Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Ardila Mounda
Abstrak :
Endometriosis merupakan penyakit pada sistem reproduksi wanita yang ditandai dengan tumbuhnya jaringan endometrium di luar rongga uterus. Endometriosis memengaruhi sistem reproduksi salah satunya dengan menyebabkan penurunan kualitas oosit. Regulasi homon FSH dan LH pada sel granulosa penderita endometriosis tidak berada pada kondisi normal, yaitu kadar estrogen yang tinggi sebelum ovulasi dan adanya indikasi kekurangan reseptor LH sehingga menyebabkan penundaan pelonjakan LH yang akan memengaruhi proses pematangan oosit. Hal ini dipengaruhi oleh regulasi hormon FSH dan LH yang memiliki korelasi positif terhadap reseptornya, yaitu fshr dan lhr. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ekspresi gen fshr dan lhr pada sel granulosa penderita endometriosis melalui metode real-time PCR yang kemudian diuji secara statistik dengan menggunakan Uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspresi mRNA fshr/lhr pada wanita penderita endometriosis lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi normal, walaupun perbedaannya tidak signifikan. Perbedaan rata-rata ekspresi mRNA fshr/lhr antara penderita endometriosis dan wanita normal adalah 0,084. ...... Endometriosis is a disease of the female reproductive system marked with the growth of endometrial tissue outside the uterine cavity. Endometriosis affects the reproductive system by decreasing oocyte quality as an impact of hormone alteration. Regulatory hormones FSH and LH in the granulosa cells of endometriosis patients are not on normal conditions, estrogen level is very high before ovulation and there is indication of deficiency LH receptor in endometriosis that causes delayed of LH surge. This is influenced by FSH and LH hormone regulation that has a positive correlation to its receptor, fshr and lhr. This research was conducted to know the mRNA expression of fshr and lhr in granulosa cells of endometriosis patients using real time PCR and statistic test T test. The result shows that expression of fshr lhr ini endometriosis patients are higher than in women without endometriosis, although not significance. Mean difference of fshr lhr mRNA expression between endometriosis patients and normal conditions is 0,084.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S66246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wa Ode Zulhulaifah
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat faktor proliferasi sel sebagai peyebab ketidaksiapan endometrium untuk implantasi setelah pemberian berbagai dosis rekombinan FSH (rFSH) dengan melihat tingkat ekspresi FSH-Reseptor (FSHR) dan ekspresi protein KI-67. Sampel penelitian ini adalah bahan biologi tersimpan (BBT) dari jaringan endometrium Macaca nemestrina. Total sampel 15, sampel terdiri dari tiga kelompok yang diberikan GnRH agonis dosis tetap dan rFSH dengan dosis stimulasi berbeda, yaitu 30IU, 50IU, dan 70IU dan satu kelompok kontrol. Tidak ditemukan perbedaan signifikan antara berbagai dosis rFSH yang diberikan dengan ekspresi FSHR dan ekspresi protein Ki67 pada sel endometrium Macaca nemestrina. Tingkat ekspresi FSHR dan ekspresi Ki67 ditemukan tidak berkorelasi siginifikan. Dosis rFSH yang lebih tinggi tidak menurunkan ekspresi FSHR dan Ki67 serta tidak terdapat korelasi antara ekspresi FSHR dengan ekspresi Ki67. ......This study was conducted to look at cell proliferation factors as causes of endometrial unpreparedness for implantation after administration of various recombinant FSH doses (rFSH) by looking at FSH-receptor (FSHR) expression and expression of KI-67 proteins. The study sample was stored biological material (SBM) from endometrial tissue of Macaca nemestrina. The total sample was 15, the sample consisted of three groups given fixed-dose GnRH agonists and different stimulation doses, namely 30IU, 50IU, and 70IU and one control group. we found not significantly different between various doses of rFSH with FSHR and Ki67 expression in endometrial tissue Macaca nemestrina. We found not correlation significantly between FSHR expression and Ki67 Expression endometrial tissue Macaca nemestrina. Higher rFSH doses did not reduce FSHR expression and Ki67 and there was no correlation between FSHR expression and Ki67 expression.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailah Hanifah
Abstrak :
ABSTRAK
Fertilisasi In Vitro FIV merupakan salah satu prosedur yang paling umum digunakan untuk membantu kehamilan pada pasangan yang memiliki masalah infertilitas. Salah satu masalah infertilitas tersebut ialah respons buruk ovarium dan wanita yang mengalaminya dikenal sebagai wanita perespons buruk. Wanita perespons buruk tidak memiliki respons ovarium yang memadai terhadap pemberian gonadotropin untuk stimulasi ovarium. Keberhasilan fertilisasi pada penderita perespons buruk cenderung rendah disebabkan oleh rendahnya kuantitas dan pada umumnya diikuti oleh rendahnya kualitas oosit. Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH, berperan dalam perkembangan dan ovulasi folikel. Respons folikel dalam menangkap gonadotropin bergantung pada ikatan yang tepat antara hormon dan reseptornya FSHR dan LHR pada sel granulosa yang mengelilingi oosit. Tujuan dari penelitian yaitu, untuk mengetahui ekspresi mRNA fshr dan lhr pada sel granulosa penderita perespons buruk dan korelasinya terhadap rasio fertilisasi melalui metode real-time PCR yang kemudian diuji secara statistik menggunakan uji-t dan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan siginifikan antara ekspresi mRNA fshr dan lhr pada sel granulosa penderita perespon buruk dan wanita normal p>0,05, terdapat korelasi negatif tidak signifikan antara ekspresi mRNA fshr penderita perespon buruk dengan rasio fertilisasi r0,05, dan korelasi positif tidak signifikan antara ekspresi mRNA lhr penderita perespon buruk dan rasio fertilisasi r>0,00; p>0,05.
ABSTRACT
In Vitro Fertilization IVF is one of the most commonly used procedures to help pregnancies in couples who have infertility problems. One of the problems of infertility is poor ovarian response and the woman who experiences it is known as poor responder. Poor responders do not have an adequate ovarian response to gonadotropin in ovarian stimulation. The success of fertilization in poor responders tends to be low due to low quantity and is generally followed by low oocyte quality. Gonadotropins consisting of FSH and LH, play a role in follicle development and ovulation. The follicle response in capturing gonadotropins depends on the exact bond between the hormone and its receptor FSHR and LHR in the granulosa cells surrounding the oocyte. The purpose of this research is to know the expression level of mRNA fshr and lhr in granulosa cells of poor responders and their correlation to fertilization ratio through real time PCR method which then tested statistically using t test and Spearman correlation test. The results showed insignificant differences between expression level of mRNA fshr and lhr in granulosa cells of poor responders and normal women p 0,05, insignificant negative correlation between the expression level of mRNA fshr of poor responders r0,05 and fertilization ratio, and insignificant positive correlation between expression level of mRNA lhr of poor responders and fertilization ratio r 0,00 p 0,05.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Respon wanita usia reproduksi bervariasi terhadap stimulasi FSH eksogen. Salah satu penyebab variasi tersebut adalah perbedaan genotip akibat adanya polimorfisme pada ekson 10 gen reseptor FSH. Untuk mengetahui lebih lanjut apakah daerah promotor inti gen reseptor FSH juga polimorfik dan apakah polimorfisme tersebut mempengaruhi aktivitas promotor, dilakukan skrining polimorfisme promotor gen reseptor FSH pada 262 wanita yang mengikuti program IVF/ICSI, diikuti uji fungsional untuk mengetahui pengaruh polimorfisme terhadap aktivitas promotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah promotor inti gen reseptor FSH polimorfik. Ditemukan lima SNPs pada posisi –29, –37, –114, –123 dan –138 di samping ditemukannya variasi jumlah basa adenin. Polimorfisme pada posisi –123 menurunkan aktivitas promotor secara bermakna, sebaliknya polimorfisme pada posisi –37 dan –138 meningkatkan aktivitas promotor secara bermakna, sedangkan polimorfisme pada posisi –29, –114 dan pemendekan basa adenin tidak mempengaruhi aktivitas promotor secara bermakna. Perbedaan aktivitas promotor akibat polimorfisme ini pada akhirnya sangat memungkinkan merubah sensitivitas ovarium terhadap FSH. (Med J Indones 2004; 13: 205-14)
Women of reproductive ages are varies in their responses to exogenous FSH stimulations. The difference of FSHR genotype due to the polymorphisms in exon 10 is one of its significant factors. To know further whether the core promoter of FSHR is also polymorphic and to know whether those polymorphisms influence the promoter activity, we did polymorphism screening of FSHR promoter to 262 women undergoing IVF/ICSI, followed by functional study to know the impact of polymorphisms to the promoter activity. This study indicated that the core promoter of human FSHR is polymorphic. We found five SNPs at positions –29, –37, –114, –123 and –138 in addition to the variety number of adenines. Polymorphism at position –123 significantly decreased the promoter activity, in contrast, polymorphism at position –37 and –138 significantly increased the promoter activity, whereas polymorphism at position –29, –114 and short adenines stretch did not significantly influence the promoter activity. The differences of the promoter activities due to polymorphisms might change the ovarian sensitivity to FSH. (Med J Indones 2004; 13: 205-14)
Medical Journal of Indonesia, 13 (4) October December 2004: 205-214, 2004
MJIN-13-4-OctDec2004-205
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmi Wingit Ciptaning
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Respon ovarium terhadap stimulasi FSH sangat dipengaruhi oleh fungsi reseptor FSH (FSHR). Genotip FSHR memainkan peranan yang mendasar pada respon fisiologis organ target terhadap stimulasi FSH. Telah diketahui polimorfisme pada gen reseptor FSH mempengaruhi sensitivitas reseptor terhadap FSH. Persentase penderita Sindrom Ovarium Polikistik (SOPK) pada wanita usia reproduksi cukup besar yaitu sekitar 5 -10 % dan dalam penanganannya membutuhkan terapi induksi ovulasi, salah satunya dengan menggunakan FSH eksogen. Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap polimorfisme gen reseptor FSH pada penderita SOPK di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : a). Distribusi genotip dan frekuensi alel FSHR di posisi 307 dan 680 ekson 10 pada kelompok SOPK dan kelompok normal. b). Kadar FSH basal pada wanita penderita SOPK dan wanita normal. c). Hubungan antara distribusi genotip FSHR di posisi 307 dan 680 dengan level FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal. Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan distribusi genotip maupun frekuensi alel pada posisi 307 dan 680 pada ekson 10 gen reseptor FSH antara kelompok wanita penderita SOPK dan kelompok wanita normal. Ada perbedaan bermakna antara kadar FSH basal pada kelompok SOPK dan kelompok normal . Tidak terdapat perbedaan kadar FSH yang bermakna pada varian genotip posisi 307 maupun posisi 680 gen FSHR antara kelompok SOPK dan kelompok normal, dengan kadar FSH basal tertinggi pada posisi 307 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Threonin/Threonin dan kadar FSH basal tertinggi di posisi 680 pada kelompok SOPK dimiliki oleh genotip Asparagin/Serin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 16217
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Joko Wahyono
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Respon ovarium terhadap stimulasi FSH (Follicle Stimulating Hormone) pada setiap individu akan bervariasi dari hiporespon sampai hiper-respon yang dapat menyebabkan hiperstimulasi. Diduga hal ini berkaitan dengan adanya polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen reseptor FSH (FSHR). Dengan demikian polimorfisme FSHR ini dapat dijadikan prediktor dalam menentukan dosis preparat FSH untuk induksi folikel ovarium wanita peserta program reproduksi berbantuan. Pada situs polimorfik ini akan mengkode asam amino Asparagin (Asn) atau Serine (Ser), sehingga genotip FSHR yang terbentuk adalah homosigot Asn (NN), heterosigot Asn/Ser (NS), dan homosigot Ser (SS). Metoda Polymerase Chain Reaction - Single Stranded Conformation Polymorphisms (PCR-SSCP) dan Polymerase Chain Reaction - Restriction Fragment Length Polymorphisms (PCR-RFLP) dapat digunakan untuk mendeteksi polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen FSHR. Penelitian ini merupakan studi cross-sectional dengan subyek 91 wanita usia reproduktif peserta program reproduksi berbantuan dengan teknik IVF (in vitro fertilization) dan ICSI (infra cytoplasmic sperm injection) dengan informed consent. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi tentang perbandingan efektivitas metoda PCR-SSCP dan PCR-RFLP untuk deteksi polimorfisme kodon 680 ekson 10 gen FSHR. Hasil dan Kesimpulan : Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa hasil uji beda proporsi yang berpasangan nilai p (n = 91) = 0,491 adalah tidak berbeda bermakna, sedangkan uji kesesuaian kappa (x) = 0,795 adalah sangat kuat dengan nilai p (n = 91) < 0,01 adalah sangat bermakna. Kesimpulan penelitian ini adalah Ho diterima karena metoda PCR-SSCP dan PCR-RFLP mempunyai efektivitas yang lama untuk mendeteksi polimorfisme pada kodon 680 ekson 10 gen FSHR. Metoda PCR-SSCP digunakan untuk deteksi polimorfisme kodon 680 ekson 10 gen FSHR pada jumlah sampel besar dan perlu dilakukan klarifikasi dengan metoda PCR-RFLP sebagai pembanding, sedangkan metoda PCR-RFLP untuk jumlah sampel kecil. Klarifikasi genotip FSHR dilakukan dengan analisis sikuensing DNA.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16218
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library