Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tiyani Rahmawati
"Prevalensi anak dengan disabilitas intelektual di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Anak dengan disabilitas intelektual memiliki risiko lebih besar mengalami gizi lebih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara asupan gizi (energi, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, kalsium (Ca), dan zat besi (Fe)), aktivitas fisik, dan gangguan makan terhadap status gizi anak dengan disabilitas intelektual di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan metode total sampling. Pengambilan data dilakukan pada bulan April – Mei 2013 di SLBN 5 dan 6 Jakarta. Sampel pada penelitian ini berjumlah 80 responden yang terdiri dari anak dengan disabilitas intelektual kelas satu hingga enam. Instrumen yang digunakan terdiri dari dua berdasarkan fungsinya, yaitu (1) timbangan digital dengan ketelitian 0,1 kg & microtoise dengan ketelitian 0,1 cm untuk pengukuran antropometri; dan (2) kuesioner dengan metode wawancara untuk pengambilan data asupan gizi, aktivitas fisik, dan gangguan makan. Sementara itu, uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Chi square.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui 43,75% anak dengan disabilitas intelektual berstatus gizi lebih, 70% mengonsumsi energi 'cukup', 71,25% protein 'cukup', 90% lemak 'cukup, 90% karbohidrat 'kurang', 88,75% vitamin A 'cukup', 86,25% vitamin B6 'kurang', 82,5% vitamin C 'kurang', 88,75% kalsium 'kurang', dan 96,25% zat besi 'kurang'.
Hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara asupan lemak dengan status gizi lebih (p=0,043) dan berisiko 3 kali lebih besar untuk mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil tersebut, disarankan kepada sekolah untuk memberikan pengetahuan terkait gizi dalam bentuk penyuluhan kepada orang tua.

The prevalence of overweight intellectual disability children in Indonesia keep increasing every year. Children with an intellectual disability have a greater risk of experiencing overweight. The study aimed to determine the relationship between intake of nutrient (energy, protein, fat, carbohydrate, vitamin A, vitamin B6, vitamin C, calcium (Ca), and iron (Fe)), physical activity, and feeding problem to nutritional status of children with intellectual disability in Jakarta. This study is using cross sectional and total sampling method.
This study was conducted on April – Mei 2013 at SLBN 5 and 6 Jakarta. Total sample of this study was 80 children consisted of class one to six. Instrument used were scale and microtoise as instrument for measurements anthropometry, and also used by interview for measurement intake of nutrition, questionnaire physical activity, and feeding problem data. The statistical method of this study was Chi Square.
Based on the research of 43.75% samples are overweight, 70% energy 'good', 71,25% protein 'good', 90% fat 'good', 90% carbohydrate 'less', 88,75% vitamin A 'good, 86,25% vitamin B6 'less', 82,5% vitamin C 'less', 88,75% calcium 'less', dan 96,25% iron 'less'.
Statistic result is showing there is association between fat consumption to overweight intellectual disability children (p=0,043) and had risk to be overweight 3 times. Based on the result, it was suggested to give information about balance nutrition to the parents and teachers at school.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafitri Nur Burhani
"Disabilitas intelektual merupakan keterbatasan fungsi intelektual dan kemampuan beradaptasi yang dimulai sejak masa kanak yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Secara global 1-2% dari seluruh populasi. Di Indonesia, terdapat lima juta anak dengan disabilitas intelektual. Penyakit fisik yang berkomorbiditas dengan disabilitas intelektual akan meningkatkan risiko angka kesakitan sehingga memperberat ketidakmampuan yang dimiliki. Akumulasi stres yang dialami memiliki risiko untuk timbulnya psikopatologi yang akan berdampak pada cara berelasi orang tua dengan anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berkaitan dengan timbulnya psikopatologi orang tua dengan anak disabilitas intelektual. Penelitian dilaksanakan secara potong lintang dengan metode consecutive sampling. Sampel sebanyak 100 orang tua di Poli Jiwa Anak dan Remaja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengambilan data dilakukan melalui pengisisian kuesioner secara tatap muka dan media daring menggunakan kuesioner demografis, dan Symptom Checklist 90 (SCL-90) Versi Indonesia. Kuesioner ini menilai 9 domain psikopatologi seperti depresi, ansietas, sensitivitas interpersonal, hostilitas, psikotik, paranoid, fobia dan obsesisf kompulsif dengan nilai cut-off  61. Analisis statistik menggunakan SPSS versi 22.0. Data dianalisis dengan uji bivariat Chi-Square. Gambaran psikopatologi orang tua dengan anak disabilitas intelektual di Poli Jiwa Anak dan Remaja RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo didapatkan bahwa psikopatologi depresi (18,0%), ansietas (15,0%), somatisasi (9%), sensitivitas interpersonal (8%), obsesi kompulsif (4%), paranoid (3%), hostilitas (1%) dan fobia (1%). Pada penelitian ini tidak didapatkan psikopatologi psikotik. Ibu memiliki hubungan bermakna terhadap psikopatologi secara umum (p=0,018). Jenis disabilitas (p=0,027) memiliki hubungan bermakna dengan ansietas. Pendapatan orang tua (p=0,021) berhubungan bermakna dengan somatisasi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan timbulnya psikopatologi pada orang tua adalah ibu, jenis disabilitas yang dimiliki serta kondisi ekonomi orang tua. Program kesehatan jiwa yang promotif dan preventif seperti pemberian edukasi serta membentuk kelompok dukungan pada orang tua dengan anak disabilitas intelektual diharapkan dapat membantu dalam mengurangi terjadinya psikopatologi pada orang tua.

Intellectual disability is a limitation of intellectual function and adaptability that begins in childhood that can interfere with daily activities. Globally 1-2% of the entire population. In Indonesia, there are five million children with intellectual disabilities. Physical illness comorbid with intellectual disability will increase the risk of morbidity so that it aggravates the disability. The accumulated stress experienced has a risk for the emergence of psychopathology which will have an impact on the way parents relate to their children. This study aims to determine the factors associated with the emergence of psychopathology in parents with children with intellectual disabilities. to determine the factors associated with the emergence of psychopathology in parents with children with intellectual disabilities. The study was conducted cross-sectionally with consecutive sampling method. A sample of 100 parents in the Child and Adolescent Mental Health Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo. Data were collected by filling out questionnaires face-to-face and online media using a demographic questionnaire, and the Indonesian version of Symptom Checklist 90 (SCL-90). This questionnaire assessed nine psychopathological domains such as depression, anxiety, interpersonal sensitivity, hostility, psychotic, paranoid, phobia, and obsessive-compulsive with a cut-off score of 61. Statistical analysis using SPSS version 22.0. Data were analyzed by Chi-Square bivariate test. In the description of the psychopathology in parents with children with intellectual disabilities at the Child and Adolescent Mental Health Clinic, Dr. Cipto Mangunkusumo found that the psychopathology of depression (18.0%), anxiety (15.0%), somatization (9%), interpersonal sensitivity (8%), obsessive compulsiveness (4%), paranoia (3%), hostility (1 %) and phobias (1%). In this study, there was no psychotic symptom. Mother had a significant relationship with psychopathology in general (p=0.018). Type of disability (p=0.027) had a significant relationship with anxiety. Parent's income (p=0.021) was significantly related to somatization. Factors related to the emergence of psychopathology in parents are the mother, the type of disability they have, and the economic condition of the parents. Promotive and preventive mental health programs such as providing education and forming support groups for parents with children with intellectual disabilities are expected to help reduce the occurrence of psychopathology in parents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Safitri
"Disabilitas intelektual dikarakteristikkan dengan adanya keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang muncul sebelum usia 18 tahun. Dampak disabilitas intelektual yang menonjol pada remaja penyandangnya ialah kegagalan untuk membangun hubungan interpersonal yang diharapkan lingkungan berikut pencapaian prestasi akademis yang rendah. Sementara itu, diketahui bahwa penguasaan keterampilan regulasi emosi dapat menunjang keberfungsian individu, baik dengan mendukung berkembangnya keterampilan sosial yang bersangkutan maupun memfasilitasi kelancaran proses belajar dan adaptasi di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pelatihan keterampilan regulasi emosi berdasarkan metode Dialectical Behavior Therapy pada remaja dengan disabilitas intelektual. Kekhususan Dialectical Behavior Therapy dalam mengikutsertakan lingkungan sosial dan memperhitungkan kondisi biologis klien ditengarai menjadi kunci untuk mengembangkan kapasitas regulasi emosi pada subjek dengan disabilitas intelektual.
Melalui observasi yang dilakukan terhadap tingkah laku subjek antara sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi, ditemukan bahwa terdapat peningkatan dalam hal pengetahuan dan sikap subjek terkait aspek-aspek penguasaan keterampilan regulasi emosi. Lebih lanjut, keterampilan untuk menerapkan teknik regulasi emosi secara konsisten pada subjek dengan disabilitas intelektual sangat terkait dengan dukungan lingkungan sosial yang subjek terima dari sekitarnya.

Intellectual disability is characterized by significant limitations in intellectual functioning and adaptive behavior that appears before the age of 18 years old. The prominent impacts of intellectual disability in adolescents are failure to establish interpersonal relationships as socially expected and lower academic achievement. Meanwhile, it is known that emotion regulation skills has a role in supporting the functioning of individual, either by nourishing the development of social skills as well as by facilitating the process of learning and adaptation in school.
This study aims to look for the effectiveness of Dialectical Behavior Therapy DBT in developing emotion regulation skills for adolescents with intellectual disability. DBT's special consideration toward clients rsquo social environment and their biological condition is foreseen to be the key for developing emotion regulation capacity for subjects with intellectual disability.
Through observations on client's behavior, conducted before and after the completion of DBT intervention program, it was found that there is an improvement in client's knowledge and attitudes related to the mastery of emotion regulation skills. In addition, client's consistency to actually practice emotion regulation techniques over time is largely influenced by the support received from the client's social circles.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tamana Ihda Husna Zain
"Disabilitas intelektual ditandai dengan keterbatasan pada fungsi intelektual dan fungsi adaptif, keterbatasan ini menghambat pemenuhan kebersihan diri, yang nantinya akan membentuk perilaku menjaga kebersihan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran kondisi umum dan perilaku kebersihan diri pada anak dengan disabilitas intelektual. Tujuan lain adalah untuk melihat perbedaan perilaku ditinjau dari usia, klasifikasi disabilitas intelektual, dan penghasilan orang tua. Penelitian dilakukan dengan desain Cross Sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 66 anak di Kota Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukan presentase sebanding antara anak dengan disabilitas intelektual yang memiliki perilaku menjaga kebersihan diri baik dan kurang baik, serta mayoritas anak memiliki kebersihan diri yang baik (59,1%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari usia anak (p = 0,330; α = 0,05) dan penghasilan orang tua (p = 0,371; α = 0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan terkait gambaran perilaku menjaga kebersihan diri ditinjau dari klasifikasi disabilitas intelektual yang dimiliki (p = 0,013; α = 0,05). Terdapat perbedaan kondisi umum terkait kebersihan diri ditinjau dari perilaku menjaga kebersihan diri anak (p = 0,02; α = 0,05). Hasil penelitian ini merekomendasikan untuk membentuk perilaku kebersihan diri yang baik pada anak disabilitas inelektual. Perawat dapat melakukan upaya preventif dan promotif dalam asuhan pada klien dengan disabilitas. Perawat pada layanan kesehatan di puskesmas atau di unit kesehatan sekolah dapat melakukan promosi dan pendidikan kesehatan atau mengambil peran dalam pemberian asuhan.

Intellectual disability is the limitation on intellectual and adaptive functions, the limitation limits the fulfillment of personal hygiene, that may shape personal hygiene behavior. This study aims to identify general conditions and personal hygiene behavior on children with intellectual disabilities. Another goal is to see the differences of personal hygiene behavior among age, classification of intellectual disability, and parents' income. The study was conducted on Cross Sectional design and total sampling method. The number of samples required is 66 children in Bekasi. The results showed a comparable percentage of children with intellectual disabilities who have good and poor personal hygiene behavior, and majority had good personal hygiene (59.1%). There were no significant difference on personal hygiene behavior among age (p = 0,330; α = 0,05) and parents' income group (p = 0.371; α = 0,05). There was a significant difference on personal hygiene behavior among intellectual disability classification (p = 0.013; α = 0,05). There was a significant difference on self hygiene general conditions in term of children self care behavior (p = 0.02; α = 0,05). The results of this study recommend us to establish good personal hygiene behavior in children with intellectual disabilities. Nurses are able to take a role. Nurses in all setting such as in health service or school health unit can carry out health promotion, education, or providing direct care."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafawani Nabila Abidin
"Penelitian ini membahas tentang pertimbangan hakim terhadap disabilitas intelektual yang melakukan tindak pidana. Sebagai kelompok rentan, penyandang disabilitas intelektual berkemungkinan besar tidak mendapat keadilan ketika terlibat dengan hukum. Penyandang disabilitas intelektual yang melakukan tindak pidana perlu perhatian khusus dalam menilai kesalahan yang dilakukannya. Penelitian ini berfokus untuk melihat ketentuan hukum acara pidana di Indonesia yang mengatur mengenai pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pada perkara pidana, dan melihat pertimbangan hakim terhadap disabilitas intelektual yang melakukan tindak pidana ditinjau dari Putusan No. 16/Pid.Sus/2019/PN.Wsb, Putusan No.290/Pid.Sus/2019/Pn.Tng, Putusan No. 628/Pid.Sus/2012/PN.Sim, dan Putusan No. 141/Pid.B/2010/PN.Kbm. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pikir hakim dalam pertimbangannya ketika memutus perkara yang melibatkan disabilitas intelektual sebagai pelaku tindak pidana di Indonesia. Metode penelitian ini adalah yuridis normatif dengan menggunakan studi komparatif pada beberapa putusan pengadilan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pertimbangan hakim untuk memutus perkara disabilitas intelektual yang melakukan tindak pidana tidak mempunyai standar yang jelas, karena hakim dapat mengesampingkan keterangan ahli dan melakukan penilaiannya sendiri. Kebebasan pada pertimbangan hakim tersebut membuat hukuman bagi disabilitas intelektual yang melakukan tindak pidana menjadi beragam dan tidak sesuai kebutuhan.

This study examines about Judge’s consideration towards disabled intellectuals who performed criminal offense. As a vulnerable group, the disabled intellectual minority have a high possibility to do not win any justice when they are involved into law. People with intellectual disabilities who commit criminal offense absolutely need more attentiveness from the Judge to evaluate their guilt. Furthermore, this research focuses on observing the law provision of a criminal procedure in Indonesia that regulates the Judge’s consideration for returning a verdict over any criminal case and the disabled intellectuals who has committed criminal offense that is assessed according to the Verdict No. 16/Pid.Sus/2019/PN.Wsb, Verdict No.290/Pid.Sus/2019/Pn.Tng, Verdict No. 628/Pid.Sus/2012/PN.Sim, and Verdict No. 141/Pid.B/2010/PN.Kbm. Therefore, this research purposes to examine the Judge’s paradigm of consideration at determining a case which involves the disabled intellectuals as a suspect of criminal offense in Indonesia. In addition, this study uses normative jurisprudence methodology also comparative study that applied to examine the court judgement. Thus, the result of this study presents that the Judge’s consideration in order to determine a disabled intellectual’s criminal offense obtained unclear qualification for the reason that the Judge is able to exclude Expert’s testimony over returning a judgement. The independency of the Judge consideration generates various irrelevant punishments for disabled intellectual defendant."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfa Restu Mardhika
"ABSTRAK
Banyak anak penyandang disabilitas intelektual ringan mengalami masalah dalam
berinteraksi sosial di sekolah. Berdasarkan hal itu, keterampilan sosial merupakan hal yang
penting bagi anak disabilitas intelektual ringan untuk dapat berkembang di sekolah inklusi.
Salah satu metode yang efektif untuk meningkatkan keterampilan sosial pada anak disabilitas
intelektual ringan adalah dengan pendekatan modifikasi perilaku, terutama menggunakan
modeling. Dalam melakukan suatu modifikasi perilaku juga patut dipertimbangkan
pemberian penguatan terhadap perilaku baru yang muncul. Salah satu teknik penguatan yang
efektif untuk mengajarkan individu disabilitas intelektual ringan ialah melalui token
economy. Dalam rangka mengetahui efektivitas program dengan menggunakan modeling dan
token economy dalam meningkatkan keterampilan sosial pada penyandang disabilitas
intelektual ringan, maka peneliti merancang suatu program dengan menggunakan teknik
modifikasi perilaku melalui model simbolik (film kartun) dan penerapan token economy
sebagai penguatan perilaku. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
desain kasus tunggal tipe A-B-A. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan
keterampilan sosial pada subjek saat sebelum dan sesudah pemberian program.

Abstract
A lot of children with mild mental retardation experience social interaction issue in their
school. Therefore, social skills become very important for children with mild mental
retardation to develop in the inclusive school. One method that effectively enhancing social
skills children with mild mental retardation is through behavior modification approach,
especially through modeling. In exercising behavior modification, need to amplify for any
new behaviors emerge. On e of amplification method which effectively teaches children with
mild mental retardation is through token economy. In terms to know the modeling and token
economy program effectiveness in enhancing social skills of children with mild mental
retardation, the researcher design a program with behavior modification technique through
model approach (cartoon short film) and token economy application as behavior amplifier.
The research is using single case type A-B-A design. Research result shows there is an
enhancement in social skills on subject after the program."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T31152
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Rusdian
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (4-11 tahun). Partisipan penelitian berjumlah 44 orang tua yang rentang usianya dewasa muda hingga dewasa menengah, yang memiliki anak disabilitas intelektual ringan, sedang, atau Sindroma Down. Penelitian ini adalah penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara psychological well-being dan keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak disabilitas intelektual usia kanak-kanak (r = 0.665, p < 0.01). Analisis lebih mendalam menemukan bahwa dimensi personal growth dari psychological well-being memiliki sumbangan yang signifikan terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan. Selain itu, psychological well-being memberikan sumbangan paling besar terhadap keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak di rumah.

This study discusses the relationship between psychological well-being and parent involvement in education of intellectual disability children in childhood (4-11 years old). Participants were 44 parents that ranged from young adulthood until middle adulthood, which has mild intellectual disability children, moderate, or Down syndrome. The study was a correlational study using a quantitative approach.
The results showed a significant relationship between psychological well-being and parent involvement in intellectual disability children's education (r = 0.665, p <0.01). Further analysis found that the personal growth dimension of psychological well-being has a significant contribution towards parent involvement in education. In addition, psychological well-being provide the greatest contribution of parent involvement in children's education at home.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dea Allan Karunia Sakti
"Tesis ini membahas perancangan sistem informasi konseling kesehatan gigi dan mulut siswa penyandang disabilitas intelektual (tunagrahita) sebagai tools menghasilkan informasi status kesehatan gigi dan mulut untuk kebutuhan dan memfasilitasi upaya pencegahan dan intervensi permasalahan kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain pendekatan pengembangan sistem model prototyping. Hasil penelitian diperoleh analisa kebutuhan sistem informasi, desain model terstruktur dan antarmuka untuk kemudahan penerapan sistem informasi oleh pengguna. Sistem informasi yang dikembangkan dapat memberikan kemudahan mengakses informasi akurat, relevan dan terkini; menghemat kebutuhan biaya; terjamin pengendalian penyimpanan dan keamanan data; serta fleksibel, mudah dan nyaman digunakan oleh pengguna untuk layanan konseling kesehatan gigi dan mulut pada siswa tunagrahita. Sistem informasi memberikan solusi dalam mengidentifikasi informasi status kesehatan gigi dan mulut siswa tunagrahita di SLB Dharma Asih Kraksaan.

The focus of this study is the design of dental and oral health counseling information system for students with intellectual disabilities as tools to produce information on dental and oral health status for needs and facilitate efforts to prevent and intervene in dental and oral health problems. This research is qualitative research with the design of prototyping model system development approach. The results obtained analysis of information system needs, structured model design and interface for ease of application of information system by users. Developed information systems can provide easy access to accurate, relevant and up-to-date information; save cost needs; guaranteed storage control and data security; and flexible, easy and convenient to use by users for dental and oral health counseling services. The information system provides solutions in identifying information on the health status of dental and oral students with intellectual disabilities at SLB Dharma Asih Kraksaan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Rini
"ABSTRAK
Kesehatan reproduksi merupakan hak bagi setiap manusia namun belum ada
kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual.
Penelitian ini bertujuan melakukan pengumpulan informasi untuk advokasi
kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas intelektual.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain Rapid Assesment
Prosedure. Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang, dipilih secara
purposive dan snowball, yaitu berbagai pemangku kepentingan yang terkait
dengan isu kesehatan reproduksi dan disabilitas. Metode pengumpulan data
melalui indepth interview pada tahap analisis. Tahapan penelitian ini yaitu
analisis; strategi pro aktif dengan membuat factsheet, press release serta
penyelenggaraan lokakarya; mobilisasi sebagai langkah awal dari membangun
koalisi; dan aksi advokasi melalui lokakarya. Hasil analisis didapatkan belum
adanya kebijakan publik program kesehatan reproduksi bagi remaja disabilitas
intelektual karena bukan program prioritas dan hasil lokakarya diperoleh usulan
rekomendasi yang selanjutnya dibuat dalam bentuk policy brief berupa melakukan
kajian perundang-undangan dan modul yang sudah ada terkait kesehatan
reproduksi dan disabilitas dengan melibatkan semua pihak untuk berkoordinasi,
modul psikoedukasi kesehatan reproduksi bagi remaja tunagrahita yang sudah ada
perlu masuk ke dalam sistem pemerintah serta penyediaan alat peraga kesehatan
reproduksi di SLB C.

ABSTRACT
Reproductive health is a right for every human being yet there is no public policy
for concentrating reproductive health for adolescents intellectual disability. This
study aims at collecting information for advocacy on the issue. This study used a
qualitative research with Rapid Assessment Procedure design. The informants in
this study amounted to 12 people were selected purposively and employed
snowball, procedure a number of informant were selected consist of different
stakeholder. Data were collected through in-depth interview on the analysis stage.
Stages of this research is the analysis; pro-active strategy to create factsheets,
press releases and organizing workshops; mobilization as the first step of building
coalitions; and advocacy action through workshops. The results of the analysis
indicated no public policies for reproductive health programs for adolescents
intellectual disability because is not a priority program and the results of the
workshop obtained by the proposed recommendations were subsequently made in
the form of policy briefs be reviewing legislation and existing modules related to
reproductive health and disabilities by involving all parties to coordinate,
psychoeducation module reproductive health for adolescents intellectual
disability existing need to get into the government system and the provision of
reproductive health props in SLB C."
2016
T53723
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dara Suci Amini
"Remaja dengan disabilitas intelektual sedang diharapkan untuk menguasai keterampilan esensial bagi keberlangsungan hidup mereka di lingkungan sosial dan keterampilan yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka. Keterampilan membaca jam analog adalah keterampilan untuk membaca isyarat visual yang ditunjukkan jam analog sebagai informasi penunjuk waktu. Sementara keterampilan berbelanja adalah keterampilan menghitung uang dan menggunakannya untuk melakukan transaksi jual-beli. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas program Telling Time dan One-More-Than dalam meningkatkan keterampilan membaca jam analog dan berbelanja pada remaja dengan disabilitas intelektual sedang. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat peningkatan persentase skor keterampilan membaca jam analog dan berbelanja dari semula hanya 11,1% dan 0% menjadi 100%. Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang signifikan secara statistik dalam keterampilan membaca jam analog (Z = -2,333, p <0,05) dan berbelanja (Z = -2,000, p <0,05). Dengan demikian, program Telling Time dan One-More-Than dapat dikatakan efektif dalam mengembangkan keterampilan membaca jam analog dan berbelanja pada remaja dengan disabilitas intelektual sedang. Implikasi, limitasi, dan saran untuk penelitian selanjutnya didiskusikan.

Adolescents with moderate intellectual disabilities are expected to master essential skills for their survival in a social environment and skills that can improve their quality of life. Telling time are skills to read visual cues that are shown by analog watch as timekeeping information. While shopping skills are the skills to count money and use it to make buying and selling transactions. The purpose of this study was to determine the effectiveness of Telling Time and One-More-Than programs in improving telling time and shopping skills for adolescents with moderate intellectual disabilities. Based on the results of the research conducted, there was an increase in the percentage of the score for telling time and shopping skills from 11.1% and 0% to 100%. The Wilcoxon test also shows that there is a statistically significant change in telling time of analog watch skill (Z = -2,333, p <0.020) and shopping skill (Z = -2,000, p <0.046). Thus, the Telling Time and One-More-Than programs can be said to be effective in developing telling time and shopping skills for adolescents with moderate intellectual disabilities. Implications, limitations, and suggestions for future research are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>