Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novia Octaviani
Abstrak :
Masalah pernikahan dini saat ini masih ditemukan di beberapa wilayah Jawa Barat baik daerah pedesaan maupun perkotaan. Tulisan ini menekankan bahwa adanya ketidaksetaraan gender dalam memandang praktik pernikahan dini dan mempengaruhi kehidupan dan kesempatan hak perempuan di masyarakat. Penelitian berdasarkan data kepustakaan dengan menggunakan konsep antropologi yang relevan. Dilema situasi yang berkaitan dengan maraknya pernikahan dini di Jawa Barat karena melanggengkan budaya dan sisi lain secara normatif bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak. Tulisan ini menyebutkan aspek yang mempengaruhi praktik pernikahan usia dini di Jawa Barat adalah (1) agama, (2) ekonomi, (3) tradisi setempat, (4) pola asuh orang tua, (5) pergaulan remaja, (6) kebijakan pemerintah & media massa. Berdasarkan hasil penelusuran dampak pernikahan dini sangatlah beragam namun lebih dominan efek negatif daripada positifnya. Pemerintah melakukan sosialisasi dan menerapkan bimbingan pranikah, kolaborasi antara seluruh instansi pemerintah dengan pihak yang menangani peristiwa pernikahan dini untuk menegakkan peraturan perundang-undangan adalah bentuk strategi untuk meminimalisir pernikahan dini di Jawa Bara ......The problem of early marriage is still found in several areas of West Java, both in rural and urban areas. This paper emphasizes that there is gender inequality in viewing the practice of early marriage and affecting the lives and opportunities for women's rights in society. The research is based on literature data using relevant anthropological concepts. The dilemma of the situation is related to the rise of early marriage in West Java because it perpetuates the culture and on the other hand it is normatively contrary to child protection laws. This paper mentions the aspects that influence the practice of early marriage in West Java are (1) religion, (2) the economy, (3) local traditions, (4) parenting style, (5) youth association, (6) government policy & mass media. Based on the results of tracing the impact of early marriage is very diverse, but the negative effects are more dominant than positive. The government conducts socialization and implements premarital guidance, collaboration between all government agencies and those who handle early marriage events to enforce laws and regulations is a form of strategy to minimize early marriage in West Java.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Apriantini
Abstrak :
Pernikahan usia dini masih tergolong tinggi di Indonesia. Penurunan angka pernikahan usia dini di Indonesia tergolong lambat.. Pernikahan dini adalah salah satu bentuk dari pelanggaran hak dari anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat factor determinan yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini di Indonesia menggunakan data SDKI 2017. Penelitian ini disusun berdasarkan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017. Sampel ini digunakan untuk mendapatkan gambaran usia kawin pertama pada rentang usia 15-25 tahun dengan status responden menikah pada penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah dengan menganalisis data SDKI 2017 dengan Analisa Univariate dan Analisa Bivariate (Potong Lintang). Gambaran persentase pernikahan dini di Indonesia pada Usia 15-25 tahun lebih banyak wanita yang menikah dini yaitu sebanyak 65,1 persen.sedangkan untuk wanita yang tidak menikah dini hanya sebesar 34,9 persen. Factor determinan terjadinya pernikahan dini dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan, tempat tinggal, status ekonomi, penggunaan majalah/koran, penggunaan radio, dan penggunaan internet. ......Early marriage is still relatively high in Indonesia. The decline in the number of early marriage in Indonesia is relatively slow. Early marriage is one form of violation of the rights of children. This study aims to look at the determinants that cause early marriage in Indonesia using the 2017 IDHS data. This study was compiled based on secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). This sample was used to obtain an overview of the age of first marriage in the age range 15-25 years with the status of respondents married in the study. Data analysis was performed by analyzing 2017 IDHS data with Univariate Analysis and Bivariate Analysis (Cross-Cutting). The percentage of early marriages in Indonesia at the age of 15-25 years is more women who marry early, which is as much as 65.1 percent. While for women who are not married early is only 34.9 percent. The determinants of early marriage from the results of this study are education, residence, economic status, magazine / newspaper use, radio use, and internet use.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmadini
Abstrak :
Pernikahan dini didefinisikan sebagai perkawinan seorang anak perempuan atau laki-laki sebelum usia 18 tahun. Pernikahan dini memiliki lebih banyak implikasi negatif terhadap kelangsungan hidup remaja yang mengalaminya seperti kematian ibu, kanker serviks, ketidakmampuan ibu untuk mengambil keputusan untuk kepemilikan anak/penggunaan kontasepsi dan lainnya. Usia pernikahan yang semakin dini akan berdampak pada kesehatan ibu dan anaknya, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tren dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada perempuan muda usia 15-24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan sumber data berasal dari sata sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel penelitian ini adalah WUS berusia 15-24 tahun yang sudah menikah berjumlah 4.075 responden. Data dianalisis menggunakan regresi cox untuk mengetahui prevalensi rasio pernikahan dini dengan variabel yang di duga sebagai fakto risiko. Signifikansi dinilai dengan melihat rentang kepercayaan (confident interval/CI) 95%. Sedangkan untuk menganalisis tren digunakan data survei mulai 1987 – 2017. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa tren pernikahan dini pada WUS 15-24 tahun di Indonesia mengalami penurunan yaitu 57,8% menjadi 40,0%. Dari 4.075 WUS 15-24 tahun didapati 40,0% responden yang menikah usia <18 tahun. Responden dengan usia 15-19 tahun memiliki nilai aPR 2,10 (CI 95% : 1,88 – 2,32), Usia pertama berhubungan seksual <15 memiliki nilai aPR 1,75 (CI 95% : 1,51 – 2,02). Tingkat pendidikan sekunder (SMP-SMA) memiliki nilai aPR 5,07 (CI 95% : 3,37 – 7,64), tingkat pendidikan primer (SD) memiliki aPR 7,44 (CI 95% : 4,85 – 11,43) dan responden yang tidak sekolah memiliki aPR 6,43 (CI 95% : 3,33 – 12,43). Responden yang tidak pernah terpaparan internet memiliki aPR 1,16 (CI 95% : 1,05 – 1,30). Responden dengan perbedaan usia dengan pasangan >5 tahun memiliki aPR 1,14 (CI 95% : 1,03 – 1,26). Perbedaan tingkat pendidikan dengan pasangan yang terdiri dari pendidikan suami lebih tinggi dari istri memiliki aPR 0,71 (CI 95% : 0,58 – 0,86), tingkat pendidikan suami dan istri sama memiliki aPR 0,79 (CI 95% : 0,69 – 0,90), dan suami dan istri tidak sekolah memiliki aPR 0,76 (CI 9%% : 0,32 – 1,81). Dalam hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan memiliki angka tertinggi sebagai faktor risiko pernikahan dini sehingga penguatan faktor pendidikan diperlukan untuk menekan angka pernikahan dini pada wanita di Indonesia.
Early marriage is defined as the marriage of a girl or boy before the age of 18. Early marriage has more negative implications for the survival of adolescents who experience it such as maternal death, cervical cancer, the inability of the mother to make decisions about child ownership / use of contraceptives and others. An earlier marriage age will have an impact on the health of the mother and child, as well as increase morbidity and mortality. The study was conducted to look at trends and factors related to early marriage among young women aged 15-24 years in Indonesia. This study used a cross-sectional study design with data sources derived from secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey. The sample of this study was female women aged 15-24 who were married with 4,075 respondents. Data analysis used cox regression to see the ratio of the ratio of early marriage to the variables suspected of being risk factors. Significance can be seen by looking at the 95% confidence range (CI). Whereas to analyze the trends used survey data from 1987 - 2017. The results of the study note that the trend of early marriage on WUS 15-24 years in Indonesia decreased by 57.8% to 40.0%. Of the 4,075 WUS 15-24 years, it was found that 40.0% of respondents were married aged <18 years. Respondents aged 15-19 years have aPR were of 2.10 (95% CI: 1.88 - 2.32), first age having sex <15 with aPR were of 1.75 (95% CI: 1.51-2, 02). Secondary education level (SMP-SMA) has aPR were 5.07 (95% CI: 3.37 - 7.64), primary level education (SD) with aPR 7.44 (95% CI: 4.85 - 11, 43) and respondents who do not go to school have aPR 6.43 (95% CI: 3.33 - 12.43). Respondents who have never been exposed to the internet have aPR 1.16 (95% CI: 1.05 - 1.30). Respondents aged> 5 years had aPR 1.14 (95% CI: 1.03 - 1.26). The difference in education level with partners consisting of husband / wife who has PR 0.71 (95% CI: 0.58 - 0.86), the education level of the couple and wife has aPR of 0.79 (95% CI: 0.69 - 0 , 90), and husbands and schools do not have aPR 0.76 (9% CI%: 0.32 - 1.81). It is seen that the level of education has the highest number as the risk of early marriage so an increase in educational factors is needed to reduce the number of early marriages for women in Indonesia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
In recent decades, adolescent motherhood lias emerged as an issue of increasing concern through out the developing and the developed world. There is a growing awareness that early childbearing is a health risk for both the mother and the child Also, it usually terminates a girl's educational career, threatening her future economic prospects, earning capacity, and overall well- being. Thus, adolescent motherhood has significant ramifications at the personal, societal and global levels. The aim of this paper is to investigate the scenario of earl) marriage and adolescent motherhood in rural Rajshahi of Bangladesh. Using the data from l96 currently married adolescent girls aged between 15 and l9 years it was found that 50% of them gave first birth before l 9 years of age. Mean age at marriage and mean age at _first birth of these currently married adolescent was found to be 15.18 and 16. I6 years respectively. Using the most reliable statistical technique simultaneous linear probability model was fitted and found that education was the single most significant factor that affected both early marriage and earlier first birth after getting marriage. In addition, the result of the study show that increased education level increased the age at first marriage and delayed adolescent motherhood.
Journal of Population, 13 () 2007 : 47-60, 2007
JOPO-13-1-2007-47
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bennett, Linda Rae
Abstrak :
ABSTRAK
This article focuses on Indonesian adolescents who are wives and mothers, demonstrating how early marriage and adolescent motherhood are normative among women from poor Sasak communities in Western Lombok. It is based on ethnographic research with 28 young mothers that included focus group discussions, in depth interviews, and observations. Demographic and ethnographic data on the aetiology of early marriage and adolescent motherhood are discussed, and confirm that low educational attainment for girls, lack of employment prospects, poverty, and low levels of economic development are all associated with a higher probability of adolescent marriage and motherhood in Indonesia. The article also reveals how conservative sexual morality and local marriage customs can propel girls into early marriage. It provides a human rights analysis that demonstrates how early marriage and adolescent motherhood intersect with the neglect of girls? rights to education, employment, equality in marriage, health information, family planning, and maternal health.
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2014
909 UI-WACANA 15:1 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Khobir Abdul Karim Taufiqurahman
Abstrak :
Pernikahan dini selalu berkaitan dengan kesehatan reproduksi pada perempuan. Komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian pada anak perempuan berusia 15-19 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan usia pernikahan pada perempuan menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia Tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah wanita menikah yang berusia 15-24 tahun di Indonesia pada tahun 2007, 2012, dan 2017. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariabel dan multivariabel dengan menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tren median usia kawin pertama terjadi peningkatan dari tiga tahun data SDKI dan persentase usia kawin pertama kurang dari 20 tahun mengalami sedikit penurunan. Tingkat pendidikan perempuan, status pekerjaan perempuan, tingkat pendidikan suami, dan tingkat pendidikan kepala rumah tangga merupakan faktor determinan berpengaruh terhadap pendewasaan usia pernikahan. Temuan pada penelitian ini adalah akses media dan peran pengambilan keputusan yang protektif. Perempuan yang tetap bersekolah dengan program pendewasaan usia perkawinan melalui teman sebaya berperan penting dalam menunda usia pernikahan, selain itu paparan media terutama media sosial merupakan media yang paling efektif untuk memberikan informasi tentang penundaan usia pernikahan pada perempuan. ......Early marriage is always related to reproductive health in women. Pregnancy and childbirth complications are the main causes of death in girls aged 15-19 years. This study aims to determine the determinants associated with marriage age in married women aged 15-24 years in Indonesia in 2017. This study is a descriptive analytic type research with cross-sectional design. The sample of this study was married women aged 15-24 years in Indonesia in 2007, 2012 and 2017. The analysis used in this study was univariable and multivariable analysis using multiple logistic regression. The results of this study indicate that the median trend of first marriage age is an increase from three years of IDHS data and the percentage of age of first marriage less than 20 years has decreased slightly. Women's education level, women's occupational status, husband's education level, and education level of the head of the household are the determinant factors influencing the age of marriage. The findings in this study are media access and the role of protective decision making. Women who continue to go to school with a marriage age maturity program through peers play an important role in delaying the age of marriage, besides exposure to the media, especially social media, is the most effective media for providing information about delaying marriage to women.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Herlin Kusumaningsih
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi berbagai permasalahan yang melibatkan remaja wanita. Diantaranya kasus kehamilan di usia remaja, aborsi yang tidak aman serta penikahan dini. Sebagai langkah antisipasi mengatasi permasalahan remaja ini pemerintah mengembangkan program generasi berencana dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja. Penelitian ini dilakukan menggunakan konsep teori perkembangan kognitif Jean Piaget dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing remaja memiliki proses belajar tersendiri dalam pembentukan makna penyiapan kehidupan berkeluarga. Selain itu hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial budaya, buku bacaan dan ajaran agama yang diyakini serta keikutsertaan dalam organisasi/kelompok/komunitas memiliki kontribusi besar pada proses belajar di masing-masing remaja.
This research was led by the problems involving adolescents young girls. Including cases of pregnancy in teens, unsafe abortion and early marriage. In anticipation of those problems, Indonesian Government develop a program called “Generasi Berencana” (Generation Planning Program) in order to prepare the adolescents as well as to rise their awareness of family life planning. This research was conducted using the concept of Jean Piaget’s theory of cognitive development with qualitative approach. The result showed that each of the adolescent have their own learning process in constructing the meaning of family life planning. In addition, the result of this research also indicates that socio-cultural environment, reading books, their religious conviction, as well as participation in organisation/groups/communities become their media of information that has a great contribution in their learning process.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T41641
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Sri Gayatri Kancana Dewi
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai mekanisme koordinasi antara BKKBN Pusat dengan kantor perwakilannya di provinsi Nusa Tenggara Barat dalam pengambilan keputusan penyusunan strategi komunikasi untuk program pendewasaan usia perkawinan. Kemudian, skripsi ini juga mendeskripsikan peran hubungan masyarakat dalam pengambilan keputusan tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif jenis deskriptif dengan strategi studi kasus. Hasil penelitian menemukan bahwa model koordinasi pusat-provinsi adalah two-way symmetrical. Sedangkan, peran hubungan masyarakat masih minim, yaitu hanya sebagai disemminator. Padahal, hubungan masyarakat dapat mengoptimalkan perannya dalam pengambilan keputusan untuk strategi komunikasi pendewasaan usia perkawinan yang belum efektif, karena menghadapi ketidaksesuaian antara masalah dengan solusi strategi komunikasi; serta belum optimalnya pemanfaatan riset. ...... This research is about the coordination mechanisms between BKKBN offices at central level and West Nusa Tenggara province on making decisions on communication strategy for Increasing the Age of First Marriage Program Combating Early Marriage Program and seeking for the role of public relations in that decision making. This qualitative research is using case study strategy to describe the topic. Results show that the central provincial coordination forms a two way asymmetrical model. While public relations unit rsquo s role is limited to only disseminator role.The role should have been extended to help the ineffective communication strategy caused by problem solution mismatches and lacking of research utilization.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S69276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayesha Kartika Ratri
Abstrak :
Individu yang telah menikah cenderung kurang memiliki kesiapan dalam membangun rumah tangga sedangkan untuk menciptakan kualitas keluarga memerlukan kesiapan yang matang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat kesiapan menikah dengan kualitas kesehatan keluarga pada pasangan baru. Jenis penelitian analitik yang digunakan adalah studi observasi cross-sectional dengan metode pengambilan sampel Simple Random Sampling terhadap 108 responden individu yang telah menikah di tahun 2020-2023. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen mengenai skala kesiapan menikah yang diadaptasi dari penelitian Rislicha (2020) dan Family Health Scale yang kemudian ditranslasi ke bahasa indonesia dengan penerjemah tersumpah. Analisis uji statistik yang digunakan yakni Uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara tingkat kesiapan menikah dengan kualitas kesehatan keluarga pada pasangan baru (p = 0,000). Peneliti merekomendasikan kepada tenaga kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada pasangan yang akan menikah. ......Individuals who are married tend to be less prepared to build a household, while creating a quality family requires careful readiness. This study aims to identify the relationship between the level of readiness for marriage with the quality of family health in new couples. The type of analytical research used is a cross-sectional observation study with the Simple Random Sampling sampling method of 108 married individual respondents in 2020-2023. The research instrument used was an instrument on the marriage readiness scale adapted from research by Rislicha (2020) and the Family Health Scale which was then translated into Indonesian with a sworn translator. The statistical test analysis used is the Chi Square Test. The results showed that there was a relationship between the level of readiness for marriage and the quality of family health in new couples (p = 0.000). Researchers recommend health workers to provide health education to couples who are getting married.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Friska Augustina Zai
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pernikahan dini pada remaja di Indonesia tahun 2010. Tujuan dari penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara faktor individu, faktor keluarga dan faktor lingkungan dengan pernikahan dini pada remaja di Indonesia tahun 2010. Disain penelitian yang digunakan adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder Riskesdas 2010. Populasi penelitian ini adalah seluruh rumah tangga yang mewakili 33 povinsi di Indonesia, sedangkan sampel penelitian adalah anggota rumah tangga yang termasuk dalam rentang usia remaja (10-19 tahun) yang berjumlah 44.844 responden. Penelitian menemukan prevalensi pernikahan dini pada remaja usia 10-19 tahun sebesar 3%. Penelitian melakukan kontrol terhadap variabel umur dan jenis kelamin untuk beberapa variabel independen. Hasil uji statistik menunjukkan terdapat hubungan antara tempat tinggal, pendidikan remaja dan orangtua, pekerjaan remaja, status ekonomi keluarga, umur menarche, dan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan pernikahan dini pada remaja. Namun, penelitian tidak mendapatkan hubungan antara pekerjaan orangtua dan pernikahan dini pada remaja.
This study discusses the factors associated with early marriage among adolescents in Indonesia in 2010. The purpose of this study is to know the relationship between individual, family and environmental in adolescents with early marriage in Indonesia in 2010. The design of the study is a cross-sectional using secondary data from Riskesdas 2010. This study population is all households representing 33 provinces in Indonesia, while the study sample was a member of the household who is included in the adolescent age range (10-19 years), amounting to 44,844 respondents. The study found the prevalence of early marriage in adolescents aged 10-19 years was 3%. Control over the variables age and sex for several independent variables was made. The results of statistical tests indicated a relationship between place of residence, education and parenting teens, youth employment, family economic status, age of menarche, and reproductive health education in adolescents with early marriage. However, there was no relationship found between parental employment and early marriage in adolescents.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>