Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hanifa Zahrah Shalihah
"Sirosis merupakan peradangan hati yang menyebabkan edema. Penanganan edema merupakan tantangan yang terus-menerus bagi tenaga medis untuk mengurangi volume cairan secepat mungkin dengan komplikasi minimal. Leg elevation menjadi salah satu intervensi non farmakologis yang mampu menurunkan derajat edema dengan meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi tekanan hidrostatik. Leg elevation dilakukan dua kali sehari, setiap pagi dan malam, selama lima hari. Hasil menunjukkan bahwa setelah penerapan leg elevation, terdapat penurunan derajat edema yang signifikan dari derajat 2 di tungkai kanan dan derajat 1 di tungkai kiri menjadi derajat 1 di tungkai kanan dan normal di tungkai kiri. Penurunan edema ini diperkuat oleh terapi diuretik berupa furosemide dan spironolakton. Penelitian ini menyimpulkan bahwa kombinasi intervensi leg elevation dan penggunaan diuretik efektif dalam mengurangi edema pada pasien sirosis hati, sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien.

Cirrhosis is defined as an inflammatory condition of the liver that results in the accumulation of fluid within the tissues, a process known as oedema. The management of oedema represents a persistent challenge for medical personnel, who are required to reduce fluid volume as expeditiously as possible while minimizing complications. One of the non-pharmacological interventions that can reduce the degree of oedema is leg elevation, which increases venous return and reduces hydrostatic pressure.  Leg elevation was conducted twice a day, in the morning and at night, for a period of five days. The results demonstrated a notable reduction in the degree of oedema, with grades 2 and 1 observed in the right leg and left leg, respectively, and a normal grade observed in the left leg. This reduction in oedema was further reinforced by the administration of diuretic therapy in the form of furosemide and spironolactone. The findings of this study indicate that the combination of leg elevation intervention and diuretic use is an effective approach for reducing oedema in patients with liver cirrhosis, thereby improving the quality of life of these patients. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Anggraini Rahmawati
"ADHF (Acute decompensated heart failure) merupakan suatu kondisi gagal jantung dengan perubahan mendadak pada jantung untuk berkontraksi, sehingga mengancam nyawa dan dapat menyebabkan edema paru. Gagal jantung dapat dikategorikan menurut nilai ejeksi fraksi, salah satunya heart failure with reduce ejection fracktion (HFrEF) dengan nilai EF ≤40%. Tanda klinis ADHF salah satunya edema pada tungkai. Hal ini terjadi karena kegagalan LV untuk berkontraksi sehingga menyebabkan aliran balik dengan penumpukan cairan diparu, kemudian kembali ke RV dan keluar melalui atrium kanan ke seluruh tubuh, salah satunya ke tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai yaitu ankle pumping exercise. Intervensi ini dilakukan selama 3 hari dengan frekuensi 10 kali/jam, kemudian dievaluasi selama 6 jam dengan metode pitting edema. Hasil intervensi menunjukkan terdapat perubahan derajat edema tungkai dari +3/+3 menjadi +1/+2. Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu alternatif intervensi untuk mengurangi edema tungkai.

ADHF (Acute decompensated heart failure) is a condition of heart failure with sudden changes in the heart to contract, so it is life threatening and can cause pulmonary edema. Heart failure can be categorized according to the value of the ejection fraction, one of which is heart failure with reduced ejection fracture (HFrEF) with an EF value of ≤40%. One of the clinical signs of ADHF is edema in the legs. This occurs due to the failure of the LV to contract causing backflow with a buildup of fluid in the lungs, then back into the RV and out through the right atrium to the rest of the body, including the legs. The intervention to treat leg edema is ankle pumping exercise. This intervention was carried out for 3 days with a frequency of 10 times/hour, then evaluated for 6 hours using the pitting edema. The results of the intervention showed that there was a change in the degree of leg edema from +3/+3 to +1/+2. The results of this scientific work are expected to be an alternative intervention to reduce leg edema."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Sabillah
"Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan kondisi klinis terjadinya perburukan gagal jantung secara tiba-tiba yang terjadi pada pasien dengan riwayat gagal jantung kronik. Kondisi gagal jantung dapat dilakukan pemeriksaan ekokardiografi untuk menilai kontraktilitas jantung, fungsi katup, pembesaran jantung, dan nilai fraksi ejeksi. Gagal jantung dengan penurunan nilai ejeksi fraksi EF <40% dan jantung mengalami disfungsi sistolik pada ventrikel kiri. Penurunan pemompaan darah oleh ventrikel kiri akan menyebabkan perubahan hemodinamik kapiler sehingga mendorong kebocoran dari kompartemen vaskular ke interstitium serta retensi air dan garam oleh sehingga menghasilkan akumulasi cairan di ekstremitas atau edema tungkai. Intervensi yang dilakukan untuk mengatasi edema tungkai adalah dengan ankle pumping exercise yang terdiri dari gerakan plantar fleksi dan dorsofleksi. Intervensi ini dilakukan selama 5 hari dengan frekuensi 10x/jam dengan interval 4 detik pada masing-masing gerakan, kemudian dievaluasi setelah 6 jam dengan metode pitting edema, Hasil intervensi menunjukkan adanya perubahan derajat tungkai dari +2/+2 menjadi 0/0 (tidak ada edema). Hasil karya ilmiah ini diharapkan menjadi salah satu intervensi alternatif untuk mengurangi edema tungkai.

Acute decompensated heart failure (ADHF) is a clinical condition of sudden worsening of heart failure that occurs in patients with a history of chronic heart failure. In conditions of heart failure, echocardiography can be performed to assess heart contractility, valve function, heart enlargement and ejection fraction values. Heart failure with a decrease in ejection fraction EF <40% and the heart experiences systolic dysfunction in the left ventricle. Decreased blood pumping by the left ventricle will cause changes in capillary hemodynamics, thereby encouraging leakage from the vascular compartment into the interstitium as well as water and salt retention thereby resulting in fluid accumulation in the extremities or leg edema. The intervention carried out to overcome leg edema is ankle pumping exercise which consists of plantar flexion and dorsiflexion movements. This intervention was carried out for 5 days with a frequency of 10x/hour with an interval of 4 seconds for each movement, then evaluated after 6 hours using the pitting edema method. The results of the intervention showed a change in leg grade from +2/+2 to 0/0 (no there is edema). It is hoped that the results of this scientific work will become an alternative intervention to reduce leg edema.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulinnar Trisnawati
"Fraktur merupakan salah satu akibat dari cedera muskuloskeletal yang kasusnya hampir ditiap tahun di seluruh dunia mengalami peningkatan. Gejala fraktur meliputi nyeri, edema, dan keterbatasan gerak. Masalah nyeri dan edema hampir menjadi permasalahan pada pasien post operasi fraktur. Manajemen nyeri post operasi selain teknik farmakologis, penting memberikan juga teknik non-farmakologis yang dapat diberikan dalam asuhan keperawatan. Karya ilmiah ini bertujuan untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan dengan menerapkan praktik berbasis bukti/Evidence Based Practice (EBP) yaitu penerapan teknik relaksasi genggam jari dan latihan ankle pump dalam menurunkan intensitas nyeri dan edema pasien dengan fraktur post operasi. Pengukuran tingkat intensitas nyeri dengan Numeric Rating Scale (NRS) dan pengukuran tekanan< darah, sedangkan untuk edema dengan mengukur lingkar menggunakan meteran (cm) sebelu dan sesudah dilakukan implementasi selama 3 hari. Hasil pengukuran didapatkan ada penurunan intensitas nyeri dari NRS 5/10 menjadi 3/10, tekanan darah turun dan lingkar edema mengalami penurunan dari 38cm menjadi 36.5cm. Selanjutnya, diharapkan penerapan relaksasi genggam jari dan ankle pump dapat dilanjutkan dan dilakukan untuk mengurangi intensitas nyeri dan edema dengan intervensi dan waktu yang lebih lama, 5-7 hari untuk hasil yang lebih positif

Fractures are one of the consequences of musculoskeletal injuries, with cases increasing almost every year around the world. Symptoms of fracture include pain, oedema, and limitation of motion. The problem of pain and oedema is almost a problem in postoperative fracture patients. Postoperative pain management in addition to pharmacological techniques, it is important to provide non-pharmacological techniques that can be provided in nursing care. This paper aim to analyse nursing care by applying Evidence Based Practice (EBP), namely the application of finger grip relaxation techniques and ankle pump exercises in reducing the intensity of pain and edema of patients with postoperative fractures. Measurement of pain intensity level with Numeric Rating Scale (NRS) and blood pressure measurement, while for edema by measuring the circumference using a tape measure (cm) before and after implementation for 3 days. The measurement results showed a decrease in pain intensity from NRS 5/10 to 3/10, blood pressure dropped and the circumference of the edema decreased from 38cm to 36.5cm. Furthermore, it is hoped that the application of finger grip relaxation and ankle pump can be continued and carried out to reduce pain intensity and edema with longer interventions and time, 5-7 days for more positive results.  "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Marendra Mahathir
"Latar Belakang: Banyak keluhan subjektif yang timbul pada kehamilan trimester III seperti gatal, edema tungkai, rasa baal, kesemutan dan nyeri pada pergelangan tangan. Keluhan tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup ibu hamil. Selama kehamilan dapat terjadi perubahan kadar albumin yang cukup masif yang diduga berhubungan dengan timbulnya keluhan subjektif tersebut.
Objektif: Mengetahui hubungan kadar albumin dengan keluhan subjektif (gatal, edema tungkai, rasa baal, kesemutan dan nyeri pada pergelangan tangan) pada kehamilan trimester III.
Metode: Ibu hamil trimester III tanpa penyakit penyerta yang kontrol kehamilan di poliklinik antenatal care (ANC) RSCM dan RSIA Anggrek Mas (n=78). Sampel tersebut di kelompokan menjadi sampel dengan keluhan subjektif (n=50) dan tanpa keluhan subjektif (n=28). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar serum albumin pada semua subjek penelitian di labolatorium dan dilakukan analisis untuk mencari hubungan variabel tersebut.
Hasil dan Kesimpulan: Kadar albumin di bawah 3.51 g/dl berhubungan bermakna secara statistik dengan keluhan kesemutan (P=0.025) dan edema tungkai (P=0.001) dengan sensitifitas & spesifisitas masing-masing 76% & 55% dan 47% & 92%. Perubahan kadar albumin tidak berhubungan dengan keluhan gatal (mean 3.60 g/dl), rasa baal (mean 3.61 g/dl) dan rasa nyeri pada pergelangan tangan (mean 3.60 g/dl)

Background: There was many of subjective complaints arise in the third trimester of pregnancy such as itching, leg edema, numbness, tingling, and pain in the wrist. These complaints can cause a decrease in the quality of life for pregnant women. During pregnancy, changes in albumin levels are quite massive which is thought to be related to subjective complaints that arise.
Objective: Knowing the asociation beetween albumin serum levels and subjective complaints (itching, leg edema, numbness, tigling and pain in the wrist) during the third trimester of pregnancy
Methods: Third trimester pregnant mother without complication that control their pregnancy in the clinic RSCM and RSIA Anggrek Mas (n=78). These samples are grouped into samples with subjective complaints (n=50) and without subjective complaints (n=28). Furthermore, albumin serum level examination of all subject were performed on laboratory and all the result were analyze to obtain the association between these variables.
Results and Conclusions: Albumin serum levels below 3.51 g/dl were statistically significantly related to numbness complaints (P=0.025) and leg edema (P=0.001) with sensitivity & specificity of 76% & 55% and 47% & 92%, respectively. Changes in albumin levels were not associated with complaints of pain tingling (mean 3.60 g/dl), numbness (mean 3.61 g/dl) and pain in the whirst (mean 3.60 g/dl ).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T58327
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library