Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sunarto
Abstrak :
Geomorphology of coastal zones in Jepara, Indonesia.
Bulaksumur, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2014
333.917 SUN g
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Chusnul Hayati
Abstrak :
History of Jepara, and the on the leadership of Ratu Kalinyamat, a daughter of the 3rd Sultan of Demak, Jepara, Central Java Province
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2000
959.801 CHU p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985
499.27 GEO (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 5 (1-2) 2004
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi
Abstrak :
ABSTRAK Transmisi epiderniologi dan demografi, serta pergeseran struktur ekonomi menyebabkan meningkatnya tuntutan akan pelayanan kesehatan Perkembangan ekonomi masyarakat Jepara meningkat tetapi ternyata sejak tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 terjadi penurunan jumlah pasien di R.S.U.D RA.Kartini khususnya yang berasal dari konsumen perusahaan swasta, B.U.M.N. dan Asuransi. R.S.U.D RA Kartini adalah rumah sakit klas C milik Pemerintah Daerah Tingkat II Jepara. Masalah pokok yang menjadi dasar penelitian adalah belum diketahuinya gambaran tentang faktor-faktor yang menjadi permintaan konsumen perusahaan terhadap pelayanan kesehatan di R.S.U.D RA Kartini dalam rangka rnenyusun strategi bauran pemasaran (product, price, place, promotion). Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian operasional dengan analisis strategik. Penelitian dilakukan terhadap 12 perusahaan yang terdiri dari perusahaan swasta, BUMN/BUMD dan asuransi dan terletak di Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati, 6 perusahaan telah mengadakan kerjasama dan 6 perusahaan belum mengadakan kerja lama dengan RSUD R.A Kartini. Pengolahan dan analisa data dilakukan secara deskriptif dengan membandingkan antara kedua kelompok tersebut. Perusahaan yang telah mengadakan kerjasama didapatkan bahwa prosedur dan keputusan untuk dapat berobat telah dibuat suatu aturan yang jelas. Sedangkan kebutuhan berupa produk inti ( core product ) banyak tertuju kepada kualitas dokter, perawat, tenaga non medis. Kebutuhan fasilitas yang dapat dirasakan dan dilihat ( tangible product ) berupa keramahan petugas, kenyamanan, kebersihan ruangan dan lingkungan. Suatu kebutuhan yang membuat pasien lebih yakin untuk kembali kerumah sakit (augment product) berupa perawatan pasien setelah pulang dari rumah sakit. Sedangkan yang belum mengadakan kerjasama: prosedur dan keputusan untuk berobat belum diatur secara jelas dan bila terjadi masalah kemudian diselesaikan secara kekeluargaan. Dan semua perusahaan rata-rata menghendaki sarana transport siap setiap saat dan proses menunggu dan mendapat pelayanan tidak terlalu lama. Informasi tentang rumah sakit disamping dari masyarakat, peranan tenaga kesehatan/dokter juga cukup besar. Sedangkan faktor-faktor yang ikut berperan untuk mengambil keputusan berobat dan bekerjasama dengan rumah sakit adalah: staf perusahaan, individu , dokter perusahaan yang ditunjuk/dokter keluarga sedangkan faktor power/people ikut juga menentukan keberhasilan proses ini. Sebagai langkah selanjutnya perlu pendidikan dan latihan untuk tenaga medis/nonmedis. Ditunjuk staf rumah sakit untuk dapat mengadakan pendekatan formal dan informal kepada perusahaan dalam rangka kerjasama.
ABSTRACT The transmission of epidemiology and demography and the shift in the economic structure result in the increase for medical care demands. Between 1994 and 1996 the development of economic status of Jepara society increased but the number of patients in R.S.U.D R.A. Kartini decreased, especially those the consumer of private firms, BUMN (State owned corporations), and insurance firms. R.S.U.D. RA. Kartini is a General Hospital of the Second Autonomous Region of Jepara, a C class with 144 beds. The main issue underlying this research is that there is not yet a clear perspective of factors that is related to the demand of hospital benefits mainly from the third firm-consumers in relation with the marketing mix (product, price, place, promotion). The type of research to be undertaken is the operational research through strategic analysis. This research is carried out against 12 private firms, BUMNBUMD (State owned corporations), insurance firms, located in the Regencies of Jepara, Kudus and Pati, of which 6 of them have made a cooperation with RSUD RA Kartini, while the rest have not. Data processing and analyze is done in a descriptive manner by making a comparison between those two groups. The companies which have made a cooperation were found to have settled a procedure for applying medical treatment where the payment system was also clear. While the need in the form of core product substantially was aimed at the quality of physicians, nurses, and non medical personnel?s. The need of patient for tangible product facilities was met by the enmities of the officials, comfort, room and environment sanitation. The need of the patient for an augment product was the medical care after leaving the hospital. For the corporations which have not had cooperation, the procedures and decision to have medical care have not yet been clearly regulated, and when a problem arises it is solved in a family atmosphere .On the average all companies insist that transportation facilities should stand-by and waiting process/getting medical services should not take too long. Information about the hospital besides from the public the role of the medical team/the physicians is also of great importance . While other factors also playing a big role in deciding whether to purchase a medical treatment and cooperate with the hospital are, the company's staff, individuals, the appointed company's physicians /the family doctor, while the power/people's factor also determines the success of this process. As the next step, an education and training facility is needed for medical/non medical personnel in or outside the hospital .A staff should be appointed to make an informal/formal approach towards companies/third party within this frame work. Bibliography 31 (1982 - 1997).
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Deviana Putri
Abstrak :
ABSTRACT
Skripsi ini membahas mengenai Kartini yang banyak menuangkan gagasannya mengenai pandangan hidup dan cita-citanya khususnya untuk merintis kemajuan seni ukir rakyat Jepara dalam surat-surat yang ia kirimkan pada sahabat-sahabatnya, baik di dalam maupun di luar negeri. Surat-surat yang memuat gagasan-gagasannya ini ia tulis sejak tahun 1901-1903. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah yang meliputi heuristik, kritik sumber, intepretasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan, Kartini menaruh perhatian yang besar terhadap salah satu seni rakyatnya yaitu seni ukir, ia kemudian merealisasikan gagasan-gagasannya untuk membantu rakyat merintis kemajuan seni ukir Jepara dan hal tersebut kemudian memberikan dampak secara ekonomi, sosial dan budaya.
ABSTRACT
The aim of this Thesis is to knowing how Kartini rsquo s idea of her life and dreams, especially to pioneering the rise of Jepara craving craft. This idea were written in many of letters to her friends, domestic or overseas, since 1901 until 1903. This research use historical methods Heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This research proved that Kartini rsquo s paid great attention to this folk carving craft, took action for realizing those ideas and thus gave economic, social and culture impact.
2017
S70004
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anton Sumartono
Abstrak :
ABSTRAK
Berawal dari suatu kondisi masyarakat desa dengan latar belakang kehidupan pertanian yang sederhana, masyarakat Desa Sukodono, Jepara, Propinsi Jawa tengah, berkembang menjadi kelompok masyarakat pengrajin seni kerajinan meubel ukir kayu yang handal. Dalam tesis ini hendak dijawab pertanyaan, berkaitan dengan pernyataan di atas, yaitu: Mengapa mereka memilih usaha di bidang seni kerajinan ukir kayu sebagai mata pencaharian pokoknya; bagaimana potensi mereka sehingga mampu mengembangkan kreativitasnya di bidang itu; bagaimana kaitannya dengan sumber daya lingkungan yang ada dan dapat dimanfaatkannya; bagaimana bentuk desain-desain ukir yang diciptakannya, dan; bagaimana fungsi seni kerajinan ukir kayu itu dalam kehidupan mereka sehari-hari?

Untuk mengkerangkai penjelasan terhadap data dan informasi yang dikumpulkan digunakan konsep kebudayaan, kesenian, kreativitas dan kreativogenik seni, serta desain dalam seni ukir. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya metode etnografis. Sasaran penelitian mengacu kedua arah yaitu kehidupan para perajin seni kerajinan ukir kayu di Desa Sukodono dan desain ukir yang diciptakannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pengrajin Desa Sukodono mengawali usahanya sebagai buruh serabutan, tukang kayu atau tukang ukir di industri-industri kerajinan meubel ukir kayu di wilayah kota Jepara. Akan tetapi, karena pada tahun 1965 sampai tahun 1972 mengalami persaingan yang ketat untuk memperoleh peluang pekerjaan tersebut di wilayah kota Jepara, mereka mengambil alternatif untuk pergi merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya untuk bekerja di bidang yang sama di perusahaan industri meubel besar di kota-kota besar tersebut.

Pengalaman pergi merantau di kota-kota besar merupakan pengalaman yang berharga, dan sekaligus menjadi modal besar, bagi masyarakat Desa Sukodono untuk mendirikan usaha industri kerajinan meubel ukir kayu di desanya sendiri. Selanjutnya, industri kerajinan meubel ukir kayu di Desa Sukodono berkembang pesat membentuk sistem jaringan pekerjaan yang dapat memberikan peluang kerja yang menguntungkan bagi warga masyarakat desa. Dengan demikian perekonomian masyarakat setempat pun ikut berkembang dengan baik.

Lingkungan alam yang ada cukup mendukung usaha di bidang kerajinan ukir kayu. Walaupun sekarang bahan alam sudah tidak semelimpah pada waktu.yang lampau, tetapi tampaknya kayu jati dan mahoni masih tetap dapat diperoleh dari wilayah sekitar Jepara, yang relatif kaya akan hutan kayu jati. Selain itu, faktor kesejarahan telah melekat dalam kesadaran orang-orang Sukodono yang merasa bahwa keahlian membuat ukiran kayu merupakan keahlian warisan dari nenek-moyangnya, yang secara khusus merupakan keahlian orang Jepara pada umumnya.

Desain ukir yang berkembang dan dirancang oleh para pengrain Desa Sukodono pada awalnya adalah desain khas Jepara. Namun, sekarang untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meluas, mereka juga membuat berbagai desain dan corak tradisional berbagai daerah di Indonesia, bahkan corak Eropa, Cina, dan Jepang pun sudah mulai dibuatnya. Barang yang dihasilkan juga semakin beragam. Industri kerajinan ukir Jepara, khususnya Desa Sukodono, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupari sehari-hari masyarakat Desa Sukodono. Industri kerajinan ukir fungsional bagi pemenuhan kebutuhan hidup mereka, baik secara ekonomi maupun estetis, dan fungsional pula bagi pemenuhan berbagai kebutuhan lainnya.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Hariutomo
Abstrak :
Organisasi Polri merupakan bagian dan organisasi pemerintahan yang memiliki tugas sebagai pelindung, pengayom, pelayan, dan penegak hukum untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat. Dalam melaksanakan tugas tugas kepolisian, organisasi Poiri dibentuk dari satuan yang lebih besar (Markas Besar) sampai Polsek sebagai satuan terdepan. Sejak pemberlakuan otonomi daerah, peran Polres lebih dikedepankan sebagai Komando Operasional Dasar yang lebih dekat dengan masyarakat Polres diorganisasikan dalam satuan-satuan yang lebih kecil, sesual dengan peran tugas masing-masing terrnasuk di dalamnya Satreskrim dan Satintelkam. Meskipun peran dari masing-masing fungsi berbeda, mereka harus tetap bekerja sama untuk mewujudkan tujuan organisasi Polri secara menyeluruh. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memahami perlunya hubungan kerja/koordinasi antar satuan dalam organisasi kepolisian. Masalah yang dibahas berhubungan dengan pengungkapan tindak pidana yang difokuskan terhadap hubungan kerjal koordinasi antara Satreskrim dengan Satintelkam di Polres Jepara. Untuk memudahkan pemahaman atas permasalahan penulis menggunakan tiga macam kepustakaan yaitu kepustakaan penulisan, kepustakaan konseptual, dan kerangka konsepsional. Dalam penulisan tesis ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan tidak menutup kemungkinan menggunakan data kuantitatif sebagai alat pendukung. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan melalui pemeriksaan dokumen dan penelitian lapangan dengan cara pengamatan dan wawancara tidak terstruktur. Dari penelitian lapangan terlihat bahwa hubungan kerja/koordinasi antara Satreskrim dan Satintelkam dalam mengungkap tindak pidana pada Polres Jepara belum berjalan. Petunjuk Lapangan (Juklap) Kapoiri nomor 189 tahun 1993 yang seharusnya menjadi landasan untuk melaksanakan hubungan kerja tidak dilaksanakan, bahkan masih ada anggota yang tidak mengetahui aturan tersebut Pelaksanaan hubungan kerja dilakukan atas perintah/kebijakan yang dikeluarkan oleh Pimpinan Kesatuan. Antara kedua satuan terlihat adanya konflik terselubung yang tidak diungkapkan secara langsung. Tiap-tiap satuan menganggap bahwa mereka memiliki kewenangan yang sama sebagai anggota polisi untuk melakukan penyidikan maupun penyelidikan, walaupun sebenarnya dibedakan. Hasil temuan menunjukkan salah satu penyebab tidak berjalannya kerja sama disebabkan kurangnya sarana dan prasarana untuk mendukung pelaksanaan tugas, sehingga tiap satuan memanfaatkan kewenangan yang ada, untuk memenuhi kebutuhan satuan maupun kebutuhan pribadi. Hal ini, tanpa disadari, merupakan wujud dari penyalahgunaan wewenang yang secara langsung akan mempengaruhi respon masyarakat terhadap pelayanan Polri.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10832
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yarianto Sugeng Budi Susilo
Abstrak :
Dalam rencana pembangunan PLTN di Ujung Lemahabang, Kabupaten Jepara. Jawa Tengah, perlu dilakukan kajian yang mendalam dari aspek keselamatan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kondisi meteorologi merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keselamatan penduduk di sekilar PLTN dari bahaya radiologik akibat emisi efluen radioaktif dari PLTN ke udara Kondisi meteorologi di sekitar PLTN akan mempengaruhi perjalanan efluen radioaklif di atmosfir dan merupakan parameter yang sangat penting bagi lepasan radioaktif dari PLTN ke lingkungan dan juga ke manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pola sebaran efluen radioaktif yang diemisikan PLTN melalui media udara berdasarkan kondisi atmosfir di sekitar Ujung Lemahabang. Selain itu tujuan penelitian ini adalah menentukan wilayah kritrs sebaran zat radioaktif di sekitar calon lokasi PLTN. Dalam penelitian ini data meteorologi yang digunakan adalah data sekunder hasil I Pemantauan Newjec Inc. dari bulan Agustus 1994 sampai bulan Juli 1995. Data meteorologi diperoleh melalui pemantauan secara langsung dan kontinyu. Data tersebut meliputi data suhu, kecepatan dan arah angin. serta curah hujan. Variabel lain adalah stabilitas udara, yang tidak dipantau secara langsung tetapi dapat dihitung melalui lapse rate suhu. Masing-masing variabel diklasifikasikan dalam kisaran yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan International Atomic Energy Agency (IAEA) dan dihitung frekuensi kejadiannya dalam setahun pengukuran. Penelitian mengenai pola sebaran efluen radioaktif di sekitar PLTN akan dilakukan dalam radius sampai 10 km, dan wilayah yang dikaji dibagi dalam ring dan sektor. Setiap ring mempunyai pertambahan radius (increment) sebesar 100 m dari titik lepasan efluen. Wilayah kajian juga dibagi dalam 16 sektor, dengan sudut masing-masrng sektor sebesar 22,5°. Perhitungan sebaran efluen menggunakan metode Gaussian dan konsentrasi terintegrasi waktu (Time Integrated Consentration=TIC). Perhitungan dilakukan secara serempak dengan menggunakan pemodelan dan simulasi komputer berdasarkarl data stalistik meteorologi. Verifikasi program dilakukan dengan uji keluaran, yaitu hasil eksekusi program dibandingkan dengan perhitungan secara manual dengan nengambil beberapa sampel. Hasil verifikasi menunjukkan kesesuaian untuk sernua program. Karena hasil eksekusi program menunjukkan hasil yang sama dengan perhitungan secara manual (sesuai dengan yang diharapkan). Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. Pola disperse di Ujung Lemahabang digambarkan dalam bentuk kurva 2 dimensi dengan sumbu horisontal menyatakan jarak dan sumbu vertikal menyatakan konsentrasi terintegrasi waktu per laju emisi. Perilaku kurva menunjukkan mula-mula terjadi kenaikan konsentrasi terhadap jarak untuk semua arah sektor dengan puncak TIC/Q berada pada radius sekitar 200-300 meter dan kemudian rnengalami penurunan secara asimtotis. Nilai TIC/Q untuk I-131 terbesar terjadi pada sektor NNW dengan jarak 220 meter dan TIC/Q adalah 52.92 detik/m2. Efluen radroaktif lebih terdispersi ke bagian udara dari tapak Ujung Lemahabang yaitu ke arah pantai dan laut. Arah dan kecepatan angin serta stabilitas udara berpengaruh terhadap pola sebaran efluen. Transformasi radioaktivitas tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai TIC/Q. Dilihat dari faktor kekritisan individual, sebaran efluen radioaktif yang relatif paling kritis adalah ke arah sektor SSW, S, dan WSW pada radius 1-2 km. Dalam radius 0-1 km tak ada penduduk yang menetap sehingga bukan merupakan daerah kritis baik individual maupun kolektif. Dilihat dan faktor kekritisan kolektif, maka wilayah pada ring 5-10 km sektor SSW dart S adalah yang paling besar nilainya yang disebabkan jumlah populasi yang sangat besar, kemudian diikuti wilayah pada ring 1-2 km dengan sektor SSW. Wilayah pada ring antara 2-5 km sektor S dan pada ring 1-2 km sektor S. Sebagian besar wilayah path ring 5-10 km mempunyai faktor kekritisan kulektil yang relatif kecil kecuali pada sektor S dan SSW. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah (1) konsentrasi radioaktif mula-mula bertambah dan mencapai nilai maksimum pada jarak sekitar 200-300 meter, dan kemudian turun secara asimptotis: (2) variabel atmosfir berpengaruh terhadap sebaran efluen radioaktif: (3) Waktu paro radionuklida tidak begilu berpengaruh terhadap pola sebaran efluen; (4) pada umumnya dengan pertambahan jarak maka faktor kekritisan individual semakin kecil; (5) dosis ekivalen efektil terbesar melalui jalur inhalasi secara langsung untuk 1-131 dari lepasan PWR 1000 adalah sebesar 1,7.10-' mSv/tahun. dan masih jauh di bawah ketentuan BATAN yaitu 5 mSv/tahun. ...... The Planning of Nuclear Power Plants (NPP) Development that will be built at Ujung Lemahabang, Jepara Regency. Jawa Tengah Province, needs deep and comprehensive assessment from both internal and external safety aspect. Meteorological condition is one of external factors affecting population safety at _ the vicinity of Nuclear Power Plants from radiological impact caused by emission of radioactive effluent released by Nuclear Power Plants into the atmosphere. Meteorological condition in NPPs vicinity affect radioactive effluent fate in the atmosphere_ The meteorological parameters are very important in affecting the transport of radioactive releases from NPP to the environment and thereby to man. The objectives of the research are (1) establishment of dispersion pattern of radioactive effluent discharge into the atmosphere released by NPP at the vicinity of Ujung Lemahabang site (2) identification of critical areas of radioactive dispersion at the vicinity of Ujung Lemahabang site. The meteorological data cover temperature, wind direction, wind speed and rainfall, The meteorological data used in the research are the secondary data resulted from monitoring in 1 year duration started from August 1994 up to July 1995 conducted by Newjec inc. These data were obtained by continuous and direct monitoring. Other variable affecting the fate of radioactive effluent at atmosphere is atmospheric stability. This variable is not monitored directly. but it can be calculated based on temperature lapse rate_ Each variable is classified according to International Atomic Energy Agency (iAEA) guidance Assessment of dispersion pattern of radioactive effluent in the NPP site and its vicinity is conducted in the area within 10 km radius. The Area is divided into 100 rings and 16 sectors. Distance between rings is 100 m starting from release point. The angular width of each sector is equal to 11/8 radians (22.5°). Calculations of effluent dispersion employ Gaussian and Time integrated Concentration (TIC) method. Calculations are executed simultaneously by computer modeling and simulation based on meteorological statistic data. Verification of computer programme is conducted by output test The results of programme execution are compared with manual calculation at some sample points. The results for all programmes execution match with the results of manual calculation. Pattern of radioactivity dispersion at Ujung Lernahabang site and its vicinity iie distance from release point and the vertical axis represents TICIQ value. TICIQ increases with radii for all sectors and reach its peak value at about 200-300 meter from release point. TICIQ then go down and curves will reach some asymptotes. The highest TICIQ value of 52.92 s2/m' occurred at NNW sector and 220 meters radius from release point. Radioactive effluent is more dispersed to Northern sectors that are occupied mostly by sea. Wind direction, atmospheric stability, and wind velocity influence the pattern of effluent dispersion. Radioactivity transformation does not significantly influence pattern of dispersion of radioactive effluent. All of the SSW, S, and WSW sectors in the region within 1-2 km radii have the highest value of individual criticality factor compared to other cells. In the 0-1 km radii there is no permanent population. therefore this region does not both individually and collectively critical. The regions within 5-10 km ring and SSW and S sectors have the highest value of collective criticality factor compared to other cells because these cells have the highest number of population. The above collective criticality factor then are followed by regions that occupied by 1-2 km ring and SSW sector, 2-5 km ring and S sector and 1-2 km ring and S sector in descending order. Generally, most of the regions within 5-10 km ring have low collective criticality factor, except for S and SSW sectors. The conclusions of the research are (1) concentration of radioactive increase with increasing radius and reach maximum value at about 200-300 meters from release point and then go down asymptotically: (2) atmospheric variables significantly influence the pattern of radioactive effluent dispersion: (3) the half life of radionuclide do not significantly influence pattern of dispersion of radioactive effluent; (4) generally, the further the distance of a certain point from the release point. the less critical the area will be; (5) the highest of effective dose equivalent of direct inhalation for 1-131 released by PWR 1000 is 1.7.10'' mSv/year. This value does not exceed the annual dose limits recognized by BATAN of 5 m5v/year.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Maulida Ramadhani
Abstrak :
Perempuan tidak mendapatkan tempat yang cukup di dalam dunia kepemimpinan. Hal tersebut terjadi karena sifat gender yang bias umumnya digunakan untuk mengukur kemampuan perempuan dalam memainkan suatu peran di masyarakat, misalnya dalam hal kepemimpinan. Alhasil, jumlah pemimpin perempuan tidak setara dengan pemimpin laki-laki yang ada dan tidak banyak penelitian dilakukan terkait kepemimpinan perempuan. Untuk itu, penelitian ini hadir guna memberikan penelaahan objektif terhadap peran perempuan sebagai pemimpin. Dalam penelitian ini dilakukan perbandingan kepemimpinan Ratu Seondeok dan Ratu Kalinyamat dengan menggunakan teori trait. Penelitian ini menerapkan metode studi pustaka dan empat metode penelitian sejarah dengan pendekatan sosial budaya. Empat metode sejarah tersebut adalah heuristik, verifikasi, interpretasi menggunakan teori trait, dan historiografi. Sifat kepemimpinan yang ada dicocokkan dengan enam indikator trait, yaitu: 1) karakter fisik, 2) latar belakang sosial, 3) kecerdasan dan kemampuan lain, 4) karakteristik kepribadian, 5) karakteristik terkait tugas, dan 6) karakteristik sosial. Berdasarkan penerapan teori dan metode di atas, ditemukan bahwa keduanya memiliki sifat kepemimpinan yang sama dan didukung oleh rangsangan eksternal. Melalui simpulan yang diperoleh, secara tidak langsung telah diakui bahwa kepemimpinan keduanya berdaya guna. Namun, aspek yang membedakan kepemimpinan Ratu Seondeok dan Ratu Kalinyamat adalah alasan dibalik kenaikan takhta keduanya. Suksesi kepemimpinan Ratu Seondeok dilandaskan oleh faktor biologis, sedangkan Ratu Kalinyamat dilandaskan oleh faktor administratif. ......Women do not have a sufficient place in the world of leadership. This occurred because biased gender traits are generally used to measure women's ability to play a role in society, for example in terms of leadership. As a result, the number of female leaders is not equal to the number of male leaders, and not much research has been done on female leadership. For this reason, this research is presented to objectively examine women’s role as leaders. This research uses trait theory to compare the leadership between Queen Seondeok and Queen Kalinyamat. This research applies the literature study method and four historical research methods with a socio-cultural approach. The four historical methods are heuristics, verification, interpretation using trait theory, and historiography. The existing leadership traits are matched with six trait indicators, which are: 1) physical character, 2) social background, 3) intelligence and abilities, 4) personality, 5) task-related characteristics, and 6) social characteristics. Based on the appropriation of the above theories and methods, it was found that both have similar leadership traits and are supported by external stimulation. Through the conclusions obtained, it has been indirectly recognized that their leadership is effective. However, the aspect that distinguishes the leadership of Queen Seondeok and Queen Kalinyamat is the reason behind their ascension to the throne. Queen Seondeok's leadership succession was based on biological factors, while Queen Kalinyamat's was based on administrative factors.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>