Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ashari Rahmadi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai Performativitas Gender yang terdapat pada manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run. Teori Performativitas Gender digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk performa yang terjadi pada gender karakterkarakter yang ada pada manga ini. Hasil dari artikel ini akan menjelaskan bentuk Performativitas Gender yang terjadi pada beberapa karakter Manga JoJo no Kimyou na Bouken : Steel Ball Run.
ABSTRACT
This study discusses the Gender Performativity found in the JoJo no Kimyou na Bouken manga : Steel Ball Run. The Gender Performativity Theory is used to explain the forms of performance that occur in the characters of the gender in this manga. The results of this article will explain the form of Gender Performativity that occurs in some of JoJo no Kimyou na Bouken s Manga characters: Steel Ball Run.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Devonia Alfansi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menggarisbawahi bagaimana perempuan dapat mengarahkan karir mereka di industri teknologi yang selalu bergerak, tidak dapat diprediksi, dan bergerak cepat dengan performing gender. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tech adalah industri yang dominasi laki-laki dan terobsesi dengan maskulinitas, menjadikannya lingkungan yang diskriminatif bagi perempuan. Namun, kurangnya penelitian menyelidiki bagaimana perempuan menavigasi karir mereka dalam lingkungan yang dinamis. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengisi kesenjangan dari penelitian sebelumnya dengan melihat bagaimana perempuan bernavigasi di lingkungan teknologi yang bergerak cepat, tidak dapat diprediksi, dan dinamis karena pendekatannya yang gesit, obsesi terhadap skala, pertumbuhan, orientasi keuntungan, dan ketidakstabilan akibat PHK. Studi ini mewawancarai delapan perempuan dari dua perusahaan OTA dengan tiga peran: product manager, designer, dan engineer. Dalam lingkungan teknologi yang selalu berubah ini, perempuan harus mengatasi fluks sosial dan ketidakpastian ini serta menilai dan menyusun strategi untuk maju dalam karier mereka. Dengan metode penelitian kualitatif, penelitian ini berpendapat bahwa perempuan secara sosial mengarahkan karir mereka di bidang teknologi dengan melakukan gender bertahan dan berkembang dalam lingkungan yang dinamis. Dengan demikian, perempuan melakukan feminitas dan maskulinitas. Mereka beralih di antara karakteristik gender biner untuk memainkan performativitas mereka.


This research aims to underscore how women can navigate their careers in the ever-moving, unpredictable, fast-paced tech industry by performing gender. Previous research showed that tech is an industry of male domination and its obsession with masculinity, making it a discriminatory environment for women. However, a lack of research investigated how women navigate their careers in a dynamic environment. Therefore, this research wants to fill the gap of previous research by looking at how women navigate in a fast-paced, unpredictable, dynamic environment in tech because of its agile approach, obsessions with scale, growth, profit orientation, and instability due to layoffs. This study interviewed eight women from two OTA companies across three roles: product managers, designers, and engineers. In this ever-changing tech environment, women must overcome this social flux and uncertainty and assess and strategize to advance in their careers. With the qualitative research method, this study argues that women socially navigate their careers in tech by performing gender survive and thrive in a dynamic environment. In so doing, women perform femininity and masculinity. They switch between the binary gender characteristic to play their performativity.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lutfiyah Haniifah Oktaviani
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion di kalangan laki-laki melalui gender performativity. Studi-studi sebelumnya mengatakan bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki merupakan salah satu bentuk dalam ekspresi gender melalui fashion telah mengalami redefinisi maskulinitas. Namun, peneliti melihat bahwa studi-studi sebelumnya tidak membahas bagaimana proses terbentuknya redefinisi maskulinitas melalui penggunaan genderless fashion yang digunakan sehari-hari di kalangan laki-laki. Dengan menggunakan konsep gender performativity dan identitas gender oleh Butler sebagai pisau analisis dari penelitian ini. Peneliti berargumen bahwa laki-laki menggunakan genderless fashion yang dilakukan secara terus menerus sebagai cara mereka untuk menunjukkan identitas gender mereka. Selain itu, penelitian ini berargumen bahwa penggunaan genderless fashion pada laki-laki menunjukkan redefinisi maskulinitas yang berbeda dengan masyarakat Indonesia yang pada akhirnya mampu menegosiasikan makna maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan diri melalui genderless fashion. Data pada penelitian ini diperoleh dengan pendekatan kualitatif denganstudi fenomenologi yang menggambarkan pengalaman individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan laki-laki pengguna genderless fashion yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari sebagai identitas diri. ......This study aims to to describe the redefinition of masculinity through the genderless fashion among men through gender performativity. Previous studies say that the use of genderless fashion among men is a form of gender expression through fashion that has experienced a redefinition of masculinity. However, researchers see that previous studies did not discuss the process of redefinition of masculinity through genderless fashion in daily use among men. By using Butler's concepts of gender performativity and gender identity as analytical tools for this research. Researchers argue that men use genderless fashion continuously to show their gender identity. In addition, this research argues that the use of genderless fashion among men shows a redefinition of masculinity that is different from Indonesian society which is ultimately able to negotiate the meaning of modern masculinity, namely men who care about their own appearance through genderless fashion. The data in this research was obtained using a qualitative approach with a phenomenological study which describes individual experiences of a phenomenon. The data source for this study is in-depth interviews with men who wear genderless fashion in their daily activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Ulfah Apriyadin
Abstrak :
ABSTRAK
Wonder Woman 2017 adalah film superhero yang diangkat dari karakter DC Comics yang menceritakan karakter Wonder Woman yang pergi ke dunia manusia bersama Kapten Steve Trevor, agen khusus Amerika, untuk menyelamatkan dunia dari Ares. Banyak penelitian yang telah menganalisa karakter Wonder Woman menggunakan studi feminis, namun tidak banyak yang berfokus pada karakter Steve Trevor. Dengan menggunakan teori dari Raewyn Connell tentang maskulinitas dan jender performativitas dari Judith Butler, artikel ini akan membahas karakter maskulinitas dari Steve Trevor dan tindakannya yang mematahkan dominasi hegemoni maskulinitas melalui analisis tekstual dan karakter. Artikel ini memperlihatkan bahwa walaupun karakter Steve Trevor menggambarkan beberapa karakter dari hegemoni maskulinitas, namun beberapa tindakannya justru bertolak belakang dominasi maskulinitas.
ABSTRACT
Wonder Woman 2017 is a superhero movie based on the character from DC Comics, which tells about the character Wonder Woman going to human world with Captain Steve Trevor, the US special agent, in order to save the world from Ares. Many studies have researched the character Wonder Woman using feminist studies, yet not many focused on the character Steve Trevor. By using Raewyn Connell rsquo s framework of masculinity and Judith Butler rsquo s gender performativity, this paper will discuss the character Steve Trevor 39 s masculine attributes and actions that break the domination of hegemonic masculinity through textual and character analysis. This article argues that although the character Steve Trevor showcases some of characteristics of hegemonic masculinity, some of his actions are shown to break the dominant masculinity.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Anindya
Abstrak :
Penelitian ini berawal dari keresahan peneliti atas pembagian gender maskulin dan feminin yang membuat laki-laki dan perempuan dalam beberapa hal menjadi pihak yang harus tunduk dengan tatanan sosial dan budaya masyarakat. Laki-laki, mengalami krisis identitas terkait posisinya secara personal dan komunal di dalam masyarakat dan karakter androgini menjadi pilihan dalam menunjukkan identitasnya. Identitas gender androgini dapat dilihat melalui gender performativity dan fashion. Untuk itu, penelitian ini menggunakan fenomenologi dalam melihat pengalaman laki-laki androgini. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, androgini merupakan identitas gender dan juga androgini secara psikologis merupakan bentuk kecerdasan emosi; kedua, keluarga yang konvensional dan lingkungan yang sex-type memunculkan identitas gender androgini; ketiga, media cenderung mengkomodifikasi androgini salah satunya melalui fashion; dan keempat, setiap individu memiliki keunikan dalam mengekspresikan fashion dan gender performativity. ......This research come from researcher restless thought about masculine and feminine binary. This gender binary somehow makes men and women as part of the society have to adjust themselves to social and cultural norms. Men gets identity crisis on their personal and communal life, therefore they create androgini identity gender. Androgini identity gender can be seen on gender performativity and fashion. This research use phenomenology to observe androgyny men life experience. The result shows, first, androgyny is emotional intellectual that is related to psychological character development; second, conventional family and sex-type environment create androgynous person; third, media shows androgyny on fashion as commodity; and fourth, every human being has her/his own uniqueness on fashion and gender pervormativity; one of their appearance shows androgynous characteristics.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claudia Nabeela Anindhita Ariny Roboth
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat kompleksitas identitas gender melalui lensa karakter Yuu Arima dalam manga Boy Meets Maria. Peneliti menerapkan teori performativitas gender yang dikemukakan oleh Judith Butler untuk memahami isu identitas gender pada karakter Yuu Arima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa identitas gender pada karakter Yuu Arima bersifat cair, tergantung konteks, tidak tetap. Yuu Arima dapat dibaca sebagai gambaran dari keberagaman dan kompleksitas identitas gender. Perjalanan Arima dalam menemukan identitasnya tidak hanya untuk memenuhi ekspektasi sosial, tetapi juga merupakan eksplorasi pribadi yang membebaskannya dari konsepsi-konsepsi baku tentang gender. ......This research aims to describe the complexity of gender identity through the lens of the character Yuu Arima in the manga Boy Meets Maria. The researcher applies the theory of gender performativity proposed by Judith Butler to understand the issue of gender identity in the character Yuu Arima. The research results indicate that the gender identity of the character Yuu Arima is fluid, dependent on the context, not fixed. Yuu Arima can be read as an illustration of the diversity and complexity of gender identity. Arima's journey in finding his identity is not only to fulfill social expectations, but is also a personal exploration that frees him from standard conceptions of gender.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library