Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Sage, 2001
R 362.29 COO a
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
New York: Facts On File, 1984
R 362.29 OBR e
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Triadi RD
Abstrak :
Meningkatnya jumlah penyalahgunaan narkoba suntik di dunia dan khususnya di Indonesia telah turut juga meningkatkan jumlah tahanan dan narapidana di RUTAN Klas I Jakarta Pusat. Intansi RUTAN yang seharusnya menjadi tempat sementara dalam proses sistem pidana terpadu dan tempat menjalani pidana justru mendapat permasalahan baru yakni penyalahgunaan narkoba suntik yang dinakan secara bergantian di kalangan tahanan dan narapidana sehingga bahaya yang ditimbulkannya sangat tinggi seperti penyebaran berbagai penyakit berbahaya seperti Hepatitis, TBC, HIV/AIDS dan lainnya yang harus segera di tanggulangi. Permasalahan yang diangkat dalam penulisan tesis ini adalah bagaimana penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik di kalangan tahanan dan narapidana RUTAN Klas I Jakarta Pusat saat ini?, apa saja kendala-kendalanya? dan bagaimana jejaring kerjasama RUTAN Klas I Jakarta Pusat dengan pihak-pihak terkait dalam penanggulangan penggunaan narkoba suntik dikalangan tahanan dan narapidana saat ini? Dari hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan temuan bahwa penanggulangan narkoba suntik yang dilakukan oleh intansi Rutan baru sebatas peanggulangan secara preventif dan refresif belum ada suatu treatmen khusus yang diterapkan, adapun strategi pendekatan penanggulangan baru sebatas suply reduction dan demand reduction belum ada porgram harm reduction. Penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik ini belum optimal karena adanya berbagai kendala seperti petugas dari segi kualitas maupun kuantitas kurang, sarana dan prasarana kurang, jumlah tahanan dan narapidana yang terus meningkat sehingga menimbulkan padatnya hunian, belum adanya dana operasional untuk penanggulangan narkoba, adanya stigma negatif bagi para penyalahguna narkoba dan mantan narapidana dan partisipasi dari masyarakat kurang, belum adanya aturan hukum, serta kurangnya kerjasama lintas sektoral dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik. Dari pembahasan terhadap hasil penelitian disimpulkan, 1) Penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik yang dilakukan intansi RUTAN Klas I Jakarta Pusat belum optimal, 2) Adanya kendala-kendala yang dimiliki 3) dan belum optimalnya kerjasama lintas sektoral dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik. Hasil penelitian menyarankan suatu model perencanaan strategis yang komprehensif dalam upaya penanggulangan penyalahgunaan narkoba suntik di kalangan tahanan dan narapidana RUTAN Klas I Jakarta Pusat.
The increasing of injecting drugs abuse in the world, especially in Indonesia has increase the amount of the prisoners in the First Class State Detention House of Central Jakarta. The Detention House Institution which intended to be the temporary place for the criminal synthesis system process and as the wolk on sentence place, on the contrary gets new problem as injecting drugs abuse which the injection is being used among the user ?the prisoners- so it caused a huge danger such as Hepatitis, TBC, HIV/AIDS and so on that has to be solved as soon as possible. The problem that is brought up into the thesis is how to cope the injecting drugs abuse among the prisoners of the First Class State Detention House of Central Jakarta presently, including the obstacles and the networking of the Detention House with the concerned parties in terms of the cope of the injecting drugs abuse among the prisoners. From the result of the research that has been done shows that the cope of the injecting drugs abuse in the First Class State Detention House of Central Jakarta was only on the preventively and repressively and not yet have a special treatment which is applied. Therefore the strategy of the cope is only supply reduction and demand reduction and not yet harm reduction program. The cope of the injecting drugs abuse is not as optimal as expected because of many obstacles, such as the quality and the quantity of the officers themselves, the limited facilities, the increasing amount of the prisoners which caused overcapacity, the un-available operational fund for drugs prevention, the negative stigma to the drugs users as well as to the prisoners, the less of participation of the community, the un-availability of law, the less of the multi-sector cooperation in terms of the cope of the injecting drugs abuse. From the result of the research can be concluded that: 1) The cope of the injecting drugs abuse in the First Class State Detention House of Central Jakarta is not maximum yet, 2) A lot of problems which are faced, 3) The networking for the cope of the injecting drugs abuse is not maximum yet. And finally, the result of the research suggested a model of a comprehensive strategic planning in terms of the cope of the injecting drugs abuse among the prisoners of the First Class State Detention House of Central Jakarta.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25415
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Jazuli
Abstrak :
The drug abuse which done by adolescence in the progress of the drugs it self has been increase and brings more anxiety for the family, society, nation and country. The adolescence abuser of drugs are constitute of the next generation who will continue the nation and the country development. They don't just come out of the high-class economical society, but they also come from the middle class to the lower economical society. In addition of the drugs abuse by adolescence doesn't go around among the city civilian only, but it is also there in the village civilian. That's way, it is so important to do some prevention and rescuing effort to the adolescence to keep them a way from the danger of drugs abuse, so there will be no lost generation because of the drugs abuse. Till the time for the adolescence are ready to be the next generation of the nation and the country development of theirs. Because the nation and the country need to have the adolescence with quality, creativity, sound of body and their sound of mind. The examination about drugs abuse by adolescence use the qualitative examination method, which is an examination procedure that is produce descriptive data, words, writer, and behavior which can be observed from the subject. Meanwhile the kind of examination which use is the descriptive examination, it's and examination that has purpose to give a picture about a society or a particular group or a picture of a syndrome or the bonds between two symptoms or ever more. The method and the type of examination that is use to examine and to reveal the case of drugs that is marijuana and was done by a male young adolescence who was charged in guilty by the judge because of broke the law regulation number 22 of 1997 about narcotic and doing is time in the prison class II A at East Jakarta. One of the social control theories that were spoken by Travis Hirschi that is social bonds theory, which based of four elements. Those attachment, commitment, involvement and belief are the form of tool or analysis knife which is use to analyze the case of drugs abuse by adolescence. Social bonds theories explain the stronger social bonds of some body with their social norms of society; can be avoided from the behavior deviation or delinquency. And the opposite, if the bond of society of some body is weak, than it can cause the delinquency.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21502
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmiati Husin
Abstrak :
Bagi pengguna narkoba, status pecandu, bebas narkoba, lapse, dan relapse merupakan siklus yang sering kali tiada ujung. Perubahan status satu ke status lainnya memerlukan perjuangan panjang dan melelahkan walaupun tampaknya begitu tipis. Hanya mereka yang benar-benar bermotivasi tinggi mampu bertahan untuk tegak di status bebas narkoba. Kembalinya pecandu untuk relapse dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari diri pecandu itu sendiri maupun dari luar diri pecandu. Semakin kuat faktor relapse mempengaruhi mantan pecandu maka akan menyebabkan mantan pecandu mudah untuk relaps. Permasalahan dalam penelitian ini adalah faktor apa saja yang yang mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)? dan faktor apa yang paling dominan mempengaruhi mantan pecandu untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps)?. Banyak faktor yang mempengaruhi mantan pecandu narkoba untuk kembali menyalahgunakan narkoba (relaps) itu berasal dari dalam diri pecandu sendiri dan dari luar dirinya. Dari dalam diri pecandu sendiri antara lain adalah : keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan. Sedangkan dari luar diri pecandu adalah dukungan sosial. Penelitian ini dilakukan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido-Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan November-Desember 2008. sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah mantan pecandu yang kembali relaps yang sedang dalam perawatan di Pusat Rehabilitasi BNN Lido - Jawa Barat yang pada saat penelitian berjumlah 30 orang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor keyakinan diri, hasil yang diharapkan, motivasi, penanganan, keadaan emosi, kecanduan dan dukungan sosial mempengaruhi terjadinya relaps. Dari hasil penelitian diketahui bahwa faktor emotional states dan social support dari keluarga dominan mempengaruhi terjadinya relaps.
For drugs user, free of drugs, lapse, and relapse represent cycle which frequently no back part. Change of status one to other status need long struggle and tire although seems so attenuate. Only those who really highly motivated able to hold out to straighten in free status of drugs. The return of drugs user for relapse influenced by a lot of good factor from intrapersonal and interpersonal drugs user. Gain strength factor of relapse influence ex-drugs user hence will cause the former drugs user easy for relaps. The problem in this research which factors influencing to lower self resistances of ex-drugs user to relapse? and what the dominant factor influence the user drugs to relapse?. A lot of factor influencing to relaps of ex-drugs user come from inside (intrapersonal) and outside (interpersonal) of drugs user self. From within intrapersonal is : self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support. This research is done in Pusat Rehabilitasi BNN Lido-West Java. Research executed in November ? December 2008. Sample in this research are ex-drugs user on relapse which in treatment at Pusat Rehabilitasi BNN Lido - West Java which at the time of research amount to 30 people. From this research known that the self-efficacy, outcomes expectancy, motivation, coping, emotional states, craving. While from interpersonal is social support are influence the happening of relapse. From result of research known that the emotional state and social support family factors are dominant to influence the happening of relapse.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25628
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dwi Sulistyorini Amidjono
Abstrak :
Masa remaja adalah masa transisi, dimana pada masa ? masa seperti ini sering terjadi ketidakstabilan baik itu emosi maupun kejiwaan. Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati diri sebagai seorang remaja. Proses pencarian inilah yang terkadang dimanfaatkan oleh para kapitalisme dengan menjerumuskan remaja kedalam hal negatif. Salah satu hal negatif yang menjadi permasalahan remaja di hampir semua negara di dunia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Generasi masa depan yang lebih dikenal dengan istilah remaja, dipundak merekalah diletakkan kata kunci baik dan buruk serta hancur dan tidaknya peradaban masa depan masyarakat, umat dan bangsa. Banyak faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, namun sampai mengapa remaja kita menyalahgunakan narkoba. Pokok permasalahan dalam tesis ini adalah faktor-faktor apa yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan penyalahgunaan narkoba pada remaja, sehingga dapat ditentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut sehingga dapat mewujudkan ASEAN bebas narkoba tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan disain studi kasus, dimana peneliti mengadakan penelaahan dokumen dan wawancara mendalam terhadap informan (remaja penyalahguna, orangtua, tokoh masyarakat dan relawan YPI) untuk mengetahui alasan-alasan remaja menyalahgunakan narkoba. Penelitian mengambil lokasi di Kelurahan Kampung Bali, Jakarta Pusat pada bulan Oktober dan Nopember 2008. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu, faktor lingkungan, faktor ketersediaan narkoba dan faktor pengetahuan tentang narkoba merupakan penyebab dari remaja menggunakan narkoba. Dan faktor dominan yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba adalah lingkungan masyarakat. Saran yang diajukan adalah: (i) tingkat keyakinan keagamaan para remaja harus ditingkatkan, (ii) pengetahuan masyarakat tentang narkoba harus ditingkatkan, (iii) orangtua harus menciptakan hubungan yang harmonis dalam keluarga dan (iv) para orangtua harus selalu memperhatikan dan menanyakan tentang kegiatan dan teman sebaya anak remajanya.
Adolescence is a process of transition. This process most often followed by unstabilize emotion or even psychological. This is the proces of a teenage seeking their true identity. In this seeking proses usually used by the capitalizsm to put them into a distraction. Spreading and drugs abuse of a teenage is the most difficult problem in almost all over the world. And we know that teenagers are the key of good or bad, being destroy or not is our next generation going to be. There are so many factors of drugs abuse and the issue in this thesis are the factors of drugs abuse to a teenage/Adolescence. The aim of the research is to indentife and to analyze the factors that caused drugs abuse, so we could revealed switable method that could solve the problem and then we can fulfill ASEAN free of drugs 2015. The research use kualitatif method by study case, which that means the researchers do some document research and an exclusive interview (drugs user, parents, community figures, and volenteer of YPI) to find out the reason of the teenage abusing drugs. The research talen at Kelurahan Kampung Bali, Jakarta on October and November 2008. The result of the research shows that factors of individual, neighbourhood, availability of drugs, and a knowledge of drugs are the caused of drugs abuse to adolescence. The most dominant factor is a neighbourhood or we called as society. The suggests are: (i) the beliefs to God should be improve, (ii) societiy?s knowledge should be improve, (iii) we need/ have to create a harmony relation in a family, and (iv) the parents should be more aware to what their teenage.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25490
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
Abstrak :
Pelajar merupakan kelompok berisiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba. Pemakaian narkoba sejak dini akan meningkatkan risiko terjadinya ketergantungan pada usia dewasa. Penyalahgunaan narkoba pada pelajar dipengaruhi oleh berbagai sistem yang melingkupi dirinya baik sistem keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan keluarga dan sosial terhadap penyalahgunaan narkoba pada pelajar. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data bersumber dari Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa tahun 2016 dengan jumlah sampel 30.004 responden. Prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi adalah pada pelajar SMA (2,4%) dan pelajar laki-laki (3,5%). Berdasarkan faktor perilaku, variabel yang berhubungan signifikan adalah merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah. Berdasarkan faktor lingkungan sosial, variabel yang berhubungan signifikan adalah status pernikahan orangtua, kekerasan keluarga, dan kondisi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor lingkungan yang dirasakan, variabel yang berhubungan signifikan adalah perilaku berisiko keluarga dan kehangatan keluarga. Berdasarkan karakteristik individu, variabel yang berhubungan signifikan adalah jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Determinan yang paling dominan adalah perilaku konsumsi alkohol dengan AOR 7,5 (95% CI: 6,0 – 9,4) setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong untuk mengoptimalkan program P4GN di Indonesia dan melakukan intervensi perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah di lingkungan pendidikan. Bagi sekolah diharapkan dapat berinovasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan materi kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko kesehatan. Bagi orangtua diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak dan menciptakan keluarga yang harmonis dan kondusif dari perilaku berisiko. ......Students are a high-risk group for drug abuse. Early drug use will increase the risk of dependence in adulthood. Drug abuse in students is influenced by various systems that surround them such as family system, peers, and social environment. The purpose of this study was to determine family and social determinants of drug abuse in students. Research using cross sectional study design. The data source was 2016 Survey on Drug Abuse and Trafficking in Student and Student Groups with a total sample of 30,004 respondents. The highest prevalence of drug abuse is among high school students (2.4%) and male students (3.5%). Based on behavioral factors, the variables that are significantly related are smoking, alcohol consumption, and premarital sex. Based on social environmental factors, variables that are significantly related are parents' marital status, family violence, and social environmental conditions. Based on perceived environmental factors, variables that are significantly related are family risky behavior and family warmth. Based on individual characteristics, variables that are significantly related are gender, age, and level of education. The most dominant determinant is alcohol consumption behavior with an AOR of 7.5 (95% CI: 6.0 – 9.4) after controlled by other variables. For the government, it is hoped that the results of this research can encourage optimizing the P4GN program in Indonesia and conducting interventions on smoking behavior, alcohol consumption, and premarital sex. Schools are expected to be able to innovate in educating and socializing reproductive health and health risk behavior. Parents are expected to be able to build better communication with their children and create a harmonious and conducive family from risky behavior.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Heri Sinta Setiawan
Abstrak :
Berdasarkan Survey Nasional BNN Tahun 2006 tentang Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa di 33 Propinsi di Indonesia diperoleh hasil bahwa dari 100 pelajar dan mahasiswa rata-rata 8 orang pernah pakai dan 5 orang dalam setahun terakhir pakai narkoba. Total penyalahguna narkoba pada kelompok Pelajar dan Mahasiswa sebesar 1.073.682 jiwa atau 1,1 juta jiwa dengan angka prevalensi 5,6%. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian mengenai faktor-faktor penyalahgunaan narkoba pada remaja khususnya siswa SLTA di daerah rawan penyalahgunaan narkoba. Penulis menetapkan objek penelitian pada siswa SLTA penyalahguna narkoba dengan lokasi penelitian kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat. Penelitian dilakukan dari bulan November sampai Desember tahun 2008. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor dominan yang menyebabkan seorang remaja (siswa SLTA) melakukan penyalahgunaan narkoba serta mengidentifikasi mekanisme penyalahgunaan narkoba pada siswa SLTA di kecamatan Tanah Abang. Mekanisme penyalahgunaan narkoba adalah proses akumulasi resiko yang ada pada diri seseorang. Permulaan resiko diawali dari faktor predisposisi yaitu kepribadian, ganguan kejiwaan, keagamaan. Kondisi tersebut bertambah atau berkurang seiring interaksinya dengan lingkungan yang berfungsi sebagai faktor kontributor (keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat). Apabila akumulasi resikonya bertambah besar, maka hanya dengan sedikit pencetus seseorang akan menyalahgunakan narkoba. Keberlangsungan terhadap penyalahgunaan narkoba jenis tertentu tergantung pada kepribadian. Penelitian ini menggunakan konsep mekanisme penyalahgunaan narkoba versi Dadang Hawari yang terdiri dari 3 faktor utama yaitu: Faktor Predisposisi, Faktor Kontribusi dan Faktor Pencetus. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) tidak ada faktor predisposisi yang dominan, 2) faktor-faktor kontribusi dominan adalah kedekatan hubungan, kegiatan, perhatian, pergaulan, solidaritas dan 3) faktor pencetus dominan adalah ketersediaan, dorongan pribadi, integritas, gaya hidup dan kebiasaan buruk. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan perbedaan mekanisme penyalahgunaan narkoba pada Siswa SLTA di Tanah Abang dengan versi Dadang Hawari. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya faktor predisposisi yang dominan. Selain itu, adanya faktor pencetus yang merupakan bagian dari faktor predisposisi yaitu rasa ingin tahu karena bentukan perilaku (kepribadian) tanpa pertimbangan.
Based on the result of BNN National Survey about students drug abuse and illicit drugs trafficking in 33 provinces of Indonesia. In 2006, 8 students among 100 students ever consumed narcotics and 5 students among 8 students since last of the year have been consuming narcotics. Total amount of drugs abuse students are 1,073,682 persons or 1,1 million persons with 5,6% rate of prevalence. Therefore it must be researched about factors affecting drug abuse student especially in high school at high risk region. Researcher took the location around Tanah Abang, Central Jakarta, and the research has been done since November to December 2008. The objectives of this research are to find dominant factors causing drugs abuse in high school students, and analyze and identify drug abuse mechanism in high school student located in Tanah Abang. The mechanism of drugs abuse is to process the risk accumulation that exists on some one. The early risks of predisposition factor are personality, mental disease and religion. Such condition can be increasing and decreasing along with the interaction of environment that functions as contributor factors (family, school and society neighborhood). If the risk accumulation increases, so with only few triggers some one can be drugs abuser. Habitual of certain drugs abuse depend on personality. This research used Dadang Hawary drug abuse mechanism concept that consists of Predisposition, Contribution, and Trigger factors. The results of this research are 1) there is no dominant predisposition factor; 2) dominant contributors factor are solidarity, activity, milieu, teacher attention: 3) dominant triggers factor consist of substation availability, self motivation, integrity, life style and bad attitude. Based on the result, drugs abuse mechanism of high school students in Tanah Abang is different from Dadang Hawari?s drug abuse mechanism. It?s caused by in availability of dominant predisposition factor. Besides, there is trigger factor of element predisposition factor; self motivation that formed by emotional trait, action without good consideration.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T 25580
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Quraesyin
Abstrak :
Penyalahgunaan NAPZA mempakan masalah kesehatan masyarakat. Kepatuhan terapi dapat menurunkan resiko serta beban terapi ketergantungan NAPZA, dan beberapa faktor diprcdiksi berhubungan dengan hal tersebut. Penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dilakukan terhadap 211 pasien ketergantungan NAPZA yang telah menjalani terapi rumatan metadon minimal selama 1 tahun. Analisis data primer hasil wawancara dan tes min terhadap kandungan moriin dan benzodiazepine, serta data sekunder konsistensi pengambilan dosis harian metadon menunjukan hasil bahwa pasien yang patuh melakukan terapi (47,4%) Iebih rendah dari yang tidak patuh (52,6%) - Lama terapi (> 24 bulan) adalah faktor yang berhubungan erat dengan kepatuhan terapi (nilai p= 0,001; 0R=2,569). Untuk mempertahankan pasien tetap dalam terapi dianjurkan dengan berbagai pendekatan melalui individu, keluarga dan masyarakat. Kesepakatan target terapi perlu dilakukan untuk mengevaluasi kualitas dan kuantitas layanan yang diharapkan yang didukuug dengan manajemen terapi komprehensif yang mengacu pada kepuasan pelanggan......Drug abuse is recognized as a major health issue. Compliance on drugs therapy could reduce the risks and burdens of treatment, many factors having predicted with it. Analysis with cross sectional design was done to 211 drug abuse patients who had already done methadone maintenance therapy at least up to 1 year. A primary data analysis using interview and urin drug screen to detect morphin and benzodiazepine, and secondary data_ using the methadone dosed taking consistency daily, shows that percentage of patients compliance (47,4%) is lower than non-compliance (52,6%). Long time therapy (> 24 months) was the influential factor to compliance (p value = 0,00l, 0R=2,569). Keeping the patients in treatment is recommended using multiple way through individual, family, and society approaches. Agreement in therapy target is necessary to be done in order to evaluate the expected quality and quantity of the service. It can be done with comprehensive therapy management that refer to costumer satisfaction.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>