Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siburian, Romualdy P.
Abstrak :
ABSTRAK Karena buruknya sanitasi lingkungan di saluran-saluran pembuangan limbah rumah tangga di Jakarta, populasi nyamuk bertambah demikian pesatnya sehingga memaksa penduduk menggunakan pestisida di dalam rumah pada malam hari. Diperkirakan lebih dari 80% rumah tangga di Jakarta mempunyai pestisida, kebanyakan jenis propoxur. Penelitian ini menggunakan data primer, disain kohort retrospektif dengan 300 sampel dibagi dalam 3 kelompok masing-masing 0-1 kali penyemprotan(sebagai kontrol), 2-4 kali penyemprotan dan 5-7 kali penyemprotan per minggu. Yang diteliti adalah kadar kolin-esterase plasma darah dan keluhan efek kesehatan menggunakan kuesioner, yaitu keluhan sakit kepala, mual-muntah dan kejang-kramp sesaat otot perut. Hasil penelitian didapat kadar kolin-esterase kelompok 2 lebih rendah 5,7% dibanding kontrol, dan kelompok 3 lebih rendah 15,3% dibanding kontrol, sehingga terdapat hubungan bermakna antara pemajanan kronik propoxur di rumah tangga dengan kadar kolin-esterase darah. Namun hubungannya dengan efek kesehatan belum terbukti. Efek kesehatan dalam penelitian ini hanya berhubungan dengan faktor sosial-ekonomi. Disarankan membatasi penggunaan propoxur di masyarakat karena terbukti mempengaruhi enzim kolin-esterase jangka lama, mengatasi populasi nyamuk dengan cara yang Iebih efektif yaitu menanggulangi tempat perindukannya secara lintas-sektoral terpadu, dan melanjutkan penelitian untuk mencari efek kesehatan yang lebih representatif dan objektif.
ABSTRACT Bad sanitation, especially in gutters in Jakarta has rise the population of mosquitos very high, so that people use pesticide in bed room in the evening. Approximately, 80% of houses in Jakarta use pesticide, mostly propoxur. This research use primary data, kohort retrospective design with 300 samples divided into 3 groups. The groups are 0 - I time of spraying (the control group), 2 - 4 times of spraying and 5 - 7 times of spraying per week. The concentration of cholinesterase in blood plasm and feeling of health effects are investigated. For this purpose a questionaire is used when respondents are asked about symptoms of headache, nausea-vomiting and stiff cramp in the abdomen muscle. From this research is obtained that concentration of the cholinesterase of the 2Ad group is 53% lower than the control group and the 3rd group is 15.3% lower than the control group. That is significant correlation between chronic exposure of propoxur in house-hold and concentration cholinesterase in the blood plasm. However the correlation with health effect has not been proved. It suggested to limit the usage of propoxur in society because it evidently influences cholinesterase enzyme in the long time, and control mosquito's population wich more effective on its breeding by multi-sector . The research must be continued to get some health effect wich related more representative and objective.
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Suwarsa
Abstrak :
Penyakit tuberkulosis paru adalah merupakan penyakit menular yang bersifat kronis dan memiliki dampak sosial yang cukup besar. Penularannya melalui hubungan yang lama dan akrab, karena itu kontak serumah dengan penderita TB paru diduga merupakan risiko yang tinggi untuk terjadinya penularan. Walaupun demikian tidak semua kontak serumah tertular, oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penularan penyakit TB paru pada kontak serumah. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten garut dengan desain cross sectional. Populasi penelitian ini diduga 552 kontak serumah dengan penderita TB paru BTA (+). Sampel sebanyak 155 yang terdiri dari 55 penderita TB paru BTA (+) dan 100 bukan penderita TB paru BTA (+) yang dipilih dengan metode stratified random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 1 diantara 2,8 kontak serumah menderita TB paru. Beberapa faktor yang diduga berhubungan adalah: keeratan, lama kontak, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, status gizi dan hygiene sanitasi (p<0,05), dan variabel hygiene sanitasi memiliki hubungan yang paling kuat (POR= 12,30). Dari hasil analisis multivariat ternyata hanya ada 4 variabel utama yang berhubungan yaitu: sanitasi rumah, keeratan, status gizi dan pendidikan, sehingga dapat dikemukakan sebuah model dengan 4 variabel tersebut. Setelah dilakukan penilaian interaksi ditemukan ada 1 interaksi yang bermakna antara status gizi dan sanitasi rumah sehingga dapat dikemukakan sebuah model dengan 4 variabel utama dan 1 variabel interaksi.
Lung tuberculosis is an infectious disease, which tend to become chronic and causing big social impact. The infection needs close and long contact, so that house hold contact of lung tuberculosis patient has a high risk to be infected. Nevertheless not all the house hold contact will be infected, thus it is important to be know factors related to the infection of the hhouse hold contacts of tuberculosis patient. The research was done at Garut regency using cross sectional design. Population of the study was 552 house hold contacts with the lung tuberculosis patient. A random sample of 155 respondent were inclided in the study, 55 of them turn out to be infected and the tirest were free of the disease. The result shows that 1 of 2.8 house hold contacts has the disease. Factors examined in the study consist of close association, the length of contact, education, job, knowledge, nutritional status and dwelling sanitation (p<0.005), and the dwelling sanitation variable has the strongest correlation (POR= 12,30)_ The result of the multivariate analysis reveals that only four of them were the significantly correlated with the household transmission, namely dwelling sanitation, close association, so that the model of transmission consist of those 4 variables. A significant interaction was found between nutritional status and dwelling sanitation (p5 0.1), so that there will be a model using those 4 main variables and 1 interaction.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8401
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Supriyadi
Abstrak :
Penyakit TB Paru merupakan penyakit menular yang bersifat kronis dan memiliki dampak sosial yang cukup besar. Program penanggulangan penyakit TB Paru di Kota Banjarmasin dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse ) mulai dilaksanakan pada tahun 1996/1997. Penemuan penderita TB Paru BTA (+) sejak tahun 1997 - 2001 sebanyak 55, 264, 242, 311 dan 252 penderita. Penelitian ini bertujuan mengetahui apakah ada hubungan antara kontak serumah dan faktor lain terhadap kejadian TB Paru BTA (+). Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dan dilaksanakan pada bulan Januari - Maret 2003 di Kota Banjarmasin. Populasi pada penelitian ini adalah individu berumur 15 yang tinggal di Kota Banjarmasin, dengan jumlah total sampel sebanyak 300 sampel. Pengolahan data dengan program komputer dan analisis data menggunakan menggunkan uji statistik univariat, bivariat dan penentuan model melalui uji multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru yaitu : kontak serumah ( OR = 3,4 & pv = 0,01 ), status gizi ( OR = 3,7 & pv = 0,01 ), pencahayaan kamar tidur ( OR = 8,8 & p v = 0,00 ), ventilasi (OR = 12,0 & 0,00 ), kelembaban rumah ( OR = 17,5 & pv = 0,00 ) dan kelembaban tempat tidur (OR = 49,3 & pv = 0,00 ) . Dari hasil analisa multivariat ternyata didapat hanya tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA (+), yaitu : kontak dengan sumber penular serumah, status gizi dan ventilasi, sehingga di dapat model dari ke tiga variabel tersebut dengan interaksi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya hubungan antara variabel kontak serumah, status gizi serta ventilasi dengan kejadian TB Paru BTA (+). Pada penelitian ini disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk lebih mengintegrasikan program pemberantasan TB melalui kerjasama lintas sektor. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kota untuk diadakannya penelitian lebih lanjut dengan disain lain yang lebih menunjukkan hubungan kausalitas antara faktor tersebut. Daftar bacaan : 50 ( 1979 - 2002 )
Pulmonary tuberculosis is an infectious disease, which tends to become chronic and causing big social impact. Pulmonary tuberculosis control program using DOTS ( Directly Observed Treatment Short Course ) in Banjarmasin has commenced in 199611997. The number of pulmonary tuberculosis case from 1997 to 2001 was respectively 55, 264, 242, 311 and 252. The objective of this research was to confirm correlation between house-hold contact and other factors with positive acid - fast bacilli ( + AFB ) pulmonary tuberculosis incidence, The research was done in Banjarmasin using cross sectional design. Population is individual age of ≥ 15 years. Sample in this research are 300 sample, during January to March 2003. Data were processed with computer program and by statistical analysis univariate, bivariate and for quantitative modeling of multivariat using logistic regression. The result showed that variables that significant correlated to pulmonary tuberculosis (+ AFF) house-hold contacts ( OR = 3.4 & pv = 0.01 ), nutrition status ( OR = 3.7 & pv = 0.01 ), bedroom lighting ( OR = 8.8 & pv = 0.00 ), ventilation (OR = I2.0 & pv = 0.00 ), relative humidity of house ( OR = 17.5 & pv = 0.00 ) and relative humidity of bedroom (OR = 49.3 & pv = 0.00 ). The result of the multivariate analysis reveals that only three of them were the significantly correlated to pulmonary tuberculosis (+AFP) that are : house-hold contacts, nutrition status and ventilation. So that the model of those variables can be determined with interaction. In conclusions there are three variables that have correlation to pulmonary tuberculosis (+AFP), namely : house-hold contacts, nutrition status and ventilation. The study suggests the City Health Service should improve the control program of pulmonary tuberculosis by developing/ collaboration ship with other sector to reduce the medicine of tuberculosis. In addition, similar studies with other designs should be encouraged to determine the causality correlation between TB and its determinants.
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12956
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikarwin
Abstrak :
ABSTRAK Perubahan demi perubahan telah terjadi atas kebudayaan kelompok manusia sejak dahulu kala hingga sekarang. Perubahan-perubahan tersebut merefleksikan usaha-usaha manusia meningkatkan kemampuannya mempertahankan dan melangsungkan hidup di dalam habitatnya. Usaha-usaha itu diwujudkan dengan cara mengefisienkan pemakaian energi; yakni dengan menggunakan teknologi yang efektif. Untuk keperluan itulah kelompok manusia merubah organisasi hubungan-hubungan sosialnya agar sesuai dengan teknologi yang dipergunakan Proses penyesuaian itulah yang dinamakan adaptasi (Cohen 1971). Rumah tangga-rumah tangga di Penengahan Krui, Lampung Barat, sejak permulaan abad 20 telah membangun "kebun campuran". Yaitu suatu "saran untuk mengumpulkan dan mengendalikan sumber-sumber energi yang dapat diperoleh dengan mudah" (Wolf 1985:34). "Kebun campuran" yang dikenal dengan repong ini, dibangun di atas lahan bekas menanam padi perladangan (lahan bera). Yakni bidang lahan yang sengaja "diistirahatkan" karena sudah tidak subur lagi untuk tanaman padi. Jadi, "kebun campuran" adalah sebuah jawaban yang dapat rnengenyampingkan pembatas alam berupa:"ketidak suburan tanah bagi padi". Tetapi kebun campuran mengikat petani pada "tanaman tua" (khususnya tanaman perdagangan) yang tak peduli dengan ketidaksuburan dimaksud. Hidup dengan cara "berkebun campuran" menyebabkan rumah tangga untuk hidup menetap di satu tempat dalam waktu yang lama. Di sana mereka hidup bersama, berkembang biak dan membangun institusi-institusi. Yaitu institusi-institusi disesuaikan dengan keperluan mengelola kebun campuran yang berbasis pada ekonomi pasar. Artinya pengorganisasian hubungan-hubungan sosial disusun dan disesuaikan dengan tuntutan tekno-ekonomi kebun campuran. Atas dasar penyelidikan lapangan mengenai proses pengorganisasian tersebut, maka ada dua proses yang menurut hemat saya telah terjadi. Yang pertama pembentukan koalisi di dalam rumahtangga; saya namakan koalisi internal rumahtangga. Yang kedua reduplikasi rumahtangga. Koalisi internal rumahtangga terjadi antara orangtua dan anak sai tuba bakers_ Koalisi ini dimaksudkan untuk mempertahankan keutuhan sumber-sumberdaya pertanian pada satu orang. Tujuannya adalah agar rumahtangga yang sudah ada dapat meraih cita-cita hidupnya; ialah mistutin. Untuk mencapai maksud tersebut maka potensi orang lain dihilangkan melalui mekanisme pewarisan primogenitur. Reduplikasi rumahtangga adalah suatu proses pembentukan rumahtangga "meniru" rumahtangga asal (model). Rumahtangga peniru ini adalah rumahtangga dari orang-orang yang tersingkir dalam proses koalisi internal. Proses reduplikasi ini mencakup semua pola yang diamati, terrnasuk melakukan kembali koalisi internal seperti yang dilakukan rumahtangga asal.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Tati Sumiati
Abstrak :
Data statistik menunjukkan bahwa tindak kriminal dengan kekerasan yang mematikan (pembunuhan) yang dilakukan wanita mengalami peningkatan. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa wanita yang melakukan yang membunuh suaminya adalah mereka yang telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan suaminya. Data tersebut, tampak berlawanan dengan asumsi stereotip tentang wanita. Wanita dipercaya memiliki sifat ramah, penuh kasih sayang, sensitif, hangat dan ekspresif serta seringkali digambarkan lebih toleran dan lebih mampu menghadapi masalah tanpa perlu menunjukkan tingkah laku - tingkah laku delinquency. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan terhadap kondisi tersebut hanya mengungkapkan data statistik deskriptif, tidak menggambarkan dinamika terjadinya serta faktor-faktor yang mendasari tindak kekerasan. Oleh karena itu, pembunuhan yang dilakukan wanita terhadap suaminya, menjadi hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika dan faktor-faktor yang melatarbelangi pembunuhan yang dilakukan wanita terhadap suaminya. Menurut Feldman (1993) pembunuhan termasuk ke dalam tindak kriminal terhadap orang. Pembunuhan merupakan bentuk agresi yang paling ekstrim (Krahe, 2005). Pembunuhan termasuk dalam tindak kriminal dengan kekerasan atau kekerasan kriminal yang mencakup tingkah laku melukai yang secara langsung melanggar hukum (Rollin, 1993), Teori yang digunakan untuk menjelaskan tingkah laku tersebut adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurut teori tersebut, suatu tingkah laku, termasuk tindak kriminal, dapat dijelaskan melalui model resiprokal triadik di mana tingkah Iaku, kognitif, dan faktor-faktor personal lainnya serta kejadian-kejadian di dalam lingkungan, keseluruhannya beroperasi sebagai hasil interaksi yang saling mempengaruhi sate sama lainnya (Feldman, 1993). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara dan observasi. Penelitian ini dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Wanita T'angerang. Di Lapas ini tercatat 12 orang narapidana dengan kasus pembunuhan, namun hanya dua orang narapidana yang melakukan pembunuhan terhadap suami. Dengan demikian, jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dua orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang dilakukan subjek terjadi melalui suatu proses pembelajaran di salah satu atau keseluruhan lingkungan yang dimasuki subjek, baik lingkungan keluarga, teman, maupun lingkungan sosial yang lebih luas. Kondisi-kondisi di lingkungan ini mempengaruhi personal subjek, baik dalam pemikiran, maupun tingkah laku subjek. Faktor lingkungan dan personal yang dimiliki subjek tersebut mendasari subjek dalam mengambil keputusan ketika subjek berada dalam kondisi konflik dan frustrasi. Penelitian ini menamukan bahwa subjek yang mengalami frustrasi dalam menghadapi konflik perkawinan dan suami yang biasa melakukan tindak kekerasan terhadapnya, cenderung menyelesaikan konflik dengan tindak kekerasan lagi dalam hal ini pembunuhan terhadap suami. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan wanita melakukan pembunuhan terhadap suami selain adanya faktor kesempatan, insentif dan penilaian subjektif, juga adanya keterbangkitan emosi marah. Keterbangkitan emosi marah ini bersumber dari akumulasi terhadap ketidakpuasan dalam perkawinan, dan dipicu oleh kecemburuan. Konflik perkawinan yang dialaminya menimbulkan frustasi. Kondisi tersebut merupakan faktor kriminogenik, yang dapat menimbulkan suatu tindak kriminal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa wanita dan pria memiliki kesamaan dalam melakukan agresi, baik ekspresi kemarahan maupun pengendaliannya memiliki kesamaan. Namun, wanita tetap menyadari secara fisik mereka lebih lemah dani pria sehingga dalam mengembangkan strategi-strategi yang memungkinkan untuk dilakukan, mereka (wanita) menunggu korbannya lengah. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yang dapat dilakukan baik bagi subjek penelitan, masyarakat, Lembaga Pemasyarakatan maupun bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalami masalah-masalah tindak kriminal yang dilakukan wanita.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17945
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library