Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Grilly, David M.
London: Alan and Bacon, 1998
615.78 GRI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mustofa
Abstrak :
Toko obat berijin sebagai bagian dari sistem distribusi obat dalam upaya pemerataan ketersediaan obat sehingga obat mudah diperoleh pada saat yang diperlukan dan terjangkau oleh masyarakat sesuai dengan salah satu kebijakan nasional dibidang obat. Kepatuhan pemilik toko obat berijin dalam menyalurkan obat-obatan berguna dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan pemilik toko obat dalam melaksanakan ketentuan pokok operasional toko obat berijin yaitu Keputusan Menteri Kesehatan nomor 167 tahun 1972. Penelitian dilakukan dengan rancangan cross-sectional , pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan pengamatan langsung di lapangan, penentuan patuh dan tidak patuh berdasarkan ditemukan atau tidaknya obat keras, obat palsu atau diduga palsu di toko obat yang dijadikan sampel. Responden adalah 70 pemilik toko obat berijin yang tersebar di sembilan Kabupaten/Kota dalam provinsi Jambi dan faktor-faktor yang dilihat hubungannya dengan kepatuhan adalah faktor pendidikan, pengetahuan, sikap, persepsi, motivasi, penerapan sangsi, supervisi, tingkat kehadiran asisten apoteker penaggung jawab serta faktor lingkungan. Hasil penelitian menunjukan 44 responden (62,8%) patuh, sedangkan sisanya 26 responden (37,8%) kurang patuh. Dart sembilan faktor yang diteliti ternyata empat diantaranya mempunyai hubungan dengan kepatuhan pemilik toko obat berijin yaitu faktor motivasi, supervisi, kehadiran asisten apoteker dan lingkungan. Pemilik toko obat berijin yang memiliki motivasi tinggi 5,6 kali lebih patuh dari yang memiliki motivasi rendah; yang menyatakan supervisi bermanfaat 3,4 kali lebih patuh dari yang menyatakan supervisi kurang bermanfaat; toko obat yang sering dikunjungi oleh asisten apoteker penangung jawab, lebih patuh 7,6 kali dari yang jarang dikunjungi oleh asisten apotekernya dan pemilik toko obat yang berada dalam lingkungan kondusif 23 kali lebih patuh dari pemilik toko obat yang berada dalam lingkungan kurang kondisif. Faktor lingkungan diketahui merupakan faktor paling dominan yang mempengaruhi kepatuhan pemilik toko obat berijin. Untuk menekan persentase pelanggaran di toko obat diharapkan Balai POM di Jambi lebih menekankan pada perbaikan lingkungan berupa penyebaran informasi kepada masyarakat tentang efek samping obat dan cara pemakaian obat yang benar serta rasional; Pemerintah daerah (Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota) mampu memberikan arahan baik kepada asisten penanggung jawab maupun kepada pemilik toko obat tentang tugas dan tanggung jawab selaku pengelola toko obat berijin sebelum ijin dikeluarkan dan kepada Badan POM diharapkan dapat menambah frekuensi supervisilpengawasan di lapangan secara lebih proporsional sesuai dengan luas wilayah kerja dan jumlah sarana yang harus diawasi oleh Balai POM.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T4606
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Sukandar
Abstrak :
Pengelolaan persediaan barang yang tidak tepat di rumah sakit dapat menyebabkan pemborosan pada biaya persediaan dan tidak efisiennya investasi dalam persediaan barang tersebut. Persediaan barang yang terlalu sedikit dapat menyebabkan rumah sakit mengalami kehabisan persediaan dan berakibat terganggunya kelancaran pelayanan di Rumah sakit. Sebaliknya apabila persediaan barang yang terlalu berlebihan biaya investasi akan menjadi lebih besar sehingga modal kerja akan menjadi tidak efisien. Kebutuhan bahan/obat-obatan ruangan di RS Muhammadiyah mempunyai nilai investasi cukup besar. Data pemakaian barang di ruangan diambil dari Instalasi Farmasi RS Muhammadiyah Bandung. Dengan mengadakan pengelompokkan barang dapat diketahui jenis-jenis barang yang mempunyai nilai investasi tinggi. Analisa biaya persediaan dilakukan terhadap jenis barang yang mempunyai nilai investasi tinggi tadi. Penelitian ini merupakan penelitian operasional (Operational Research) dengan mengumpulkan data pemakaian barang selama tahun 1990 dan 1991 (s/d bulan Mei 1991). Kemudian membuat prakiraan kebutuhan barang dari bulan Juni s/d Desember 1991 dengan menggunakan metode Moving Average. Analisa persediaan barang dilakukan terhadap kebutuhan barang th. 1991 tersebut. Dalam penelitian ini digunakan model Economic Order Quantity yang Probabilistik dimana karakteristik ditribusinya berupa distribusi-Normal dan Poisson. Dari hasil penelitian terbukti bahwa hasil analisa biaya persediaan th.1991 lebih rendah dari kenyataan biaya persediaan th. 1990 yang tidak diterapkannya model persediaan. Disarankan untuk mengadakan peningkatan pengelolaan kebutuhan barang di ruangan agar Rumah Sakit dapat selalu mengadakan pemantauan stok barang setiap saat. Untuk jenis barang lainnya dapat dilakukan analisa persediaan sehingga dapat diketahui kebutuhan minimal dan maksimal barang.
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Netty Supartiasih
Abstrak :
Penelitian ini dilatarbelakangi bahwa unit rawat inap merupakan salah satu unit di rumah sakit yang harus memberikan pelayanan komprehensif kepada pasien. Salah satu pelayanan yang ada di unit ini adalah pelayanan obat, melalui sistem distribusi obat kepada pasien yang dirawat. Dari analisa situasi di Rawat Inap RS Karya Husada ditemukan bahwa penyediaan obat/alkes di ruang rawat inap tidak memenuhi kebutuhan pasien rawat inap, dan sistem distribusi obat yang diterapkan adalah sistern peresepan individu. Hal ini sering menghambat penyampaian obat/alkes kepada pasien di ruangan dan terjadinya obat sisa . Pelayanan obat dilakukan oleh perawat ruangan yang pelaksanaannya berdasarkan kesepakatan tidak tertulis di masing-masing ruangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa penyediaan obat/alkes habis pakai, sistem distribusi obat/alkes di rawat inap dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaannya yang dikelompokkan sebagai masukan, proses dan keluaran. Jenis penelitian ini merupakan studi kasus dengan pendekatan kualitatif Data dan informasi diperoleh mclalui wawancara. observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih kurangnya saran dan ketenagaan yang kompeten di Instalasi farmasi dan Ruang Rawat Inap. Pelaksanaan sistem distribusi obat di rawat inap RS Karya Husada dikerjakan oleh perawat, belum berjalannya penyampaian informasi, pengawasan penggunaan obat, ketepatan waktu penyampaian dan pelaporan/adminstrasi obat/alkes yang ada di rawat inap. Dari instalasi farmasi juga didapat adanya obat sisa yang dikembalikan pasien rawat inap. Belum terlaksananya hal tersebut kemungkinan disebabkan belum adanya aturan baku tentang pelayanan farmasi di rawat inap dan rumah sakit serta belum ada peran dan koordinasi dengan pihak farmasi baik dalam hal administrasi maupun pelayanan farmasi yang seharusnya menjadi tanggung jawab dan wewenangnya. Pihak rumah sakit harus menetapkan kebijakan yang mengatur sistem distribusi obat di rawat inap sebagai pedoman pclaksanaan kegiatan, dan memperbaiki sarana serta kualitas ketenagaan yang berperan di dalamnya. Selain itu Rawat Inap RS Karya Husada perlu mengadakan kordinasi dcngan Instalasi Farmasi dan Bagian Gizi agar dapat memberikan pelayanan yang optimal dalam pelayanan obat. ......Analysis of Drug Distribution System of Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital in Cikampek, April 2002The background of the research was that Inpatient The Care Unit is an important service unit in hospital which has to be able to deliver a comprehensive service. One of the service is drug distribution for the patient. From the situational analysis, it was foumd that the Inpatient Care Unit's drugs availability haven't enough for inpatient need and applies The Individual Prescription Order System. Its sometimes cause delayed drug using for patient and amount of unused drugs remain. This activity was done by nurse and based on approval from Chief Nurse in every Inpatient Care Unit. Therefore the purpose of this research is to analyze Drug Availability, Drug Distribution System to Inpatient Care Unit at Karya Husada Hospital and the factors which related. The analysis is through a system approach which has three component : Input, Process and Out put. The design of this research was a case study with a qualitative approach. Data was obtained by using interview, observation and documentation study. The result, of this research shows that there are limited facilities and competence employees in Pharmacy Installation and Inpatient Care Unit of Karya Husada Hospital. Drug Distribution System to inpatient is worked by nurse. Drug information, controlling of drug usage, appropriate drug using as doctor's instruction, and reporting/administration of drug usage in this unit arc not being done well. There was found drugs remain which was returned to Pharmacy Installation. That facts may be due to inavailability of regulation and standar Operation Procedure. There are no function and coordination of Pharmacy Installation for Pharmaceuthical Services of inpatient treatment. The researcher suggest that Karya Husada Hospital should make Regulation and Standar Operation Procedure of Pharmaceuthical Services, especially Drug Distribution System to Inpatient; improve facility and human resources of Pharmacy Installation/Inpatient Care Unit; improve Pharmacy Installation's function for Inpatient phamaceuthical services; improve coordination between Pharmacy Installation, Inpatient Care Unit and Dietary Installation in order to give optimal treatment effect.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 8320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inriani Chlorella
Abstrak :
Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita di Jl. Letjen. S. Parman No.Kav 87, RT.1/RW.8, Kota Bambu Utara, Palmerah, Kota Jakarta Barat. Kegiatan PKPA ini bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker memahami peranan, tugas, dan tanggung jawab apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan standar pelayanan farmasi di Rumah Sakit, memiliki wawasan, pengetahuan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit, serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. Tugas khusus yang diberikan berjudul Evaluasi Waktu Pengantaran Obat dari Depo Farmasi Rawat Inap ke Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita dari Tanggal 16 Februari - 19 Februari 2016. Tugas khusus ini bertujuan untuk mengevaluasi waktu pengantaran obat dari Sepo farmasi 5 ke ruang - ruang perawatan, mengevaluasi berjalannya sistem pengecekan kembali obat secara langsung saat penerimaan obat oleh perawat tiap ruangan rawat inap, serta mengetahui penyebab panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam pengantaran obat ke ruang perawatan rawat inap di Rumah Sakit Anak dan Bunda Harapan Kita. ......Practice Pharmacists Held at Children's and Mother Hospital Harapan Kita at Jl. Lt.. S. Parman No.Kav 87, Rt.1 / RW.8, Kota Bambu Utara, Palmerah, West Jakarta. Activity PKPA is intended that the student pharmacist understand the role, duties and responsibilities of pharmacists in hospital in accordance with the provisions of the standard pharmaceutical services at the Hospital, insight, knowledge, skills and practical experience to carry out the practice of pharmacy in hospitals, and has real picture about the problems of pharmacy practice and learn the strategies and activities that can be done in order to develop the practice of pharmacy at Children's and Mother Hospital Harapan Kita. Specific duties granted titled Evaluation of Drug Delivery Time of Pharmacy Inpatient Depo to Inpatient Room in Children's and Mother Hospital Harapan Kita from February 16 to February 19, 2016. The special task aimed to evaluate the timing of drug delivery pharmaceutical depo 5 into space - treatment rooms, evaluate the checking system goes back directly upon reception drug medication by nurses every inpatient room, as well as find out the cause of the length of time needed for drug delivery to the treatment room inpatient at Children's and Mother Hospital Harapan Kita.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Davita
Abstrak :
Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan perusahaan yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar. Setiap PBF berpedoman pada Cara Distribusi Obat yang Baik. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi kondisi penyimpanan obat agar keamanan, khasiat, dan mutu obat tetap terjamin yaitu suhu, kelembaban dan kebersihan bangunan. Tempat penyimpanan obat harus memiliki kondisi suhu yang terjaga sehingga dibutuhkan pemetaan pada kondisi suhu yang mewakili. Pemetaan suhu digunakan pada awal ruangan digunakan maupun jika dilakukan modifikasi yang signifikan terhadap fasilitas tempat penyimpanan obat. Selain itu, validasi dibutuhkan untuk pengendalian kegiatan distribusi. Validasi dilakukan untuk mengetahui suhu pada ruang penyimpanan obat memiliki kondisi yang konsisten setiap harinya. Tujuan dari laporan ini yaitu untuk mengetahui titik suhu tertinggi dan terendah dari ruang penyimpanan obat berdasarkan hasil pemetaan suhu ruang dan memvalidasi suhu ruang penyimpanan obat. metode yang digunakan yaitu pengambilan data pemetaan dan validasi suhu pada ruang penyimpana obat PT SamMarie Tramedifa. Pengambilan data akan dilakukan selama 3 hari dan pencatatan akan dilakukan setiap ±30 menit. Berdasarkan hasil pengambilan data yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa ruang penyimpanan obat memiliki suhu tertinggi yaitu pada titik ke-11 (rak injeksi bagian tengah) dan suhu terendah yaitu pada titik ke-4 (rak sirup bagian atas) berdasarkan hasil pemetaan suhu ruang serta suhu pada ruang penyimpanan obat telah berada dalam rentang 20-25°C. ...... Pharmaceutical Distributor is a company that has permits for the procurement, storage, and distribution of drugs and medicinal ingredients in large quantities. Each pharmaceutical distributor is guided by Good Drug Distribution Methods. Environmental factors can affect drug storage conditions so that the safety, efficacy and quality of drugs are guaranteed, namely temperature, humidity and cleanliness of the building. The place for storing drugs must have maintained temperature conditions so that mapping is needed at representative temperature conditions. Temperature mapping is used when the room is used or when significant modifications are made to the drug storage facility. In addition, validation is needed to control distribution activities. Validation was carried out to determine that the temperature in the drug storage room has a consistent condition every day. This report aims to determine the highest and lowest temperature points of the drug storage room based on the results of mapping room temperature and validating the temperature of the drug storage room. The method used is mapping data collection and temperature validation in the drug storage room of PT SamMarie Tramedifa. Data collection will be carried out for three days and recording will be carried out every ± 30 minutes. Based on the results of data collection, it can be concluded that the drug storage room has the highest temperature at point 11 (middle injection rack) and the lowest temperature at point 4 (upper syrup shelf) based on the results of mapping room temperature and temperature in the drug storage room has been in the range of 20-25°C.
Depok: 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Amelia
Abstrak :
Pada CDOB diatur mengenai ketentuan operasional dalam kegiatan distribusi obat. Kegiatan operasional tersebut termasuk ke dalam bagian logistik. Tujuan laporan tugas khusus ini adalah untuk mempelajari serta menganalisis kesesuaian pelaksanaan alur logistik di Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Bogor dengan persyaratan CDOB. Metode yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini yaitu studi literatur dari berbagai sumber seperti CDOB serta wawancara langsung dengan narasumber Apoteker Penanggung Jawab dan karyawan lain yang bekerja pada KFTD Cabang Bogor. Proses distribusi obat bagian logistik yang dilakukan oleh Kimia Farma Trading and Distribution Cabang Bogor secara umum telah memenuhi persyaratan CDOB, walaupun masih belum sempurna terutama pada bagian penyimpanan karena adanya kendala kapasitas ruangan yang kurang. ......The GDP regulates operational provisions in drug distribution activities. These operational activities are included in the logistics section. The purpose of this report is to study and analyze the suitability of the implementation of the logistics flow at Kimia Farma Trading and Distribution Bogor Branch with the GDP requirements. The method used in preparing this report was a literature study from various sources such as GDP and direct interviews with the responsible pharmacist and other employees working at the KFTD Bogor Branch. The drug distribution process in the logistics section carried out by the Kimia Farma Trading and Distribution Bogor Branch in general has met the GDP requirements, although it is still not perfect, especially in the storage section due to insufficient space capacity constraints.
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rizky Shadrina
Abstrak :
Pedagang Besar Farmasi ialah suatu perusahaan yang sudah mendapat izin dalam melakukan kegiatan untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Pedagang Besar Farmasi dalam pelaksanaan kegiatannya wajib menerapkan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) menurut Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 9 Tahun 2019. Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) bertujuan untuk memastikan bahwa sepanjang jalur distribusi atau penyaluran obat, mutu dan kualitasnya selalu terjaga sampai obat berada di tangan pasien sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Oleh karena itu, setiap PBF atau PBF Cabang wajib memiliki sertifikat CDOB dalam penyelenggaraannya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam CDOB yakni fasilitas bangunan dan peralatan. Bangunan dan peralatan wajib mengikuti pedoman yang tertera pada CDOB guna menjamin perlindungan dalam pendistribusian suatu obat. Oleh karena itu, dilakukan pengkajian terhadap bangunan dan peralatan di PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 3 yang bertujuan untuk mengetahui kesesuaian bangunan dan peralatan di KFTD Jakarta 3 dan mengkaji kelayakan dan kelengkapan dari aspek bangunan dan peralatan yang berada di KFTD Jakarta 3 berdasarkan pedoman CDOB. Metode yang dilakukan yaitu melakukan observasi langsung pada bangunan dan peralatan yang berada di KFTD Jakarta 3. Berdasarkan hasil penelitian, fasilitas bangunan dan peralatan yang berada di KFTD Jakarta 3 sudah cukup lengkap dan layak untuk digunakan dan hampir semuanya telah memenuhi ketentuan pada pedoman CDOB. Namun, sebaiknya kebersihan pada ruangan penyimpanan obat maupun ruangan lain lebih dipantau lagi dan dijaga dengan baik agar lebih bersih sehingga tidak terdapat debu atau kotoran. ......Pharmaceutical Wholesalers are authorized companies engaged in the procurement, storage and distribution of drugs or medicinal substances on a large scale, following legal requirements. To ensure quality throughout the distribution process, Pharmaceutical Wholesalers must adhere to Good Drug Distribution Practices as outlined in Drug and Food Control Agency Regulation No. 9 of 2019. The main objective of Good Drug Distribution Practices is to maintain the quality of drugs during distribution, ensuring they reach patients in a suitable condition for their intended use. Therefore, Pharmaceutical Wholesalers and their branches are mandated to obtain a CDOB certificate, wherein building facilities and equipment play a vital role. These structures and tools must comply with CDOB guidelines to ensure safe drug distribution. A study was conducted at PT Kimia Farma Trading & Distribution Jakarta 3 (KFTD Jakarta 3) to assess the suitability, feasibility and compliance of its buildings and equipment with CDOB guidelines. The research involved direct observation of KFTD Jakarta 3's infrastructure. The findings indicated that the building facilities and equipment were largely comprehensive and met CDOB requirements. However, it is recommended to increase the cleanliness of the drug storage room and other areas to prevent dust and dirt accumulation. Regular monitoring and proper maintenance of cleanliness would contribute to a healthier environment for storing pharmaceuticals. In conclusion, Pharmaceutical Wholesalers, such as KFTD Jakarta 3, play a critical role in drug distribution, and their adherence to CDOB guidelines ensures the integrity and safety of medications as they reach patients.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kanita Klara
Abstrak :
Kebutuhan untuk mempertahankan rantai dingin sangat penting dalam distribusi produk kesehatan dan farmasi untuk memastikan bahwa mereka tetap aman dan efektif di seluruh rantai pasokan. Hal ini terutama berlaku untuk produk yang sensitif terhadap suhu, seperti vaksin, obat-obatan, dan sampel darah untuk mencegah kerusakan atau hilangnya khasiat. Salah satu tantangan utama distribusi rantai dingin adalah kerumitan dan biaya pemeliharaan rantai dingin sehingga memerlukan strategi untuk pemeliharaan produk rantai dingin. Laporan ini dibuat dengan tujuan untuk memahami dan membandingkan penerapan manajemen operasional di PT Anugerah Pharmindo Lestari National Distributing Center (APL NDC) dengan Cara Distribusi Obat yang Baik, terkhusus mengenai rantai dingin. Teknik pengambilan data yaitu dengan melakukan studi literatur serta informasi dari narasumber. Strategi yang diterapkan oleh PT APL NDC mencakup penggunaan kendaraan berpendingin, sistem pemantauan suhu, serta pelatihan bagi karyawan tentang penanganan yang aman dan penyimpanan produk yang sensitif terhadap suhu. Setiap personil juga diberikan pelatihan tindakan penanganan terhadap kedaruratan. Pemantauan suhuu pada area penyimpanan dipantau secara online dan offline. Saat pengambilan barang, APL NDC mempunyai air curtain atau plastik yang digunakan sebagai perlindungan terhadap perubahan suhu saat dilaksanakan loading-unloading. Selain itu, juga terdapat balon yang mengembang untuk menutupi sisi-sisi reefer truck yang didesain khusus untuk mempertahankan suhu. APL memiliki sebuah kontainer khas dengan hak paten dari Zuellig Pharma yang bernama Ez-Cooler. Kontainer ini telah tervalidasi dapat mempertahankan suhu 2-8°C dengan background suhu ambient selama 72 jam. Penerapan manajemen operasional untuk produk rantai dingin di PT APL NDC sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik dan memiliki inovasi dalam pemastian mutu produk yang diterima serta produk yang dikirimkan. ......The need to maintain a cold chain is critical in the distribution of healthcare and pharmaceutical products to ensure that they remain safe and effective throughout the supply chain. This is especially true for products that are sensitive to temperature, such as vaccines, drugs and blood samples to prevent spoilage or loss of efficacy. One of the main challenges of cold chain distribution is the complexity and cost of cold chain maintenance, so it requires a strategy for cold chain product maintenance. This report was created with the aim of understanding and comparing the implementation of operational management at PT Anugerah Pharmindo Lestari National Distributing Center (APL NDC) with Good Drug Distribution Methods, especially regarding the cold chain. The data collection technique is by conducting literature studies and information from informants. The strategy implemented by PT APL NDC includes the use of refrigerated vehicles, a temperature monitoring system, as well as training for employees on the safe handling and storage of temperature sensitive products. Each personnel is also given training in handling emergencies. Temperature monitoring in storage areas is monitored online and offline. When picking up goods, APL NDC has a water curtain or plastic that is used as protection against temperature changes when loading-unloading is carried out. In addition, there is also a balloon that expands to cover the sides of the reefer truck which is specially designed to maintain temperature. APL has a unique container with a patent from Zuellig Pharma called the Ez-Cooler. This container has been validated to maintain a temperature of 2-8°C with ambient temperature background for 72 hours. The implementation of operational management for cold chain products at PT APL NDC is in accordance with Good Drug Distribution Methods and has innovation in ensuring the quality of products received and products sent.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library