Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silvi Octen
Abstrak :
Berat badan lahir merupakan indikator pertumbuhan dan perkembangan janin selama masa kehamilan. Berat badan lahir kurang dari 2500 gram digunakan sebagai indikator kesakitan dan kematian bayi. Bukti terkini menunjukkan bahwa berat badan lahir kurang dari 3000 gram meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi dan diabetes melitus tipe II di masa mendatang. Oleh karena itu, dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir bayi kurang dari 3000 gram. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari rekam medik Rumah Sakit St. Carolus tahun 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara berurutan terdapat 5,2% dan 31,5% bayi yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 dan 3000 gram. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pertambahan berat badan selama kehamilan merupakan faktor paling dominan yang memengaruhi kejadian berat badan lahir bayi kurang dari 3000 gram. Faktor lainnya adalah berat badan pra hamil, tinggi badan, pelaksanaan antenatal care, jenis kelamin bayi dan paritas. Disarankan kepada sektor kesehatan dan pemangku kepentingan lainnya untuk meningkatkan fokus terhadap program peningkatan berat badan lahir bayi. Program bagi WUS dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan terkait status gizi pra hamil. Sedangkan program bagi ibu hamil dilakukan sebagai upaya untuk mencapai pertambahan berat badan selama kehamilan yang adekuat, salah satunya melalui peningkatan pelaksanaan antenatal care. ...... Birth weight is an indicator of fetus’s growth and development during pregnancy. Birth weight less than 2500 grams used as indicators of infant morbidity and mortality. Recent evidence suggests that birth weight less than 3000 grams increases the risk of non-communicable diseases such as coronary heart disease, stroke, hypertension and diabetes mellitus type II in the future. Therefore, conducted a study to determine the factors associated with the incidence of infant birth weight less than 3000 grams. This research is quantitative research with cross sectional design using secondary data from St. Carolus hospital’s medical records in 2008-2012. The results showed that there were 5,2% and 31,5% of infants born weighing less than 2500 and 3000 grams. Multivariate analysis showed that weight gain during pregnancy is the predominant factor affecting the incidence of birth weight less than 3000 grams. Other factors that also affect significantly is pre-pregnancy weight, maternal height, the implementation of antenatal care, infant’s sex and parity. Recommended for the health sector and other stakeholders to increase the focus on birth weight improvement program. Program for women of childbearing age conducted to increase knowledge related to pre-pregnancy nutritional status. While programs for pregnant women conducted to achieve adequate weight gain during pregnancy by improving the implementation of antenatal care.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jashinta Kresna Senja
Abstrak :
Dosis radiasi yang diterima fetus pada tindakan radiologi intervensional cenderung menjadi perhatian utama dalam penentuan justifikasi, mengingat fetus memiliki radiosensitivitas yang tinggi menjadikannya rentan terhadap efek radiasi. Tujuan dari penelitian ini adalah menunjukkan visibilitas perangkat lunak perhitungan dosis fetus PCXMC, CODE, dan membandingkan hasil pengukuran fantom sebagai referensi estimasi perhitungan dosis fetus menggunakan TLD. Penelitian ini menggunakan fantom Rando perempuan, dengan tambahan bola pantai sebagai bagian perut wanita hamil. Kemudian, eksposi dilakukan dengan dua pesawat radiologi intervensional yang berbeda. Parameter eksposi pada pengukuran disesuaikan untuk perhitungan simulasi. Pengukuran memberikan hasil dosis janin berturut-turut untuk kemiringan gantri 0 , 30 , dan 90 2,21 0.32 mGy; 3,37 0.53 mGy; dan 10,10 4.5 mGy dari pesawat 1, dan 0,74 0.13 mGy; 0,69 0.06 mGy; dan 2,72 1.11 mGy dari pesawat 2. Kalkulasi dengan kondisi eksposi yang sama pada CODE diperoleh hasil yang jauh lebih rendah dibandingkan hasil pengukuran, untuk gantry 0 , 30 , dan 90 perbedaan mencapai 81 ,72 ,70 pada pesawat 1, 97 , 93 , 96 pada pesawat 2. Sebaliknya, dengan hasil kalkulasi PCXMC yang relatif jauh lebih tinggi dari hasil pengukuran, untuk sudut gantry 0 , 30 , dan 90 perbedaan mencapai 206 , 289 , 100 Pada pesawat 1, 57 , 208 , dan 49 pada pesawat 2.
The purpose of this research is to compare the feasibility of two foetal dose calculation software, namely PCXMC, CODE, by comparing the result with phantom measurement using TLD. Female Rando phantom with additional beach ball containing water to simulate first trimester pregnancy was used as measurement subject using two different angiography devices. Exposure parameters in measurement were being employed as input values for simulation using the two softwares. The measurement yielded on foetal dose of respectively for 0 , 30 , and 90 gantry angle 2.21 0.32 mGy 3.37 0.53 mGy and 10.10 4.50 mGy for first device, as well as 0.74 0.13 mGy 0.69 0.06 mGy and 2.72 1.11 mGy for second device. CODE generated results presented relatively large discrepancy against phantom measurement, i.e. respectively for gantry angle 0 , 30 , and 90 being 81 , 72 , and 70 for first device, and 97 , 93 , 96 for the second device. The discrepancy yielded on PCXMC calculation presents discrepancies of 206 , 289 , and 100 for first device, as well as 57 , 208 , and 49 for second device all respectively for 0 , 30 , and 90 gantry angle. Extended literature study indicated that the discrepancies were attributed to difference in reference phantoms used.
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S67875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovy Aulia
Abstrak :
Telah dilakukan uji teratogenik ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum Wight.) yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tersebut terhadap morfologi fetus mencit (Mus musculus L.) galur DDY. Tiga puluh ekor mencit betina bunting dibagi menjadi 5 kelompok yang terdiri dari kelompok kontrol dan kelompok dosis 0,5; 5; 50 dan 500 mg/kg bb. Bahan uji diberikan secara oral sejak hari ke-6 hingga ke-15 kebuntingan. Pembedahan dilakukan pada hari ke-18 kebuntingan. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh pemberian ekstrak etanol daun S. polyanthum pada dosis 0,5 mg/kg bb tidak menimbulkan resorpsi dan malformasi eksternal. Pada dosis 5 mg/kg bb ditemukan resorpsi (6,15%) dan fetus kelopak mata terbuka (1,63%). Pada dosis 50 dan 500 mg/kg bb ditemukan resorpsi (7,69%; 9,34%) dan fetus hemoragi (1,63%; 1,47%). Meski demikian, secara statistik (P > 0,05) pemberian ekstrak etanol daun S. polyanthum pada dosis 0,5; 5; 50 dan 500 mg/kg bb selama periode organogenesis tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan morfologi fetus mencit. ......This research was conducted to observe the teratogenic potential of S. polyanthum ethanol extract on morphology of fetal mice strain DDY. Thirty pregnant female mice were divided into 5 groups, consisting of normal group and treatment groups with dose 0.5; 5; 50 and 500 mg/bw. The extract was given orally from 6th to 15th day of gestation. The results showed that the effect of S. polyanthum ethanol extract at a dose of 0.5 mg/bw did not cause resorption and external malformation. At a dose of 5 mg/bw extract given, there were resorption (6.15%) and fetal eyelids open (1.63%). Resorption (7.69%; 9.34%) and fetal hemorrhage (1.63%; 1.47%) were found in mice given doses of 50 and 500 mg/bw. However, statistic test (P> 0.05) showed that the treatment of S. polyanthum ethanol extract at doses of 0.5; 5; 50 and 500 mg/bw during the period of organogenesis did not have a significant influence on morphology of fetal mice strain DDY.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadina Huliah
Abstrak :
Sedikitnya 17 juta bayi yang dilahirkan setiap tahun mempunyai berat badan lahir yang rendah (BBLR), mewakili 16% bayi yang lahir tiap tahunnya. Penyebab BBLR adalah preterm dan pertumbuhan janin terhambat (PJT, intra uterine growth restriction IIUGR). Preterm terutama terdapat di negara maju sedangkan sebagian besar PJT ada di negara berkembang. '?x. Sulitnya mengetahui angka pasti insiden NT karena pencatatan tentang usia gestasi yang sahib sering tidak tersedia di negara yang sedang berkembang. Faktor lain yang juga mempengaruhi adalah persalinan yang banyak terjadi di rumah sehingga pencatatan tentang bayi yang dilahirkan tidak ada. Janin PJT mempunyai risiko morbiditas dan mortalitas perinatal yang lebih tinggi serta kemungkinan mengalami gangguan perkembangan kognitif dan neurologik pada usia kanak-kanak. Hipotesis foetal origin of adult diseases menyatakan bahwa gangguan nutrisi pada periode kritis pertumbuhan janin di dalam rahim akan menyebabkan perubahan permanen pada struktur dan metabolisme tubuh. Perubahan ini akan meningkatkan kerentanan terhadap hipertensi, penyakit jantung koroner dan non-insulin dependent diabetes mellitus (NIIDM) pada masa dewasa. Penyebab PJT sangat kompleks, di negara sedang berkembang faktor risiko utama adalah faktor maternal berupa status gizi ibu yang tidak adekuat sebelum konsepsi, kekurangan gizi dan infeksi yang terjadi pada masa kanak-kanak, nutrisi yang jelek saat kehamilan, genetik, penyakit sistemik, dan faktor eksternal. Faktor lain sebagai penyebab PJT adalah faktor janin, faktor plasenta. Adapun manifestasi klinis dari PJT yang paling sating muncul adalah perubahan pada plasenta. Selama kehamilan normal, terjadi perubahan fisiologi yang panting sebagai adaptasi ibu untuk menjamin tersedianya aliran aliran darah yang adekuat bagi janin. Plasenta manusia adalah organ multifungsi yang menyediakan oksigen, homeostasis cairan, nutrisi dan sinyal endokrin bagi janin selama dalam kandungan sampai terjadinya persalinan. Perfusi plasenta yang tidak adekuat merupakan hal yang fundamental dalam terjadinya PJT. Gangguan perfusi plasenta yang akan menyebabkan hipoksia intraplasenta akan mengakibatkan berkurangnya transfer oksigen dan nutrien dari ibu ke janin sehingga oksigenasi dan pertumbuhan janin akan terganggu. Bagaimana regulasi perfusi uteroplasenta masih belum jelas sampai saat ini, dikatakan berada dibawah kontrol beberapa mediator yang dihasilkan oleh plasenta. Sebagai akibat dari hipoksia intraplasenta akan terjadi resistensi plasenta yang mungkin disebabkan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan yaitu berkurangnya jumlah kapiler terminal, meningkatnya vasokonstriksi pada villi karena dikeluarkannya substrat vasoaktif lokal dan berkurangnya zat vasorelaksan. Terjadi pula peningkatan kontraktilitas pembuluh darah plasenta dan pasien dengan janin PJT dibandingkan wanita hamil yang normal7. Kenyataan ini menandai adanya kerusakan endotel atau disfungsi endotel pada sirkulasi uteroplasenta akibat dari hipoksia intraplasenta.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18043
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Mas Raditya Respati
Abstrak :
Fetus seperti organ-at-risk (OAR) lainnya diketahui sangat radiosensitif, maka perlu dilakukan perencanaan radioterapi yang tepat untuk menjaga fetus menerima dosis di bawah dosis ambangnya. Simulasi Monte Carlo menggunakan PRIMO diketahui memberikan akurasi yang tinggi dalam probabilitas untuk produksi partikel menggunakan mesin linac Varian Unique. Hasil kecocokkan kurva profil berkas dan percentage depth dose (PDD) pada simulasi PRIMO terhadap commissioning BDC secara berurutan memiliki ketidakpastian sebesar 2,93 ± 0,09% dan 0,51 ± 0,02%. Setelah PRIMO memproduksi partikel yang menyesuaikan kondisi lapangan linac Varian Unique, penyinaran dilakukan menggunakan fantom khusus yang tersusun atas gabungan fantom CIRS dan fantom air balok. Fantom dirancang pada kedalaman 22 cm yang mewaliki trimester 2. Penyinaran payudara menggunakan teknik empat lapangan: 1) Tangensial I (Medio Lateral), 2) Tangensial II (Latero Medial), 3) Supraclavicula, dan 4) Axilla. Rentang persentase dosis pada PRIMO diamati 0,03 – 0,28% di kedalaman 2 cm, 0,03 – 0,26% di kedalaman 5 cm, dan 0,03 – 0,25% di kedalaman 10 cm. Hasil simulasi PRIMO dibandingkan terhadap hasil treatment planning system (TPS) dan penelitian Mulyaningsih [8] dengan kondisi fantom dan lapangan yang sama. Simulasi PRIMO dan Mulyaningsih [8] memiliki kesesuaian pada jarak pengukuran 32 – 26 cm dan mengalami tren yang serupa yaitu kenaikan persentase dosis yang drastis pada jarak pengukuran di bawah 24 cm. ......Fetus like any other organ-at-risks is known to be highly radiosensitive, therefore an accurate radiotherapy planning is necessary to keep the fetal dose below the threshold. PRIMO Monte Carlo simulation is used as it gives excellent accuracy in terms of particle production using the Varian Unique linac. The commissioning results of both the beam profile and the percentage depth dose in sequence are having uncertainties of 2.93±0.09% and 0.51±0.02%. After PRIMO produces the particles that suit the condition of Varian Unique linear accelerator, the treatment uses a special configurated phantom consisting CIRS and water phantom. The phantom has a depth of 22 cm that resembles pregnancy age of the 2nd trimester. The treatment configures a four-field technique: 1) Tangential I (Latero Medial), 2) Tangential II (Medio Lateral), 3) Supraclavicula, and 4) Axilla. The dose percentage range of PRIMO is measured 0.03–0.28% in the depth of 2 cm, 0.03–0.26% in the depth of 5 cm, and 0.03–0.25% in the depth of 10 cm. The result of PRIMO simulation is then compared with the treatment planning system (TPS) and the thesis performed by Mulyaningsih [8] under the same condition. PRIMO simulation and Mulyaningsih [8] governs likeliness in the measuring distance range of 32–26 cm and inhabits a similar trend in the measuring distance below 24 cm, that in particular is a drastic increasing dose percentage.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jeanne Adiwinata Pawitan
Abstrak :
ABSTRAK
Sun-chlorella yang belakangan ini gencar dipasarkan, merupakan tablet chlorella yang dibuat dari ganggang hijau air tawar dnn dianjurkan untuk diberikan baik pada orang sehat (mulai dari anak-anak sampai manula) untuk menjaga kesehatan, maupun pada orang yang sedang mangidap penyakit kronis sebagai makanan kesehatan alamiah untuk mampercepat penyembuhan.

Produsen chlorella mengunggulkan produknya dengan menyatakan bahwa chlorella boleh dikatakan tidak mempunyai efek samping, namun belakangan ini ada satu laporan pene1itian yang menyatakan bahwa chlorella bersifat toksik pada biakan cell line BHK (Baby Hamster Kidney).
ABSTRACT
The Effect of Sun-Chlorella on the Micronucleation of Erythrocyte In Fetal RatSun-chlorella (tablets made of fresh water green algae) is vigorously launched on the market recently and recommended for healthy (from the children to the aged) individuals to promote health, as well as for individuals suffering from chronic diseases as natural healthy food supplement to promote recovery. Chlorella's producers advertised its product and claimed that chlorella has almost no side effect. However, recently a research on chlorella reported that it was toxic when added to the BHK. (baby hamster kidney) cell culture.

The aim of this eksperimental research is to know wether chlorella is toxic, by testing its mutagenicity on rats. We administered chlorella to pregnent rats and screened the erythrocyte of the fetuses to search for the increase of micronucleated erythrocyte. This is a rapid procedure to test the mutagenicity of a substance.

In this research we used 36 female rats, divided randomly to 4 groups, mated, and on day-14 of pregnancy was given: sunchlorella 0.8 mg/g body weight (group I), sun chlorella S mg/g body weight (group II), aquadest (group III), no treatment (group IV). From each group 3 rats were sacrificed after 30 hours, 3 others after 4B hours, and the rest after 54 hours. From each rat 2 fetuses were removed (1 from the left and 1 from the right horn of the uterus), the fetuses were dissected and 3 blood smears were made from each fetus. Blood smears were stained using Wright's stain, and per fetus 1000 erythrocyte were screened for micronucleus. Statistical analysis using l?tiruskal Wallis test reveals that the amount of micronucleated erythrocytes were significantly different between the 4 groups (P .0015). It can be concluded that the administration of Sun"chlorella to pregnant rats lowered the amount of micronuCleated erythrocytes, and the decrease is greater in the groups given 10 times than in the groups given 100 times the dosis; So Sun chlorella might be beneficial to promote health, and non toxic if used appropriately.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Gloria S. Wanananda
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Jamu peluntur seringkali diminum oleh wanita hamil untuk menggugurkan kandungan. Di Indonesia terdapat berbagai Jenis atau merk jamu peluntur dengan komponen yang tidak selalu sama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian jamu peluntur cap Air Mancur pada mencit hamil secara per oral selama periode organogenesis dapat mempengaruhi perkembangan fetus yang berada dalam kandungan. Hewan coba yang dipakai adalah mencit betina strain Biomedis, umur ± 22 bulan, berat 20 - 25 gram, sehat, belum pernah dikawinkan. Digunakan rancangan acak lengkap dengan tiga tingkatan dosis. Mencit betina yang telah hamil dibagi menjadi lima kelompok secara acak: I. Kelompok kontrol yang tidak diberi apa-apa (RI, n = 10) II. Kelompok kontrol yang diberi CMC 0,5% (K2, n = 9) III. Kelompok yang diberi jamu peluntur 10 X dosis manusia (P1, n = 10) IV. Kelompok yang diberi jamu peluntur 20 X dosis manusia (P2, n = 8) V. Kelompok yang diberi jamu peluntur 40 X dosis manusia (P3, n = 12) Jamu peluntur diberi secara oral pada hari ke sampai dengan hari ke 15 kehamilan. Pada hari ke 18 kehamilan mencit dianestesi dan dilakukan histerektomi. Parameter yang diamati: jumlah implantasi, jumlah fetus yang mati maupun diresorpsi, cacat bawaan eksternal, internal dan cacat bawaan tulang. Hasil dan Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis statistik ternyata bahwa pemberian jamu peluntur cap Air Mancur 10, 20 dan 40 X dosis manusia tidak menunjukkan perbedaan bermakna terhadap jumlah implantasi, peningkatan jumlah fetus mati maupun diresorpsi, cacat bawaan internal maupun cacat bawaan tulang pada fetus bila dibandingkan dengan kontrol (p >0,05). Pemberian jamu peluntur dengan dosis 10 dan 20 X dosis manusia tidakemenyebabkan perbedaan bermakna terhadap terjadinya cacat bawaan eksternal bila dibandingkan dengan kontrol (p >0,05), sedangkan pemberian jamu peluntur dengan 40 X dosis manusia menyebabkan terjadinya fetus kerdil yang bermakna bila dibandingkan dengan kontrol (p <0,05).
Scope and Method of Study: Jamu peluntur (traditional herbs to regulate menstruation) is often used by pregnant women as an abortivum. In Indonesia there are many kinds of jamu peluntur and the ingredients of each jamu are not always the same. The purpose of this research is to find out whether jamu peluntur cap Air Mancur given to pregnant mice orally in organogenesis period could affect the fetus. This research was performed by using female Biomedical mice of 21 months old, weight 20 - 25 gram, healthy and virgin. Jamu peluntur was given in 3 dose level in a completely randomized design and the pregnant mice were divided I. Control group which no herb was given (K1, N=10) II. Control group which was given 0,5 % CMC (K2, N=9) III. Group which was given jamu peluntur 10 X human dose (P1, n = 10) IV. Group which was given jamu peluntur 20 X human dose (P2, n = 8) V. Group which was given jamu peluntur 40 X human dose (P3, n = 12) Jamu peluntur was given orally on the 6th to 15th day of pregnancy. On the 18th day of pregnancy the mice were anesthetized and followed by hysterectomy. The parameters observed were: the number of implantation, the incidence of fetal death and fetal resorption, the incidence of external and internal malformation including bone malformation on the fetus. Findings and Conclusions: The statistical analysis revealed that jamu peluntur cap Air Mancur given to pregnant mice 10, 20 and 40 X human dose orally during organogenesis period did not cause significant difference in number of implantation, in increasing fetal death or fetal resorption, in congenital internal malformation and bone malformation on the fetus compared to the control group (p >0.05). Jamu peluntur 10 and 20 X human dose did not cause significant difference in external malformation on the fetus compared to the control group (p >0.05); however, jamu peluntur 40 X human dose caused significant runt on the fetus compared to the control group (p <0.05).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadar Sukri
Abstrak :
ABSTRAK
Abortus adalah suatu akhir dari kehamilan sebelum fetus cukup berkembang dan bertahan hidup. Abortus dapat terjadi akibat faktor umur ibu, infeksi, kelainan endokrin, faktor imunologi, keadaan gizi, dan faktor genetik.

Telah dilakukan pemeriksaan kromosom pada jaringan abortus dan diperoleh hasil 4 kasus dengan penambahan jumlah pada kromosom 21 (47 XY + 21) satu kasus ada penambahan pada kelompok D, dan satu kasus lain didapat Triploide pada semua metaphase (69 XXX).

Terjadinya trisomi kromosom adalah akibat dari gagal memisah (non- disjunction), sedangkan pada Triploide disebabkan oleh terjadinya dispermi dan kegagalan memisah kromosom dalam meiosis.

Kemampuan hidup janin pada kelainan kromosom ini adalah sangat kecil sekali. Pada trisomi 21 masih dapat ditemukan pada anak-anak tapi menggambarkan fisik yang khas. Penambahan material autosom (trisomi) lebih dapat ditelorir dari pada pengurangan autosom (monosomi). Konsepsi dengan monosomi autosom biasanya selalu diikuti dengan terjadinya abortus.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Polin, Richard A.
Philadelphia : Elsevier Saunder, 2011
612.647 POL f I
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>