKD dengan mengkaji VEGF, PDGF, IL-6, dan indeks granulasi. Desain penelitian randomized control trial, dilaksanakan pada bulan Juli 2019 −Maret 2020 di RSPAD Gatot Soebroto dan RSUD Koja, Jakarta. Subjek penyandang LKD yang mengalami luka kronik, kriteria Wagner II, luas luka < 40 cm2. Subjek diambil berdasarkan rule of thumb dan dibagi tiga secara acak yaitu kelompok terapi topikal A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) dan kontrol NaCl 0,9% (n = 10). Pada kelompok A-PRF + AH dan A-PRF dilakukan pemeriksaan VEGF, PDGF, IL-6 dari usap LKD dan fibrin gel sedangkan kontrol hanya diperiksa usap LKD. Biomarker dan Indeks Granulasi (IG) diperiksa hari ke-0, ke-3, ke-7. Khusus IG pengukuran ditambah hari ke-14. Data dianalisis menggunakan SPSS versi 20 dengan uji Anova atau Kruskal Wallis.
Pada kelompok A-PRF + AH, kadar VEGF usap LKD hari ke-0 adalah 232,8 meningkat menjadi 544,5 pg/mg protein pada hari ke-7. Pada kelompok A-PRF tejadi peningkatan dari 185,7 menjadi 272,8 pg/mg protein, namun kelompok kontrol terjadi penurunan dari 183,7 menjadi 167,4 pg/mg protein. Kadar PDGF usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 1,9 pg/mg protein, meningkat menjadi 8,1 pg/mg protein hari ke-7, kelompok A-PRF dari 1,7 meningkat menjadi 5,4 pg/mg protein dan kontrol dari 1,9 meningkat menjadi 6,4 pg/mg protein. Kadar IL-6 usap LKD kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 106,4 menjadi 88,7 pg/mg protein hari ke-7, pada A-PRF dari 91,9 menjadi 48,8 pg/mg protein dan kontrol dari 125,3 menjadi 167,9 pg/mg protein. IG kelompok A-PRF + AH hari ke-0 adalah 42,1% menjadi 78,9% dan 97,7% hari ke-7 dan ke-14, pada kelompok A-PRF dari 34,8% menjadi 64,6% dan 91,6%. Kelompok kontrol dari 35,9% menjadi 66,0% dan 78,7% hari ke-7 dan ke-14. Pada kelompok A-PRF + AH dibandingkan A-PRF dan NaCl didapatkan peningkatan bermakna kadar VEGF pada hari ke-3 (p = 0,011) dan hari ke-7 (p < 0,001). Kadar IL-6 menurun bermakna (p = 0,041) pada hari ke-7 saja. Namun persentase IG meningkat bermakna pada hari ke-3 (p = 0,048), ke-7 (p = 0,012) dan hari ke-14 (p < 0,001).
Disimpulkan penambahan AH pada A-PRF meningkatkan VEGF (marker angiogenesis) dan IG (tanda klinis penyembuhan luka), serta menurunkan IL-6 (marker inflamasi) secara bermakna sehingga mempercepat penyembuhan LKD.

Diabetic foot ulcer (DFU) is one of complications of diabetes mellitus (DM). Advance wound treatment in DFU such as growth factors (GF) including Advanced-Platelet Rich Fibrin (A-PRF) topical has been developed . People with DM have low GF, so to optimize GF hyaluronic acid (AH) is added. This study analyzed the combination of A-PRF + AH combination in DFU recovery by examining VEGF, PDGF, IL-6, and granulation index (IG).
The study used a randomized control design, done from July 2019−March 2020 at the Gatot Soebroto Army Hospital and Koja District Hospital, Jakarta. Subjects were DFU patients who had chronic wounds, area < 40 cm2 and Wagner II criteria. Subjects were recruited according to the rule of thumb and were randomly divided into three groups namely topical A-PRF + AH (n = 10), A-PRF (n = 10) and control NaCl 0.9% groups (n = 10). The A-PRF + AH and A-PRF groups underwent VEGF, PDGF, and IL-6 examinations of the DFS swabs and fibrin gel while the controls could only underwent the DFU swabs. Biomarkers and Granulation Index (GI) were measured on day 0, 3rd, 7th. Special GI measurements were added on day 14. Data were analyzed using SPSS version 20 with the Anova and Kruskal Wallis test.
In the A-PRF + AH group the VEGF level from swab DFU day 0 was 232,8 pg/mg protein increase to 544,5 pg/mg protein on day 7. In the A-PRF group VEGF increase from 185,7 to 272,8 pg/mg protein and control decrease from 183.7 to 167.4 pg/mg protein. Increasing of PDGF levels in group A-PRF + AH day 0 was from 1,9 pg/mg protein to 8,1 pg/mg day 7, group A-PRF from 1,7 increased to 5,4 pg/mg protein and control from 1,9 to 6,4 pg/mg protein. Decreasing of IL-6 level of DFU swab in group A-PRF + AH day 0 was 106,4 pg/mg protein to 88,7 pg/mg protein day 7, in group A-PRF from 91,9 to 48,8 pg/mg protein and control from 125,3 to 167,9 pg/mg protein. The granulation index of DFU group A-PRF + AH on day 0 was 42,1% increased to 78,9% and 97,7% days 7 and 14. In the A-PRF group increased from 34,8% to 64,6 % and 91,6%. and controls from 35,9% to 66,0% and 78,7% on days 7 and 14. On the 7th day the VEGF level of the A-PRF + AH group increased significantly (p < 0.001), while IL-6 decreased and the granulation index increased significantly with p level of p = 0.041 and p = 0.012 respectively, compare with other group.
It was concluded that on day 7 the AH to A-PRF increases VEGF (a marker of angiogenesis) and GI (a clinical sign of wound recovery), as well as a decrease in IL-6 (a marker of inflammation) which fully increase in DFU.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riastuti Handayani
"Luka kaki diabetik merupakan salah satu komplikasi diabetes melitus. Pencegahan dan pengelolaan yang baik perlu dilakukan untuk mencegah masalah lebih serius pada penderita diabetes. Perawatan kaki yang baik dan benar merupakan salah satu manajemen diabetik untuk mencegah komplikasi ulkus diabetik. Salah satu upaya perawatan kaki adalah dengan menjaga kelembaban kulit kaki. Olive oil kaya akan vitamin dan antioksidan yang telah dikaitkan dengan peningkatkan kelembaban kulit. Selain itu olive oil memiliki sifat anti radang dan antimikroba yang dapat membantu penyembuhan luka. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memaparkan hasil praktik keperawatan medikal bedah pada pasien dengan diabetes melitus dengan penerapan olive oil pada perawatan kaki untuk mencegah ulkus diabetik. Hasil implementasi penggunaan olive oil memang tidak dapat langsung merubah kondisi kelembaban kulit, diperlukan konsistensi dalam melakukan perawatan kulit untuk membantu menjaga kelembaban kulit. Tidak hanya konsistensi dalam penggunaan olive oil sebagai pelembab, namun kontrol gula darah, asupan cairan dan nutrisi serta menjaga diri dari suhu ekstrim juga diperlukan untuk menjaga kelembaban kulit.

Diabetic foot ulcers are a prevalent complication of diabetes mellitus, requiring preventive and effective management to avert more severe consequences for diabetic patients. Proper foot care plays a critical role in diabetic management to prevent the development of ulcers. One key aspect of foot care involves maintaining skin moisture. Olive oil, rich in vitamins and antioxidants, has been associated with enhanced skin hydration. Additionally, olive oil possesses anti-inflammatory and antimicrobial properties, which may aid in wound healing. This study aims to present the outcomes of applying olive oil in the foot care management of patients with diabetes mellitus to prevent diabetic ulcers. The results indicate that while the immediate effect on skin moisture is not apparent, consistent application of olive oil is necessary to help maintain skin hydration. Along with regular use of olive oil as a moisturizer, blood glucose control, adequate fluid and nutritional intake, and protection from extreme temperatures are also essential for preserving skin moisture. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Igab Krisna Wibawa
"ABSTRAK
Latar Belakang. Ulkus Kaki Diabetik DFU adalah salah satu komplikasi dari Diabetes Mellitus, saat ini cenderung meningkat di seluruh dunia, khususnya di Jakarta, Indonesia. Beberapa penelitian mengindikasikan polimorfisme gen matrix metalloproteinases-9 MMP9 pada titik -1652C/T dan 836 A/G memiliki peranan penting dalam perkembangan dan patofisiologi Ulkus kaki diabetik yakni sebagai penanda inflamasi. Namun belum ada penelitian yang spesifik meneliti tentang MMP9 dalam hubungannya dengan DFU di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus diabetik pada penderita Diabetes melitus tipe 2 di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, Indonesia.Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan case control study, subjek penelitian adalah semua penderita DM tipe 2 dengan atau tanpa DFU yang memenuhi kriteria inklusi dan berkunjung ke RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo pada bulan juli 2016-Desember 2016. Data demografi, klinis, laboratorium, distribusi genotip dan distribusi alel dicatat serta peneliti mencari hubungan antara Polimorfisme gen MMP9 dengan penyakit ulkus pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.Hasil Penelitian. Terdapat seratus sembilan puluh tujuh pasien diabetes mellitus tipe dua laki-laki = 49,2 , dan perempuan = 50,8 . Faktor yang berpengaruh dan bermakna secara statistik yakni PAD p=0,001 , Nyeri Istirahat p=0,001 , Neuropati p=0,001 , Merokok p=0,001 , Hipertensi p=0,001 , Anemia p=0,001 , Leukositosis p=0,001 . Pada uji bivariat, diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 .Kesimpulan. Distribusi Alel Polimorfisme gen -1562C/T pada seluruh populasi, pada alel C = 74,6 , Alel T = 25,4 . Distribusi Alel Polimorfisme gen 836A/G, pada alel A = 41,4 , dan Alel G = 58,6 pada seluruh populasi. Diketahui Pada MMP9 -1562C>T, Genotip TC memiliki perbedaan secara signifikan secara statistik, dan merupakan faktor pencegah dalam terjadinya DFU p=0,001 di RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, Indonesia.

ABSTRACT
Objectives. Diabetic Foot ulcer DFU as Diabetes complication, is increasing worldwide especially in Jakarta, Indonesia. Several studies indicated that matrix metalloproteinases 9 MMP9 play key roles in the progression of Diabetic Foot Ulcer as an important inflammatory marker involved in the pathophysiology of DFU. But there is no study specifically examining MMP9 associated with DFU in Jakarta. The aim of this study to analyze MMP9 gene polymorphism associated with DFU patients in Ciptomangunkusumo National General Hospital.Methods. This case control study included 197 patients diagnosed with T2DM with or without DFU as complication at the Ciptomangunkusumo National General Hospital between August 2016 and December 2016. Demography, Clinical, Laboratorium findings, Genotype distribution, Allel distribution, and Analysis Of Matrix Metalloprotein 9 Mmp 9 Gene Polymorphism Associated With Diabetic Foot Ulcer In Tipe 2 Diabetes Collected.Results. There are one hundred and ninty seven patiens with type 2 diabetes mellitus men 49,2 , women 50,8 . Factor that influence and statistically significant are PAD p 0,001 , Rest Pain p 0,001 , Neuropathy p 0,001 , Smoking p 0,001 , Hypertension p 0,001 , Anemia p 0,001 , Leucositosis p 0,001 . According to bivariat study, Found that MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 .Conclusion. Alel distribution in DM type 2 Alel C 74,6 , Alel T 25,4 , Alel A 41,4 , Alel G 58,6 . Found in MMP9 1562C T, Genotype TC have significant differential in statistic, and has protective factor p 0,001 ."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Henderiawati
"Pendahuluan: Ulkus diabetik masih menjadi masalah kesehatan utama di seluruh dunia, penurunan kualitas hidup pasien dan membutuhkan sumber daya kesehatan yang besar. Perawatan kaki merupakan upaya pencegahan primer terjadinya luka pada kaki pasien Diabetes Mellitus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan merawat kaki dengan kejadian ulkus diabetik. Metodologi: Penelitian kasus kontrol dilakukan di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo periode April-Mei 2019. Total sampel 316 pasien diabetes terdiri dari 115 kasus dan 201 kontrol. Kasus merupakan semua pasien ulkus yang berobat periode Oktober 208-Mei 2019, kontrol merupakan pasien tanpa ulkus yang berobat periode April-Mei 2019 dan diambil secara random. Variabel yang diperiksa adalah Ulkus diabetik, merawat kaki, umur, lama menderita DM, kadar gula darah, hipertensi, obesitas, penggunaan alas kaki, merokok dan aktifitas fisik. Analisis menggunakan regresi logistik dengan backward procedure model. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan dari 316 pasien sebagian besar mengalami ulkus derajat 2(50%) kemudian derajat 3(34%). Responden yang melakukan perawatan kaki dengan baik sebesar 61.71%, dengan distribusi kasus sebesar 45.22% dan kelompok kontrol sebesar 71.14%. Hasil analisis menunjukkan merawat kaki berhubungan dengan kejadian Ulkus diabetik dengan OR 2.71(CI 95% 1.67-4.41). Kesimpulan: Merawat kaki dengan baik dapat mengurang risiko terjadinya ulkus diabetik. Pasien yang tidak merawat kaki dengan baik berisiko 2.71 kali mengalami ulkus diabetik dibandingkan pasien yang merawat kaki dengan baik setelah dikontrol merokok dan obesitas.

Introduction: Diabetic ulcer is a major health problem in the world, impairment of the quality of life and consume a great deal of health system resources. Foot care is the primary prevention of diabetic ulcers. Foot care is an effort to prevent primary injuries in the legs of patients with Dianetes Melitus. The aim of this study was to determine the relationship of foot care with the incidence of diabetic ulcers. Methods: Case control studies were conducted at the Pasar Rebo District Health Center for the period April-May 2019. A total of 316 studies with 115 case and 201 kontrol. The cases were all ulcer patients for the period October 2018-May 2019, controls were patients without ulcer and taken randomly. The variables studied were diabetic ulcers, foot care, age, diabetes duration, blood glucose levels, hypertension, obesity, footwear use, smoking and physical activity. A backward logistic regression model was used for analysis. Results: The study showed that of the 316 patient most experienced grade 2 ulcers (50%) than grade 3(34%). Respondents with good foot care were 61.71%, with case distribution of 45.22% and controls 71.14%. The results of the analysis showed that foot care was correlations with diabetic ulcers. OR 2.71(CI 95% 1.67-4.41). Conclusion: Foot care can reduce the risk of diabetic ulcers. Patients who poor foot care have 2.71 times experiencing diabetic ulcers compared with patient who get good foot care after being cotrolled by smoking and obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>