Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Sarjono Trenggono
Abstrak :
Latar Belakang Permasalahan


Karies gigi (gigi kerowok) adalah penyakit infeksi yang merupakan serangkaian reaksi-reaksi kimia dan mikro biologis yang dapat mengakibatkan kerusakan gigi secara progresf dan bersifat menetap. Keyes (dalam 7) mengemukakan bahwa ada 3 komponen yang saling bekerja sama dalam proses terjadinya karies gigi. Pertama adalah gigi dan ludah sebagai tuan rumah, kedua adalah mikraflara mulut dan yang ketiga makanan terutama karbonhidrat. Kerja sama ketiga komponen tersebut akan menghasilkan plak gigi (dental plaque), me rupakan substansi yang melekat erat pada permukaan gigi dan menyebabkan terbentuknya asam. Asam tersebut mengakibatkan terjadinya demineralisasi permukaan email gigi dan dengan demikian terbentuklah karies gigi. Oleh karena itu ketiga komponen tersebut harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam setiap langkah usaha pencegahan karies gigi.
1986
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aryo Megantoro
Abstrak :
Karies gigi merupakan salah satu penyakit infeksi jaringan keras gigi yang sangat banyak menyerang penduduk Indonesia, dengan tingkat prevalensi lebih dari 90%. Karies terjadi sebagai akibat ketidakseimbangan proses demineralisasi dan remineralisasi yang terjadi pada permukaan gigi, yaitu pada saat tingkat demineralisasi terjadi lebih tinggi daripada remineralisasi. Untuk menanggulangi masalah karies, diperlukan usaha preventif yang terjangkau oleh masyarakat. Salah satu agen yang dipercaya dapat mencegah terjadinya karies adalah xylitol. Penelitian-penelitian terdahulu telah menyatakan bahwa xylitol dapat meningkatkan remineralisasi. Pada penelitian ini, diteliti pengaruh penambahan xylitol pada larutan remineralisasi pada permukaan email yang didemineralisasi ditinjau dari struktur permukaan email gigi. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 22 potong spesimen gigi yang dikelompokkan menjadi kelompok kontrol positif, kontrol negatif, dan perlakuan. Seluruh spesimen gigi, kecuali kelompok kontrol positif, direndam ke dalam larutan asam asetat dengan pH 4 selama 2x24 jam pada suhu 500C. Setelah itu, kelompok perlakuan dibagi ke dalam dua kelompok dan direndam kembali ke dalam larutan reminerlisasi, yang mengandung 20% dan 50% xylitol pada suhu 370C selama 2x7 hari. Seluruh sampel difoto dengan menggunakan SEM (Scaning Electron Micrograf) pada laboratorium CMPFA FTUI dan dilakukan analisis secara kualitatif. Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa xylitol dapat memicu terjadinya proses remineralisasi pada permukaan gigi yang telah mengalami demineralisasi.
Dental caries is one of the infection diseases on the tooth. Its prevalence in Indonesia is more than 90%. Caries happened when there is unbalance condition between demineralization and remineralization process, which is higher in demineralization. To prevent the dental caries, there should be preventive programs that can be reached by all people. One agent believed to control and reduced dental caries is xylitol. This research observed the enamel surface?s structure related remineralization effects of xylitol on artificially demineralized enamel. The samples were demineralized in an acid solution with 4.0 pH level for two days. After that, they`re immersed in a remineralized solution containing 20% or 50% xylitol at 37oC for two weeks. Samples were analyzed using SEM to see the quality difference between the control samples and the other one on the enamel?s surface. SEM analyzing indicated that remineralization happened in enamel?s surfaces. The enamel?s surfaces remineralized with solution containing 50% xylitol had a better change after remineralization than the 20% did. These results mean that xylitol can avoid caries by inducing remineralization and inhibit demineralization.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Fazwishni
Abstrak :
ABSTRAK
Berbagai penelitian dalam bidang kedokteran gigi memerlukan sajian histologi yang baik dan terbaca dibawah mikroskop. Gigi dan jaringan pendukungnya terdiri dari jaringan keras dan jaringan lunak yang sama pentingnya, karena itu diperlukan tindakan dekalsifikasi yang dapat melunakan jaringan keras (dentin, sementum, tulang) agar dapat diiris dengan mikrotom, dan memberi hasil memuaskan pada jaringan lunak (gingiva, pulpa, ligamen periodontal).

Pada penelitian yang dilakukan pada rahang tikus LMR ini, dibandingkan tiga bahan dekalsifikasi yaitu larutan sovin, EDT A 5% pH 7 dan asam formiat 5%, sebagian diwarna hematoksilin Eosin dan sebagian lagi Trikrom Masson Goldner, serta pengaruhnya terhadap hasil akhir sajian histology. Sajian dinilai oleh 3 pemeriksa secara uji buta. Hasil penelitian ditabulasi dan dianalisis dengan Kruskal Wallis one way for analysis of variances.

Pada sajian yang diwarna HE, analisis statistik menunjukkan hasil berbeda bermakna. Kombinasi Bovin-HE memberi hasil paling melunakan mendekati sangat jelas (3,4), kemudian EDTA-HE (3,2) dan terakhir Formiat-HE (dengan nilai 3 = jelas. Dengan pewarna Trikrom Masson Goldner, analisis statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai rata-rata 2,5 (antara jelas dan kurang jelas).
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1990
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Liesma Dzulfia
Abstrak :
Latar Belakang: Karies gigi merupakan penyakit gigi dengan prevalensi tinggi di Indonesia. Tujuan: Mengetahui pengaruh susu sapi dan protein whey terhadap kekerasan email gigi setelah demineralisasi. Metode : Dua puluh satu email gigi diukur kekerasannya sebelum perlakuan, setelah demineralisasi dengan asam sitrat 1%, serta setelah perendaman dengan susu sapi, protein whey, dan aquades selama 90 menit. Hasil: Semua kelompok perlakuan remineralisasi menunjukkan peningkatan nilai kekerasan yang bermakna (p<0,05). Kelompok yang direndam dengan susu sapi dan kelompok protein whey menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna (p>0,05). Kesimpulan: Susu sapi maupun protein whey dapat meremineralisasi gigi.
Background: Caries has high prevalence oral problem in Indonesia. Objective: To evaluate the effect of bovine milk and protein whey on the enamel hardness after demineralization. Methods: Twenty one tooth enamel measured its hardness before the treatment, after demineralized with 1% citric acid, and after immersed in bovine milk, whey protein and aquades for 90 minutes. Results: Significant increase of enamel hardness in all remineralization groups (p<0,05). There was no significant differences between group with immersed in bovine milk and whey protein group (p>0,05). Conclusion: Bovine milk and whey protein can remineralize enamel surface.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadiza Fadillah Nurchasanah
Abstrak :
Latar Belakang: Demineralisasi dentin akibat karies menyebabkan hilangnya mineral dan serabut protein dari dentin intertubular dan peritubular. Silver memiliki efek bakterisidal dan dalam bentuk silver nano memiliki cakupan kontak permukaan yang lebih baik. Propolis memiliki aktivitas mikroba. Penggabungan silver, silver nano, dan propolis dengan fluoride merupakan suatu keuntungan dan menjadi inovasi baru dalam upaya pencegahan karies. Tujuan: Menganalisis kerja dari SDF, SNF, dan PPF dengan konsentrasi yang berbeda terhadap daya hambat demineralisasi dilihat dari morfologi permukaan dentin dan peningkatan kekerasan dentin. Metode: Dilakukan demineralisasi pada 105 sampel dentin disc 70 sampel morfologi permukaan; 35 sampel kekerasan selanjutnya diaplikasikan SDF Ag 25,4 F- 4,48 ; NSF Ag 1,4 F- 2.26 , NSF Ag 1,9 F- 2,26 ; PPF Propolis 6,67 F- 1,19 , PPF Propolis 10 F- 1,19 yang diikuti proses pH-cycling, morfologi permukaan dentin diobservasi menggunakan alat Scanning Electron Micrograph, Vickers Microhardness Tester untuk menganalisis kekerasan dentin. Hasil: Terdapat gambaran kristal fluorapatit pada permukaan dentin SDF Ag 25,4 F- 4,48 dan NSF Ag 1,4 F- 2.26 , NSF Ag 1,9 F- 2,26 . Terdapat lapisan amorf pada permukaan dentin PPF Propolis 10 F- 1,19. Terdapat peningkatan nilai kekerasan dentin gigi pada seluruh konsentrasi SDF, NSF, dan PPF dengan peningkatan terbesar terjadi pada PPF Propolis 6,67 F- 1,19. Simpulan: SDF, NSF, dan PPF dapat menghambat demineralisasi serta dapat meningkatkan kekerasan dentin walaupun peningkatan tersebut tidak dapat mengembalikan kekerasan awal dentin. ......Background: Dentin demineralization due to caries causes loss of mineral and protein fiber in peritubular dentin and intertubular dentin. Silver has a bactericidal effect, silver nano has a broader contact surface and propolis is an antimicroba agent. The combination of silver, silver nano, and propolis with fluoride is a new innovation in caries prevention. Aim: To analyze the effect of SDF, SNF, and PPF with different concentration towards inhibitory effect of demineralization through observed from dentine morphology and increase in hardness. Methods: 105 samples of dentin disc were demineralised and allocated to surface morphology group 70 samples and hardness group 35 samples. Each group received topical application of SDF Ag 25,4 F 4,48 NSF Ag 1,4 F 2.26, NSF Ag 1,9 F 2,26 PPF Propolis 6,67 F 1,19, PPF Propolis 10 F 1,19, followed by pH cycling process, surface morphology of dentin was observed by Scanning Electron Micrograph, Vickers Microhardness Tester was used to analyze dentine hardness. Result: The surface morphology under SEM showed crystal fluorapatite on the dentin surface of SDF Ag 25,4 F 4,48 , NSF Ag 1,4 F 2.26 , and NSF Ag 1,9 F 2,26 . There was an amorphous layer on the dentin surface of Propolis 10 F 1,19 . Increased of dentin hardness were observed after application of SDF, NSF, and PPF with the highest increase of hardness was in the PPF Propolis 6,67 F 1,19. Conclusion: SDF, NSF, and PPF can inhibit demineralization of dentin and increase dentin hardness, although cannot restore the initial value of dentin hardness.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharyl Tiffany
Abstrak :
Latar Belakang: Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) yang mengandung zat aktif Xanthorrhizol merupakan tanaman asli Indonesia yang telah diketahui memiliki efek anti bakteri dan anti C. albicans. Ekstrak etanol temulawak mengandung turunan alkohol sehingga berpotensi menurunkan pH dan dapat memicu demineralisasi email. Dalam penelitian ini digunakan sediaan obat tetes mikroemulsi dengan kandungan 15% ekstrak etanol temulawak. Tujuan: Menguji adverse effect (efek yang tidak diinginkan) dari paparan obat tetes ekstrak etanol temulawak terhadap kekerasan mikro permukaan email gigi. Metode: 28 gigi premolar paska ekstraksi tanpa karies dan kerusakan struktural dipisahkan menjadi 4 kelompok yang akan direndam dalam Obat tetes ekstrak etanol temulawak , kelompok kontrol positif Obat kumur komersial tipe 1 dan Obat kumur komersial tipe 2 dan kelompok kontrol negatif Akuades. Paparan dilakukan selama 1 menit sesuai dengan kelompok bahan paparan, dibilas, lalu direndam selama 10 menit dalam akuades pada suhu 37oC yang dilakukan selama 42 siklus untuk simulasi pemakaian 2 minggu dan dilakukan 21 siklus tambahan untuk simulasi pemakaian 3 minggu. Pengukuran kekerasan mikro dilakukan dengan dengan menggunakan Shimadzu HMV-G – Micro Vickers Hardness Tester sebelum paparan, setelah simulasi pemakaian 2 minggu dan setelah simulasi pemakaian 3 minggu. Data dianalisis dengan Repeated ANOVA dan One-way ANOVA denganuji Post Hoc Tamehane T2. Hasil: Perendaman dalam Obat tetes ekstrak etanol temulawak selama 2 minggu dan 3 minggu menyebabkan penurunan kekerasan mikro yang berbeda bermakna dibandingkan nilai kekerasan mikro permukaan email awal (p<0,001). Pada simulasi pemakaian 3 minggu, rata-rata dibandingkan dengan kontrol negatif tidak memiliki perbedaan bermakna (p 0.065). Kesimpulan: Penurunan kekerasan mikro permukaan email setelah paparan Obat tetes temulawak 3 kali 1 menit dalam sehari selama 3 minggu masih dalam batas aman ......Introduction: Temulawak (Curcuma Xanthorrhiza Roxb.) is a native plant to the Indonesian Archipelago containing the active compound – Xanthorrhizol. Xanthorrhizol and ethanolic extract of temulawak have previously been studied to have anti-C. albicans activities. Ethanolic extract of temulawak contains alcohol derivative which have a potential to lower pH level and trigger enamel demineralisation. This study uses an oromucosal drops containing Curcuma xanthorrhiza ethanolic extract to examine its characteristic stability and it’s safety towards enamel surface Objective: This study is done to analyze the effect of oromucosal drops containing Curcuma xanthorrhiza ethanolic extract exposure on enamel surface micro-hardness. Method: 28 extracted premolars without caries or any other structural damages is used and grouped into different exposure groups, the of oromucosal drops containing Curcuma xanthorrhiza ethanolic extract, Obat kumur komersial tipe 1 (LO), and Obat kumur komersial tipe 2 (LFB) as positive control, and Distilled water as negative control. Exposure is done for 1 minute following the exposure group, then for another 10 minutes in distilled water at temperature 37oC. The cycle is done 21 times for exposure simulation of 2 weeks use and 42 times for exposure simulation of 3-weeks use. Data obtained before exposure, after simulation of 2-weeks use, and 3-weeks used are statistically analyzed with Repeated ANOVA and One-way ANOVA with Post Hoc Tamehane T2. Result: A decrease in enamel surface microhardness following exposure to oromucosal drops containing Curcuma xanthorrhiza ethanolic extract for 2 weeks and 3 weeks were found with significant difference compared to baseline number (p <0,001). After 3 weeks exposure, the mean deacreased of enamel surface hardness was not found significantly diffrenct than the negative control (p 0.065). Conclusion: exposure to oromucosal drops containing Curcuma xanthorrhiza ethanolic extract 3 times a day, 1 minute long for 3 weeks of exposure was still within normal limit.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wees Kaolinni
Abstrak :
Latar Belakang: Semen hidraulik C2SCS merupakan salah satu bahan bioaktif yang disintesis dari bahan alami, yaitu cangkang telur dan sekam padi. Tujuan: Mengetahui efek semen C2SCS dari cangkang telur dan sekam padi terhadap peningkatan derajat kristalinitas hidroksiapatit dentin. Metode: 24 sampel gigi dibuat kavitas buatan dan dibagi menjadi 4 kelompok. Kelompok 1 (dentin normal) sebagai kontrol, kelompok 2 dentin demineralisasi, kelompok 3 dentin demineralisasi diaplikasi semen C2SCS dengan rasio pencampuran 1:1, kelompok 4 dentin demineralisasi diaplikasi semen C2SCS rasio 1:2. Seluruh sampel disimpan dalam shaking incubator pada suhu 37° C selama 14 hari. Kemudian sampel gigi tersebut diperiksa dengan XRD dan SEM untuk melihat peningkatan jumlah kristal hidroksiapatit dentin. Hasil: Terdapat peningkatan derajat kristalinitas hidroksiapatit dentin setelah aplikasi semen C2SCS rasio 1:1 yang nilainya berbeda bermakna dengan dentin demineralisasi, dan tidak berbeda bermakna dengan dentin sehat (kontrol positif). Semen C2SCS rasio 1:1 lebih berpotensi untuk meningkatkan pembentukan kristal hidroksiapatit pada dentin demineralisasi dibanding rasio 1:2 Kesimpulan: Semen C2SCS dari cangkang telur dan sekam padi memiliki potensi untuk meremineralisasi dentin. Semen C2SCS rasio 1:1 memiliki potensi remineralisasi dentin yang lebih tinggi dibanding kelompok lainnya. ......Background: C2SCS cement is one of bioactive material synthesized from natural material, such as eggshell calcium and rice husk silica. Objective: To determine the effect of C2SCS cement made from eggshell and rice husk silica to the increase of degree of cristallinity of dentin hydroxyapatite. Methods: Artificial cavity was made in 24 tooth sample, which then divided into 4 groups. Group 1 is normal dentin as the positive control group. Group 2 is demineralized dentin. Group 3 is demineralized dentin applied with C2SCS cement in mixing ratio of 1:1. Group 4 is demineralized dentin applied with C2SCS cement in mixing ratio of 1:2. All samples are stored inside a shaking incubator at a temperature of 37 C. An examination using XRD was done to all samples to see the degree of cristallinity of dentin hydroxyapatite, and a SEM image is taken to see morphology and microstructure of hydroxyapatite. Result: There is a significant increase of degree of cristallinity of dentin hydroxyapatite after C2SCS cement application with 1:1 ratio compared to demineralized dentin, and insignificant difference with normal dentin. C2SCS cement in 1:1 ratio has more potential to increase the formation of hydroxyapatite crystal compared to 1:2 ratio. Conclusion: C2SCS cement made from eggshell and rice husk silica has the potential to remineralize dentin. C2SCS cement in 1:1 ratio has more remineralization potential compared to other groups.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Purwanti
Abstrak :
ABSTRAK
Karies adalah penyakit akibat infeksi mikrobiologi yang mengakibatkan kerusakan lokal pada jaringan gigi, dimulai dengan terjadinya demineralisasi jaringan keras diikuti dengan kerusakan bahan organik dalam gigi. Karies terjadi akibat peristiwa demineralisasi tanpa diimbangi dengan remineralisasi yang memadai. Dalam penelitian ini dibuat tooth solid (powder) spray dan tooth liquid spray dengan bahan aktif 10% w/w kompleks CPP ? ACP dan EEP, dengan variasi konsentrasi EEP 0%, 2% dan 4% w/w untuk menghambat demineralisasi email gigi. Tooth spray melalui pengujian organoleptik dan viskositas untuk mengontrol hasil sediaan. Kestabilan pH tooth spray diuji untuk menjaga kondisi tooth spray tetap berada di atas pH kritis. Kestabilan kandungan polifenol sebagai zat antibakteri yang berasal dari propolis diuji selama satu bulan untuk memastikan bioavailibilitas zat aktif dalam tooth spray. Hasil pengujian menunjukkan tooth spray memiliki aspek organoleptik dan viskositas yang memadai. Level pH dalam masing ? masing sediaan stabil di atas pH kritis rongga mulut (5.5), dengan range pH antara 6.5 ? 7.12. Kandungan polifenol masing ? masing tooth spray stabil dengan kandungan tertinggi dimiliki oleh tooth solid (powder) spray yang mengandung 4% EEP, yaitu 1.39 ? 1.45% w/w. Hasil pengujian morfologi gigi menggunakan SEM pasca aplikasi tooth spray menunjukkan seluruh formulasi tooth spray dapat memicu remineralisasi sehingga memiliki pengaruh menghambat demineralisasi gigi secara efektif dibanding kontrol negatif.
ABSTRACT
Dental caries is a disease caused by microbial infection that produce localized damage to the tissue classification. The process begins by demineralization in hard tissue, followed by damage of the organic material. Dental caries happens because of demineralization without balanced by remineralization. In this study, tooth powder spray and tooth liquid spray was made with active ingredients of 10% w/w CPP ACP and EEP, with variation of 0%, 2% and 4% w/w EEP in every preparation to inhibit demineralization. Each preparation should cross organoleptic and viscosity study to maintain the quality. pH of each preparations was evaluated to make sure each preparation has pH over the critical pH of oral environment. Polyphenol stability as the antibacterial agent was evaluated for a month to make sure its bioavailability in the preparations. The result shows that each preparations has enough organoleptic aspect and good viscosity. pH level in each preparations is stable above critical pH of mouth environment (5.5), it ranges between 6.5 ? 7.12. Polyphenol content in each preparations is stable with highest polyphenol content is in tooth powder spray with 4% EEP, i.e. 1.39 ? 1.45%. w/w. Qualitative evaluation of tooth morphology by SEM shows that preparations can inhibit enamel demineralization respectively, relative to negative control.
2016
S65576
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhri Rafiki
Abstrak :
ABSTRAK
Penyakit gigi dan mulut menjadi salah satu permasalahan kesehatan paling sering diderita masyarakat Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut mencapai 25,9 persen Republika, 2018 . Saat ini telah dikembangkan sebuah produk vitamin gigi berbentuk gel dengan zat aktif CPP-ACP dan Propolis untuk mencegah demineralisasi gigi. Produk ini sudah melalui berbagai penelitian dan siap turun ke pasar untuk di distribusikan ke masyarakat. Penelitian dan simulasi ini bertujuan untuk mengetahui susunan unit produksi, struktur biaya, kelayakan pabrik, dan sensitivitas biaya pabrik untuk scale up produksi produk vitamin gigi CPP-ACP Propolis dengan basis 10 liter susu per batch. Data yang digunakan diambil dari percobaan yang dilakukan di laboratorium. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SuperPro Desgner. Hasil simulasi menunjukkan bahwa unit produksi terdiri dari 1 reaktor utama, 1 unit filtrasi, 1 drum drying, dan 1 blending tank. Biaya Capital Investment hasil simulasi ini adalah US 197.364 dengan revenue stream sebesar US 425.779/tahun, biaya operasional US 288.098/tahun, NPV sebesar US 493.402, IIR sebesar 46,46 , dan payback time 2.15 tahun. Nilai investasi akan sensitif pada US 968.926 dan annual benefit akan sensitif pada US 304.840. Analsis sensitivitas kenaikan harga bahan baku menunjukkan bahwa kenaikan harga bahan baku 70 menjadikan investasi ini tidak layak secara ekonomi MARR 6,5 dengan nilai IRR 6,64 dan nilai NPV -US 5.237. Hasil Uji organoleptik menunjukkan bahwa warna dan tekstur vitamin gigi belum berubah hingga hari ke-30 setelah ditaruh di kulkas pada suhu 4oC dan suhu ruangan.
ABSTRACT
Tooth and mouth disease are common disease that have been suffered by Indonesin people. Data Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013, percentage of national disease revealed that mouth and tooth desease covering 25,9 percent Republika, 2018 . Currently writter has develop a teeth vitamin product in gel form with active ingredients CPP ACP and Propolyst to prevent teeth demineralization. This product had been tested by many reaseachs and tests and now it is ready to enter commercial market and distribute to society. This research and simulation conducted to know unit production procedures, cost of production, minimun fabric standard, variable cost of production with 10 liter of milk per batch. The data that being used is taken from laboratorium research. The simulation using SuperPro Designer software. The result of simulation shows that production unit consist of 1 primer reactor, 1 filtration unit, 1 drying drum, and 1 blending tank. Regarding to simulation, Capital Investment require US 197,364 with US 425,779 year of reveue stream, US 288,098 year of operational cost, NPV US 493,402, IRR 46.46 , 2.15 year payback time, amount of investment is sensitive at US 968,926, amount of annual profit is sensitive at US 304,840. Sensitivity analisyst shows that increasing price of raw materials at 70 is make this investment unworthy in economic term MARR 6.5 with 6.64 IRR and the NPV valued US 5,237. Result of shelf life test organoleptically showing the color and teskture of tooth vitamin remain the same until day 30th after put in refegerator at 4oC temperature and room temperature.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Praktik keinsinyuran ini tentang desain Water Treatment Plant untuk PLTG PLN Antam Haltim yang memiliki kapasitas pembangkit 3x17 MW dan 2x30 MW. Sumber Raw Water diambil dari air tanah yang memiliki Total Dissolved Solids (TDS) sebesar 276 mg/l dan Total Suspended Solids (TSS) sebesar 302 mg/l. Pada Pembangkit Listrik Pembangkit Gas dibutuhkan kualitas air untuk air besih dan demineralisasi sehingga untuk kebutuhan air bersih tersebut diperlukan proses pre-treatment plant dengan menggunakan Multi Media Filter (MMF) kemudian air tersebut disimpan di Tank dengan kapasitas 870 m3 untuk kebutuhan service water dan Proses Demineralized Plant membutuhkan proses reverse osmosis dan Ion Exchange kemudian air dari demineralized plant di simpan di tank demin dengan kapasitas sebesar 240 m3. Kebutuhan service water untuk PLTG Hatim ini sebesar 2,5 m3/h untuk memenuhi kebutuhan Fire Fighting, Sevice water untuk semua bangunan, Potable water, Dosing WTP dan Dosing WWTP sedangkan untuk kebutuhan deminerazed Plant memiliki memilik kapasitas sebesar 10 m3/h untuk memenuhi kebutuhan 3 unit Tubine Gas kapasitas 17 MW dan 2 unit Turbine Gas Kapasitas 30 MW. Desain water treatment plant harus memenuhi aspek Keselamatan dan Kesehatan kerja, Profesionalisme dan Kode Etik Insinyur. ......This engineering practice concerns the design of the Water Treatment Plant for PLTG PLN Antam Haltim which has a generating capacity of 3x17 MW and 2x30 MW. Raw Water sources are taken from deep well which has Total Dissolved Solids (TDS) of 276 mg/l and Total Suspended Solids (TSS) of 302 mg/l. In Generating Gas Power Plants, water quality is needed for clean water and demineralization so that for clean water needs a pre-treatment plant process using a Multi Media Filter (MMF) then the water is stored in a tank with a capacity of 870 m3 for service water needs and The Demineralized Plant process requires a reverse osmosis and ion exchange process, then the water from the demineralized plant is stored in demineralized tanks with a capacity of 240 m3. The service water requirement for PLTG Hatim is 2.5 m3/h to meet the needs of Fire Fighting, Service water for all buildings, Potable water, Dosing WTP and Dosing WWTP while for deminerazed Plant needs it has a capacity of 10 m3/h to meet the needs of 3 Tubine units Gas capacity of 17 MW and 2 Gas Turbine units with capacity of 30 MW. The water treatment plant design must meet the aspects of Occupational Safety and Health, Professionalism and the Engineer's Code of Ethics.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>