Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Hadi Wiji Muthari
Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008
880 ABD h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bilen, Osman
Washington, D.C.: The Council for Research in Values and Philosophy, 2000
121.686 BIL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ninuk Irawati Kleden Probonegoro
Abstrak :
Amidst the many changes in the approaches taken by anthropologists today, the author reexamines the works produced in the more humanistic tradition of anthropology. She begins with the question of whether anthropological research can be conducted with an idiographic approach. Through a discussion of Verstehen, experience and hermeneutics, and drawing from her own experiences in the field, the author argues that the methods characteristic of amore humanistic anthropology can be applied to anthropological research and remain scientifically sound.
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Ramadhan
Abstrak :
Permintaan daging sapi di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Tetapi sayangnya persediaan di dalam negeri tidak mencukupi, sehingga impor daging dalam jumlah besar terus dilakukan. Pemerintah telah melakukan berabagai usaha untuk mengurangi impor dan mencapai swa sembada. Saat ini, permerintah sedang menyelenggarakan program Swasembada Daging Sapi (PSDS) 2014. Tetapi, beberapa ketidakakuratan data masih tetap muncul, misalnya antara data yang digunakan di dalam blueprint PSDS 2014 dan data yang dirilis dalam Basis Data Statistik Pertanian (BDSP). Ketidakakuratan data dapat menyebabkan ketidakakuratan kebijakan di sektor peternakan. Oleh karena itu, di dalam disertasi ini, diusulkan suatu konsep e-Livestock untuk mengatasi ketidakakuratan data tersebut. Disertasi ini dilakukan berdasarkan Definition, Framework, Methodology, and Area of concern (DFMA) model of reserach. Ada lima langkah penelitian yang dilakukan di dalam disertasi ini. Pertama, definisi (D) dari e-Livestock diformulasikan. Kedua, definisi tersebut divalidasi dan diperbaiki dengan cara mewawancarai beberapa pakar dan stakeholder, dan hasil wawancara tersebut diinterpretasi menggunakan hermeneutika. Definisi yang sudah divalidasi kemudian digunakan pada langkahlangkah berikutnya. Ketiga, 36 faktor sukses untuk inisiatif e-Government di sintesis menggunakan Meta-Ethnography. Semua faktor sukses tersebut kemudian digunakan di dalam langkah keempat untuk memformulasikan 62 faktor sukses yang spesifik untuk e-Livestock di Indonesia. Semua 62 faktor sukses, multivew framework, dan soft system thinking kemudian digunakan sebagai framework (F) di dalam langkah berikutnya. Di dalam langkah kelima, metodologi (M) bernama Soft Systems Metodology (SSM) digunakan di dalam area (A) yang menjadi perhatian untuk menghasilkan model-model yang terkait untuk e-Livestock di Indonesia. Hasil dari semua langkah penelitian telah menjawab semua research questions dari disertasi ini. Berbagai kontribusi teoritis dan praktis juga telah dihasilkan dan dapat memperkaya ilmu pengetahuan di dalam penelitian e-Government dan dapat membantu pemerintah Indonesia.
The demand for beef resources in Indonesia is always increasing from year to year. Unfortunately, the national beef supply usually did not able to meet those needs. The import of beef in large numbers likely to remain performed. The government has made various efforts to reduce imports and achieve self-sufficiency in beef. Currently, the government has launched the new Beef Self-Sufficiency Program (PSDS), i.e. PSDS 2014. However, some concerns about the data inaccuracies was actually reflected in the difference about beef production data released by Agricultural Statistics Data Base (BDSP) and the data stated in the blueprint of PSDS 2014. Inaccuracy of data can lead to the inappropriate policy making in the livestock sector. Therefore, it is proposed in this dissertation that e-Livestock can help to solve the problem This dissertation are based on Definition, Framework, Methodology, and Area of concern (DFMA) model of reserach. Five main research steps have been conducted in this dissertation. First, the definition (D) of e-Livestock in Indonesia is formulated. Second, the definition then be validated and adjusted by interviewing some stakeholders and experts, and the results of interviews are interpreted using hermeneutic. The resulted definition than used in all other subsequent steps. Third, 36 success factors for e-Government initiative are synthesized using Meta-Ethnography. Those success factors then used in the fourth research steps to formulates the 62 success factors that specific for e-Livestock in Indonesia. These 62 success factors, multivew framework and soft systems thinking then used as the framework (F) of idea in the next research step. In the fifth research step, the Soft Systems Metodology (SSM) is used and combined with some other methods to model the e-Livestock in Indonesia. The results from all research steps have answered all the research questions of this dissertation. Several theoretical and practical contributions have emerged and can enrich the body of knowledge in e-Government research and can take into consideration in practice.
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2013
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraini Wiridyadewi
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan studi penggunaan tanda dalam novel grafis Insekt karya Sascha Hommer. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat proses yang dilalui Pascal sebagai tokoh utama dalam mengonstruksikan identitas dirinya sebagai das Fremde dan das Eigene, ditinjau dari aspek semiotis dan hermeneutika. Data dianalisis dengan menggunakan teori semiotika Barthes, dan teori hermeneutik interkultural Krusche. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi identitas diri dilalui Pascal melalui proses awal sebagai das Eigene yang kemudian berubah menjadi das Fremde, hingga akhirnya Pascal berhasil berkompromi dengan dirinya untuk menjadi das Eigene kembali.
ABSTRACT
This undergraduate thesis is a study about the use of signs in graphic novel: Insekt by Sascha Hommer. The purpose of this study is to see the process through Pascal as the main character in his construction identity as das Fremde and das Eigene from semiotic and hermeneutic aspects. The data was analyzed by using Barthes semiotics theory and Krusche’s interkulture hermeneutics theory. Method that being used in this research is qualitative descriptive. The outcome of this research shows that identity construction from the main character can be passed through the initial process as das Eigene which turned into das Fremde. Pascal finally compromise with himself to be das Eigene back.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S54511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Widianti
Abstrak :
Skripsi ini membahas pandangan antikekerasan dan antirevolusi Goethe yang digambarkan melalui metafora-metafora dalam Novella (1826). Beberapa perubahan dari konsep awalnya berjudul Die Jagd (1797) hingga proses penulisannya di tahun 1826 menggambarkan perkembangan pandangan Goethe mengenai kekerasan dan revolusi. Untuk menganalisis permasalahan itu, digunakan teori Hermeneutik Gadamer, yang mengedepankan peleburan cakrawala pembaca dan cakrawala teks, terutama unsur historisnya. Makna berbagai metafora ini menggambarkan pandangan antikekerasan dan antirevolusi Goethe, bahwa semua itu bisa diatasi dengan seni dan keyakinan.
The focus of this study is Goethe's of anti-violence and anti-revolution through metaphors in his work, Novella (1826). Some changes from the first concept titled Die Jagd (1797), to the process in 1826 show the expand of his view about violence and revolution. To analyze this, I used Gadamer?s hermeneutic theory, which point the fusion of the reader's and the text?s horizon, especially from the historical side. The meaning of these metaphors explains Goethe?s view that art and faith can conquer violence and revolution.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S14819
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Norm Friesen
Abstrak :
Hermeneutic phenomenology is a combination of theory, reflection and practice that interweaves vivid descriptions of lived experience. This book, hermeneutic phenomenology gives voice to everyday aspects of educational practice, particularly emotional, embodied and empathic moments. By explicating, illustrating and demonstrating hermeneutic phenomenology as a method for research in education specifically.
Rotterdam: Sense, 2012
e20400180
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Suriani Shiddiq
Abstrak :
Teks dengan media apapun sesungguhnya diam, tanpa sentuhan pembaca. Dari sinilah bermuara lahirnya interpretasi atau penafsiran. Setiap orang pasti berbeda-beda dalam memaknai suatu teks, ini disebabkan terdapat 'jarak' ruang dan waktu antara teks-bacaan dengan si penafsir (pembaca; interpretator). Apalagi jika teks yang dimaksud di sini adalah kitab suci, wahyu Tuhan, The Word of God yang diturunkan melalui perantaraan seorang "nabi" (interpretator) yang notabene sulit dilacak sumber awalnya. Hermeneutika dan tafsir Al- Qur'an adalah dua metode yang dipakai untuk dapat menjangkau aspek historis, pengalaman dan fenomena sosial yang melatarbelakangi lahirnya suatu teks. Dalam kajian teks-teks kitab suci terutama lnjil, hermeneutika digunakan untuk memahami teks itu sendiri maupun relasi antara teks (inter-text) dengan sang penafsir dan problem sosial yang terjadi sewaktu teks tersebut lahir, yang selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Inilah yang kemudian melahirkan dua kecenderungan dalam hermeneutika yakni diachronic-subjective dan synchronic-objective. Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan tiga metode hermenutika, yakni: (1) Tradisional; (2) Dialektik; dan (3) Ontologis. Metode inilah yang kemudian rnemunculkan berbagai aliran hermeneutika, seperti hermeneutika pilologis-teologis (Wolf-Ast dan Schleirmacher), hermeneutika filosofis (Hans-Georg Gadamer), hermeneutika eksistensial-ontologis (Martin Heidegger), henneneutika fenomenologis (Paul Ricoeur) dan hermeneutika kritis (Karl Otto Apel). Sebagai metodologi pemaknaan dan pemahaman terhadap teks, hermeneutika telah mengalami perubahan paradigma yang sangat signifikan. Pada awalnya problem hermeneutika hanya menyangkut problem pemaknaan teks kitab suci semata, maka pada era selanjutnya hermeneutika juga digunakan sebagai altematif metodologi pemahaman terhadap fenomena manusia, alam dan ragam sasial yang melatarinya. Seperti halnya hermeneutika, kajian terhadap teks Al Qur'an juga terus mengalami perkembangan. Ini disebabkan terus berkembangnya metodologi penafsiran sepanjang waktu. Lahirlah, kemudian, dua kecenderungan penafsiran, yaitu penafsiran tekstual (tafsir bi al ma'tsur) yang secara teoritik menyangkut aspek teks dengan problem semiotika dan semantiknya, dan model penafsiran kontekstual-rasional (tafsir bi al ra'yi) yang secara teoritik menyangkut aspek konteks di dalam teks yang mereprentasikan ruang-ruang sosial budaya yang beragam di mana teks itu muncul. Konsekuensi dari dua kecenderungan tersebut melahirkan empat metodologi penafsiran yakni (1) Tahlili; (2) Ijmali; (3) Mugaran; dan (4) Maudlu'. Keempat metodologi penafsiran tersebut menjadi sangat penting dibahas mengingat dari sinilah kemudian lahir berbagai problematika pemaknaan dalam memahami teks Al Qur'an termasuk di dalamnya adalah metodologi hermeneutika Al Qur'an yang hingga sekarang masih mengalami kontroversi. Kontroversi itu menyangkut adanya prosupposisi bahwa metode hermeneutika tidak dapat dipakaikan untuk menafsirkan at Qur'an. Secara umum, antara hermeneutika dengan tafsir yang selama ini dikenal relatif hampir lama dari sisi penerapannya. Hanya saja, keduanya memiliki karakteristiknya sendirisendiri yang sangat khas. Hermeneutika yang berlatarbelakang teologi Kristen dan Al Qur'an yang berlatarbelakang Islam secara substansial sumbernya jelas berbeda. Namun demikian, keduanya secara harfiah memiliki fungsi yang sarna, yakni memaknai, menterjemahkan atau menafsirkan. Akan tetapi secara historis keduanya memiliki rnakna yang relatif berbeda. Kalaupun ada persamaan semata menyangkut logika Bahasa dan pemaknaan terhadap fenomena yang melatarbelakanginya. Secara metodologis antara hermeneutika dan tafsir Al Qur'an juga tidak berbeda. Sebab, keduanya sama-sama dipakai dalam konteks untuk memahami teks yang secara historis berbeda jarak ruang dan waktunya. Keduanya bahkan dipandang dapat pula saling melengkapi.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T22033
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tourage, Mahdi
Abstrak :
This is the first systematic examination of the esoteric significance of the bawdy tales and explicit sexual passages present in Rumis (d. 1273) Mathnawi, a masterpiece of medieval Perso-Islamic mystical literature and theosophic teachings. Using the relevant features of postmodern theories as strategic conceptual tools, and drawing on the recent interpretations of medieval kabbalistic texts, it is a fascinating examination of the link between the dynamics of eroticism and esotericism operative in Rūmis Mathnawi. In some of these bawdy tales, the phallus is used as an esoteric symbol. The book concludes that these tales are used primarily to communicate esoteric secrets, particularly when this communication is contemplated along gender lines, mediated through erotic imagery, or expressed in sexual terms.
Leiden: Brill, 2007
e20497997
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Khidir Marsanto
Abstrak :
This article will clarify political representation of exhibition at Ullèn Sentalu Museum, Monumen Jogja Kembali, and Affandi Museum. These three museums are considered as proponent of Yogyakarta?s identity as the central of Javanese culture, struggle city, and the barometer of Indonesian fine art. The issue then, is it true that in the exhibitions? at the three museums are appropriate with the identity of Yogyakarta, or in the contrary, the exhibitions have no correlation with this city?s identity discourse. There is a possibility that museum precisely bringing self-interest for specific purposes. Therefore, this paper needs to observe how the exhibitions at these museums were implemented. Through interpretive approach, the exhibition at the museum may be analogous similar with language phenomenon, and hence museum is considered as text that can be read and interpreted. Exhibition at the museum was developed within framework of thoughts (ideology), motives, and specific discourses, which all of these are articulated through a set of symbols (collection), that arranged with special layout procedure (display procedure). Thus, museum becomes ?political? since, in this perspective, museum has power over the formation of discourse through their exhibition.
Depok: Jurnal Antropologi Indonesia, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>