Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Atini Solawati
Abstrak :
Pendahuluan: Kasus Diabetes tipe 2 meningkat pesat pada orang yang memiliki massa otot rendah. Sambiloto, Jamblang dan Secang merupakan tanaman yang banyak digunakan sebagai obat tradisional dalam mengobati diabetes. Tujuan: untuk mengevaluasi efek antidiabetes dan toksisitas subkronis dari kombinasi ekstrak ASC. Metode: Efek antidiabetes menggunakan tikus Sprague dawley jantan yang diaklimatisasi selama 14 hari kemudian diberi pakan HFD selama 28 hari, kemudian tikus dibuat diabetes dengan induksi streptozotosin 35 mg/kg BB. Setelah itu tikus diberi perlakuan ekstrak ASC dosis 150 dan 300 mg/kg BB setiap hari selama 28 hari. Berat badan, BGL dan profil lipid diukur sebelum dan sesudah perlakuan. Pada akhir penelitian, tikus dikorbankan kemudian pankreas serta lemaknya diambil. Sedangkan uji toksisitas subkronis dilakukan menggunakan tikus jantan dan betina yang diaklimatisasi selama 14 hari kemudian diberi pakan normal dengan ekstrak ASC dosis 150, 575 dan 1000 mg/kg BB setiap hari selama 135 hari. Pada akhir penelitian tikus dikorbankan kemudian diambil darah, jantung, paru - paru, hati, limpa, ginjal dan pankreas untuk dilihat histologinya. Hasil: kombinasi ekstrak ASC memiliki potensi antidiabetes dan tidak toksik pada uji subkronis 135 hari. ......Introduction: Cases of T2DM have increased rapidly in people who have low body mass. Andrographis paniculata, Syzygium cumini, and Caesalpinia sappan (ASC) are plants that are widely used as traditional medicines in treating diabetes. Objectives: To evaluate antidiabetic effects and subchronic tocixity of a combined ASC extract. Methods: Antidiabetic effects using male Sprague dawley rats were acclimatized for 14 days and then fed HFD for 28 days. Rats were made diabetic by induction of streptozotocin 35 mg/kg BW. After that the rats were treated with ASC extract in doses of 150 and 300 mg/kg BW daily for 28 days. Body weight, BGL and lipid profiles were be measured before and after treatment. At the end of the study, the rats were sacrified and the pancreas and fat were collected. In subchronic toxicity test using male and female rats were acclimatized for 14 days and then fed normal diet with ASC extract at doses level of either 150, 575, and 1000 mg/kg BW daily for 135 days. At the end of the study, the rats were sacrified and then bloods, heart, pulmonary, liver, kidneys, spleen, and pancreas were collected. Result: The combination of ASC extracts has a potential antidiabetic effect and is non-toxic in the 135 days subchronic test.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Meltiara
Abstrak :
Sebagai seorang apoteker, salah satu cara untuk memastikan pasien telah mendapatkan pengobatan yang rasional adalah melalui pengkajian resep, yang meliputi ketepatan penilaian kondisi pasien, tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat dosis, tepat cara dan lama pemberian, tepat informasi, dengan memperhatikan keterjangkauan harga, kepatuhan pasien, dan waspada efek samping. Pengkajian resep dilakukan berdasarkan aspek administratif, farmasetik dan klinis. Pengkajian resep dilakukan pada pasien yang menebus obat di Apotek Kimia Farma Dramaga 348 yang memiliki diagnosis diabetes tipe 2, hipertensi, dan diabetes tipe 2 yang disertai dengan hipertensi. Resep-resep yang akan dikaji umumnya berisi obat-obatan rutin pasien yang diberikan selama 1 bulan. Dari hasil kaji resep, Aspek administratif belum memenuhi persyaratan karena kurangnya informasi mengenai berat badan dan alamat pasien. Namun, kekurangan tersebut dapat diatasi dengan mengkonfirmasi kembali ke pasien dan dokter yang bersangkutan. Aspek farmasetik sudah memenuhi persyaratan, sementara aspek klinis belum memenuhi persyaratan karena ada beberapa obat yang saling berinteraksi dan merupakan polifarmasi. Namun, hal tersebut dapat diintervensi dengan mengedukasi pasien untuk menjeda konsumsi pemberian obat dan memotivasi pasien pentingnya untuk meminum obat secara rutin untuk mendapatkan hasil terapi yang optimal. ......As a pharmacist, one way to ensure that patients have received rational treatment is through reviewing prescriptions, which includes accurate assessment of the patient's condition, correct diagnosis, correct indication, correct type of drug, correct dosage, correct method and duration of administration, correct information, with pay attention to affordability, patient compliance, and side effects. Prescription reviews are carried out based on administrative, pharmaceutical and clinical aspects. Prescription reviews were carried out on patients who redeemed medicines at Kimia Farma Dramaga 348 Pharmacy who had a diagnosis of type 2 diabetes, hypertension, and type 2 diabetes along with hypertension. The prescriptions that will be studied generally contain the patient's routine medicines that are given for 1 month. From the results of the prescription review, the administrative aspects did not meet the requirements due to lack of information regarding the patient's weight and address. However, this deficiency can be overcome by confirming it again with the patient and the doctor concerned. The pharmaceutical aspect meets the requirements, while the clinical aspect does not meet the requirements because there are several drugs that interact with each other and polypharmacy. However, this can be intervened by educating patients to separate the consume between interacted medications and motivating patients to the importance of taking medication regularly to get optimal therapeutic results.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Robby Djauhari
Abstrak :
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit kronik yang yang prevalensinya akan meningkat sebagai akibat dari transisi epidemiologi yang sedang berlangsung. Transisi epidemiologi berpenganth terhadap pola penyebab kematian. Permasalahan kesehatan akan bergeser dari masalah-masalah organobiologis menjadi masalah yang berbasis perilaku. Melihat adanya kecenderungan prevalensi DM di berbagai daerah, terutama di kota-kota besar akibat peningkatan kemakmuran, perubahan gaya hidup dan bertambahnya usia harapan hidup maka, dapat dipahami bila dimasa yang akan datang akan berkembang menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di Indonesia. Merujuk pada hasil survei atau penelitian di bidang penyakit tidak menular angka prevalensi diabetes melitus mengalami peningkatan yang cukup bemakna, hasil SICRT tahtm 2003 menunjukkan angka sebesar 14,7 % di perkotaan dan 7,2 % pedesaaan, yang berarti DM merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di masa rnendatang. Diabetesi yang memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai tentang standar diet yang tepat sena mengaplikasikannya dalam diet sehari-hari maka berat badan dan kadar glukosa darahnya dapat dikendalikan dengan baik sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui informasi yang mendalam tentang pengetahuan, persepsi, sikap, miotivasi diabetesi tipe 2 dalarn melaksanakan terapi dietnya dan peranan, dukungan dari keluarga serta tenaga kesehatan di RSUD Sekanvangi tahun 2007. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik FGD dan wawancara mendalam. Informan seluruhnya berjumlah 61 orang, terdiri dari 53 informan diabetesi , 4 orang informan keluarga diabetesi dan 4 orang informan petugas kesehatan. Hasil penelitian rnenunjukkan, pengetahuan informan tentang penyebab DM, gejala DM., pen.gobatan DM, tujuan diet DM, pengertian gula darah, nilai normal gula darah, dan cara mengendalikan gula darah sudah cukup baik. Hal ini disebabkan intbrman penderita sudah cukup mendapatkan intbrmasi dari berbagai surnber baik raisalnya tenaga kesehatan, majalah kesehatan, tv dan teman yang sudah mempunyai pengalaman. Informan dengan kadar glukosa darah tidak terkendali tidak merasakan ancaman apapun apabila mereka tidak melaksanakan diet. Informan dengan kadar glukosa darah terkendali merasakan akan ada ancaman apabila mereka tidak melaksanakan diet, hal ini dikarenakan komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut tidak cepat dirasakan oleh penderita. Beberapa hal yang dapat disarankan untuk penanganan diabetes tipe 2 di RSUD Sekarwangi diantaranya, pernbentukan tim edukator 1DM, tim asuhan gizi, penyuluhan terpadu, klinik diabetes terpadu, kerjasama dengan dinas kesehatan dalarn hal ini puskesmas dan melakukan kunjungan rumah. ......Diabetes mellitus is chronic disease that prevalence always increases as consequence from epidemiology transition and health transition in progress. Epidemiology transition will affect death came pattern. Health issues will shift from oranobiology issues into behavior basis problems. Perceive DM prevalence trend in various country, especially in big cities as consequence of prosperity improvement, lifestyle change and increasing lifespan, so that perceivable if in future period will developed as one of the main disease cause and death in Indonesia. SKRT in 2003 has found rural 14,7 % and urban 7,2 % that means DM is seriously problem. DM patient that has knowledge, attitude and adequate ability toward exact diet standard and implementing it everyday subsequently weight and blood glucose level could controlled properly so that could prevent further complication. Research objective is recognize significant information toward knowledge, perception, attitude and motivation of DM type 2 patient in performing diet therapy and role, support from family and health force at RSUD Sekarwangi year 2007. This research using qualitative method with Discussion Group focuses technique and significant interview. Total informants are 61 people; consist of 53 patient informants, 4 patient family informants and 4 health officer informants. Research result shows that knowledge of patient informant toward DM causes, DM symptoms, DM medications, DM diet purposes, blood sugar interpretation, blood sugar normal value and controlling blood sugar is quite good. It because of patient informant has obtained enough information from various sources such as health officer, health magazine, TV and experienced friends. Informant with uncontrolled blood sugar level does not feel any threat if they are implementing the diet. Informant with controlled blood sugar level does feel threat if they are not implementing the diet. It caused by complication that appear from the disease not felt by patients. Several things that suggested for DM type 2 patient treatments at RSUD Sekarwangi concerning education team, nutritional team, DM clinics, give first-rate service besides in hospital and conduct house visit.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34309
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevent Sumantri
Abstrak :
Latar belakang: Diabetes tipe 2 ditandai dengan resistensi dan defisiensi insulin, selain itu seiring dengan penuaan kejadian resistensi insulin juga semakin meningkat. Pada studi-studi klinis, resistensi insulin dan diabetes tipe 2 terbukti meningkatkan kejadian sindrom frailty pada usila. Obat antidiabetik oral metformin telah dikaitkan dengan penghambatan proses penuaan. Namun demikian, sampai saat ini belum ada data yang menunjukkan manfaat terapi metformin terhadap kejadian sindrom frailty. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada efek protektif metformin terhadap sindrom frailty. Metodologi: Studi ini dilakukan secara kasus kontrol pada subyek berusia ≥60 tahun yang berobat di poliklinik Geriatri dan Diabetes FKUI-RSCM, bulan Maret-Juni 2013. Diagnosis frailty dilakukan dengan menggunakan indeks frailty-40 item (FI-40). Analisis statistik dilakukan dengan metode chi-square untuk analisis bivariat dan regresi logistik untuk analisis multivariat, semua data disertai dengan interval kepercayaan 95%. Hasil: Sindrom frailty didapatkan pada 25% (n=59) subyek penelitian, sedangkan pre-frail pada 72% (n=170) subyek dan sisanya fit. Metformin ditemukan mempunyai hubungan dengan sindrom frailty pada usila dengan diabetes mellitus tipe 2, yang tetap bermakna setelah dilakukan analisis multivariat (adjusted OR 0,043; IK 95% 0,019 – 0,099; p<0,001). ...... Background: Type 2 diabetes (T2DM) was characterised with insulin resistance and deficiency, furthermore with advancing age the was also an increase in insulin resistance. Clinical studies has proven that insulin resistance and T2DM increase the incidence of frailty syndrome in the elderly. Oral antidiabetics metformin was associated with the inhibition of aging process. Eventhough, there was no data that showed the relationship of metformin therapy to frailty syndrome. This study aimed to explore the possibility of metformin protective effect on frailty syndrome. Methodology: This was a case control study conducted in subjects ≥60 years old who visited the Geriatrics and Diabetes outpatient clinic of Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital between March and June 2013. Diagnosis of frailty was established using the FI-40 item criteria. Statistical analysis was done with chi-square method for bivariate and logistic regression method in multivariate analysis, all data was accompanied with 95% confidence interval. Results: Frailty syndrome was found in 25% of subjects (n=59), with median age of 72 years old (SD 6.27) and median of FI-40 item score was 0.18 (SD 0.085). Metformin was found to have a significant relationship with frailty syndrome in the elderly diabetics, which retained significant value after multivariate analysis (adjusted OR 0.043; 95% CI 0.019-0.099; p<0.001). Conclusion: Metformin was shown to have protective effect against frailty syndrome in elderly diabetics.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyana Santika Sari
Abstrak :
Penderita obesitas di dunia terus meningkat tidak hanya di negara maju namun negara berkembang seperti Indonesia. Peningkatan kejadian obesitas ternyata juga sejalan dengan peningkatan kejadian Sindrom Metabolik (SM) salah satunya adalah Diabetes Mellitus Tipe 2. Pengukuran obesitas yang selama ini dilakukan belum akurat. ABSI menggabungkan hasil ukur lingkar pinggang dengan IMT dan tinggi badan sebagai upaya mencari indikator antropometri baru yang lebih valid dalam menggambarkan bahaya dari kegemukan dan obesitas. Sedangkan untuk memperkiraan kejadian Diabetes agar menjadi lebih akurat diperlukan durasi obesitas. Aktivitas fisik diduga menjadi faktor utama yang mempengaruhi kejadian obesitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan desain studi kohor retrospektif. Analisis penelitian menggunakan survival dengan regresi cox. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 2.591 orang dewasa dengan obesitas di 5 Kelurahan di Kota Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan ketahanan terhadap DM Tipe 2 paling rendah terjadi pada orang obesitas yang melakukan aktivitas fisik rendah dibandingkan dengan yang beraktifitas sedang dan tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi survival time antara lain umur, jenis kelamin, riwayat keluarga, asupan karbohidrat, dan asupan lemak. ......Obese people in the world continue to increase not only in developed countries but developing countries like Indonesia. The increase in the incidence of obesity was also in line with the increase in the incidence of Metabolic Syndrome (SM), one of which was Type 2 Diabetes Mellitus. Obesity measurements that had been carried out had not been accurate. ABSI combines waist circumference measurements with BMI and height in an effort to find new anthropometric indicators that are more valid in describing the dangers of obesity and overweight. Whereas to estimate the incidence of diabetes in order to be more accurate the duration of obesity is needed. Physical activity is thought to be the main factor affecting the incidence of obesity. This study uses a quantitative approach using a retrospective cohort study design. Research analysis uses survival with cox regression. The number of samples in this study was 2,591 obese adults in 5 villages in the city of Bogor. The results of this study showed the lowest resistance to Type 2 DM occurred in obese people who did low physical activity compared to those with moderate and high activity. Other factors that affect survival time include age, sex, family history, carbohydrate intake, and fat intake.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53579
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puput Puspita Sari
Abstrak :
Metode self-care atau self-management merupakan salah satu penatalaksanaan standar pada pasien diabetes tipe 2 yang dapat mencegah risiko komplikasi gangguan kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran karakteristik self-care activities (terdiri dari diet, latihan fisik, rutinitas pengecekan nilai gula darah, merokok, dan kepatuhan medikasi) yang dilakukan oleh pasien diabetes tipe 2 yang dapat menyebabkan risiko komplikasi gangguan kardiovaskular. Desain penelitian adalah deksriptif dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan 76 pasien diabetes tipe 2berusia dewasa di kecamatan Cipayung Jakarta Timuryang dipilih secara acak dengan menggunakanmetode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan distribusi kategori risiko gangguan kardiovaskular berdasarkan karakteristik self-care pada pasien diabetes tipe 2 rata-rata adalah tinggi dan sangat tinggi dengan kualitasself-care atau selfmanagement yang masih kurang baik, terutama pada manajemen latihan fisik (100%), namun hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan medikasi yang sudah cukup baik pada pasien diabetes tipe 2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk dapat meningkatkan pengetahuan baik perawat maupun pasien mengenai self-care atau self-managementyang dapat memicu komplikasi kardiovaskular pada pasien diabetes tipe 2 berusia dewasa. ...... Self-care or self-management is one of the Diabetes Standards of Medical Care which can prevent the risk of cardiovascular disease complication. This study aimed to describe self-care activities characteristics (general & specific diet, exercise, checking blood glucose regularly, smoking, dan medication) of adult patient with type 2 diabetes which could leads to the cardiovascular disease. This research designed as descriptive study with cross sectional approach, involving 76 patients with type 2 diabetes in Kecamatan Cipayung Jakarta Timur which were selected by simple random sampling. The results of this research shows cardiovascular disease risks categories based on self-care characteristic from type 2 diabetes adult patients are high and very high, with poor quality of selfmanagement especially body exercise, but the result also tell that medication selfmanagement from the patients was good enough. This study is expected to be beneficial to rise the nurses and patients knowledge of self-care or selfmanagement which can cause cardiovascular disease complication in type 2 diabetes adult patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S64798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nur Latifah
Abstrak :
Skrining kesehatan merupakan salah satu program BPJS Kesehatan dalam upaya kendali biaya pelayanan kesehatan. Namun, pada tahun 2016 ketercapaian program masih mencapai 17 dari target. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi skrining kesehatan diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi di BPJS Kesehatan Kantor Cabang Utama Jakarta Timur tahun 2017. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, telaah dokumen dan wawancara mendalam dengan informan di FKTP Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan BPJS Kesehatan. Hasil penelitian menunjukan bahwa adanya masalah dari sisi komunikasi, sumber daya, sikap implementor, struktur birokrasi dan implementasi kegiatan skrining kesehatan. Penulis menyarankan agar dilakukan upaya perbaikan pada sosialisasi skrining ke FKTP, perencanaan SDM yang matang, pembuatan SOP skrining di FKTP dan memaksimalkan pemanfaatan BPJS mobile skrining.
Health screening is one of the BPJS Kesehatan programs in order control health care costs. However, in 2016 the achievement program only reaches 17 of the target. The purpose of this research is to perceive the implementation of health screening for type 2 Diabtes Melitus and hypertension at BPJS Kesehatan, Branch Office, East Jakarta, 2017. This study used qualitative method, in which data was obtained from observation, document review, and in depth interview with informants at Primary Care and BPJS Kesehatan. Research result indicate that there are issues regarding communication, resources, attitude of implementor, and implementation of health screening. Author suggests that improvement efforts are to be made regarding screening socialization toward Primary Care, human resource planning, screening Standard Operation Procedure SOP at Primary Care, and maximize the utilization of BPJS mobile screening.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67105
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Nabilah Qonitah
Abstrak :
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kondisi kadar glukosa darah yang tinggi karena ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan insulin secara normal atau untuk memproduksi insulin yang cukup. Dalam kurun waktu 5 tahun, prevalensi diabetes melitus pada penduduk berusia ≥ 15 tahun meningkat dari 6,9% pada tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh obesitas terhadap DM tipe 2 di Indonesia, dengan desain penelitian kohort retrospektif. Data yang digunakan berasal dari IFLS-1 dan IFLS-5 dengan sampel sebesar 4.707 dan dianalisis menggunakan uji cox regression. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat 7,4% sampel mengalami diabetes tipe 2. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat pengaruh obesitas dan umur pada tahun 1993 terhadap kejadian DM tipe 2 tahun 2014; dan terdapat hubungan antara konsumsi fast food, konsumsi soft drink, konsumsi buah, aktivitas fisik, dan wilayah tempat tinggal pada tahun 2014 dengan DM tipe 2. Sedangkan, konsumsi cemilan gorengan, konsumsi cemilan manis, konsumsi sayur dan status gizi pada tahun 2014, kebiasaan merokok pada tahun 1993, tidak berhubungan yang bermakna dengan DM tipe 2. Kesimpulan dari penelitian ini adalah status gizi obesitas berisiko 5,62 kali terkena DM tipe 2 dibandingkan dengan status gizi normal setelah dikontrol oleh variabel usia, status gizi tahun 2014, dan wilayah tempat tinggal sebagai confounding ......Type 2 diabetes mellitus (DM) is a disease characterized by high blood glucose levels due to the body's inability to use insulin normally or to produce enough insulin. Within 5 years, the prevalence of diabetes mellitus in the population aged 15 years and above increased from 6.9% in 2013 to 8.5% in 2018. This study aims to determine the effect of obesity on type 2 DM in Indonesia, with a research design retrospective cohort. The data used comes from IFLS-1 and IFLS-5 with a sample of 4,707 and analyzed using cox regression test. The results of this study showed that 7.4% of the sample had type 2 diabetes. The results of the bivariate analysis showed that there was an effect of obesity and age in 1993 on the incidence of type 2 diabetes in 2014; and there is a relationship between consumption of fast food, consumption of soft drinks, consumption of fruit, physical activity, and area of ​​residence in 2014 with type 2 DM. Meanwhile, consumption of fried snacks, consumption of sweet snacks, consumption of vegetables and nutritional status in 2014, habits smoking in 1993, was not significantly associated with type 2 diabetes. The conclusion of this study is that the nutritional status of obesity has a 5.62 times risk of developing type 2 diabetes compared to normal nutritional status after controlling for variables of age, nutritional status in 2014, and the area of residence as confounding.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shanty Chloranyta
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kepuasan SMBG dengan diabetes outcome dan kualitas hidup. Desain penelitian cross sectional dengan sampel penelitian 51 pasien diabetes tipe 2 dengan teknik purposive sampling. Alat ukur yang digunakan adalah Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief , Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES-D. Analisis bivariat menggunakan pearson menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara kepuasan SMBG dengan diabetes outcome p=0.000 dan kualitas hidup p=0.000 pada pasien diabetes tipe 2. Hasil uji multivariat linier berganda menunjukkan variabel yang paling mempengaruhi diabetes outcome dan kualitas hidup adalah usia. Diharapkan intervensi keperawatan yang lebih optimal untuk meningkatkan SMBG. ......This study aimed to analyze the correlation of SMBG satisfaction with the diabetes outcomes and the quality of life. The study design was a cross sectional with total sample of 51 type 2 diabetic patients with purposive sampling technique. The measuring instruments used were The Glucose Monitoring Satisfaction Survey GMSS, The Diabetes Quality of Life Brief DQoL Brief, The Diabetes Self Management Questionnaire DSMQ, The Center for Epidemiologic Studies Depression Scale CES D. Bivariate analysis using pearson the results showed that there was a significant correlation between SMBG satisfaction with diabetes outcome p 0.000 and quality of life p 0.000 in type 2 diabetes patients. Multiple liner mulitivariate test results showed that the most influencing variable of diabetes outcome and quality oflife was age. It is expected that more optimal nursing interventions to improve SMBG.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T47730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>