Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Astried Minang Nathalia
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan estimasi nilai wajar saham untuk perusahaan telekomunikasi di Indonesia, dalam hal ini PT Indosat Ooredoo, berdasarkan metode discounted cash flow DCF dan peraturan menteri keuangan. Kami melakukan penilaian menggunakan data historis dan proyeksi laporan keuangan. PT Indosat Ooredoo adalah salah satu perusahaan besar dalam industri telekomunikasi yang telah melakukan rebranding pada tahun 2015 sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan serta pangsa pasarnya dan menjadi pemimpin dalam layanan digital di Indonesia. Metode pertama adalah model Free Cash Flow to Firm FCFF dan model Free Cash Flow to Equity FCFE berdasarkan Damodaran, 2012 , sedangkan metode kedua berdasarkan aturan Kementerian Keuangan Indonesia dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak yaitu SE-54/ PJ/2016. Metode discounted cash flow DCF memperkirakan bahwa nilai intrinsik Indosat adalah Rp 7.998, sedangkan penilaian berdasarkan SE-54/PJ/2016 diperkirakan bahwa nilai wajar Indosat adalah Rp 8.247 per saham. Hasil ini menunjukkan bahwa harga saham Indosat pada tanggal 31 Desember 2016 sebesar Rp 6.450 undervalued dibandingkan dengan nilai intrinsik nilai wajar berdasarkan kedua metode tersebut. ......This study aims to compare stock fair value estimation for a telecommunication company in Indonesia here is PT Indosat Ooredoo based on discounted cash flow DCF model and ministry of finance regulation. We conducted valuation using historical data and financial statement s projection. PT Indosat Ooredoo is a big company in telecommunication industry has rebranded in 2015 as an effort to increase their growth and market share and become a leader in digital services in Indonesia. The first model is free cash flow to firm and free cash flow to equity based on Damodaran 2012 , while the second model based on Indonesian ministry on finance regulation SE 54 PJ 2016 . Discounted cash flow DCF model estimates that intrinsic value of Indosat is Rp 7.998, while valuation based on ministry of finance regulation SE 54 PJ 2016 estimate that fair value of Indosat is Rp 8.247 per share. This result indicates that share price of Indosat at December 31, 2016 at Rp 6.450 is undervalue compared to the intrinsic value fair value based on both model.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50490
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Choirur Rofiq
Abstrak :
Penelitian dalam karya akhir ini menggunakan pendekatan analisis fundamental Top-down Approach yang diawali dengan melakukan analisis indikator makro ekonomi, analisis industri dimana perusahaan itu berada, dan analisis perusahan itu sendiri. Berdasarkan hasil analisis fundamental dengan metode Free Cash Flow lo Equity diperoleh nilai intrinsik harga saham sebesar Rp 1.675,-. Penilaian tersebut menggunakan asumsi-asumsi tertentu dan reguired risk of return sebesar 17,42%. Dengan demikian, harga saham perhitungan analisis fundamental sebesar Rp 1.675,- berada dialas harga saham yang ditawarakan pada saat IPO sebesar Rp 1.080,- atau harga IPO undervalued harga analisis fundamental. Sementara itu, berdasarkan analisis dan perbandingan rasio PER dan rasio PBV menunjukkan bahwa kedua rasio lebih rendah dibanding rasio rata-rata industri sektor keuangan. Keputusan emiten dan penjamin menawarakan harga saham pada saat IPO dibawah nilai harga intrinsiknya (undervahted) berharap penawaran haraga saham tersebut diminati investor sehingga jumlah saham yang ditawarkan dapat terjual seluruhnya. Sementara itu, dari sisi investor harga yang saham yang rendah tersebut diharapkan mengalami kenaikan pada saat saham diperdagangkan di pasar sekunder harganya mendekati keseimbangan. ......The research in this thesis has been designed using a fundamental analytical approach, Top-down Approach, which started by conducting a macroeconomic indicator analysis, industrial analysis, and company analysis. By implementing the free cash flow to equity model, the assumptions of intrinsic shares price valuation have been determined. Based on fundamental analysis using the Free Cash Flow to Equity method, the result shows that the intrinsic shares price value is Rp 1,675,-. This valuation uses particular assumptions and required risk of retum of 17.42%. As a result, the shares price based on fundamental analysis calculation is Rp 1,675,-, above the IPO shares price of Rp 1,080,- which means that the IPO price is undervalued compared to its fundamental analysis price. In addition, based on analysis and comparison of PER ratio and PBV ratio the result shows that both ratios are lower than the ratio of average LQ45 Banking. The decision of issuer and underwriter to offer the IPO shares price lower than its intrinsic price (undervalued) was based on the expectation that the offering shares price will be attractive to the investors and all shares will be sold out. On the other hand, the investors expect that the shares price will rise to its equilibrium level when shares are traded in the secondary market and creates gain to the investors.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T26509
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Melanty Veronica
Abstrak :
ABSTRAK
Krisis yang sedang dialami perbankan Indonesia saat ini pada dasarnya disebabkan oleh lemahnya permodalan yang dimiliki. Hal ini menjadi ancaman serius terutama dalam menghadapi era pasar bebas dunia yang sudah semakin dekat. Mengantisipasi masalah ini, pemerintah Indonesia menghendaki agar perbankan nasional memperkuat permodalannya sendiri dengan salah satu jalan melakukan penawaran saham ke pasar modal. Pasar modal yang berkembang pesat beberapa tahun belakangan ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendapatkan sumber dana yang besar: Di samping itu pasar modal juga dapat menjadi alternatif berinvestasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan dananya karena dapat memberikan keuntungan.

Semakin besar keuntungan yang diharapkan oleh seorang investor, semakin tinggi pula resiko yang harus dihadapinya. Untuk itu diperlukan analisis yang matang sebelum investor mengambil keputusan membeli, menahan atau menjual suatu saham. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukannya adalah analisis fundamental.

Analisis fundamental dengan metode top down approach dimulai dengan analisis perekonomian makro, analisis industri dimana perusahaan berada, dan analisis perusahaan. Termasuk ke dalam analisis ekonomi makro adalah analisis terhadap variabel-variabel perekonomian makro, seperti kebijakan moneter dan fiskal dari pemerintah, pertumbuhan ekonomi, inflasi tingkat suku bunga dan lain-lain. Sedangkan analisis industri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis five forces (Porter, 1980), yaitu melihat kekuatankekuatan yang akan mengancam profitabilitas perusahaan. Sementara itu analisis perusahaan adalah melihat kondisi dan kinerja perusahaan di masa lalu dan sekarang untuk memperkirakan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Yang dilakukan dalam analisis perusahaan antara lain adalah analisis terhadap strategi perusahaan, laporan keuangan, dan penghitungan nilai intrinsik saham perusahaan dengan menggunakan model penilaianfree cash flow to equity.

Penulisan Karya Akhir ini menerapkan analisis fundamental pada sebuah perusahaan BUMN yang mepunyai rencana untuk melakukan go public di masa yang akan datang. Diharapkan dengan analisis ini dapat diketahui perkiraan nilai wajar sahamnya pada saat IPO dilaksanakan. Perusahaan yang dipilih adalah PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) atau lebih dikenal dengan BRI yang berada di dalam sektor perbankan dan kepemilikannya masih 100% dimiliki pemerintah. Dalam program restrukturisasi perbankan yang sedang dilakukan pemerintah dengan bantuan IMF saat ini, BRI ditetapkan untuk berdiri sendiri tanpa diikutsertakan dalam proses merger bank-bank pemerintah lain, serta kegiatan bisnis BRI difokuskan kepada usaha kecil dan menengah.

Berdasarkan analisis fundamental yang dilakukan dengan pendekatan FCFE model, diperoleh nilai intrinsik saham sebesar Rp.3.808,49 per saham yang dapat dijadikan patokan bagi investor apakah nantinya harga yang terjadi di pasar adalah harga yang undervalued atau overvalued. Sehingga dengan diketahuinya nilai wajar dari saham ini investor dapat memutuskan untuk membeli atau tidak membeli saham tersebut. Tetapi dengan berjalannya waktu yang selalu diikuti dengan adanya ketidakpastian, kesimpulan tersebut dapat berubah. Karena apabila terjadi perubahan kondisi yang tidak sesuai dengan proyeksi yang telah dibuat maka kesimpulan akhir yang diperolehpun dapat berubah.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fujianggres Saiful Bahri
Abstrak :
Bank Indonesia menyatakan bahwa kinerja perbankan Indonesia mampu menunjukkan ketahanamflya terhadap kondisi krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika Serikat. Predikat layak investasi yang diperoleh Indonesia dapat menjadi stimulus para investor untuk menempatkan dananya di pasar modal Indonesia. Bank DKI sebagai bank yang sedang mengalami pertumbuhan dan memerlukan dana yang cukup besar untuk ekspansi bisnis dan kreditnya, mulai melirik alternatif penjualan saham perdana di pasar modal. Pada penelitian ini, dilakukan valuasi saham Bank DKI menggunakan Free Cash Flow to Equity Model, Abnormal Earnings Model dan Relative Valuation Model. Pada setiap model yang digunakan, masing-masing dibagi dalam tiga skenario, yaitu skenario normal, skenario pesimis dan skenario optimis.
Bank Indonesia stated that performance of Indonesian banks showed the resistanse toward the economic crisis which happened in Europe and UnitedStates. Investment grade given by rating agency can stimulate investors to place their fund in Indonesia's capital market. As a growing company, Bank DKI need more capital to expand its business. Bank DKI begins to consider the initial public offering (IPO) as a source of its equity capital. This study shows the calculating of Bank DKI's shares value when Bank DKI conducts the IPO. The valuation proses uses Free Cash Flow to Equity Model, Abnormal Eamings Model and Relative Valuation Model. In each valuation model consists of three scenarios, normal scenario, pessimistic scenario, and optimistic scenario.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T32196
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library