Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Rustinawati
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami alasan serta menggali pengalaman perempuan non-heteroseksual dalam menjalani perkawinan heteroseksual, termasuk dalam menghadapi kompleksitas tekanan dan implikasi terhadap hak seksualitasnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode penelusuran sejarah kehidupan terutama babak-babak khusus dalam kehidupan narasumber seperti proses melela, proses memasuki perkawinan, kehidupan dalam perkawinan. Untuk memahaminya persoalan tersebut, pembahasan dalam tesis ini menggunakan kerangka teori Kewajiban Heteroseksual yang dicetuskan oleh Adrienne Rich, Teori Hukum Ayah yang dipopulerkan oleh Mary Murray dan Teori Agensi Sherry B. Ortner. Studi ini menelusuri sejarah kehidupan enam perempuan non-heteroseksual yang berada di Jakarta dan Yogyakarta. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa perempuan non-heteroseksual yang memasuki perkawinan merupakan perempuan yang mempunyai pengalaman hidup dan latar belakang yang beragam. Enam narasumber mengatakan bahwa melela (coming out) sangat dibutuhkan namun penerimaan diri (coming in) dirasa lebih penting. Stigma, pengucilan, dan upaya “penyembuhan” dilakukan oleh keluarga, dan orang sekitar. Perkawinan yang mereka lakukan terjadi karena desakan orang tua, keluarga dan karena mereka ingin membuat orang tua bahagia, berbakti kepada orang tua. Kewajiban heteroseksual mereka jalani dengan mengorbankan fisik, psikis bahkan kekerasan seksual dialami. Hak seksualitas mereka sebagai perempuan non-heteroseksual harus dijalani dengan sembunyi-sembunyi dan mengakhiri perkawinan merupakan salah satu dari kebebasan yang mereka dapatkan. Perempuan non-heteroseksual dalam penelitian ini merupakan korban dari heteronormativitas namun demikian mereka bukanlah korban yang pasif, dan pasrah. Upaya-upaya terus mereka lakukan sejak menyadari dirinya sebagai perempuan non- heteroseksual hingga mereka dalam perkawinan untuk menjadi diri mereka sendiri. ......This study aims to identify, understanding the reasons, exploring the experiences of non-heterosexual women entering heterosexual marriages, the pressure and implications as well as the complexities of heterosexual marriages on their sexual rights. This research is qualitative research using the method of tracing life herstory through special chapters in the life of subject such as the process of coming out, the process of entering into marriage, and their marriage life. To understand this problem, the discussion in this thesis used the theory of Compulsory Heteronormativity by Adrienne Rich, the theory of The Law of the Father by Mary Murray and Sherry B. Ortner about theory of Agency. This study traces the life of six non-heterosexual women living in Jakarta and Yogyakarta. The results of this study indicate that non-heterosexual women who enter marriage have diverse life experiences and backgrounds. Six subjects are said that coming out was really needed, but self-acceptance (coming in) was felt to be more important. Stigma, exclusion, and therapy conversy are carried out by the family and society. Subjects was agreed to marriage because of pressure from their parents, family and because they want to make their parents happy and devoted to their parents. They carry out their heterosexual obligations at the expense of physical, psychological and even sexual violence. Their sexuality rights as non-heterosexual women must be lived in secret and terminating marriage is one of the freedoms they get. Non-heterosexual women in this study are victims of heteronormativity however they are not passive victims, and surrender. They have continued to make efforts since they realized themselves as non-heterosexual women until they were married to be themselves.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Ayu Permatasari
Abstrak :
Tesis ini membahas mengenai kekerasan simbolik heteroseksual terhadap homoseksual yang terjadi di lingkungan kerja. Penelitian dilakukan melalui metode studi kasus dengan paradigma critical social science (CSS). Teori yang digunakan dalam penelitian ini elaborasi dari teori modal sosial Piere Bourdieu dan teori queer Judith Butler. Hasil dari penelitian menunjukkan kekerasan simbolik terhadap homoseksual terjadi melalui reproduksi doxa heteronormativity dan legisitimasi doxa tersebut dalam habitus, kapital dan field untuk meneguhkan posisi kelompok dominan. Ketidaksesuaian antara gender pervormity dengan heteroseksual matriks yang berlaku di masyarakat menjadi pemicu dari kekerasan simbolik terhadap homoseksual. ...... This thesis discusses about symbolic violence occured in workplace from heterosexual toward homosexual. This research is done by study case through critical social science paradigm. This study elaborates a social capital theory by Pierre Bourdieu and queer theory from Judith Butler. The results of this study indicate that symbolic violence happened through the reproduction of heteronormativity doxa and legitimation doxa inside of habitus, capital and field to strengthen the domination of heterosexual group. Discrepancy between gender pervormity with heterosexual matrix becomes the symbolic triggers of violence towards homosexual.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T45689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasie Di Gobi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini adalah penelitian retrospektif yang bertujuan untuk melihat perbedaan orientasi seksual dan indeks homofobia pada alumni sekolah berasrama khusus laki-laki dan alumni siswa sekolah reguler. Orientasi seksual diukur dengan Sell Assessment of Sexual Orientation yang diadaptasi dari Sell 1996 , dan indeks homofobia diukur dengan Index of Homophobia Index of Attitude toward Homosexuals yang diadaptasi dari Hudson dan Ricketts 1990 . Partisipan penelitian ini adalah 86 orang mahasiswa laki-laki alumni pesantren dan alumni sekolah Islam non-pesantren, berada pada usia dewasa awal 19-25 tahun . Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan.
ABSTRAK
This retrospective research conducted to see the difference between sexual orientation and homophobia index in Indonesian Islamic boarding school alumni and regular school alumni. Sexual orientation was measured by Sell Assessment of Sexual Orientation adapted from Sell 1996 , and homophobia index was measured by Index of Homophobia Index of Attitudes toward Homophobia adapted from Hudson and Ricketts 1990 . Research participants are 86 male college students who are in early adulthood age group 19 25 years old . They are alumni of Indonesian Islamic boarding school and regular school. The result shows that there are significant difference.
2017
S69652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Zahirah
Abstrak :
Semakin populernya penggunaan ponsel pintar, orang-orang juga menggunakan ponsel untuk tujuan seksual, termasuk apa yang disebut dengan sexting. Sexting didefinisikan sebagai pertukaran pesan atau gambar yang menjurus secara seksual. Belakangan ini, banyak penelitian yang masih berfokus hanya pada konsekuensi berbahaya dari sexting dan terutama menganggapnya sebagai perilaku menyimpang atau berisiko yang harus dicegah, serta masih belum ditemukan penelitian kualitatif terkait hal tersebut pada individu non-heteroseksual. Oleh karenanya, penelitian ini mengeksplorasi perilaku sexting terhadap tingkat sexual well-being pada heteroseksual dan non-heteroseksual, serta pandangan pada dampak melakukan sexting. Penelitian ini dilakukan dengan desain mixed-methods, menggabungkan survei deskriptif (N=791) dan wawancara terfokus terhadap 6 partisipan. Sampel dalam penelitian ini merupakan dewasa muda yang pernah melakukan sexting. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa banyak dari partisipan yang melakukan sexting untuk menyalurkan hasrat seksual. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan terhadap dampak positif maupun negatif dari perilaku sexting. Sedangkan hal ini berbeda pada orientasi seksual, yang mana sexting dinilai lebih memiliki dampak positif pada kelompok non-heteroseksual. Sexting mungkin saja memberikan dampak positif jika itu dilakukan dalam porsi yang pas, namun secara bersamaan partisipan juga bisa merasakan dampak negatif sexting jika dilakukan dengan berlebihan ......With the growing popularity of smartphone use, people also use cell phones for sexual purposes, including what is known as sexting. Sexting is defined as the exchange of messages or pictures that are sexually suggestive. In recent years, much research has focused solely on the harmful consequences of sexting and primarily considers it a deviant or risky behavior that should be prevented, and qualitative research has not been found on this in non-heterosexual individuals. Therefore, this study explores sexting behavior on the level of sexual well-being in heterosexuals and non-heterosexuals, as well as views on the impact of sexting. This study was conducted using a mixed-methods design, combining descriptive surveys (N = 791) and focused interviews with 6 participants. The sample in this study were young adults who had done sexting. The results of this study found that many of the participants engaged in sexting to channel sexual desire. In this study, it was also found that there were no significant differences between men and women on the positive and negative impacts of sexting behavior. Meanwhile, this differs in sexual orientation, in which sexting is considered to have a more positive impact on non-heterosexual groups. Sexting may have a positive impact if it is done in the right portions, but at the same time the individuals can also feel the negative effects of sexting if done excessively.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library