Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aulia Aminda Dhianti
Abstrak :
ABSTRACT
Tulisan ini membahas tentang representasi perempuan berbahaya atau femme fatale sebagai bentuk kekerasan simbolik terhadap perempuan. Femme fatale menjadi sosok arketipe yang umum dalam berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari legenda, literatur, seni lukis hingga industri perfilman.Melalui metode analisis wacana, peneliti berusaha menjelaskan penggambaran femme fatale dalam ketiga film Indonesia, yaitu Kala, Pintu Terlarang dan Rumah Dara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggambaran merugikan akan perempuan sebagai femme fatale yang disubordinasi, dinaturalisasi dan dilanggengkan dalam industri kultural dapat menjadi bentuk kekerasan simbolik terhadap perempuan. Dominasi maskulin dan misrecognition menjadi elemen kunci dalam melahirkan kekerasan simbolik terhadap perempuan.
ABSTRACT
This article discusses the representation of dangerous women or femme fatales in films as a form of symbolic violence against women. Femme fatale has been a familiar and recurring archetype in society, across from myth, literature, painting and film industry. Through discourse analysis method, this research reveals the representation of femme fatales within 3 Indonesian films, ldquo Kala rdquo , ldquo Pintu Terlarang rdquo and ldquo Rumah Dara rdquo . The result of this thesis shows that the subordinated, naturalized and recurring harmful representation of femme fatale in cultural industry is a form of symbolic violence against women. Both masculine domination and misrecognition are key elements to produce symbolic violence against women.
2017
S69993
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Permadi
Abstrak :
ABSTRAK Karya Akhir ini membahas mengenai upaya sineas perempuan melalui film perempuan untuk melakukan upaya counter-culture terhadap budaya patriarkis. Karya akhir ini berusaha melihat sejarah bagaimana pemerintah Orde Baru membentuk hegemoni budaya dominan yang patriarkis melalui kebijakan, ideologi, dan media massa pada saat itu. Termasuk juga konteks perfilman nasional saat itu, yang dikekang oleh penyensoran oleh BSF (Badan Sensor Film) dan kuatnya dominasi laki-laki di dalam industri film. Setelah era Orde Baru berakhir, nilai dan norma masyarakat yang bersifat patriarkis mulai ditentang oleh kelompok feminis, termasuk oleh para sineas perempuan. Melalui film-film perempuan, upaya counter-culture terhadap budaya patriarki dilakukan. Analisa mengenai counter-culture dalam karya akhir ini dilakukan bedasarkan definisi counter-culture dari Keith A. Roberts. Melalui pemikiran Roberts, penulis menemukan bahwa counter-culture yang dilakukan oleh sineas perempuan dilakukan dengan cara menawarkan budaya alternatif, yaitu feminisme.
ABSTRACT This thesis discusses about an attempt of woman filmmakers through woman's films in order to make a counter-culture towards patriarchy. This thesis attempts to see the history of how our government in the New Order, known as 'Orde Baru', developed a dominant (which is patriarchal) culture hegemony through policies, ideology, and mass media including national films which was limited by the censors known as Badan Sensor Film? and man's domination which was strong in film industry. Feminists, including woman filmmakers, started to against the patriarchal value. The attempt of the counter-culture towards patriarchy was done through their films. The analysis is done using definition of counter-culture by Keith A. Roberts. Through Roberts? thoughts, we find that the counter-culture done by woman filmmakers is done by offering the alternative culture, which is feminism.
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library