Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
Anjani Sekarsari Percaya
"Women worldwide have come a long way in combatting systematic and patriarchal barriers in employment. More and more women are taking on jobs and female labor force participation has reached historical highs in recent years. Mobility studies have pointed out the differences in men and women rsquo s commuting patterns to work as a consequence of gender inequality on employment. This research found that there is a difference in men and womens commute in Indonesia through descriptive and inferential analysis using a modified Multinomial Logit model, using national data from the National Labor Survey SAKERNAS 2017. Moreover, other socio demographic and employment pattern factors were found to influence commuting time. This study concludes that there is a difference in men and womens mobility behavior related to their employment and raises the topic of mobility data limitations in Indonesia.
Perempuan dari seluruh dunia telah berjuang jauh dalam membasmi halangan halangan bersifat sistematis dan patriarkal dalam bekerja. Semakin banyak wanita bekerja dan partisipasi perempuan dalam dunia pekerjaan telah mencapai rekor tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Studi studi lampau mengenai mobilitas telah menunjukkan perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan sebagai konsekensi dari ketidaksetaraan antar gender pada dunia pekerjaan. Riset ini menemukan adanya perbedaan antara pola mobilitas ulang alik antara laki laki dan perempuan diIndonesia melalui analisa deskriptif dan inferensial menggunakan Model Multinomial Logit termodifikasi, menggunakan data nasional dari Survei Angkatan Kerja Nasional SAKERNAS 2017. Selain dari itu, faktor faktor sosio demografi dan pola pekerjaanlainnya telah ditemukan berpengaruh terhadap durasi waktu ulang alik. Studi ini menyimpulkan bahwa ada perbedaan antara perilaku mobilitas laki laki dan perempuan yang melibatkan pekerjaan mereka dan memulai pembicaraan mengenai keterbatasan data mobilitas di Indonesia."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Theresia Magdalena Theofanny
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan peran gender dan sikap terhadap perdamaian pada emerging adults. Penelitian didasarkan pada penelitian terdahulu yang menemukan adanya perbedaan dalam sikap terhadap perdamaian beserta faktornya tergantung pada jenis kelamin individu. Peran gender mengacu pada maskulin dan feminin yang merupakan dua dari empat tipe peran gender berdasarkan tipologi Bem (1974) dan diukur menggunakan Bem Sex Role Inventory (BSRI). Sementara itu, sikap terhadap perdamaian diukur menggunakan Peace Attitude Scale (PAS). Partisipan penelitian terdiri dari 158 emerging adults berkewarganegaraan Indonesia yang berada pada usia 18-25 tahun. Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan bahwa baik peran gender maskulin maupun feminin sama-sama memiliki hubungan yang signifikan dan positif dengan sikap terhadap perdamaian. Sekalipun begitu, kedua peran gender memiliki perbedaan skor pada faktor-faktor sikap terhadap perdamaian yang terdiri dari sociopolitical, environmentalist attitudes, personal well-being, ease with diversity, dan caring—di mana peran gender feminin ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi daripada maskulin pada empat faktor dengan pengecualian pada faktor personal well-being. Hal ini menunjukkan bahwa sekalipun kedua peran berhubungan positif dan signifikan dengan sikap terhadap perdamaian, terdapat perbedaan berbasis gender pada faktor-faktor sikap terhadap perdamaiannya
This study aims to examine the relationship between gender roles and peace attitude in emerging adults. This research is based on previous studies which found differences in peace attitudes and its factors depending on an individual’s sex.. Gender roles refer to masculine and feminine, two out of four types of gender roles based on Bem’s typology (1974) and measured using the Bem Sex Role Inventory (BSRI), whereas peace attitudes were measured using the Peace Attitude Scale (PAS). Participants consisted of 158 Indonesian emerging aged 18-25 years. The Pearson correlation test shows that both masculine and feminine gender roles have significant and positive relationships with peace attitudes. However, the two gender roles have different scores on the peace attitude factors consisting of sociopolitical, environmentalist attitudes, personal well-being, ease with diversity, and caring—where femininity was found to have a higher score than masculinity in four factors with the exception of personal well-being. This shows that although masculine and feminine gender roles are both positively and significantly related to attitudes towards peace, there are gender-based differences in terms of the peace attitude factors."Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Madeline Evadne Nikijuluw
"Perempuan seringkali harus menghadapi pilihan untuk menjadi seorang ibu rumah tangga atau wanita karir, hal ini terjadi karena adanya pemahamaan tentang peran gender yang masih melekat di masyarakat Indonesia melalui budaya yang dipegang teguh. Padahal seorang ibu seharusnya bisa melakukan kedua hal tersebut tanpa harus memilih untuk menjadi salah satu. Mulai banyak para ibu rumah tangga yang mencari jalan keluar dari keadaan tersebut hingga akhirnya berhasil membangun perusahaan dari identitas mereka sebagai ibu rumah tangga dan menciptakan sistem kerja yang ramah bagi ibu rumah tangga melalui flexible working. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang mencakup observasi partisipan serta wawancara mendalam dengan adanya keterlibatan dari founder perusahaan hingga anggota-anggota di dalam perusahaan Mothers on Mission. Pencarian data juga didasari dengan sudut pandang antropologi bisnis dan gender dengan melihat bagaimana perusahaan tersebut bisa berkembang pesat dan menjadi jalan keluar bagi para perempuan, secara khusus ibu rumah tangga hingga akhirnya bisa meruntuhkan stereotipe gender dalam perusahaan yang melekat di masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa identitas sosial sebagai ibu rumah tangga menjadi strategi bisnis yang berhasil karena telath mengikat suatu kelompok masyarakat dengan identitas yang sama untuk bisa membangun sistem kerja yang dibutuhkan yaitu melalui flexible working. Penelitian ini juga membuktikan bahwa stereotipe terhadap ibu yang bekerja tidak akan menghasilkan output yang optimal tidak benar karena sebenarnya selama ini mereka bisa tetap bekerja optimal terutama apabila kebijakan dan sistem perusahaan memadai bagi para ibu.
Women often have to face the choice to become housewives or career women, this happens because there is an understanding of gender roles that is still inherent in Indonesian society through a deeply held culture. A mother should be able to do both of these things without having to choose to be one. Many housewives started to seek a way out of this situation until they finally succeeded in building a company from their identity as housewives and creating a friendly work system for housewives through flexible working. This study used a qualitative method which included participant observation and in-depth interviews with the involvement of the founder of the company to members of the Mothers on Mission company. The search for data is also based on the perspective of business and gender anthropology by looking at how the company can grow rapidly and become a way out for women, especially housewives, so that it can finally break down gender stereotypes in companies that are inherent in society. Based on the research results, it is known that social identity as a housewife is a successful business strategy because it has tied together a group of people with the same identity to be able to build the required work system and support namely through flexible working. This research also proves that the stereotype of working mothers will not produce optimal output is incorrect because so far they can still work optimally, especially if the company's policies and systems are adequate for mothers."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Atim Laili
"Penelitian ini berfokus pada pengalaman stigmatisasi yang diterima oleh perempuan bercerai di Desa Pengadangan. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan tipe penelitian studi kasus untuk menjelaskan pengalaman stigmatisasi bagi lima informan dalam penelitian ini. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa semua informan dalam penelitian ini menerima stigma dari masyarakat. Perempuan bercerai dituduh sebagai perempuan perebut suami orang, difitnah telah menggoda semua laki-laki, dijadikan sebagai bahan candaan, serta menerima kekerasan secara fisik. Adapun stigma yang diterima oleh perempuan bercerai disebabkan oleh adanya sistem patriarki yang mengakar, adanya gender roles, konstruksi sosial terkait dengan perkawinan ideal, serta label negatif yang melekat pada kata janda itu sendiri. Stigma yang diterima oleh perempuan bercerai berdampak negatif terhadap kehidupan mereka. Perempuan bercerai mengalami trauma, menutup diri, membatasi semua pergerakan, memutus interaksi dengan masyarakat, takut untuk mengungkapkan status mereka, serta mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan.
This research focuses on the experience of stigmatization received by divorced women in Pengadangan Village. By using qualitative research methods and type of case study research to explain the experience of stigmatization for the five informants in this study. The results of this study found that all informants received stigma from society. Widowed women accused of usurping another woman's husband, slandered for seducing all men, used as a joke, and become victims of violence. The stigma received by divorced women is caused by the existence of an entrenched patriarchal system, the existence of gender roles, social construction related to ideal marriage, and the negative label attached to the word widow. The stigma received by divorced women has a negative impact on their lives. Divorced women are traumatized, close themselves, limit all movements, cut off interactions with society, afraid to reveal their status, and difficulty in getting a job."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Shasti Salsabila
"Serial TV terbaru yang ditayangkan oleh HBO, Big Little Lies, memiliki plot yang berfokus pada kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya. Serial tersebut berhasil meraih perhatian banyak orang dan mendapatkan banyak komentar dari pemirsa. Big Little Lies menyoroti kekerasan dalam rumah tangga tetapi tidak cukup mengungkap penyebab utama dari peristiwa kekerasan tersebut. Makalah ini menganalisis bagaimana konsep maskulinitas, sebagaimana didefinisikan oleh Connell (1995) sebagai bentuk praktik dan perilaku yang dilakukan oleh laki-laki, menjadi penyebab utama kekerasan dalam rumah tangga. Untuk mendukung argumen ini, makalah ini menyoroti contoh-contoh yang relevan dari serial TV tersebut dan membahas dua poin utama: (1) kehadiran maskulinitas, dan (2) efek maskulinitas pada individu dan interaksi sosial, khususnya pada wanita dan anak-anak. Serial film ini mendukung pandangan bahwa identitas maskulin yang beredar di masyarakat seperti memiliki perasaan superioritas dan dominasi memicu laki-laki untuk melakukan kekerasan demi mempertahankan kontrol atas pasangan mereka. Idealitas maskulinitas juga memengaruhi laki-laki untuk mengabaikan pengaruh maskulinitas terhadap lingkungan mereka, termasuk fisik dan mental perempuan serta anak-anak yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga.
The recent release of the HBO series Big Little Lies, whose plot centers around the domestic violence of a wealthy husband and wife, has been accompanied by a great amount of social commentary and received a great deal of exposure. The series highlights domestic violence but does not quite expose the key root cause. This brief paper analyses how the concept of masculinity, as defined by Connell (1995) as a form of practice and behavior done by men, constructs the root causes of domestic violence. To support this argument, this paper highlights relevant examples from the movie and discusses two major points: (1) the presence of masculinity as the root cause of domestic violence, and (2) the effects of masculinity on individuals, particularly on women and children. The movie series supports the view that the socially constructed masculine identities such as the feeling of superiority and domination trigger men to be violent in order to maintain control over their partner. The ideality of masculinity also influences men to neglect its effects on their surroundings. This includes women and children who suffer physically and mentally for being the victims of domestic violence."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fidhya Nita
"
ABSTRAKMoana 2016 adalah film animasi petualangan fantasi musikal yang diproduseri oleh Waltz Disney Movie. Film ini bercerita tentang petualangan Moana yang berlayar melintasi lautan untuk menyelamatkan penduduk di desanya bersama Maui. Ada banyak penelitian yang membahas gender di film-film Disney, tetapi belum banyak yang membahasnya di Moana. Dengan menggunakan teori dari Sandra Bem tentang skema gender dan performativitas gender dari Judith Butler, artikel ini akan membahas tingkah laku dan tindakan yang akan mematahkan batasan peran gender melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Moana dipengaruhi pandangan tradisional tentang peran gender, tingkah laku dan tindakan yang dilakukannya memutustus batasan peran gender.
ABSTRACTMoana 2016 is an animated musical fantasy adventure film produced by Waltz Disney Movie. The story tells about the character Moana who sails across the sea to save her people with her counterpart, Maui. There are many studies about gender in Disney movies, yet not many are done for Moana. By using Sandra Bem rsquo s framework of gender schema and Judith Butler rsquo s performativity, this paper will discuss Moana action and behavior that breaks the binary of gender roles through textual and character analysis. This article argues that although Moana is influenced by traditional view of gender roles, her action and behavior break away from the binary of gender roles."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Budy Darmawan
"
ABSTRAKMakalah ini membahas penggambaran Lara Croft dari waktu ke waktu serta membahas hubungannya dengan seksualitas dan perannya sebagai tokoh utama dalam seri video gim Tomb Raider. Tomb Raider 1996 , Tomb Raider: Legend 2006 , dan Tomb Raider 2013 akan dibandingkan untuk mengetahui bagaimana Lara digambarkan dari beberapa generasi. Kerngka yang digunakan dalam makalah ini adalah analisi tekstual dan teori male gaze yang dikemukakan Mulvey. Dengan menggunakan kerangka tersebut, terdapat sebuah penemuan bahwa Lara Croft dijadikan objek seksual melalui penggambarannya di gim lawas. Meski di gim terbaru penggambaran tersebut sudah berkurang, terdapat sebuah pertentangan karena gimnya sendiri mengandung unsur kekerasan seksual. Makalah ini berkontribusi terhadapa diskusi mengenai bagaimana perempuan diproyeksikan di sebuah video gim dalam hubungannya dengan studi gender.
ABSTRACTThis paper discusses the depiction of Lara Croft from time to time and its relation to her sexuality and role as the main character in Tomb Raider video game series. Tomb Raider 1996 , Tomb Raider Legend 2006 , and Tomb Raider 2013 are compared to find how Lara is represented in different era of the game series. Using textual analysis and Mulvey rsquo s male gaze as the framework, it is revealed that there is sexual objectification in the depiction of Lara Croft in the older version of Tomb Raider. While the newest reboot is less sexualized, the game itself is ambivalent since it shows sexual violence. This paper contributes to the discussion of how women are represented in video games in relation to gender studies."
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Annisa Anindya
"Penelitian ini berawal dari keresahan peneliti atas pembagian gender maskulin dan feminin yang membuat laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal menjadi pihak yang harus tunduk dengan tatanan sosial dan budaya masyarakat. Laki-laki, mengalami krisis identitas terkait posisinya secara personal dan komunal di dalam masyarakat dan karakter androgini menjadi pilihan dalam menunjukkan identitasnya. Identitas gender androgini dapat dilihat melalui gender performativity dan fashion. Untuk itu, penelitian ini menggunakan fenomenologi dalam melihat pengalaman laki-laki androgini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, androgini merupakan identitas gender dan juga androgini secara psikologis merupakan bentuk kecerdasan emosi; kedua, keluarga yang konvensional dan lingkungan yang sex-type memunculkan identitas gender androgini; ketiga, media cenderung mengkomodifikasi androgini salah satunya melalui fashion; dan keempat, setiap individu memiliki keunikan dalam mengekspresikan fashion dan gender performativity.
This research come from researcher restless thought about masculine and feminine binary. This gender binary somehow makes men and women as part of the society have to adjust themselves to social and cultural norms. Men gets identity crisis on their personal and communal life, therefore they create androgini identity gender. Androgini identity gender can be seen on gender performativity and fashion. This research use phenomenology to observe androgyny men life experience. The result shows, first, androgyny is emotional intellectual that is related to psychological character development; second, conventional family and sex-type environment create androgynous person; third, media shows androgyny on fashion as commodity; and fourth, every human being has her/his own uniqueness on fashion and gender pervormativity; one of their appearance shows androgynous characteristics."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43794
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Milla Herdayati
"Mobilitas ulang alik (commuting) telah menjadi fenomena global di seluruh kota-kota metropolitan di dunia termasuk Indonesia. Kegiatan perekonomian/bisnis cenderung berada di pusat kota, mengharuskan mereka bermobilitas (commuting) untuk bekerja. Mereka berhadapan kemacetan/kepadatan, polusi, durasi commuting yang panjang, hal ini diperberat buruknya sistem transportasi publik. Pada perempuan kondisi tersebut menjadi permasalahan tersendiri, dikarenakan perempuan bekerja tidak serta merta dapat melepaskan peran domestiknya. Tujuan studi ini menganalisis apakah commuting berkaitan dengan kualitas hidup komuter, dan apakah peran gender memodifikasi pengaruh commuting terhadap kualitas hidup komuter. Studi ini menggunakan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tiga Kawasan Metropolitan di Indonesia, yaitu Jabodetabek tahun 2014, Mebidang dan Sarbagita tahun 2015.
Sampel studi: Pekerja komuter berusia 15-65 tahun di wilayah tersebut dengan kriteria eksklusi adalah commuting dengan berjalan kaki/bersepeda (active commuting). Untuk memperkaya studi ini dilakukan studi kualitatif. Temuan studi ini membuktikan adanya commuting paradox pada komuter, perempuan memiliki pola commuting yang khas multi-trips dan multi-destinatios. Temuan lain studi pola commuting berhubungan negative dengan kualitas hidup lebih baik belum dapat dibuktikan. Peran gender berpengaruh terhadap negative terhadap kualitas hidup komuter. Selain itu efek commuting terhadap kualitas hidup berbeda menurut kewilayahan. Beberapa rekomendasi studi ini bahwa beban commuting harus diminimalisir dengan mengembangkan sistem transportasi public yang handal dan humanis dan ramah perempuan, serta dan juga mendorong penggunaan transportasi massal lewat dengan kampanye dari perspektif kesehatan masyarakat.
Commuting has become a global phenomenon in various metropolitan cities in the world including Indonesia. Economic and business activities tend to be located in the city center has requires people live suburb area to commute to work. The people facing several problems such as traffic, pollution, long duration of commuting also poor transportation system. For women, this condition becomes a real problem, because women have dual role within the households. The purpose of this study is to analyze whether commuting have an impact for the quality of life of commuters, and whether gender roles also influence of commuting on the quality of life. This study uses 2015 and 2014 Central Bureau of Statistics (BPS) data on three municipality in Indonesia, namely Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang and Bekasi) and Mebidang (Medan, Binjai, dan Deli Serdang) and Sarbagita (Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan). Sample study: Commuter workers aged 15-65 years within three municipality with exclusion criteria are walker and people whose work by cycling (active commuting). To enrich this study a qualitative study was conducted. The findings of this study prove the existence of commuting paradoxes in commuters, women have a commuting pattern that is typical of multi-trips and multi-destinations and commuters with minor gender roles have a better quality of life. In addition, the effects of commuting on quality of life differ according to region/area. Some recommendations from this study that the burden of commuting must be minimized by developing a reliable public transportation system that is friendly to women, and providing subsidies for low-income commuters, and also encouraging the use of mass transportation through campaigns from a public health perspective. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2019
D-Pdf
UI - Disertasi Membership Universitas Indonesia Library
Ella Nazerinatul Fauziyah
"Masyarakat Jawa percaya apabila seseorang melanggar ajaran gugon tuhon, maka dia harus menghadapi konsekuensinya. Gugon tuhon telah tertanam dalam kehidupan sehari-hari; sehingga, penting untuk digali bagaimana keterkaitannya dengan relasi kekuasaan dan ideologi dominan. Makalah proyek akhir ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana makna diproduksi atau dikodekan dan dikonsumsi atau didekodekan dalam gugon tuhon “asli” dan dari teks-teks gugon tuhon dalam Serat Gugon tuhon (1911), yang digunakan sebagai korpus utama dalam penelitian. Metode analisis yang digunakan adalah analisis tekstual dan etnografi terutama FGD (Focus Group Discussion). Penelitian ini mengeksplorasi kontestasi terhadap ideologi patriarki dominan pada produksi makna dalam kaitannya dengan kepantasan bersikap, peran domestik, dan hubungan romantis, baik dalam teks “asli” maupun interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gugon tuhon mengonstruksi bagaimana perempuan diposisikan dalam masyarakat, pasif dan tunduk pada laki-laki serta dibatasi dalam ruang domestik dengan aturan-aturan tertentu. Namun, ada beberapa ambiguitas dan pemaknaan berlapis dalam penelitian mengungkap bagaimana makna dikonstruksi dan direkonstruksi secara dinamis dari teks asli ke teks interpretasi. Dalam proses konsumsi dan decoding, temuan menunjukkan bahwa responden menerima, menegosiasikan, atau menentang makna dominan yang ditawarkan teks.
Javanese people believe that violating teaching in gugon tuhon, will bring some consequences. Gugon tuhon has been embedded in everyday lives; therefore, exploring how it is associated with power relations and dominant ideology is significant. This mini thesis aims to explore how meaning is produced (encoded) and consumed (decoded) in the “original” gugon tuhon and gugon tuhon texts in Serat Gugon Tuhon (1911), which are used as the main corpus of the research. The method of analysis is textual analysis and ethnography, mainly FGD. This research explores contestation toward dominant patriarchal ideology in the production of meaning concerning the appropriateness of attitudes, domestic roles, and romantic relationship, both in “original” text and interpretation. Research findings show that gugon tuhon constructs how women are positioned in society, passive and submissive towards men and restricted in domestic space with spesific rules. However, there are some ambiguities and multiple layers of meanings as the research uncovers how meaning is dynamically constructed and reconstructed from the original saying to interpretation texts. In the process of consumption and decoding, findings show that respondents affirm, negotiate or contest the meanings offered by texts."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library