Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siagian, Reisa
"Menyikat gigi malam sebelum tidur diduga merupakan faktor yang paling penting untuk mengurangi resiko penyakit gigi dan mulut termasuk peradangan gingiva pada anak usia SD. Masa usia sekolah dasar adalah masa erupsi gigi permanen yang meningkatkan resiko peradangan gingiva akibat dari proses rupturnya jaringan gingiva. Apabila kebersihan mulut tidak terjaga, maka resiko peradangan gingiva dapat meningkat. Tujuan: menganalisis kemungkinan adanya perbedaan status kesehatan gingiva antara kelompok anak yang menyikat gigi malam sebelum tidur dengan yang tidak menyikat gigi malam sebelum tidur.Metode: penelitian ini menggunakan metode potong lintang, dan subyek penelitian diperoleh secara consecutive sampling. Penelitian dilakukan di SDN Anyelir 1 Depok Jaya pada tanggal 30 Oktober- 10 November 2007, dengan subyek penelitian murid kelas 4, 5, dan 6 SD. Subyek yang diperiksa berjumlah 113 murid, yang terdiri dari 51 murid laki-laki dan 62 murid perempuan. Hasil penelitian dianalisis menggunakan uji perbedaan. Hasil Penelitian: Dari analisis statistik diketahui mean rank skor gingivitis subyek yang menyikat gigi malam adalah 37.34, dan yang tidak menyikat gigi malam adalah 63.79. Dengan menggunakan uji Mann-Whitney, diperoleh p=0.000. Keterampilan menyikat gigi tidak menunjukkan keparahan gingivitis, yaitu dari uji Kruskal-Wallis, diperoleh p= 0.198 . Kesimpulan : dari hasil uji perbedaan diperoleh kesimpulan bahwa ada perbedaan bermakna status kesehatan gingiva antara kelompok anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam hari dan yang tidak menyikat gigi sebelum tidur malam hari, yaitu status kesehatan gingiva kelompok anak yang menyikat gigi sebelum tidur malam lebih baik daripada yang tidak menyikat gigi sebelum tidur malam. Namun, keterampilan menyikat gigi tidak berpengaruh terhadap status kesehatan gingiva mereka.
Nightbrushing is maybe one of the most important factor to reduce the risk of dental illness include gingivitis in elementary school?s age child. Elementary school?s age is the time of permanent tooth eruption which increase the risk of gingivitis. If the oral hygiene is not keep well, the risk of gingivitis may increase. Purpose: to analyse the differences of the gingival health between a group of children with nightbrushing habit and a group of children without nightbrushing habit. Method: the design of this research is analytic crosssectional. Consecutive sampling was used to recruite the subject. The research conducted at SDN Anyelir 1 Depok Jaya from 30th October-10th November 2007, with the subject was student of 4,5,and 6 class of SDN Anyelir 1 Depok Jaya. The sample of this research is 113 children, consist of 51 male and 62 female student. The result of this research was analysed with difference test. Result: from statistic analyzes knowed that mean rank gingivitis score of subject that have nightbrushing habit is 37.34, and that is not have nightbrushing habit is 63.79. From Mann-Whitney Test, showed p= 0.000. Tooth brushing skill did not show the degrees of gingivitis, from Kruskal- Wallis Test, showed P = 0.198. Conclusion: from the result of difference test, concluded that there is significant difference of gingiva health status between a group of children with nightbrushing habit and a group without nightbrushing habit. The gingiva health status of a group of children with nightbrushing habit is better than a group of children without nightbrushing habit. The toothbrushing skill?s is not affect to their status of gingival health."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelly Suriamah
"Propolis dan tea tree oil mempunyai efek antibakteri dan antiinflamasi Tujuan Mengetahui efektivitas pasta gigi kombinasi propolis tea tree oil dan sodium monofluorophospate terhadap plak dan gingivitis Metode Randomize Clinical Trial selama tujuh hari dengan dua puluh orang subjek uji dan dua puluh orang subjek kontrol Pengukuran skor indeks plak PI dan indeks perdarahan papila PBI pada hari ke 0 dan ke 7 Hasil Penurunan rata rata skor PI 0 53 menjadi 0 27 dan skor PBI 0 55 menjadi 0 11 yang bermakna p

Propolis and tea tree oil have antibacterial and anti inflammatory effects Objectives To know effectiveness of propolis tea tree oil and sodium monofluorophospate combination toothpaste towards plaque and gingivitis Methods Randomize Clinical Trial for seven days with twenty test subjects and twenty control subjects Measurement of plaque index PI and papillary bleeding index PBI on day 0 and day 7 Results Significant differences p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Frihatiwi Hutami
"ABSTRACT
Latar belakang Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa status gingivitis dari anak-anak sekolah berusia 12 tahun yang tinggal di Jakarta dan faktor-faktor yang mempengaruhi status gingivitis mereka. Metode Ini adalah studi cross sectional. Anak-anak sekolah usia 12 tahun yang tinggal di Jakarta direkrut melalui probabilitas klaster multistage yang proporsional dengan ukuran random sampling dan 24 dari 1346 SMP negeri dan swasta di Jakarta dilibatkan dalam penelitian ini. Status gingivitis dicatat menggunakan indeks CPI berdasarkan standar Organisasi Kesehatan Dunia. Kuesioner yang diisi sendiri diberikan kepada orang tua untuk mengumpulkan informasi tentang latar belakang dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan mulut anak-anak mereka. Hasil 481 anak berpartisipasi dalam penelitian dan hanya tiga anak yang memiliki gusi sehat tanpa gusi berdarah dan tidak ada kalkulus. Prevalensi gusi berdarah adalah 99,4, dan prevalensi kalkulus adalah 83,8. Status gingivitis tidak berhubungan secara signifikan dengan kebiasaan menyikat gigi dan kehadiran gigi. Kesimpulan Kondisi gingivitis dari sebagian besar anak-anak sekolah berusia 12 tahun yang tinggal di Jakarta adalah miskin. Oleh karena itu, strategi untuk mempromosikan kesehatan mulut dan mencegah penyakit gingivitis sangat diperlukan.

ABSTRACT
Background This study aims to examine the gingivitis status of 12 year old school children living in Jakarta and the factors affecting their gingivitis status. Methods This was a cross sectional study. 12 year old school children living in Jakarta were recruited through a multistage cluster probability proportional to size random sampling and 24 from 1346 public and private Junior High Schools in Jakarta were included in the study. Gingivitis status was recorded using the CPI index based on the World Health Organization standards. A self completed questionnaire was given to the parents to collect information on the background and oral health related behaviors of their children. Results 481 children participated the study and only three childs who had healthy gums no bleeding gums and no calculus . The prevalence of bleeding gums was 99,4 , and the prevalence of calculus was 83,8 . Gingivitis status was not significantly related to tooth brushing habit and dental attendance. Conclusion The gingivitis condition of most of the 12 year old school children living in Jakarta was poor. Therefore, strategies to promote oral health and prevent gingivitis disease is urgently required. "
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Frida Avianing Isnanda
"Latar Belakang: Self-perceived pada penyakit periodontal yang sering ditemui pada anak-anak umur 12-15 tahun masih rendah dan masih memiliki disparitas yang signifikan dengan diagnosis klinis.
Tujuan: Menganalisis self-perceived dan diagnosis klinis status gingiva pada anak usia 12-15 tahun di Jakarta.
Metode: Penelitian dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi self-perceived dan pemeriksaan indeks plak dan gingiva dilakukan pada 494 anak di enam SMP Negeri di Jakarta.
Hasil: Persentase plak dan prevalensi gingivitis masing-masing adalah 99,6 dan 95,7 . Sensitivitas dan spesifisitas pada diagnosis klinis plak dengan cut-off point= 0,74 yang paling baik masing-masing adalah 86 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 89 yaitu gusi bengkak sedangkan pada diagnosis klinis indeks gingiva dengan cut-off point= 0,51 yang paling baik masing-masing adalah 85 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 88 yaitu gusi bengkak, namun, kedua variabel self-perceived tersebut tidak menunjukkan keseimbangan antara nilai spesifisitas dan sensitivitasnya.
Kesimpulan: Gingivitis masih lazim. Penggunaan kuesioner untuk menilai self-perceived terhadap status gingiva rendah.

Background: Self perceived of periodontal diseases which is commonly found among 12 15 year old children is still low and has significant disparity with clinical diagnosis.
Objective: The study aims to analyze self perceived and clinically diagnosed of gingival status among 12 15 year old children in Jakarta.
Methods: A cross sectional study using questionnaire to obtain self perceived information and clinical examination using plaque and gingival index was performed on 494 children in six junior high school in Jakarta.
Results: Plaque percentage and gingivitis prevalence respectively were 99,6 and 95,7. The highest sensitivity and specificity of clinically diagnosed plaque with 0,74 cut off points were respectively 86 for dental treatment need and 89 for swelling gums, meanwhile for gingival index with 0,51 cut off points were respectively 85 for dental treatment need and 88 for swelling gums, nevertheless both self perceived variables didn rsquo t show balanced values.
Conclusions: Gingivitis is still prevalent, however the use of questionnaire as a self perceived assessment has low value to gingival status among 12 15 year old children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Avianti Hartadi
"Sindroma Down disebabkan abnormalitas kromosom yaitu adaya kromosom ekstra  pada pasangan kromosom ke 21 dengan karakteristik tertentu. Anak sindroma Down memliki gingivitis. sIgA di dalam saliva merupakan tanda diaktivasinya respon imun humoral di dalam rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kadar sIgA saliva dengan gingivitis anak sindroma Down. Subyek penelitian berusia 15-17 tahun, sebanyak 34 anak yang terdiri dari 17 anak sindroma Down dan 17 anak normal. Seluruh subyek penelitian dinilai kadar sIgA saliva menggunakan ELISA tidak langsung. Hasil penelitian menunjukkan hubungan negatif lemah tidak bermakna antara kadar sIgA saliva dan gingivitis anak sindroma Down. (r=-0.210, p=0.419). Penelitian ini dapat disimpulkan semakin tinggi kadar sIgA saliva pada anak sindroma Down maka semakin rendah gingivitis anak sindroma Down

Down syndrome is an abnormality caused by  extra chromosome in the 21st pair of chromosomes with specific characteristics. Children  with Down syndrome mostly have gingivitis in their mouth. sIgA in the saliva is a sign activated by humoral immune response in the oral cavity. The aim of this study is to investigate the relationship of salivary sIgA concentration with gingivitis in Down syndrome children. Total of the subjects are 34 consisting of 17 down syndrome children and 17 normal children and aged between 15-17 years old. All subject assessed the concentration of salivary sIgA using indirect ELISA. The results showed an insignificant weak negative correlation between salivary sIgA concentration and gingivitis in Down syndrome children. This study established that the higher levels of salivary sIgA in Down syndrome children, the lower gingivitis in Down syndrome children."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tara Safira Nur Syita
"Latar Belakang: Kelahiran bayi prematur menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia pada tahun 2003 adalah 90 per 1000 kelahiran. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa hal dan termasuk perilaku buruk ibu hamil terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut selama kehamilan. Penyebab penyakit periodontal selama kehamilan tidak hanya dipengaruhi oleh kehamilan itu sendiri tetapi juga oleh pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil. Dengan menjaga kesehatan gigi dan mulut serta meningkatkan kesehatan dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya penyakit mulut. Pembuatan modul pelatihan mengenai risiko penyakit periodontal pada bayi prematur diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kader dalam memberikan penyuluhan kepada ibu hamil. Tujuan : Menambah pengetahuan kader dalam mendidik ibu hamil dan mendapatkan modul pelatihan kader untuk memiliki pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut untuk mencegah kelahiran prematur akibat periodontitis. Metode : Desain penelitian adalah eksperimental. Subyek penelitian adalah 48 kader posyandu yang dipilih melalui metode pengambilan sampel yang bertujuan. Hasil : Ada peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan kader (p= 0.00) setelah diberikan pelatihan (modul) dengan metode pembelajaran kolaboratif. Kesimpulan : Ada perubahan pengetahuan kader setelah mendapat pelatihan (modul) dengan metode pembelajaran kolaboratif

Background: Premature births according to the Basic Health Research (Riskesdas) in Indonesia in 2003 were 90 per 1000 births. This can be influenced by several things and including the bad behavior of pregnant women towards dental health maintenance and mouth during pregnancy. The causes of periodontal disease during pregnancy are not only influenced by the pregnancy itself but also by the knowledge, attitudes, and actions of pregnant women. Maintaining oral health and improving health can be done to reduce the occurrence of oral diseases. Making a training module regarding the risk of periodontal disease in premature infants is expected to increase the knowledge of cadres in providing counseling to pregnant women. Objective: Increase the knowledge of cadres in educating pregnant women and get modules training of cadres to have knowledge about dental and oral health to prevent premature birth due to periodontitis. Methods: The research design was experimental. The research subjects were 48 posyandu cadres who were selected through a purposive sampling method. Results : There was a significant increase in the knowledge of cadres (p= 0.00) after being given training (modules) with collaborative learning methods. Conclusion: There is a change in the knowledge of cadres after receiving training (modules) with the method
collaborative learning
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Amira
"Latar Belakang: Sindroma Down merupakan kelainan genetik yang disebabkan oleh terjadinya trisomi pada kromosom 21.  Penyandang sindroma Down memiliki karakteristik fisik dan kondisi sistemik tertentu. Hal ini berhubungan dengan kondisi rongga mulutnya, terutama jaringan periodontal (gingiva) serta kebersihan gigi dan mulut. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi gingivitis dan OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) pada penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas di SLB tipe C di Jakarta. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif potong lintang. Subjek penelitian adalah 174 penyandang sindroma Down usia 14 tahun ke atas yang bersekolah di SLB tipe C di Jakarta. Gingivitis diukur menggunakan Indeks Gingiva oleh Loe dan Sillness, sementara kebersihan gigi dan mulut diukur menggunakan OHIS oleh Greene dan Vermillon. Hasil: Hasil dari penelitian menunjukkan distribusi frekuensi gingivitis sebagai berikut; 3,45% bebas gingivitis, 47,13% gingivitis ringan, 40,80% gingivitis sedang, dan 8,63% gingivitis berat. Sementara, untuk distribusi frekuensi OHIS adalah sebagai berikut; 28,16% memiliki OHIS baik, 49,43% memiliki OHIS sedang, dan 22,41% memiliki OHIS buruk. Kesimpulan: Penyandang sindroma Down memiliki distribusi frekuensi gingivitis yang dominan pada gingivitis ringan dan sedang, sementara mayoritas memiliki OHIS sedang.

Background: Down syndrome is a genetic disorder caused by trisomy in chromosome 21. Individuals with Down syndrome have specific physical characteristics and systemic conditions. This may relate to their oral condition, such as periodontal tissues (gingiva) as well as their oral hygiene. Objective: The aim of this study is to know the frequency distribution of gingivitis and OHIS (Oral Hygiene Index-Simplified) in 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above in SLB type C in Jakarta. Method: This study used a cross-sectional descriptive method. Research subjects were 174 individuals with Down syndrome aged 14 and above who went to school in SLB type C in Jakarta. Gingivitis was measured using Gingival Index by Loe and Sillness, while oral hygiene was measured using OHIS by Greene and Vermillon. Result: The result of this study showed a frequency distribution of gingivitis as follows; 3.45% were free of gingivitis, 47.13% had mild gingivitis, 40.80% had moderate gingivitis, and 8.63% had severe gingivitis. Frequency distribution of OHIS were as follows; 28.16% had good OHIS, 49.43% had fair OHIS, and 22.41% had poor OHIS. Conclusion: Individuals with Down syndrome had frequency distribution of gingivitis mainly in mild and moderate category, while the majority the subjects had fair OHIS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti Soeroso
"Air garam hangat dan H2O2 3% sating digunakan sebagai obat kumur untuk terapi keradangan Gingiva. Belum pernah dilakukan penelitian dibagian perio FKG UI mengenai efektivitas kedua bahan obat kumur tersebut terhadap keradangan gingiva. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan'efektivitas air garam hangat dengan larutan H2O2 3% sebagai obat kumur, terhadap penurunan keradangan gingiva secara klinis. Penelitian dilakukan pada 90 penderita gingivitis yang datang ke klinik periodonsia FKG UI, berusia antara 18-40 tahun, terdiri dari 52 wanita 39 pria. Sampel dibagi atas 3 kelompok dengan randomisasi. Kelompok I berkumur dengan air garam hangat 1,2%, kelompok II berkumur dengan lantan H202 3°/g kelompok III merupakan kelompok kontrol berkumur dengan air hangat. Konsentrasi air garam hangat 1,2% ditetapkan berdasarkan pemilihan beberapa takaran berat garam yang dianjurkan dan rasa yang paling dapat diterima didalam mulut. Masing-rnasing kelompok menggunakan obat kumur 2x 1 hari selama 5 hari, pagi dan malam.
Kumur-kumur dilakukan selama 1 menit. Pencatatan skor pink (Loa dan Silness) clan skor PBI (Modifikasi Papillae Bleeding Index dari Muhlemann) dilakukan pada hari ke 1 dan hari ke 5. Perubahan skor indeks plak dan skor PBI antara sebelum dan sesudah kumur-kumur air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat, diuji dengan "Paired Sample T Test" pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas air garam hangat 1,2% dan H2O2 3% terhadap perubahan skor indeks plak dan skor PBI (keradangan gingiva) dilakukan uji "Anova" pada tingkat kepercayaan 950/0. Hasilnya menunjukkan terdapat penurunan skor indeks plak yang bermakna sesudah berkumur air garam hangat 1,2% clan H2O2 3% (P < 0,05 ), sedang pada kelompok kontrol tidak terdapat penurunan skor indeks plak yang ber makna ( P > 0,05 ).
Terdapat penurunan skor PBI atau keradangan gingiva yang sangat bermalcna setelah berkumur dengan air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat (p > 0,001 ). Antara ketiga bahan obat kumur tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna dalam menurunkan skor indeks plak (p > 0,05 ). Terdapat perbedaan efektivitas yang sangat bermakna antara ketiga bahan obat kmur didalam menurunkan skor PBI atau keradangan gingiva (p < 0,001 ). Air Karam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan skor PBI. Air garam hangat 1,2% dan 102 3% lebih efektif dari kelompok kontrol dalam menurunkan skor PBI. Dapat diambil kesimpulan bahwa air garam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan keradangan gingiva. Hal ini kemungkinan karena sifatnya sebagai antiseptik dan ada peran temperatur hangat terhadap vaskularisasi gingival."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1996
T8406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prijantojo
"ABSTRAK
Penelitian secara "double blind" dilakukan terhadap 108 orang percobaan umur antara 10-15 tahun untuk menentukan efektifitas obat kumur yang mengandung 0,27. Chlorhexidine dan 0,17. Hexetidine terhadap radang gingiva secara klinis. Orang percobaan dibagi 3 kelompok; kelompok yang menggunakan Chlorhexidine, kelompok yang menggunakan Hexetidine dan kelompok plasebo sebagai kelompok kontrol. Masing-masing orang percobaan kumur-kumur 2 kali sehari pagi sesudah gosok gigi dan malam hari sebelum tidur dengan menggunakan 10 ml obat kumur/plasebo selama 30-60 detik setiap kali kumur. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara Chlorhexidine dengan hexetidine dalam menurunkan derajat keradangan gingiva pada hari ke 3 dan pada hari ke 7 (p < 0.05). Peningkatan kesehatan gingiva pada Chlorhexidine sebanyak 32% pada hari ke 3 dan 777. pada hari ke 7, sedang pada kelompok Hexetidine sebanyak 25% pada hari ke 3 dan 37% pada hari ke 7."
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Indirawati Tjahja N.
"ABSTRAK
Gingivitis atau keradangan gingiva merupakan kelainan jaringan penyangga yang paling sering terjadi. Gingivitis dapat menetap tanpa berlanjut menjadi periodontitis. Akan tetapi beberapa individu gingivitis dapat berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis terjadi karena akumulasi plak pada gingiva sehat. Oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan. Cara yang terbaik untuk mencegah penimbunan plak dengan kontrol plak secara mekanis seperti menggosok gigi, dental floss dan tusuk gigi.
Pada penelitian ini dilakukan evaluasi efektivitas tusuk gigi disamping sikat gigi dalam menurunkan jumlah akumulasi plak dan keradangan gingiva secara klinis. Penelitian ini dilakukan pada 30 orang penderita gingivitis regio 321 123 yang datang ke klinik Periodontologi FKG Universitas Indonesia Jakarta, yang berusia 18 - 40 tahun, yang terdiri 14 laki-laki dan 16 wanita.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tusuk gigi yang menyertai penggunaan sikat gigi menurunkan akumulasi plak dan keradangan gingival secara bermakna, tetapi bila dibandingkan antara penggunaan sikat gigi dan sikat gigi disertai tusuk gigi, maka peran tusuk gigi tidak bermakna, dalam penurunan akumulasi plak, tetapi memberikan hasil yang positif terhadap penurunan keradangan gingiva. "
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>