Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Nur Mulzimatus Syarifah
"Apotek merupakan salah satu sarana atau fasilitas pelayanan kesehatan. Pelayanan kefarmasian di apotek merupakan suatu layanan yang dilakukan secara langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Setiap kegiatan yang dilakukan dalam pelayanan farmasi di apotek perlu dilakukan dokumetasi yang baik. Hal ini berguna untuk evaluasi kegiatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut, terdapat beberapa indikator evaluasi mutu pelayanan yang dapat digunakan salah satunya ialah lama waktu tunggu pelayanan resep. Evaluasi waktu tunggu pelayanan obat tersebut dilakukan di KFA THI pada periode Januari 2023 sesuai dengan standar yang berlaku. Waktu tunggu pelayanan yang dilakukan KFA THI telah memenuhi standar Kemenkes RI dalam pelayanan kefarmasian di apotek. Namun tidak memenuhi standar yang ditetapkan KFA, yaitu untuk resep racikan maksimal 30 menit dan resep nonracikan maksimal 15 menit.
Pharmacy is one of the facilities or facilities of health services. Pharmaceutical services in pharmacies are services that are carried out directly and responsibly to patients related to pharmaceutical preparations with the intention of improving the quality of life of patients. Every activity carried out in pharmacy services in pharmacies needs to be done good documentation. This is useful for evaluating activities in an effort to improve service quality. In the implementation of the evaluation, there are several indicators of service quality evaluation that can be used, one of which is the length of waiting time for prescription services. The evaluation of the waiting time for drug services will be carried out at KFA THI in the January 2023 period in accordance with applicable standards. The waiting time for services carried out by KFA THI has met the standards of the Indonesian Ministry of Health in pharmaceutical services at pharmacies. However, it does not meet the standards set by the KFA, namely for concoction recipes for a maximum of 30 minutes and non-concocted recipes for a maximum of 15 minutes."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nina Karlina Dwi Putri
"Waktu tunggu pelayanan obat (racikan dan non racikan) dan kehilangan penjualan obat atau obat lost sales dapat mempengaruhi kepuasan pasien/pelanggan. Indikator ini termasuk dalam standar pelayanan minimal (SPM) farmasi rumah sakit yang diatur dalam Permenkes No. 129 tahun 2008. Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) memiliki salah satu pelayanan yaitu depo (Departemen Pengambilan Obat) yang memberikan pelayanan BPJS Kesehatan. Pengkajian evaluasi data waktu tunggu dan obat lost sales pasien BPJS di Depo rawat jalan RSUI dalam periode 3 bulan bertujuan untuk melatih kemampuan dan keterampilan para calon apoteker agar dapat meningkatkan juga menjaga kualitas SPM sebagai standar mutu pelayanan sehingga dapat mencegah kerugian finansial rumah sakit serta penurunan kepuasan pelanggan. Seluruh data dikaji dengan penelitian observasional yang bersifat deskriptif dan hasilnya disesuaikan dengan kriteria SPM. Dari evaluasi ini diketahui jika waktu tunggu pelayanan obat non racikan tidak memenuhi standar SPM tetapi obat racikan memenuhi dan tingkat obat lost sales pasien BPJS sebanyak 69% yang disebabkan oleh peresepan yang tidak sesuai dengan Formularium Nasional (Fornas). Pentingnya kualitas SPM di rumah sakit sama halnya dengan di apotek salah satunya yaitu Apotek Roxy Pondok Labu. Di apotek ini penggunaan obat yang banyak dibeli pasien salah satunya adalah obat antidiabetik. Berdasarkan analisa penggunaan obat antidiabetik periode september 2021 dengan cara pengkajian yang sama seperti sebelumnya diketahui bahwa penggunaan obat terbanyak dipegang oleh obat DM (Diabetes Melitus) golongan guanida yang termasuk obat generik dosis tunggal yaitu metformin 500 mg sebanyak 8.770 tablet dengan persentase 51,49 % dengan tingginya penggunaan obat jenis ini maka perlu ketersedian barang yang banyak untuk menghindari terjadinya kekosongan stok yang dapat menyebabkan terjadinya lost sales.
Respond time drug services (prescription and non prescription) and lost drug sales can affect patient/customer satisfaction. This indicator is included in the hospital pharmacy Minimum Services Standard (MSS) which is regulated in Permenkes number 129 of 2008. The University of Indonesia Hospital (RSUI) has one service, namely a Depot (Drug Collection Department) which provides BPJS Health services. The study of evaluation of respond time and lost drug sales of BPJS patients at outpatient depots RSUI for a period of 3 months aims to train the abilities and skills of prospective pharmacists in order to improve and maintain the quality of MSS as a service quality standard so as to prevent hospital financial losses and decrease customer satisfaction. All data were examined by observational research method by descriptive and the results were adjusted according to the MSS criteria. From this evaluation, it is known that the respond time for non prescription drugs does unqualified the MSS standards but the prescription drugs qualified and the level of drug lost sales for BPJS patients is 69% due to prescribing that is not in accordance with the National Formulary (Fornas). The importance of the quality level of MSS in hospitals is the same as in pharmacies, one of which is the Roxy Pondok Labu Pharmacy. In this pharmacy, the use of drugs that many patients buy is antidiabetic drugs. Based on the analysis of the use of antidiabetic drugs for the period of September 2021, with same method as before, it was found that the most drug use was held by DM (Diabetes Melitus) drugs of the guanide group, which included single dose generic drugs, namely metformin 500 mg as many as 8.770 tablets with a percentage of 51.49% with a high number of drug use. With this type, it is necessary to have a lot of availability to avoid stock emptiness which can cause lost sales."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Indah Dewi Lestari
"Waktu pelayanan resep obat merupakan salah satu indikator mutu pelayanan farmasi yang diatur dalam Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM RS). Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129 Tahun 2008 tentang Standar Pelayanan Minimal, standar waktu tunggu pelayanan obat jadi di depo farmasi rawat jalan ditetapkan £30 menit, sementara untuk obat racikan £60 menit. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif yang berfokus untuk mengkaji indikator mutu waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Universitas Indonesia. Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel data yang terdapat di lapangan secara langsung dalam satu waktu. Berdasarkan hasil evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUI pada periode Mei – Agustus 2022, rata-rata waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah 45,25 menit ± 0,064. Terdapat sebanyak 40,43% resep obat jadi yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 59,57% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai. Rata-rata waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah 66,75 menit ± 0,037. Terdapat sebanyak 63,12% resep obat racikan yang telah sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal dan 36,68% resep dengan waktu tunggu pelayanan tidak sesuai Standar Pelayanan Minimal.
Prescription service time is an indicator of the quality of pharmaceutical services regulated in the Hospital Minimum Service Standards. Based on the Decree of the Minister of Health of the Republic of Indonesia Number 129 of 2008 concerning Minimum Service Standards, the standard waiting time for non-concoction drugs service at outpatient pharmacy depots is set at £30 minutes, while for concoction drugs it is £60 minutes. This research is a descriptive non-experimental study that focuses on examining quality indicators of waiting time for prescription services at the Outpatient Pharmacy Depot at the University of Indonesia Hospital. Data collection in this study used a cross-sectional approach, by taking samples of data contained directly at one time. Based on the results of an evaluation of the waiting time for drug prescription services at the University of Indonesia Hospital Outpatient Pharmacy Depot in the period May – August 2022, the average waiting time for non-concoction drug services is 45.25 minutes ± 0.064. There were 40.43% of non-concoction drug prescriptions that were by the Minimum Service Standards and 59.57% of prescriptions with inappropriate service waiting times. The average waiting time for concoction drug service is 66.75 minutes ± 0.037. There were 63.12% of prescriptions for the concoction of drugs that met the Minimum Service Standards and 36.68% of prescriptions with service waiting times that did not comply with the Minimum Service Standards."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library