Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Salma Hasyim
Abstrak :
Kepemimpinan yang efektif akan memanfaatkan sumber daya tidak berwujud untuk mengolah sumber daya berwujud agar menghasilkan nilai tambah bagi pelanggan. Sumber daya tidak berwujud yang mempunyai kemampuan yang tinggi akan menghasilkan Kapabilitas Organisasi (Organizational Capital) yang kuat, yang mampu membuat sasaran strategik untuk menghasilkan keunggulan kompetitif. Sasaran strategik yang perlu diwujudkan adalah bagaimana menjadikan organisasi memiliki empat kapabilitas utama, yaitu (1) Kapabilitas Pembelajaran (Learning Capability), (2) Kapasitas untuk Perubahan (Capacity to Change), (3) Organisasi Tanpa Batas (Boundrnylessness), dan (4) Akuntabilitas (Accountibility). Di Rumah Sakit Umum Daerah "X" banyak indikator sasaran strategik yang tidak didapatkan, sehingga sulit dinilai pencapaian keberhasilannya. Tahun 2002 terjadi penurunan indikator-indikator kualitas proses pelayanan pelanggan, kepercayaan pelanggan terhadap Rumah Sakit dan kualitas hubungan Rumah Sakit dengan pelanggan. Master Plan gedung Rumah Sakit tidak dimanfaatkan, dan sitem teknologi informasi sedang direncanakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya hubungan Kepemimpinan sebagai variabel independen dengan Kapabilitas Organisasi, yang terdiri dari Kapabilitas Pembelajaran, Kapasitas untuk Perubahan, Organisasi Tanpa Batas, dan Akuntabilitas sebagai variabel dependen. Hipotesis penelitian adalah terdapat hubungan antara Kepemimpinan dengan Kapabilitas Organisasi (yang terdiri dari empat kapabilitas utama). Dilakukan penelitian pengujian bipotesis terhadap 35 pimpinan di Rumah Sakit Umum Daerah "X", dengan metode survei mempergunakan instrumen kuesioner yang bersifat kuantitatif mengenai Kepemimpinan, indeks Kapabilitas Pembelajaran, indeks Kapasitas untuk Perubahan, indeks Organisasi Tanpa Batas, indeks Akuntabilitas. Teknik analisis data dengan komputer. Seluruh butir instrumen dinyatakan "valid" dan mempunyai "reliabilitas tinggi", serta seluruh data 'penelitian " berdisrtibusi normal". Hasil penelitian adalah rata-rata nilai Kepemimpinan 44,74, rata-rata indeks Kapabilitas Pembelajaran 13,09, indeks Organisasi Tanpa Batas 51,71, indeks Kapasitas Untuk Perubahan 33,63, indeks Akuntabilitas 34,43, indeks Kapabilitas Organisasi 132,86, dengan batas toleransi 85 % dari indeks ideal masing-masing. Terdapat hubungan yang kuat dan positif antara Kepemimpinan dengan Kapabilitas Pembelajaran, Kepemimpinan dengan Organisasi Tanpa Batas, Kepemimpinan dengan Kapasitas untuk Perubahan, Kepemimpinan dengan Akuntabilitas, Kepemimpinan dengan Kapabilitas Organisasi, dengan derajat keeratan yang berbeda-beda. Selain Kepemimpinan, ternyata ditemukan faktor lain yang dapat meningkatkan keempat kapabilitas utama tersebut, dan baik dilakukan penelitian lebih lanjut oleh peneliti lain. Daftar bacaan: 19 (1987 - 2001)
The Relationship of Leadership with the Organizational Capital of "X" District HospitalAn effective leadership will make use of the intangible asset to development the tangible asset that can be an added value for the costumer. The intangible asset will create a strong organizational capital that can generate strategic goal in producing competitive advancement. The strategic goal focused towards having an organization with 4 main capabilities: (1) learning capability, (2) capacity to change, (3) boundarylessness and (4) accountability. Since numerous indicators of the strategic goal are not found in "X" District Hospital, it is difficult to assess its accomplishment. By the year of 2002, there has been a decrease in the standard quality of costumer service, costumer trust and costumer relationship. The hospital's master plan hasn't been implemented and the information technology is still in its planning stage. The aim of this research is to identify the relationship of leadership with organizational capital such as learning capability, capacity to change, boundarylessness and accountability. The research surveys 35 personnel in "X" District Hospital management using quantitative questioners. The instrument has passed the validity and reliability test. The result of this research is normally distributed. The research shows that the average score of leadership is 44,74, with the average index rate of the organizational capital as follows: learning capability index is 13,09; boundarylessness index is 51,71; capacity to change index is 33,63; accountability index is 34,43. The index of organizational capital is 132,86, with 85% tolerance rate of each ideal index. It shows that there is a strong and positive relationship between leadership and the 4 component of organizational capital (learning capability, boundarylessness, capacity to change, accountability). Besides leadership, there are other factors that can be used to increase the four capabilities mentioned above for more depth research in the near future. Bibliography: 19 (1987-2001)
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13118
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudibyo Supardi
Abstrak :
Almost all district public hospital already has their own formulary.The aims of study are to obtain percentage of noncompliance with the public hospital formulary, to obtain the average additional cost be paid by outpatients as a result of noncompliance with the hospital formalary and to obtain the avarage of the outpatient's ability to pay for treatment.A cross sectional study has been carried out to 120 patients in RSU Kabupaten K and 100 patients in RSU Kabupaten B.Subjects of the study were adult outpatients with TB,hypertension and diabets.Data were collected by well-trained district public hospital staff in interviewing patients.The questioner was first tried out to patients at RSU Kota Jakarta Timur.Data were analyzed by cost analysis.Results of the study are difference drug item with formulary in RSU Kabupaten K is 66,7% for TB,96,6% for hypertension,where as in RSU Kaabupaten B 44,8% for TB,82,3% for hypertension and 76,7% for diabetes. Average additional cost that must be paid by outpatients per ercounter in RSU Kabupaten K is Rp 10.060 for hypertension; while in RSU Kabupaten B is Rp 5.818 for TB,Rp.8.956 for hypertension and Rp.15.218 for diabetes. The avarage outpatient's ability to pay treatment in RSU Kabupaten K is Rp.19.807 and in RSU Kabupaten B.is Rp.15.301 which are bath less than outpatient treatment cost per encounter
2005
MIKE-II-1-Apr2005-43
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Trihandoyo
Abstrak :
Tingkat pemulihan biaya pada unit-unit produksi di RSUD sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh masing masing tingkat pendapatannya. Diharapkan konsep subsidi silang dapat berjalan guna pemerataan pelayanan kesehatan. Penelitian ini merupakan penelitian kasus yang dilakukan di 2 RSUD di Propinsi Jawa Tengah (RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri). Pengumpulan data dilakukan dengan melihat data yang sudah ada hasil dari penelitian penulis pada tahun 2000, dan untuk data keuangan tahun 2001 menggunakan penyesuaian (adjustment) dengan indeks harga konsumen dari data biaya tahun 2000. Perhitungan biaya dilakukan dengan dengan 2 Cara yaitu secara full cost maupun secara direct cost. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan unit produksi yang tertinggi di RSUD Sragen pada tahun 2000 adalah rawat inap dan terendah elektro diagnostik, sedangkan tahun 2001 pendapatan tertinggi rawat inap dan terendah radiologi. Pada RSUD Wonogiri pada tahun 2000 pendapatan tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik, untuk tahun 2001 pendapatan tertinggi juga rawat inap dan terendah kamar operasi (OK). Biaya total unit produksi pada tahun 2000 berdasarkan perhitungan full cost di RSUD Sragen tertinggi rawat inap dan terendah adalah fisioterapi, untuk tahun 2001 biaya total unit produksi tertinggi juga rawat inap dan terendah fisioterapi. Sedangkan biaya total unit produksi tahun 2000 di RSUD Wonogiri yang tertinggi adalah rawat inap dan terendah adalah tindakan diagnotik, tahun 2001 tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik Jika perhitungan berdasarkan direct cost, biaya total unit produksi tahun 2000 di RSUD Wonogiri tertinggi rawat inap dan terendah elektro diagnostik, tahun 2001 tertinggi rawat inap dan terendah elektro diagnostik. RSUD Wonogiri tahun 2000 tertinggi rawat inap dan terendah diagnostik, tahun 2001 tertinggi juga rawat inap terendah diagnostik CRR RSUD Sragen tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost, hanya satu unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Sragen sebesar 35.54% dan 27.81% jika dihitung direct cost ada lima unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Sragen sebesar 70.75% dan 54.31%. CRR RSUD Wonogiri tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost, ada dua unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Wonogiri sebesar 35.27% dan 29.95% jika dihitung direct cost ada di unit produksi yang CRR > 100%, CRR hasil retribusi RSUD Wonogiri sebesar 56.98% dan 47.09%. Dan perhitungan SHU unit produksi tahun 2000 dan 2001 dihitung secara full cost pads RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri, hampir tidak ada unit produksi mempunyai SHU positif sehingga tidak terjadi subsidi silang. Jika dihitung secara direct cost ada beberapa unit produksi yang mempunyai SHU positif, jadi masih terjadi subsidi silang antar unit produksi. Namun SHU total dari hasil retribusi di kedua RSUD tersebut masih teriihat negatif. Terlihat adanya perbedaan besaran subsidi silang antara kedua RSUD pada tahun 2000 dan 2001, dimana unit produksi yang CRR >100% (SHU positif) berbeda antara RSUD Sragen dan RSUD Wonogiri. RSUD Sragen sebagian besar (5 unit produksi) yang mempunyai SHU positif, sedangkan di RSUD Wonogiri ada 2 unit produksi yang mempunyai SHU positif yaitu unit produksi laboratorium dan radiologi.
Analysis Of Cross-Subsidy for Production Unit at Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital, 2000-2001Cost Recovery Rate (CRR) for production unit at District Hospital are various influenced by each income level to expect establishing cross-subsidy concept for equity of health care service. This case research performed at 2 District Hospital in Central Java Province (Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital). The data is collected by observing available research result of writer in 2000 and the financial data collection 2001 by applies adjustment with Consumption Price Index (CPI) of budget 2000. There are 2 methods of cost calculation namely full cost and direct cost. The research result shows that the highest production unit income at Sragen District Hospital 2000 is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic; in 2001 the highest production unit income is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic. At Wonogiri District Hospital 2000 the highest production unit income is from hospital wards and the lowest electrical diagnostic, in 2001 the highest also from hospital wards and the lowest operation room (OK). Full cost calculation defined that biggest total cost at production unit of year 2000 at Sragen District Hospital is hospital ward and the lowest is physiotherapy, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and physiotherapy. At Wonogiri District Hospital the biggest total cost at production unit of year 2000 is hospital ward and the lowest electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest are also from hospital ward and electro diagnostic. If calculation with direct cost the biggest and the lowest total cost at production unit at Sragen District Hospital in 2000 are hospital ward and electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and electro diagnostic. At Wonogiri District Hospital in 2000 the biggest is hospital ward and the lowest electro diagnostic, in 2001 the biggest and the lowest also from hospital ward and electro diagnostic CRR at Sragen District Hospital in 2000 and 2001 full cost calculation define that only one production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Sragen District Hospital 35.54% and 27.81%, and direct cost calculation define that there are 5 production units having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Sragen District Hospital 7035% and 54.31%. CRR at Wonogiri District Hospital full cost calculation define that there are 2 units production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Wonogiri District Hospital 35.27% and 29.95%, and direct cost calculation define that there are 2 unit production unit having CRR > 100%, CRR percentage of retribution at Wonogiri District Hospital 56.98% and 47.09%. Full cost calculation business yield remaining (SHU) of production unit at Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital in 2000 and 2001, production unit almost never have positive SHU more ever cross-subsidy was not establish there. Meanwhile direct cost calculation define that there are some units having positive S}JU where such cross-subsidy is establish among production units. However total SHU from total retribution of both District Hospital shows negative result. There is define difference cross-subsidy of both District Hospital of year 2000 and 2001, the production unit having CRR > 100% (positive SHU) between Sragen District Hospital and Wonogiri District Hospital was difference. Almost the production unit at Sragen District Hospital having positive SHU and only 2 production units at Wonogiri District Hospital having positive SHU there are Iaboratory and radiology. Reference: 24 (1980 - 2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zachlul Adly
Abstrak :
Adanya krisis ekonomi, telah berlakunya undang-undang no. 22 dan undangundang no. 25 tahun 1999, subsidi pemerintah yang makin menurun, jumlah dan jenis pelayanan rumah sakit yang makin meningkat, demand masyarakat yang makin meningkat, bergesernya pola penyakit, tarif sekarang masih berdasarkan Perda No. 15 tahun 1995, adanya persiapan RSUD Pariaman menjadi rumah sakit unit swadana dan telah adanya rencana stratejik RSUD Pariaman tahun 2000-2004, berdasarkan hal-hal tersebut diatas dirasa perlu ditetapkan penetapan tarif yang rasional di RSUD Pariaman, yang dalam penelitian ini dibatasi dalam penetapan tarif di instalasi rawat jalan. Dalam menetapkan tarif rasional di instalasi rawat jalan RSUD Pariaman dilakukan penelitian biaya di unit-unit penunjang dan unit-unit produksi RSUD Pariaman, meliputi biaya investasi, biaya operasional dan biaya pemeliharaan. Data berupa data sekunder dikumpulkan dari catatan/laporan kegiatan, pengelolaan data. dilakukan dengan cara double distribution method, dan kemudian dilakukan perhitungan yang menghasilkan biaya- total dan biaya satuan. Survai kemampuan membayar masyarakat (ATP) dilakukan pada pengunjung rawat jalan dengan wawancara berupa kuiesioner yang telah disiapkan. Persepsi stakeholders yang terkait dengan penetapan tarif dilakukan dengan wawancara mendalam. Simulasi tarif dilakukan dengan berpatokan pada biaya satuan, tarif saat ini, ATP, persepsi stakeholders dan cost recovery rate, dengan demikian didapat tarif rasional instalasi rawat jalan untuk RSUD Pariaman berkisar antara Rp. 5.000,- - Rp. 12.500,-. Hasil penelitian ditetapkan tarif pada poli umum Rp. 5.000,- dengan CRR 107,8 %, poli gigi Rp. 10.000,- dengan CRR 18,99 % dan poli spesialis Rp. 12.500,- dengan CRR 342,84 %. Rekomendasi dari penelitian ini dalam penetapan tarif hendaknya berdasarkan tarif yang rasional, pemerintah wajib memberi subsidi pada rumah sakit dan subsidi khusus pada orang miskin.
Determination of the Rational Pricing Out Patient Installation at District Hospital Pariaman in 1999/2000.The economic crisis and decentralization era (Undang-undang No. 22 and 25 /1999) make government subsided will be decreased. The other side quantity and kind of health services are increase, community demand increase, transition of epidemiologic, the pricing on RSUD Pariaman and to be prepared to charge with auto regulation on budgeting of health services and strategic plan of RSUD Pariaman (2000-2004), according to this planning to add health the rational pricing. In this research the rational pricing will be respected on out patient. In determining the rational pricing out patient installation at RSUD (District Hospital) in Pariaman a research in conducted regarding cost in supporting units and production units of Pariaman RSUD that includes investment cost, operating cost and maintenance cost. The secondary data are collected from notes/activities report. And the data processing is done by double distribution method, and then calculation is done to find out total cost and unit cost. The research towards the people ability to pay (ATP) is done towards the out patient through interview by using questioner prepared previously. The perception of stakeholders related to the determination of the pricing is done through in-depth interview. The pricing simulation is done with standard of unit cost at this time, ATP, perception of stakeholders and cost recovery rate. Therefore, the rational pricing of out patients can be obtained for Pariaman RSUD that range from Rp. 5.000 - Rp. 12.500 from the result of this research the pricing determined for general policlinic is Rp. 5.000.- with CRR 107.9 % dental policlinic is Rp. 10.000,- with CRR 118.99 % and specialist policlinic Rp. 12.500,- with CRR 34.84. The recommendation of this research in determining the pricing is that it should be based on the rational pricing, therefore the government is necessary to subsidize the hospital and special subsidy for the need.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Katili, Amalia K.M.
Abstrak :
Masalah TB adalah masalah kesehatan masyarakat yang merebak keseluruh dunia sehingga WHO mencanangkannya sebagai "global emergency" tahun 1993. Ini meliputi Indonesia yang menempati peringkat ke tiga sedunia. Di Rumah sakit Cibinong terdapat masalah yang berkaitan dengan TB yakni lemahnya kemampuan ketajaman diagnostik pelayanan medis, lemahnya sistem informasi medis yang berkaitan dengan sifat epidemiologis, tampilan klinis dan aspek sosial ekonomi TB, bersamaan dengan keharusan rumah sakit mengembangkan fungsi pelayanan rujukan dan pembinaan institusi lain di wilayah cakupan RS. Selain itu juga terdapat perbedaan dan variasi penanganan antar spesialisasi yang terkait dengan TB. Dan hal tersebut diatas diperlukan upaya komprehensif dan terkoordinasi berupa pengorganisasian penanggulangan TB yang berdasarkan komitmen internal rumah sakit dan ditindaklanjuti dengan penetapan misi dan tujuan serta penetapan struktur dan rancangan organisasi. Penelitian tentang upaya pengorganisasian ini adalah penelitian partisipatif kualitatif untuk memperoleh pemikiran, pendapat dan pandangan para pelaku organisasi RSUD Cibinong terhadap pembentukan organisasi penanggulangan TB. Seluruh informasi dan data dikelompokkan dan dianalisis secara deskriptif atas pola-pola yang meliputi pemrosesan satuan, tema dan kategorisasi serta penafsiran data yang memunculkan rumusan kesimpulan. Hasil yang diperoleh menunjukkan hampir semua jawaban responden memenuhi tema misi dan tujuan pengorganisasian secara umum yang sejalan dengan tujuan jangka pendek nasional penanggulangan TB. Tujuan khusus menggambarkan komitmen internal menjadikan rumah sakit Cibinong adalah rumah sakit rujukan untuk kasus TB dan puskesmas di wilayah Bogor. Strategi dasar adalah upaya terpadu dan komrehensif disertai pendidikan dan penyuluhan internal rumah sakit. Rancangan struktur organisasi P2TB didasarkan pada produk yakni manajemen kasus TB, berdasarkan suatu proses yang memungkinkan pengembangan derajat keahlian yang lebih baik dengan penekanan pada output. Rancangan juga berdasarkan orientasi pada masalah pasien yang lebih spesifik yakni tipe kasus. Organisasi P2TB berada di dalam wadah Komite Medik, terintegrasi dengan komponen Komite Medik yang lain. Model organisasi divisualisasikan melalui dokumen yang terdiri dari penjabaran misi dan tujuuan, administrasi dan pengelolaan, staff dan pimpinan, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan pendidikan serta evaluasi dan pengendalian mutu. Saran yang diajukan adalah SMF Paru diharapkan dapat memberi masukan yakni pendapat dan pengarahan dalam perencanaan tujuan, prosedur operasional dan cara terbaik melaksanakan suatu keputusan berbagai masalah penanggulangan yang menghubungkan kerjasama rawat berbasis klinis pada organisasi rumah sakit dengan yang berbasis kesehatan masyarakat di puskesmas dalam wilayah cakupan RS. ......Development of TB Care Organization in Cibinong District Hospital Tuberculosis (TB) is a community health problem that spread over the world so WHO put its condition as "global emergency" in 1993. This part's included Indonesia that rose the third grade of the world. Cibinong Hospital believes that many problems of ineffective global action, which relates to TB endemic. They are representing a diagnostic sharpness of medical service ability, the weakness of medical information system and report's registration that have to do with epidemiological-clinical appearance and TB's social economic aspect, along with the obligation to construct improving the referral and educational function in hospital's area. Beside that, there are also differences and various ways to handle, among parts of specialization connected to TB. From several things above. we need a comprehensive and coordinated exert that appear as TB's preventive organizing based on hospital's internal commitment and continue with mission, purpose confirmation and organizational structure and design. This participatory qualitative research's constructed to get several opinion, thinking and vision of organization's staff of Cibinong Hospital to create TB care and preventive organization. All information and data's being grouped and analyzed descriptively in patterns containing unity, theme, categorization and interpretation resulting of conclusion. The results show that almost all respondents' answers granted the general organizing missions and purposes, along with National short time purposes of TB prevention. The particular is the drawing of internal commitment makes Cibinong Hospital becomes referral center for TB cases and public health facility in Bogor area. The basic strategies are coordinated and comprehensive expedients along with internal hospital's education and instruction. The structural design of TB care organizations based on product. That's the management of TB cases, constructed on a process that allows the improvisation of a better ability, forced on outcome. The design also based on orientation inside more specific patient's problem, the type of case. TB care and prevention organization is inside the medical committee, integrated with other component. The types of organization's being visualized by document consist of explanation such factors as missions and purposes, administrations and management, staff and leader, facilities and instruments, ability and action, staff improvement and education also evaluation and quality control. It was suggested to conduct another continuing research on the developing of collaborative care organization for all of case management. We hope pulmonary staff medical becomes a director in planning, operational procedure and to make a decision in any kinds of TB prevention problem that contain of clinical-base collaborative care on hospital organization with the ones that based on community health in hospital's area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3740
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Surka
Abstrak :
Persaingan dalam perumahsakitan dewasa ini, menuntut rumah sakit untuk selalu meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu indikator untuk mengukur mutu pelayanan keperawatan adalah kepuasan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan dan fasilitas keperawatan, melihat bagaimana hubungan antara kepuasan pasien dengan karakteristik pasien, variabel yang paling berpengaruh pada kepuasan pasien terhadap pelayanan dan fasilitas keperawatan serta mengetahui area pelayanan dan fasilitas keperawatan yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung. Data primer diperoleh dari pengisian kuesioner oleh pasien. Penilaian kepuasan pasien merupakan salah satu cara untuk mengetahui kelemahan atau kekurangan pelayanan yang diberikan rumah sakit dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan / keperawatan di rumah sakit. Anallsis statistik yang digunakan adalah analisis univariat untuk melihat gambaran deskriptif analisis bivariat untuk melihat bagaimana hubungan antara karakteristik pasien dan kepuasan pasien serta analisis multivariat untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh pada kepuasan pasien terhadap pelayanan dan fasilitas keperawatan. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan, bahwa sebagian besar responden pasien tidak puas dengan pelayanan dan fasilitas keperawatan yang diberikan rumah sakit, sehingga perlu adanya upaya perbaikan. Dengan upaya ini diharapkan mutu pelayanan dan fasilitas keperawatan di Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung akan meningkat dan memuaskan pasien (pelanggan) rumah sakit.
Patient Satisfaction of the Nursing Care and Facility in the Inpatient Ward at the District Hospital of Belitung Year 2001Nowadays, the competition among hospitals made them to increase the service quality. One of indicators to measure the quality of nursing care is the patient satisfaction. This study intends to find the description of patient satisfaction level of nursing care and facility to know the association between patient satisfaction and characteristic of patient, the variables that most related to the patient satisfaction on nursing care and facility, and the aspects of nursing care and facility in which needs to be increased its quality. This study was conducted in the inpatient ward at the District Hospital of Belitung. Primary data was gained from filling in questionnaire done by the patient. The assessment of patient satisfaction is one of the methods to know the weakness or lack of hospital service in term of improving the quality in health/nursing care in the hospital. Statistical analysis that used was univariate analysis to find the general description of variables; meanwhile bivariate analysis was to find the association between patient characteristics and patient satisfaction, and multivariate analysis was used to find which variables that most associated with the patient satisfaction of nursing care and facility. In general, this study revealed that most of respondents were not satisfied with the nursing care and facility in the hospital, so that quality improvement is required with such attempts. And hopefully the patient satisfaction will increase as well as will satisfy the hospital's patient (customer).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T 10780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erminda
Abstrak :
Salah satu tenaga kesehatan rumah sakit yang sering berhubungan dengan pasien adalah tenaga keperawatan. Tenaga perawat tidak hanya memberikan pelayanan kepada pasien tetapi mereka juga membutuhkan pelayanan dari pihak manajemen rumah sakit. Berkaitan dengan hal ini, pihak manajemen rumah sakit perlu melakukan survey kepuasan kerja perawat agar dapat diidentifikasi masalah yang harus ditanggulangi. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kepuasan kerja perawat pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rabain Muara Enim dan faktor-faktor yang berhubungan. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Sampel penelitian adalah seluruh perawat RSUD Rabain Muara Enim yang berhubungan langsung dengan pasien, jumlahnya 92 orang. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui angket. (Self Administered Questionaire). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (53,3%) perawat di RSUD Rabain Muara Enim merasa tidak puas terhadap dimensi kepuasan kerja yang diukur melalui kondisi kerja, gaji, pengawasan, peluang promosi-karir. Faktor-faktor yang berhubungan secara signifikan dengan kepuasan kerja perawat pada RSUD Rabain Muara Enim adalah umur, masa kerja, status kepegawaian, dan tempat tinggal. Peneliti menyarankan perlu dilakukannya penilaian secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kepuasan kerja perawat di RSUD Rabain Muara Enim. Bahan bacaan 32:(1968-2002)
Factor Related to Work Satisfaction among Nurses in Muara Enim District Hospital, Year 2003Realization of Muara Enim District Health Office vision of health Muara Enim 2007 necessitates a reliable quality services. One category of health personnel as an integral part of health service of nurse. Nurses are not only providing services to patient but also expect to receive service from hospital management. In this case, the hospital management should conduct job satisfaction survey to identify problems to be solved. In general, this study aims to obtain a description of job satisfaction among nurses in Muara Enim District Hospital. The study was an analytic descriptive study with cross sectional data collection method. Sample of the study was all 92 nurses in Muara Enim District Hospital who have direct contact with patient. Data was then considered as primary data gathered through self administered questionnaire. This study result showed that most nurses in Muara Enim District Hospital did not satisfy with their work, in term of working condition, salary supervision and career promotion opportunity. Factors significantly related to job satisfaction among nurses in Muara Enim District Hospital were age, working period and working status. Researcher suggests conducting evaluation in a periodic way concerning all factors in connection with job satisfaction among nurses in Muara Enim District Hospital. Reference : 32 (1968-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12973
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunier Salim
Abstrak :
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran mempengaruhi kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan, baik jenis ataupun mutunya. Dengan meningkatnya taraf pendidikan dan pertumbuhan sosial ekonomi masyarakat maka pemahaman masyarakat terhadap kesehatan juga semakin meningkat yang ditandai dengan semakin kritisnya tanggapan masyarakat terhadap mutu dan jasa pelayanan. RSU Kota Padang Panjang merupakan satu-satunya rumah sakit pemerintah yang ada di Kota Padang Panjang. Pada pelayanan rawat jalan, terjadi penurunan kunjungan terutama terlihat pada 2 tahun terkahir ini. Untuk itu perlu diteliti penyebab dari penurunan kunjungan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang persepsi customer (pelanggan) terhadap pelayanan rawat jalan di poliklinik umum RSU Kota Padang Panjang sebagai dasar penyusuuan strategi pemasaran rawat jalan RSU Kota Padang Panjang. Penelitian ini bersifat deskriptif dimana data primer diambil dari informan yang terdiri dari dokter, perawat, pasien RSU Kota Padang Panjang, dan pasien RS Yarsi Padang Panjang dengan menggunakan metode Fokus Group Diskusi (FGD) dan wawancara mendalam sedangkan data sekunder didapatkan dari data rekam medik RSU Kota Padang Panjang. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa pelayanan perawat dan dokter di poliklinik umum RSU Kota Padang Panjang dan kebersihan serta kenyamanan yang herhubungan dengan fasilitas rumah sakit tidak sesuai dengan harapan pasien. Selain itu tarif pelayanan rawat jalan di poliklinik umum RSU Kota Padang Panjang yang sangat rendah menyebabkan kurangnya motivasi dokter/perawat serta kepercayaan pasien terhadap pelayanan rumah sakit. Hasil penelitian ini merupakan masukan untuk rumah sakit dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu serta pelayanan.
The Customer Perspective to The Ambulatory Care Service at General Polyclinic at District Hospital of Padang Panjang as a Basic Marketing Strategy at District Hospital in Padang Panjang CityThe technology and physician knowledge influence to community need for health service, such the kind of health or quality of health, with enhance quality of education and social economic growth in community. The understanding of people to health more enhance that can be looked at of the people responsive about health quality and health service. District hospital of Padang Panjang is the one of government hospital in Padang Panjang city. For ambulatory care service, there is reducing of visiting, especially for two years ago. This research is needed to obtain the information about customer perspective for ambulatory care service at general polyclinic at district hospital of Padang Panjang, as the basic of marketing strategy in district hospital Padang Panjang. This thesis has descriptive character which primary data is gotten from, the physician, the nurse, and the patient of district hospital and Yarsi hospital patient as the informan that use focus group discussion method (FGD) and interview while secondary data is obtained of district hospital medical record at Padang Panjang. From this thesis result is found that nurse service, the physician service, cleaning, and safety, at general polyclinic of district hospital that related by hospital facility not according to patient expect. The ambulatory service cost at general polyclinic, district hospital is so cheap and less motivation of physician, the nurse, and the patient belief to hospital service. This thesis result is for hospital to enhance service quality.
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T8015
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herry Thenie
Abstrak :
Kasus pasien pulang paksa merupakan hal yang sering terjadi di rumah sakit. Pulang paksa merupakan tanda adanya perasaan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan-pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Tingginya kasus pasien pulang paksa di rumah sakit selain akan menimbulkan dampak yang negatif di lingkungan keluarga pasien, juga akan menimbulkan kesulitan bagi rumah sakit datam hal mengevaluasi mutu pelayanan rumah sakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran umum tentang persepsi pasien pulang paksa terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Penelitian dilakukan di instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Karawang melalui wawancara mendalam terhadap 8 orang informan pasien pulang paksa, 1 orang Wadir. Pelayanan Medik, 1 orang Kepala Instalasi Gizi orang penanggung jawab kebersihan dan mengadakan Focus Groups Discussion (FGD) terhadap 8 orang Kepala Ruangan. Metodologi penelitian adalah kualitatif, dengan hasil penelitian dianalisa berdasarkan content analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya kasus pulang paksa di RSU Karawang disebabkan oleh faktor biaya bagi pasien kelas II dan III, sedangkan bagi pasien kelas I dan VIP lebih disebabkan oleh faktor pelayanan dan ketidaktahuan pasien. Faktor biaya yang dikeluhkan adalah tingginya biaya obat yang dikeluarkan oleh sebagian informan pasien pulang paksa karena sering terjadi pergantian obat, sedangkan faktor pelayanan yang dikeluhkan para informan pasien pulang paksa adalah ketidakramahan dan kekurangtanggapan dari pemberi pelayanan. Selain itu, masalah kebersihan juga merupakan hal yang banyak dikeluhkan oleh para informan pasien pulang paksa. Dari hasil tersebut disarankan kepada pihak pengelola rumah sakit agar menggalakkan pemakaian obat generik, mensosialisasikan kebijakan rumah sakit tentang prosedur pengembalian obat dan mengadakan subsidi silang untuk membantu pasien yang tidak mampu. Dalam hal pelayanan, rumah sakit perlu mengadakan pelatihan pelayanan prima untuk meningkatkan kemampuan para karyawan dan mutu pelayanannya. Kepustakaan: 26 (1991-2001).
Sign Out Against Medical Advice (SO-AMA) cases are common in hospitals. It is a sign of patients' unsatisfactory towards hospital services. SO-AMA cases give negative impact in patients' family, it also cause difficulties to evaluate the quality of hospitals services. This research's aim is to find out the general perception of the SO-AMA patients to hospital services. The research was carried out at inpatient department in Karawang District Hospital by making deep-interview to 8 SO-AMA informans, I Vice Director, the chief of nutrition department, the chief of cleaning service unit and making focus groups discussion to 8 chiefwards. The method used in this research was qualitatif. The data was analyzed by content analysist. The result showed that most of SO-AMA patients in Karawang District Hospital were motivated by high cost, especially in the 2" and 3`a classes patients. In VIP and 1 g classes patients the cause of SO-AMA were unsatisfactory to services quality and unknowledgement about their illness. Drugs changes made the cost higher, and it caused the patient's complaint. The unfriendly, careless service and nonconductive sanitary condition in hospital were also the major complain. Based on the results, there are some suggestion to hospital management such as: increasing generic drugs using, giving more information hospital policy about drugs returned allowable, and having cross-substitution for poor patients,besides improving the capability of hospital service providers and the quality of service through excellent services training, Reference: 26 (1991-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 9264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Tri Utami
Abstrak :
Dalam menghadapi era global, rumah sakit di Indonesia menghadapi tantangan untuk bersaing dengan rumah sakit lain, antara lain persaingan dalam menjaga dan meningkatkan mutu pelayanannya. Untuk mengevaluasi kualitas pelayanan, diperlukan adanya indikator yang dapat dikelompokkan kedalam indikator klinis dan indikator organisasi. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Untuk pengumpulan data, khususnya yang berhubungan dengan indikator klinis dan indikator organisasi, menggunakan instrumen penelitian, wawancara dengan pihak yang terkait di RSUD, dan melakukan studi dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis indikator klinis dan indikator organisasi yang dapat dipakai untuk mengevaluasi kualitas pelayanan RSUD. Dari wawancara dengan pihak yang terkait yaitu Direktur, Kepala Tata Usaha, Kepala Subbag Kesekretariatan, Kepala Subbag Keuangan, Komite medik, Kepala Rung Rawat Inap Kebidanan dan Anak/Perinatologi, didapatkan unsur-unsur yang dapat dikelompokkan kedalam indikator klinis dan indikator organisasi. Dari hasil penelitian diperoleh indikator klinis yang dapat dipergunakan pada kelompok pelayanan ibu melahirkan dan bayi neonatal (AKIP, AKIE, AK3 baru lahir dengan BB<=2000 gram), dan indikator organisasi yang dapat dipergunakan untuk mengukur produktivitas RSUD (BOR, kunjungan optimal pasien), efisiensi dengan mengadakan pengukuran terhadap ALOS, mutu layanan dengan pengamatan terhadap pengelolaan keluhan/kepuasan pasien RSUD dan NDR. Kesimpulannya, dengan adanya indikator klinis dan indikator organisasi, dapat dipakai untuk mengevaluasi kualitas pelayanan RSUD sebagai upaya koreksi dan peningkatan kualitas pelayanan RSUD di Propinsi Sumatera Barat. Daftar Pustaka : 31 buku (1986-2001)
Evaluating of the General District Hospital's Service Quality in West Sumatera Province In facing the globalization era, hospitals in Indonesia are facing challenges in competing with other hospitals, such as competition in maintaining and improving the service quality. To evaluate the service quality, clinical and organization indicators are needed. This research is using qualitative and exploration approaches. To collect the data, specifically which refers to clinical and organization indicators, the writer uses research instrument, interview the resource persons of the General District Hospital, and applies documentation studies. The purpose of this research is to analyze clinical and organization indicators that can be used to evaluate the service quality of General District Hospital. The writer is able to get some elements that can be put in clinical and organization indicator from the interviews with the management of the hospital; they are the Director, Head of Administration, Head Department of Secretarial, Head Department of Finance, Medical committee, and chief of Perinatology word. From the result of the research, the writer is able to get clinical indicator that can be used in the group of giving birth mother and neonatal baby services (AKIP, ANTE, AKB newborn BB <= 2000 gram), and organization indicator that can be used to measure the productivity of General District Hospital (BOR, patients optimum Visits), efficiency by measuring ALOS, service quality by observing the management of the hospital patients complaints/satisfaction and NDR. The conclusion is, if there are clinical and organization indicators, they can be used to evaluate the service quality of general District Hospital as a correction and an improvement of the General District Hospital in West Sumatera Province. Reference: 31 (1986 - 2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T9532
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>