Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2003
616 PEN
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Liana Halim
"ABSTRAK
Latar Belakang: Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi, paling sering mengenai sendi lutut.
Gejala yang dominan adalah nyeri dan kelemahan otot yang menyebabkan
penurunan kapasitas fungsional. Kemampuan berjalan merupakan salah satu
kapasitas fungsional pada OA lutut yang dapat diukur dengan uji jalan. Penelitian
ini bertujuan untuk menilai kesahihan dan keandalan uji jalan 15 meter untuk
mengukur kapasitas fungsional pasien OA lutut.
Metode: Desain studi potong lintang. Penelitian dilakukan terhadap 42 pasien OA
lutut yang didapat secara konsekutif. Kapasitas fungsional subjektif dinilai dengan
kuesioner Indeks Lequesne. Kapasitas fungsional objektif dinilai mengunakan uji
jalan 15 meter dengan mengukur kecepatan jalan. Penilaian uji kesahihan
menggunakan korelasi Pearson antara kecepatan jalan 15 meter dengan Indeks
Lequesne. Penilaian uji keandalan intrarater dan inter-rater menggunakan
Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Hasil: Didapatkan korelasi negatif kuat bermakna antara kecepatan jalan 15 meter
dengan Indeks Lequesne (r= -0,62, p=0,000). Nilai keandalan intrarater ICC 0,990
(Rentang kepercayaan 95% 0,981-0,995, p= 0,000). Nilai keandalan inter-rater
ICC 0,999 (Rentang kepercayaan 95% 0,998-0,999, p= 0,000).
Simpulan: Uji jalan 15 meter terbukti sahih dan andal untuk mengukur kapasitas fungsional pasien OA lutut.

ABSTRACT
Background: Osteoarthritis (OA), a degenerative joint disease, is associated with
a breakdown of cartilage in the joints, with the knee being the most commonly
affected joint. Symptoms include pain and muscle weakness which cause
declining functional capacity. Walking ability, one of the functional capacities of
patients with knee OA, is measurable using walk test. The aim of the study was to
look at the validity and reliability of 15-meter walk test to measure the functional
capacity of patients with OA of the knee.
Methods: The study was a cross sectional study which looked at 42 consecutive
knee OA patients. Functional capacity of these patients were evaluated
subjectively using Lequesne Index questionnaire. In addition, functional capacity
was measured objectively using 15-meter walk test by measuring their walking
speed. Validity was evaluated using Pearson correlation coefficient between the
15-meter walk test and Lequesne Index questionnaire. Intrarater and inter-rater
reliability was assessed using Intraclass Correlation Coefficient (ICC).
Results: There was a significant negative correlation between 15-meter walk test
and Lequesne Index questionnaire (r= -0,62, p=0,000). Intrarater ICC reliability
score 0,990 (95% confidence interval 0,981-0,995, p=0,000). Inter-rater ICC
reliability score 0,999 (95% confidence interval 0,998-0,999, p=0,000).
Conclusions: 15-meter walk test was proven to be valid and reliable to assess the functional capacity of patients with OA of the knee. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anak Agung Ngurah Ronny Kesuma
"Background : Laminoplasty was developed to widen the spinal canal dimensions without permanently removing the dorsal elements of the cervical spine. The retained dorsal elements should aid in the prevention of muscle scarring to the dura and potentially reduce the incidence of postoperative instability.
Cervical laminoplasty has been advocated as an alternative procedure to laminectomy for the decompression of the cervical spine. It provides favourable cord decompression and stabilisation of the cervical spine and is a simpler and safer alternative to anterior fusion and laminectomy for myelopathy and myeloradiculopathy, due to degenerative cervical stenosis. Most authors report outcome based on the Japanese Orthopedic Association (JOA) scoring system. Reported results include mean preoperative and postoperative scores for all patients, and a calculated rate of recovery is provided. The mean recovery rate after the Hirabayashi expansive laminoplasty is approximately 60%. To know the outcome, we evaluated 9 patients with degenerative cervical spinal stenosis that had been treated with laminopalsty using JOA score and Oswestry disability index questioner also the correlation between them.
Methods : We performed pre and post interventional study on patients with degenerative cervical spinal stenosis with moderate until severe stenosis that had failed non operative treatment from January 2007 -June 2008 at Cipto mangunkusumo Hospital Jakarta. With JOA score as clinicall approach and Oswestri Disability Index (001) questioner by patient approach, we identify the cervical spine function of the patients before and after laminoplasty (1 month, & 6 month post operative)
Results: There were significant difference of JOA and 001 score before and after decompression by laminoplasty with p<0.05. The improvement of cervical spine function also significantly increase until 6 months after surgery compare to the 1$ month post operative JOA and 001 score (p=0.028, p=0.035 respectically). There is strong correlation between them (r=0.804).
Conclusion : Laminoplasty decompression technique can improve the cervical spine clinically (increase the JOA score) and quality of life (decrease the 001 score) of patient with degenerative cevical spinal stenosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T59099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nainggolan, Regine Martauli
"Penyakit jantung koroner merupakan penyakit degeneratif yang masih menjadi permasalahan kesehatan di dunia. Salah satu faktor penyakit jantung koroner ini adalah obesitas sentral. Persentase status obesitas sentral ini mengalami kenaikan dari tahun 2007 sampai 2013. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dan menggunakan data Riskesdas 2013. Sampel penelitian ini adalah semua penduduk yang berusia 45 tahun ke atas yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner adalah 1,2 dan terdapat hubungan antara status obesitas sentral terhadap penyakit jantung koroner pada usia 45 tahun ke atas di Indonesia tahun 2013 setelah dikontrol oleh variabel konfounding. Faktor yang menjadi konfounding adalah penyakit diabetes, hipertensi, dan perilaku merokok. Selain itu, terdapat interaksi oleh variabel konfounding terhadap obesitas sentral yaitu diabetes dan merokok. Oleh karena itu,diperlukan promosi kesehatan mulai dari promosi kesehatan penyakit jantung koroner baik pencegahan primer maupun pencegahan sekunder.

Coronary heart disease is a degenerative disease that remains a health problem in the world. One of the factors of coronary heart disease are central obesity. The percentage of central obesity status is increased from 2007 to 2013. This study was conducted to examine the relationship of central obesity to coronary heart disease.
The study design used is cross sectional and use data Riskesdas 2013. Samples were all residents aged 45 years and over who meet the inclusion and exclusion criteria.
The results of this study indicate that the prevalence of coronary heart disease was 1.2 and there is corelation between central obesity status of coronary heart disease at the age of 45 years and over in Indonesia in 2013 after being controlled by confounding variables. Confounding factors that are diabetes, hypertension, and smoking behavior. In addition, there is an interaction by confounding variables to central obesity, namely diabetes and smoking. Therefore, required health promotion ranging from coronary heart disease health promotion both primary prevention and secondary prevention."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64508
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latsarizul Alfariq Senja Belantara
"Parameter spinopelvic alignment (sagittal balance) merupakan salah satu etiologi yang dicuriga dalam menyebabkan spondilolisthesis degeneratif. Namun, hasil dari studi-studi sebelumnya menunjukkan hasil yang berlawanan; dimana beberapa studi menemukan hubungan yang signifikan dari beberapa parameter tersebut sedangkan yang lain tidak. Sebelumnya, belum terdapat meta-analisis mengenai hubungan spinopelvic alignment dengan terjadinya spondilolistesis degeneratif. Meta-analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan parameter spinopelvic alignment dengan terjadinya spondilolisthesis degeneratif. Systematic review dan meta-analisis yang dikerjakan berdasarkan metode Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA). Pencarian literatur dilakukan melalui PubMed, EMBASE, ScienceDirect, Cochrane, dan Google Scholar. Kualitas metodologis berdasarkan ceklis Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) cross-sectional study quality methodology checklis dan Newcastle-Ottawa Scale (NOS) untuk studi kohort. Analisis statistik dilakukan menggunakan Rev-Man 5.3. Kekuatan asosiasi diperkirakan menggunakan MD, RR, atau OR dan 95% IK nya. Data disajikan dalam bentuk tabel dan forest plot. Nilai P dibawah 0,05 dianggap sebagai bermakna secara statistik. Efek fixed-effect digunakan ketika tidak terdapat heterogenitas statistik signifikan (I2 < 50%, P > 0.10). Jika tidak, efek random-effects (metode Dersimonian dan Laird) digunakan. Grup disajikan antara lain usia, jenis kelamin, PI, PT, SS, LL, dan TK. Studi subgrup dilakukan berdasarkan area dan desain studi untuk memastikan hubungan area dan heterogenitas. Didapatkan total 3,236 artikel. Sejumlah 281 artikel penelitian didapatkan dari PubMed, 959 artikel dari ScienceDirect, 24 artikel dari Cochrane, 1820 artikel pada Google Scholar. Selain itu, dilakukan juga pencarian artikel secara hand searching dari daftar pustaka masing-masing artikel. Didapatkan sebanyak 10 artikel yang dianggap berhubungan dengan kata kunci penelitian. Ditemukan bahwa pelvic incidence (mean difference [MD] = 11,94 [1,81-22,08], P = 0,02), pelvic tilt (MD = 4,47 [0,81-8,14]), P = 0,02), dan usia (MD = 11,94 [1,81-22,08], P = 0,02) berhubungan terjadinya spondilolistesis degeneratif. Ditemukan pula perempuan memiliki risiko 2,86 kali lipat mengalami spondilolistesis degeneratif dibandingkan dengan laki-laki (OR = 2,86, IK95%=1,49-5,48; p = 0,002). Meta-analisis ini menunjukkan bahwa pelvic incidence, pelvic tilt, usia, dan jenis kelamin perempuan berhubungan terjadinya spondilolistesis degeneratif

Spinopelvic parameter may result in the development of degenerative spondylolisthesis. However, results from previous studies show conflicting results; some studies found significant relationship of some of these parameters with degenerative spondylolisthesis, while others did not. Previously, there was no meta-analysis regarding the association between spinopelvic alignment and degenerative spondylolisthesis. This meta-analysis aims to determine the association between spinopelvic alignment and degenerative spondylolisthesis. Systematic reviews and meta-analyzes are carried out based on the Selected Item Reporting method for Systematic Review and Meta Analysis (PRISMA). Literature search was performed using PubMed, EMBASE, ScienceDirect, Cochrane, and Google Scholar. Methodological quality based on the cross-sectional checklist of the Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ) quality check methodology and the Newcastle-Ottawa Scale (NOS) for cohort studies. Statistical analysis was performed using Rev-Man 5.3. The strength of the association is estimated using MD, RR, or OR and 95% of its IK. Data is presented in table and forest plot form. P values below 0.05 are considered as statistically significant. Fixed-effect effects are used when there is no statistically significant heterogeneity (I2 <50%, P> 0.10). Otherwise, random-effects (the Dersimonian and Laird methods) are used. Groups presented include age, gender, PI, PT, SS, LL, and TK. Subgroup studies are conducted based on ethnic and study design to ascertain racial relations and heterogeneity.A total of 3,236 articles were obtained. Get 281 research articles from PubMed, 959 articles from ScienceDirect, 24 articles from Cochrane, 1820 articles on Google Scholar. In addition, a hand searching article was also conducted from the bibliography of each article. 10 articles related to research keywords were obtained. It was found that pelvic incidence (mean difference [MD] = 11.94 [1.81-22.08], P = 0.02), pelvic tilt (MD = 4.47 [0.81-8.14]), P = 0.02), and age (MD = 11.94 [1.81-22.08], P = 0.02) associated with degenerative spondylolisthesis. Compared with men (OR = 2.86, IK95% = 1.49-5.48; p = 0.002). This meta-analysis proves that pelvic incidence, pelvic tilt, age, and female sex are associated with degenerative spondylolisthesis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismail Salim
"Pendahuluan: Operasi fusi tulang belakang adalah penanganan definitif yang dilakukan untuk mengembalikan stabilitas struktural tulang belakang. Sel punca mesenkimal (SPM) telah diteliti mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan defek pada metafisis tulang dan fusi vertebra. Saat ini, terdapat keterbatasan studi yang menilai capaian fusi vertebrae pada pasien dengan SPM. Metode: Studi ini menggunakan desain systematic review berdasarkan metode Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) yang dilakukan pada Juni 2020. Data dianalisis mengikuti panduan dari Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Interventions dan menggunakan software Review Manager (RevMan, V.5.3). Hasil: Dari 11 studi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, ditemukan perbaikan radiologis yang signifikan pada 3 studi RCT ini yakni OR: 2,46 (95% IK: 1,29-4,68; I2: 68%) pada pemeriksaan CT scan dan 2 studi RCT OR: 3,91 (95% IK: 1,92-7,99; I2: 0%) pada pemeriksaan X-ray. Pada studi pre dan post ditemukan 100% pasien mengalami perbaikan radiologis pada akhir studi. Perbaikan klinis nyeri berbeda bermakna pada pasien dalam waktu 3 bulan pasca tindakan pemberian stem sel dan bertahan dalam waktu 6-12 bulan. Perbaikan hambatan fungsi dengan penilaian skor ODI bermakna dalam 6 bulan pasca tindakan. Efek samping yang banyak ditemukan adalah nyeri. Kesimpulan: Penggunaan sel stem mesenkimal menghasilkan perbaikan radiologis, klinis, dan fungsi yang signifikan pada pasien dengan penyakit tulang belakang degeneratif.

Introduction: Spinal fusion surgery is a definitive treatment to restore spinal structural stability. Although allograft is a gold standard for vertebral fusion, this method associates with high morbiidy. Based on previous studies, mesenchymal stem cell has ability to fix defect of metaphyses of bone and has a role in vertebral fusion. However, studies about vertebral fusion in patient treated with mesenchymal stem cell are still limited. Method: This study was a systematic review which was conducted according to Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-Analysis (PRISMA) on June 2020. Data was analysed with guidance from Cochrane Handbook for Systematic Reviews of Interventions using Review Manager (RevMan, V.5.3) software. Results: From 11 studies which satisfy inclusion and exclusion criteria, there were significant radiological improvement in 3 RCT study on CT scan (OR: 2,46 95%CI: 1,29-4,68; I2: 68%) and 2 RCT study on X-Ray examination (OR: 3,91 95%CI: 1,92-7,99; I2: 0%). On pre and post study, 100% of patients showed significant improvement. The pain improved significantly 3 months after the procedure. Functional ability improved within 6 months after the surgery. The most common side effect reported was pain. Conclusion: Mesenchymal stem cell resulted in significant improvement of radiological, clinical, and function of patients with degenerative spinal disease."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Widyasari
"ABSTRAK
Penelitian ini berfokus kepada upaya janda adi yuswa cerai mati pengidap penyakit degeneratif dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang tanpa mereka sadari mengalami berbagai marginalisasi dari program kegiatan yang terlihat netral ender.. Perjuangan yang dialami keempat janda adi yuswa yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini juga pengalaman dari delapan caregiver serta subjek pendukung yang menjadi supporting system dari para janda adi yuswa ini serta dua subjek pendukung dari institusi yang menjadi pelaksana kegiatan JKN. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur, wawancara mendalam, observasi lapangan serta data sekunder, kemudian dianalisis dengan menggunakan teori feminis sosialis baru, serta teori tindakan Robert K. Merton. Hasil penelitian yaitu kebijakan yang terlihat netral jender ternyata secara filosofis sangat patriarkis, karena didasari pembagian kerja yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan. Janda adi yuswa sebagai pemegang kartu tambahan JKN dalam kacamata BPJS kesehatan secara statistik adalah laki-laki seperti alamarhum suaminya. Suara dan kebutuhan spesifik mereka dianggap tidak berbeda dengan kebutuhan laki-laki, kondisi ini mengakibatkan para janda ini mengalami marginalisasi secara ekonomi baik, diperparah dengan minimnya akses informasi dan rendahnya tingkat pendidikan membuat janda adi yuswamakin tidak berdaya dalam posisinya sebagai penerima manfaat jaring pengaman kesehatan. Kata Kunci: Janda Adi yuswa, Jaminan Kesehatan Nasional, penyakit degeneratif, dan Pelayanan kesehatan.

ABSTRACT
This study focuses widow who suffered from degenerative diseases in obtaining health services unwittingly experiencing various acts of marginalization of the program activities are neutral gender. The struggle experienced by four elderly widow who becomes primary source in the study also eight subject as caregiver of the elderly widows. Method of data collection is semi structured interviews, field observations, in depth interviews and secondary data, which are then analyzed using the theory of the new Socialist feminist theory, gender sociology recently about the health status of women as well as action theory by Robert Merton. The neutral gender visibility policies such as health safety net proved philosophically are patriarchy Elderly widow as additional card from JKN in the perspective of JKN statistically are men like her late husband. Voices and their specific needs are considered same to men 39 s needs, these conditions result economically marginalize for widows, This condition compounded by lack of access to information and low levels of education. Keywords Elderly widow, national health coverage, degenerative diseases and health services"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maritza Adelia Syawal
"Permasalahan pencemaran udara memiliki urgensi yang tinggi karena telah menjadi penyebab dari sebagian besar beban kesehatan di seluruh dunia yang diketahui menjadi penyebab dari sekitar 7.000.000 kematian dini per tahun akibat berbagai airborne diseases dan penyakit degeneratif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui tren dan dampak kesehatan dari kualitas udara ambien di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2019—2023. Desain studi ekologi time series digunakan untuk mengetahui tren dan hubungan antarvariabel dari tahun ke tahun menggunakan data sekunder. Hasil penelitian menunjukkan adanya tren fluktuatif dengan adanya konsentrasi SO2 dan PM10 yang melebihi baku mutu dan terjadinya penurunan jumlah kasus pneumonia, TB paru BTA (+), dan hipertensi pada awal pandemi COVID-19. Korelasi positif antara PM10 dengan TB paru BTA (+) didapatkan pada tahun 2019. Di sisi lain, SO2 dengan TB paru BTA (+) dan hipertensi serta PM10 dengan pneumonia menghasilkan adanya variasi arah korelasi dalam hubungan antara kedua variabel dari tahun ke tahun. Dampak kesehatan terhadap kualitas udara ambien memiliki hasil korelasi berbeda yang bergantung terhadap jenis dampak kesehatan yang dipengaruhi oleh dosis paparan serta interaksi dengan faktor-faktor risiko lain seperti variabilitas epidemiologis. Dengan ini, diperlukan upaya pengendalian pencemaran udara, optimalisasi surveilans penyakit, serta variabel epidemiologis yang berkemungkinan berperan dalam mempengaruhi hubungan antarvariabel.

Air pollution issues has become cause of the health burden worldwide, with approximately 7,000,000 premature deaths per year due to various airborne diseases and degenerative diseases. This study aimed to determine trends and health impacts of ambient air quality in DKI Jakarta in 2019-2023. Using secondary data, an ecological time series design was implemented to determine trends and relationships between variables from year to year. The results showed a fluctuating trend, especially with SO2 and PM10 concentrations known to exceed the quality standards. A decrease in pneumonia, AFB (+) pulmonary TB, and hypertension cases also happened at the beginning of the COVID-19 pandemic. A positive correlation between PM10 and AFB (+) pulmonary TB was found in 2019, while SO2 with AFB (+) pulmonary TB and hypertension and PM10 with pneumonia resulted variations in the direction between the two correlations of variables from year to year. The health impacts of ambient air quality have different correlation results depending on the diseases influenced by exposure dose and interactions with other risk factors, such as epidemiological variability. This requires air pollution control and optimization of disease surveillance. The result suggests that epidemiological variables may play a role in influencing the relationship between variables."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizasjah Daud
"ABSTRAK
Telah banyak disepakati bahwa analisis cairan sendi berperanan penting untuk menegakkan diagnosis kelainan sendi yang berhubungan dengan efusi cairan dalam ruang sendi. Dengan melakukan analisis cairan sendi, dapat diperoleh informasi yang tepat tentang kelainan sendi. Hasii uji serologis atau kimia darah yang abnormal seperti,f aktor reumatoid yang positif, terdapatnya antibodi antinuklir atau peningkatan kadar asam urat darah dapat menimbulkan interpretasi yang salah dan tidak dapat menentukan sifat kelainan yang terjadi di dalam persendian.
Pada beberapa kelainan sendi dengan efusi seperti yang terjadi pada artritis kristal, artritis septik, "systemic lupus erythematosus" serta beberapa kelainan sendi lainnya, diagnosis dan etiologi kelainan sendi dapat ditegakkan dengan analisis cairan sendi dalam waktu yang relatif singkat.
Pada keadaan tertentu, walaupun analisis cairan sendi tidak bersifat diagnostik, akan tetapi pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang. Analisis cairan sendi dapat digunakan untuk membedakan suatu kelainan sendi degeneratif dari berbagai kelainan sendi inflamatif. Dengan memeriksa cairan sendi, beberapa kemungkinan diagnosis banding ada kelainan sendi yang dihadapi akan dapat disingkirkan, sehingga arah penatalaksanaannya dapat ditentukan dengan lebih seksama. Selain itu aspirasi cairan sendi dapat mengurangi tegangan membran sinovial, sehingga penderita akan segera merasakan perbaikan kelainan sendi yang dideritanya.
Beberapa penelitian cairan sendi yang pernah dilakukan umumnya cenderung untuk mengevaluasi nilai diagnostik suatu parameter cairan sendi tertentu untuk menegakkan diagnosis kelainan sendi tertentu yang spesifik.
Pada pihak lain, sekalipun telah terdapat berbagai standard analisis cairan sendi, masih jarang dilakukan evaluasi nilai diagnostik pemeriksaan ini, walaupun analisis cairan sendi sangat penting untuk menunjang diagnosis klinis efusi sendi, terutama pada keadaan klinis yang meragukan.
Selain itu anggapan yang salah bahwa prosedur analisis cairan sendi merupakan pemeriksaan yang sukar dilakukan serta memerlukan biaya yang tinggi, menyebabkan prosedur yang dapat menghasilkan informasi yang sangat berharga dan mullah dikerjakan ini seringkali tidak dilakukan.
Dengan terdapatnya peningkatan automatisasi laboratorium, sebenarnya pada saat ini pemeriksaan beberapa parameter cairan sendi telah dapat dikerjakan sekaligus dalam waktu yang relatif singkat dengan menggunakan multi channel analyzer. Akan tetapi karena adanya berbagai keterbatasan dalam hal sarana peralatan, reagen, dana dan tenaga yang terlatih, agaknya perlu ditetapkan suatu pemeriksaan cairan sendi rutin yang mudah dilakukan dengan biaya yang terjangkau. "
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>