Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 79 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pongki Dwi Aryanto
"Penjahit didalam melakukan aktifitas kerjanya, akan menghadapi risiko ergonomi. Di sektor usaha informal penjahit melakukan semua pekerjaan yang dibutuhkan untuk memproses kain menjadi sebuah pakaian jadi. Pekerjaan yang dilakukan oleh penjahit yaitu pekerjaan membuat pola dan pekerjaan menjahit dengan menggunakan mesin jahit. Oleh karena itu, sebagai dasar upaya pengendalian risiko akan gangguan musculoskeletal akibat pekerjaan menjahit, dilakukanlah penilaian risiko ergonomi berdasarkan postur tubuh yang terbentuk saat penjahit melakukan aktifitas. Penelitian ini dilakukan tanpa melibatkan faktor lingkungan kerja (temperatur, kebisingan, getaran, pencahayaan) dan Faktor individu (antopometri, jenis kelamin, dan lama kerja) sebagai variable yang dinilai didalam risiko ergonomic.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Entire Body Assessment (REBA) untuk mengetahui risko postur tubuh ketika bekerja, dan wawancara untuk mengetahui keluhan subjektif gangguan musculoskeletal yang dirasakan oleh pekerja setelah bekerja. Penelitian dilakukan pada 40 orang pekerja penjahit di 23 tempat usaha informal. Dari hasil penelitian didapatkan nilai risiko ergonomi untuk postur pekerja ketika melakukan pekerjaan pembuatan pola di lokasi A dan B adalah dua, dapat diartikan sebagai aktifitas dengan risiko rendah, mungkin membutuhkan investigasi lanjutan. Sementara di lokasi C mendapatkan nilai empat, dapat diartikan sebagai aktifitas kerja yang memiliki risiko menengah, penting untuk dilakukan investigasi lanjutan. Untuk aktifitas pekerjaan menjahit dengan menggunakan meja jahit di lokasi A adalah lima dan dilokasi B dan C adalah empat, dapat diartikan sebagai aktifitas kerja yang memiliki risiko menengah, penting untuk dilakukan investigasi lanjutan. Keluhan subjektif dari 40 pekerja di usaha informal penjahitan pakaian paling banyak terdapat pada bagian pinggang. Pada pekerja dengan masa kerja kurang dari 10 tahun sebesar 81,82% pekerja mengeluhkannya. Pada pekerja dengan masa kerja 10-20 tahun sebesar 81,82 % mengeluhkannya dan pada pekerja dengan masa kerja lebih dari 20 tahun sebesar 85,71 % pekerja mengeluhkannya."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Thoha Khaled
"Penggunaan laptop di kalangan mahasiswa khususnya mahasiswa S1 FKM UI memperlihatkan kecenderungan yang meningkat. Hal ini disebabkan tingkat kebutuhan mahasiswa dan harga laptop yang tidak jauh berbeda dengan harga PC. Perkembangan teknologi laptop selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak negatif. Disain keyboard yang menyatu dengan monitor membuat pengguna laptop pasti menggunakan postur janggal dalam aktifitasnya dengan laptop. Keluhan Muskuloskeletal merupakan efek yang paling sering Nampak pada aktifitas akibat penggunaan laptop. Faktor durasi, frekuensi, dan posisi kerja juga mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi tingkat keluhan.
Skripsi ini membahas tentang hubungan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal pada upper limb extrimities akibat penggunaan laptop pada mahasiswa S1 FKM UI. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko ergonomi dengan menggunakan metode RULA dan melihat hubungannya dengan keluhan muskuloskeletal. Untuk melihat hubungan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskoloskeletal, peneliti menggunakan uji statistik, chi-square. Dan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara risiko ergonomi dengan keluhan muskuloskeletal. Hal ini disebabkan oleh faktor-faktor pengganggu yang terdapat dalam penelitian.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar pengguna laptop dapat memilih posisi kerja yang ergonomis ketika menggunakan laptop. Biasakan untuk istirahat sejenak bila menggunakan laptop dalam durasi yang lama, baik dengan melakukan peregangan otot maupun dengan mengalihkan pandangan mata. Pihak fakultas dapat mengadakan health education dan menyediakan tempat yang ergonomis berkaitan dengan cara penggunaan laptop yang aman. Peneliti juga menyarankan untuk memasukkan variabel lain dalam penelitiannya, seperti factor pengganggu dan faktor-faktor risiko lainnya, seperti jenis kelamin, antropometri, kondisi lingkungan, tempat kerja, dan riwayat cedera.

Nowdays, the utilization of notebook in under-graduated Public Health Indonesian University students? communities shows an increasing phenomena. This phenomena has been happened because of the increasing needs of its undergraduated students and the price of notebooks that nowdays is not has significant gap price with the PC. The development of notebook technology is not only gives positive impacts but also its negatives. Keyboard design which is not separated with its monitor makes its user use wrong posture in their activities with their notebook. Muscolosceletal remonstrance is one of the most frequent impacts in several peoples with notebook?s activity. The duration factors, frequencies, and work positions are also have important roles in influencing remonstrance degrees.
This thesis envelopes/analyses about the ergonomical risk and muscolosceletal remonstrance in upper limb extrimities which is caused by notebooks? utilization in under-graduated Public Health Indonesian University students. This observation is a quantitative-descriptives studies to assess the ergonomical risk by using RULA method and to see its relation with muscolosceletal remonstrance. To see the relation between ergonomical risk with muscolosceletal remonstrance, the observer uses a statistical tools ; chi-square test. The result of this observation shows that there is not a relation between ergonomical risk with muscolosceletal remonstrance that it is caused by several error factor in its observation.
According to the result of this observation, the observer suggests to the users of the notebook to choose the ergonomical work position when they are using the notebook. It can be done by taking a little time to rest when using the notebook in along time by stretching the muscle or by mengalihkan pandangan mata. The faculty?s stakeholders can provide several health education program and provide some ergonomic places to make the notebook?s users become secure and health in using it. The observer also suggests to put some variabels into this observations, like confounding factors and other risk factors, like sex, antrophometric, environment condition, work places and injuries history."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asrul Arafat
"Dalam Melakukan aktivitas sehari hari, banyak manusia yang tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil dilingkungan sekitarnya. Contoh sederhananya dapat kita ambil tangga. Kebanyakan dari tangga hanya dibuat berdasarkan bentuk dan keinginan dari pemilik rumah sendiri. Padahal jika ditelusuri lebih dalam tangga tersebut dapat beresiko menyebabkan terjadinya WSDM.
Penelitian ini mencoba untuk mempelajari desain tangga yang nyaman sesuai dengan postur orang Indonesia dalam lingkungan virtual dengan menggunakan software simulasi ergonomic, Jack 8.2.
Dalam penelitian ini difokuskan pada tinggi anak tangga dan tinggi handrail yang mengacu pada tangga SNI. Desain tangga yang terbentuk dari seluruh konfigurasi yang diujikan dinilai dengan menggunakan metode Posture Evaluation Index (PEI). Dan hasil dari penelitian ini berupa usulan desain tangga yang ergonomis untuk orang Indonesia.

In performing daily activities, many people are not attention about a little things in their environment. A simple example is stairs. Most of stairs had made based on the shape and the desire of the owner of the house itself. In fact, if it explored more deeply, the stairs can be lead risky to WSDM.
This research attempts to study the stairs comfortable design that accordance with the posture of Indonesian people in a virtual environment using simulation software ergonomics, Jack 8.2.
This study focused on high risers and high staircase handrail which refers to the SNI standart. Stairs design formed by entire configuration tested was assessed by using Posture Evaluation Index (PEI). And the result of this research is a design proposal for the stair ergonomics design in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59487
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders.
This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders
among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik
workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the
use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test,
McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk
factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair
(p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index
(BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were
also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and
p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of
musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that
the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.
Pengaruh Pemakaian Kursi Ergonomis terhadap Gangguan Muskuloskeletal pada Pekerja Wanita Batik Tulis
di Kabupaten Sragen. Sebagian besar posisi kerja pekerja batik tulis di Sragen tidak ergonomis, sehingga berisiko terjadi
gangguan muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan menilai efektifitas desain
kursi terhadap gangguan muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis. Jenis penelitian adalah eksperimental quasi dengan
pendekatan one group pre and posttest design. Populasi adalah seluruh pekerja industri Batik Sragen. Teknik sampling
quota random sampling. Sampel sebanyak 50 orang diukur tingkat risiko keparahan gangguan muskuloskeletalnya
sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis. Selanjutnya, dilakukan uji Wilcoxon test, McNemar test, dan Chi
Square test. Perbedaan tingkat risiko keparahan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
(p< 0,05). Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p=0,035).
Indeks massa tubuh teridentifikasi sebagai confounding factor karena terdapat hubungan yang signifikan terhadap
gangguan muskuloskeletal, baik sebelum maupun sesudah menggunakan kursi ergonomis (masing-masing p=0,033 dan
p=0,015). Melalui uji Ancova, confounding factor dikendalikan, diperoleh hasil uji yang tetap signifikan (p=0,033).
Kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal."
Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret ; Faculty of Public Health Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sumardiyono
"The majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik) that pose risks of musculoskeletal disorders.
This study aimed to design an ergonomic chair and evaluate its effectiveness in reducing musculoskeletal disorders
among the workers. This is a quasi-experimental study (using one group pre and post-test design) on 50 female batik
workers selected by quota sampling. Musculoskeletal disorders were measured among the samples before and after the
use of the designed ergonomic chair which they were asked to use for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test,
McNemar test and Chi Square test were used for the analysis. The study found statistical significant differences of risk
factor against musculoskeletal disorders among the workers before and after their use of the designed ergonomic chair
(p< 0.05); and of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). Body Mass Index
(BMI) was identified as a confounding factor, and statistical significant difference of musculoskeletal disorders were
also found among the workers with <25 and >25 BMI even before and after using the ergonomic chair (p=0.033 and
p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling BMI, another statistical difference of
musculoskeletal disorders was also identified before and after using the ergonomic chair (p=0.033). It is concluded that
the designed ergonomic chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders."
2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yupi Gunawan
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gangguan kesehatan yang sering terjadi di industri adalah gangguan muskuloskeletal. Gangguan kesehatan ini seringkali berhubungan dengan penurunan produktivitas dan angka absensi yang tinggi. Penyebab gangguan muskuloskeletal diantaranya adalah desain peralatan kerja yang tidak sesuai dengan antropometri pekerja. Penelitian ini bertujuan mengetahui ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis pada tenaga kerja Indonesia.Metode: Penelitian ini menganalisis data antropometri tenaga kerja Indonesia tahun 2007-2008 dari sepuluh wilayah yang setelah dilakukan verifikasi terdapat 7.823 sampel. Parameter antropometri yang digunakan: tinggi bahu dan tinggi siku untuk tinggi meja kerja presisi, kerja ringan dan kerja dengan beban.Hasil: Rekomendasi ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable. Rekomendasi tinggi meja kerja statis untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 128 cm, kerja ringan 109 cm, kerja dengan beban 96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 129 cm, kerja ringan 110 cm, kerja dengan beban 97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 123 cm, kerja ringan 106 cm, kerja dengan beban 93,30 cm. Rekomendasi tinggi meja kerja adjustable untuk tenaga kerja umum: kerja presisi 104,50-128 cm, kerja ringan 88-109 cm, kerja dengan beban 75,30-96,30 cm. Tenaga kerja laki-laki: kerja presisi 107,99-129 cm, kerja ringan 90-110 cm, kerja dengan beban 77,30-97,30 cm. Tenaga kerja perempuan: kerja presisi 103-123 cm, kerja ringan 86-106 cm, kerja dengan beban 73,30-93,30 cm.Kesimpulan: Telah didapatkan ukuran tinggi meja kerja posisi berdiri ergonomis statis dan adjustable yang dapat direkomendasikan untuk seluruh tenaga kerja Indonesia

ABSTRACT<>br>
Background The most common health disorder in the industry is musculoskeletal disorders. This health disorder is often associated with a decrease in productivity and high absenteeism. The causes of musculoskeletal disorders include the design of work equipment that is inconsistent with the anthropometry of the worker. The purpose of this research is to know the height of ergonomic standing desk working table in Indonesian workforce.Methods This study analyzed anthropometric data of Indonesian labor force in 2007 2008 from ten areas after verification there were 7,823 samples. Anthropometric parameters used shoulder height and elbow height for high precision desk, light work and load work.Results Recommendation of height height of work desk stands ergonomic static and adjustable. High recommendation of static desk for general labor precision work 128 cm, light work 109 cm, work with load 96,30 cm. Male labor precision work 129 cm, light work 110 cm, work with load 97,30 cm. Female labor precision work 123 cm, light work 106 cm, work with load 93,30 cm. Recommended height adjustable work table for general workforce precision work 104.50 128 cm, light work 88 109 cm, work load 75.30 96,30 cm. Male labor precision work 107.99 129 cm, light work 90 110 cm, work load 77.30 97,30 cm. Female labor precision work 103 123 cm, light work 86 106 cm, work with loads 73.30 93,30 cm.Conclusion High static and adjustable ergonomic stand adjustable desk stands can be recommended for all Indonesian workers."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Melly Fadhilah
"Latar belakang: Di era revolusi industri 4.0 dimana teknologi sangat berkembang, manusia masih berperan penting dalam menghasilkan produksi di beberapa sektor. Namun manusia juga memiliki keterbatasan baik dari segi fisik, fisiologis maupun psikologis. Dengan adanya ketidakseimbangan tersebut dapat menimbulkan suatu masalah pada tubuh, yaitu timbulnya gangguan pada otot dan tulang rangka. Permasalahan tersebut dapat mengganggu produktivitas pekerja, salah satunya pada sektor manufacturing. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor individu, pekerjaan dan psikososial terhadap terjadinya gangguan otot rangka akibat kerja pada pekerja di area pengepakan PT AS.
Metode: Jenis penelitian adalah potong lintang dengan responden sebanyak 172 orang pekerja yang bekerja di area pengepakan PT AS. Pada penilaian risiko ergonomi dilakukan berdasarkan fungsi kerja yaitu administrator/supervisor menggunakan Rapid Office Strain Assessment (ROSA), operator pengepakan menggunakan Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helper menggunakan Ovako Working Analysis System (OWAS).
Hasil: Hasil kuesioner Nordic Body Map didapatkan bahwa prevalensi tertinggi pada gotrak 7 hari yaitu leher (48.3%), bahu (45.9%) dan punggung atas (45.9%), sedangkan pada gotrak 12 bulan terakhir, prevalensi tertinggi yaitu leher (44.8%) dan bahu (23.3%). Analisis penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan antara gotrak 7 hari dengan sikap kerja membungkuk 1-4 jam dengan nilai OR 2.07 (1.00-4.32), frekuensi angkut beban 21-30 kali/jam dengan nilai OR 8.33 (1.13-61.50) dan tingkat stres ringan dengan nilai OR 2.48 (1.10-5.59). Sedangkan pada gotrak 12 bulan, hanya tuntutan kerja tinggi yang memiliki hubungan signifikan terhadap terjadinya gotrak pada pekerja area pengepakan PT AS dengan nilai OR 2.67 (1.19-5.99).
Kesimpulan: Keluhan gangguan otot rangka pada pekerja di area pengepakan PT AS cukup tinggi (>60%), untuk itu perlu dilakukan perbaikan segera untuk mengurangi keluhan gotrak bagi pekerjanya.

Background: In the era of the industrial revolution 4.0 when technology is very developed, humans still being an important role in production in several sectors. However, humans also have limitations in terms of physical, physiological, and psychological. With the imbalance can cause a problem in the body, namely musculoskeletal disorders. These problems can interfere with worker productivity, one of this is manufacturing sector. The purpose of this study was to analyze individual, occupational, and psychosocial factors on work musculoskeletal disorders in workers in the packing area of ​​PT AS.
Method: This type of research is cross-sectional with 172 respondents working in the packing area of ​​PT AS. Ergonomics risk assessment is carried out based on work functions, namely administrator/supervisor using Rapid Office Strain Assessment (ROSA), packing operators use Rapid Upper Limb Assessment (RULA), helpers use Ovako Working Analysis System (OWAS).
Result: The results of the Nordic Body Map questionnaire showed that the 3 highest 7-day WMSDs prevalences were neck (48.3%), shoulder (45.9%) and upper back (45.9%), while in the last 12 months, the highest prevalence was neck (44.8%) and shoulder (23.3%). The analysis of this study found that there was a relationship between 7-day WMSDS with a stooping attitude for 1-4 hours with an OR value of 2.07 (1.00-4.32), the frequency of carrying loads 21-30 times/hour with an OR value of 8.33 (1.13-61.50) and mild level of stress with an OR value of 2.48 (1.10-5.59). Meanwhile, at 12 months of gotrak, only high work demands had a significant relationship to the occurrence of gotrak in packing area workers of PT AS with an OR value of 2.67 (1.19-5.99).
Conclusion: Symptoms of musculoskeletal disorders among workers in the packing area of PT AS are quite high (>60%), so it is necessary to make immediate repair to decrease WMSDs for workers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Era Kristianti
"Di perkotaan khususnya daerah Jakarta, keberadaan penjual jamu gendong keliling ditemukan. Jamu dijual dengan cara digendong sehingga menimbulkan risiko ergonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran tingkat risiko ergonomi pada penjual jamu gendong di daerah Cipinang Besar Selatan pada bulan Mei - Juni 2011. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. penilaian menggunakan metode REBA dengan melakukan pengukuran pada Postur (Postur leher, Postur Punggung, Postur Lengan atas & bawah, Postur Pergelangan tangan serta Postur kaki), Beban , Pegangan, Durasi, Frekuensi. Berdasarkan hasil pengukuran REBA pada saat menurunkan bakul jamu didapatkan skor +9. Pada saat Meracik didapatkan skor +1 (sisi kanan) dan +3 ( sisi kiri). Pada saat menaikkan bakul, lengan kanan didapatkan skor +10 dan lengan kiri skor +11. Serta pada saat berjalan didapatkan skor +5.

Particularly in urban areas of Jakarta, where herbalist carrying around is not difficult and the seller is selling medicinal herbs in a way that raises the risk of ergonomic sling. The purpose of this study was to determine the level of ergonomic risk picture at herbalist in the area carry the Big South Cipinang in May-June 2011. This study used cross-sectional study design. To determine the risk level on the herbalist ergonomic carrying current work activity, with assessment using REBA method by performing measurements on posture (neck Posture, Posture Back, Posture upper & lower arm, wrist posture and the posture of the foot), Burden, Handle, Length, frequency. Based on the measurement results at the lower basket REBA herbs obtained scores +9. At the time of dispensing obtained score +1 (right side) and +3 (left side). Raise the basket at the time, obtained the right arm and left arm score +10 score +11. As well as running obtained score +5."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Muliani
"Di perkantoran, karyawan dituntut untuk meneyelesaikan tuntutan pekerjaannnya masing-masing. Biasanya karyawan duduk statis dikursi dengan dimensi tubuh yang bervariasi. Dimensi tubuh manusia terdiri dari bemacam-macam variasi seperti pada dimensi kerangka tubuh, lengan dan kaki. Oleh karena itu kursi kantor harus disesuaikan dengan dimensi tubuh karyawan pada umumnya, agar tidak terjadi kejenuhan kerja yang disebabkan karena dimensi kursi kantor yang tidak sesuai dan menyebabkan rasa sakit dan kelelahan pada tulang-tulang dan otot tubuh. Untuk itu, diperlukan ilmu ergonomi yang berkaitan juga dengan dimensi tubuh manusia yang dikenal sebagai antropometri dengan tujuan apakah kursi kantor yang digunakan oleh karyawan sudah sesuai atau belum.
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data antropometri statis duduk dan dimensi kursi yang digunakan serta mengetahui apakah kursi kantor yang digunakan sekarang sudah sesuai dengan data antropometri karyawan di PT. X. Data antropometri statis duduk dan dimensi yang diambil adalah 7 variabel. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan, dengan objek penelitian 35 orang pria dan 30 orang wanita. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan total populasi. Disain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dan jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan melakukan studi perbandingan. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara mengukur langsung sampel dan dimensi kursi. Instrumen pengumpulan data adalah 1 buah meteran gulung, 1 buah penggaris siku-siku. Sebagai alat bantu, digunakan kursi kayu tanpa sandaran dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. Sedangkan proses pengolahan data secara komputerisasi.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa :
1. Hasil pengukuran 7 variabel antropometri dengan menggunakan 95%ile adalah tinggi bahu duduk, lebar bahu atas, lebar pinggul, panjang dari siku ke ujung jari dan 5%ile terdiri dari panjang dari pantat sampai lutut bagian belakang, tinggi lutut bagian belakang, sedangkan rata-rata yaitu tinggi siku duduk.
2. Ada dua variabel dimensi kursi yang sesuai dengan antropometri tubuh karyawan yaitu: tinggi sandaran lengan, panjang alas tempat duduk. Sedangkan variabeln dimensi kursi yang tidak sesuai dengan dimensi antropometri tubuh karyawan yaitu: tinggi sandaranb punggung, tinggi tempat duduk, lebar sandaran punggung, lebar alas tempat duduk, panjang snadaran lengan. Dari hasil penelitian ini diharapkan bagi pihak manjemen perusahaan dapat menjadi bahan evaluasi bagi PT. X terhadap kursi kantor yang digunakan pada saat ini."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Aprilia
"Skripsi ini merupakan penilaian ergonomi di tempat kerja konstruksi Proyek GOR Boker PT. Waskita Karya tahun 2009. Penilaian dilakukan pada dua faktor risiko ergonomi; faktor pekerjaan dan faktor indivdu yang dapat mempengaruhi kejadian keluhan MSDs pada pekerja. Metode penilaian yang digunakan ialah BRIEF Survey, kuesioner, observasi, dan wawancara. Hasil penilaian menunjukkan bahwa tingkat risiko MSDs dengan skor tertinggi terdapat pada bahu kanan (86,8%), kejadian keluhan MSDs sebesar 94,7% dengan keluhan terbanyak pada punggung bagian bawah (18,8%). Upaya untuk mengatasi pajanan ergonomi dan keluhan MSDs dapat dilakukan dengan meninjau kembali desain kerja, peralatan, dan lingkungan kerja.

This essay is an ergonomic assessment in the construction workplace at project of GOR Boker PT. Waskita Karya in 2009. Assessment on two ergonomic risk factors; job factors and indivdual factors that may affect the incidence of MSDs complaints. Assessment method used is the BRIEF Survey, questionnaire, observation, and interviews. Assessment results indicate that the level of risk MSDs with the highest scores are on the right shoulder (86.8%), incidence of MSDs complaints 94.7% with the most complaints on the low back (18.8%). Efforts to overcome the ergonomic exposures and MSDs complaint can be done with the review of design work, equipment, and environment in the workplace."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>