Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Aulia
"ABSTRAK
Meskipun pembahasan mengenai alih kode sudah marak dibahas, hanya sedikit yang membahas isu budaya pada alih kode. Penelitian ini akan membahas mengenai perbedaan budaya Barat dan Indonesia melalui penggunaan alih kode pada majalah Gogirl!. Penelitian ini menggunakan teori Lalita Malik 1994 mengenai alasan-alasan seseorang menggunakan alih kode. Penelitian ini akan melihat kemunculan alih kode didalam lingkup keakraban dan konsep budaya. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa alih kode muncul ketika tidak adanya ketersediaan kata, tidak adanya padanan kata, ataupun untuk menekankan kata. Alasan-alasan tersebut juga menunjukan perbedaan budaya yang turut berkontribusi terhadap penggunaan alih kode pada majalah Gogirl!. Untuk pendalaman penelitian selanjutnya, pembahasan mengenai hubungan antara keakraban dan masalah sosial dapat dibahas.

ABSTRACT
Despite past researches on code switching, few have touched upon the cultural analysis on code switching. This study examines issues of cultural differences between Western and Indonesian through code switching occurrence in Gogirl magazine. This study was based on Lalita Malik rsquo s 1994 theory on the reasons of code switching, and this study will investigate code switching occurrences within the intimacy and the cultural concepts spectrums. Based on the finding, code switching occurs when there is lack of register competence and facility, and it also serves to emphasize words. Those reasons reflect cultural differences issue that also contribute in the occurrence of code switching in Gogirl magazine. In the future, future studies might want to focus the study on relations between intimacy and social problems, where intimacy might be triggered by social circumstances."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Juwita Anindya
"Hampir semua orang tahu Barbie, sebuah boneka yang menunjukkan nilai-nilai budaya dan konsep kecantikan wanita. Bagaimanapun, Barbie hanya merepresetasikan satu budaya yang spesifik, yakni budaya kebaratan. Berbeda dengan budaya kebaratan, budaya ketimuran juga membutuhkan sebuah boneka yang dapat merepresentasikan budayanya. Kemudian muncullah Fulla sebagai representasi kecantikan budaya ketimuran. Fulla menunjukkan nilai-nilai budaya ketimuran serta konsep kecantikan baru yang berbeda dengan Barbie. Kemunculan Fulla memang dapat mempertegas perbedaan yang ada antara budaya kebaratan dan ketimuran, namun ia dapat memberi pilihan lain untuk membentuk pola pikir masyarakat mengenai adanya kecantikan budaya ketimuran. Dengan menggunakan teori Orientalisme Said penulis berharap dapat terbantu untuk mendukung argumen-argumen mengenai budaya ketimuran yang dapat menjadi kompetitor yang sama kuat dengan budaya kebaratan di masa sekarang ini.

Most people know Barbie, a doll that conveys some values about culture and about the concept of women?s beauty. However, Barbie only represents one specific culture, which is Western culture. Different with Western culture, Eastern culture needs a doll who can represent their values. Then, Fulla appears as the representative of Eastern beauty. Fulla conveys some values about Eastern culture and about the new concept of women?s beauty which are different from Barbie. Fulla?s appearance here is thought can emphasize the cultural differences among the society, but it can give another choice to shape people?s new thought about the beauty of Eastern culture. Using Said?s orientalism will help the writer to support the arguments about Eastern culture that can be an equal competitor to Western culture nowadays.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Chong Sung Woo
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat perbedaan keterlibatan ayah pada remaja berdasarkan jenis kelamin dan budaya remaja. Sampel penelitian ini adalah imigran Korea (n=106) yang saat ini tinggal di Jakarta dan orang Indonesia (n=343) yang saat ini tinggal di JABODETABEK, dengan usia antara 15 sampai 18 tahun. Penelitian ini menggunakan Nurturant Fathering Scale (Affective domain), Reported Father Involvement Scale (Behavioral domain), dan Desired Father Involvement Scale (Desired domain) untuk mengukur keterlibatan ayah. Data diperoleh secara luring dan daring dengan kuesioner yang disebar pada SMA, baik nasional dan internasional. Data dianalisis menggunakan Two-way ANOVA. Hasil menunjukkan keterlibatan ayah tidak berbeda pada remaja laki-laki dan perempuan. Namun, terdapat perbedaan keterlibatan ayah berdasarkan budaya, di mana imigran Korea menunjukkan tingkat keterlibatan ayah yang lebih tinggi pada Behavioral domain dibandingkan orang Indonesia, khususnya pada "menyediakan penghasilan" dari Ayah kepada remaja imigran Korea. Sedangkan, orang Indonesia menunjukkan tingkat keterlibatan ayah yang tinggi pada Desired domain dibandingkan imigran Korea, khususnya pada "menyediakan penghasilan" dari Ayah kepada remaja Indonesia. Lebih lanjut, tidak ditemukan efek interaksi antara jenis kelamin dan perbedaan budaya kepada keterlibatan ayah.

The aim of this research is to discover whether father involvement in adolescents differs basedontheiradolescents’genderandculturaldifferences. Thesamplesforthisresearch are immigrant Koreans (n=106) who currently live in Jakarta and Indonesians (n=343) who currently live in JABODETABEK, with an age range between 15-18 years old. This research used Nurturant Fathering Scale (Affective domain), Reported Father Involvement Scale (Behavioral domain) and Desired Father Involvement Scale (Desired domain) to measure father involvement. The data was taken through both offline and online questionnaires in high schools (both National and International). The statistic of Two-way ANOVA was used to analyze the data. This research found that father involvement did not differ between male and female adolescents. However, father involvement did differ based on the culture, immigrant Korean showed higher levels of father involvement in the Behavioral domain than Indonesians (Jabodetabek), especially in “Providing Income” of the father towards immigrant Korean adolescents. However Indonesian (Jabodetabek) showed much higher levels of father involvement in the Desired domain than immigrant Korean, especially in “Providing Income” of the father towards Indonesian (Jabodetabek) adolescents. Moreover, the interaction effect of gender and cultural differences towards father involvement were not found as well."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Hanif Widodo
"Komposisi dari Top Management Team (TMT) merupakan salah satu pendorong kinerja perusahaan. Salah satu aspek kunci dalam komposisi TMT adalah pendidikan. Pendidikan dalam TMT merupakan pendorong kinerja perusahaan karena itu mendorong inovasi perusahaan dan merupakan bakat TMT untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perusahaan .Keragaman pendidikan dapat membantu kinerja perusahaan karena memberikan pemahaman yang luas untuk situasi yang kompleks. Sedikit penelitian telah dilakukan dalam memahami hubungan antara keragaman pendidikan dan kinerja perusahaan. Saya merancang hipotesis saya berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan teori Upper Echelon sebagai landasan saya. Untuk lebih memperjelas hasil, saya memilih masa jabatan CEO sebagai variabel moderator. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, saya merancang data set dengan Tingkat Pengembalian Aset dan komposisi TMT tahun 2017 dari 96 perusahaan Indonesia yang terdaftar dalam indeks komposit Kompas100 dan menganalisis data dengan regresi linier berganda. Walaupun hasilnya tidak dapat menunjukkan bahwa keragaman pendidikan TMT yang tinggi mengarah pada kinerja perusahaan yang lebih baik, ini berimplikasi bahwa pendidikan TMT dan masa jabatan CEO memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Top Management Team (TMT) composition is a driver in firm performance. One key aspect in TMT composition is education. Education in TMT is a driver in firm performance as it drives the firm`s innovation and is a resource for the TMTs to face the challenges of the firm. Education diversity can help the firm performance as it gives a wide array of understanding for complex situations. Little research has been conducted in understanding the relationship between education diversity and firm performance. I designed my hypothesis based on previous research, with Upper Echelon Theory as my foundation. To better explain the results, I chose CEO tenure as a moderating variable. To address the research question, I designed a dataset with the 2017 Return on Assets and the TMT composition of 96 Indonesian firms listed in the Kompas100 composite index and analyzed the data with multiple linear regression. While the result could not show that high TMT education diversity does lead towards a better firm performance, it has implications that TMT education and CEO Tenure does have an effect on firm performance. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Meidy Wardini Arisawan
"Sejumlah penelitian telah mempelajari pergantian Top Management Team (TMT) dalam perusahaan target setelah akuisisi dan mengembangkan topik tersebut selama lebih dari 30 tahun karena tingginya relevansi masalah ini terhadap topik Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian dari pengembangan studi tersebut menghasilkan topik ini menjadi lebih dinamis dan karena itu rentan terhadap berbagai definisi ide dan konsep yang sama, serta mengarah pada hasil yang bertentangan.
Studi ini bertujuan untuk meninjau secara sistematis dan kritis sejumlah studi yang relevan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mempertahankan Top Management Team (TMT) dari perusahaan target dengan menguraikan faktor-faktornya. Dalam karya ini, saya mengidentifikasi celah dari topik ini, temuan baru, dan rekomendasi untuk penelitian di masa depan berdasarkan 30 artikel yang diterbitkan di 17 jurnal manajemen dan internasional terkemuka dari tahun 1988 hingga 2019.

Numerous research have studied the target company`s Top Management Team (TMT) turnover following acquisition and developed the topic for more than 30 years due to its high relevancy of a human resource issue. Part of the development resulted in the topic becoming more volatile and therefore susceptible to various measurements of the same ideas and concepts, as well as leading to contradictory results.
This study aims to systematically and critically review relevant studies and provide a better understanding on how to retain TMTs of target companies by outlining the factors. I identified existing gaps, new findings, and future research directions on the basis of 30 articles published in 17 top management and international business journals from 1988 to 2019.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Daya Lolitasari
"ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk menganalisa perbedaan implementasi kampanye global Oreo ldquo;Wonderfilled rdquo; yang dilaksanakan di Jakarta dan New York. Analisis dilakukan menggunakan tiga dari empat tahap proses public relations yaitu penelitian, perencanaan dan eksekusi serta komunikasi. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah studi kepustakaan melalui jurnal ilmiah, skripsi, thesis, data statistik serta informasi terkait yang terdapat di internet. Hasil dari pengamatan ini menunjukkan bahwa dalam melakukan kampanye global, tahap penelitian menjadi salah satu penentu kesuksesan sebuah kampanye terutama penelitian mengenai budaya suatu negara yang ditargetkan. Selain itu, pemilihan strategi kampanye participating dan penggunaan media sosial sebagai bentuk brand activation juga menjadi faktor pendukung keberhasilan kampanye Oreo ldquo;Wonderfilled rdquo; karena adanya keterlibatan khalayak secara langsung.

ABSTRACT
This study aims to analyze the comparison of Oreo ldquo Wonderfilled rdquo global campaign that implemented in Jakarta and New York. The analysis conducted using three of four steps process of public relations, namely research, planning, action and communication. The method used in this study is literature review by collecting literary sources such as journals, thesis, statistic data and another related information through news coverage on the internet. Results show that research and a good understanding of culture differences are the keys to a successful global campaign because each group have different needs according to their customs and traditions. Besides, the other factors that makes this campaign successful are the use of participating campaign strategy and social media as a tool of brand activation because it involves direct participation with audience. "
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Markus Hartono
"The fulfilment of customers’ emotional needs (Kansei in Japanese) tends to be highly expected, especially in growing industries such as the service industry. Recent research shows that emotion is just as important as cognition in service-related encounters. Thus, service providers should not overlook the significant roles of both emotional and cognitive aspects in achieving service excellence for customers. In modeling how to capture and translate customers’ emotional needs into services, Kansei Engineering (KE) is used. This study aims to integrate Kansei Engineering with the Kano model and the Theory of Inventive Problem Solving (TRIZ). The Kano model is used to identify the relationship between service attribute performance and customer satisfaction, whereas TRIZ is utilized subsequently to generate designs for improvement with the lowest contradiction between the proposed service design solutions. Due to relatively unexplored cultural differences in Kansei research, cultural factors are also considered and incorporated into the integrated model. It is hoped that further insight into the emotional needs of customers from different cultural backgrounds will be better understood, so that the improvement strategies will be suitable. In addition, to illustrate the applicability of the integrated model, an empirical study in a medium-sized restaurant that takes into account both Indonesian and non-Indonesian customers will be discussed."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Praditra
"ABSTRACT
Nowadays, with the emerging of globalization era we tend to face a situation where we have to deal with different cultures, within an organization level it will set a various interaction that often affecting the perception of one personal feeling related to workplace and job, this study were aimed to analyse to what extend one of Hofstede cultural dimension power distance moderate the effect of positive relation between feedback and job satisfaction, a quantitative data were used to derive our conclusion that based on country power distance characteristics by Hofstede. Our study conducted on Indonesian workers, since we believe they may represent a situation where they work in high power distance culture and one of good example for high power distance country, they relation between workers, employee, and supervisor is in a good score of high power distance culture, it indicates the worker are more likely to become dependent on the feedback and they receive instructions from higher authority more often compared to workers in Netherlands for instance, however, we need to analyse deeper to have a clear view whether that it affecting job satisfaction in individual level or not and this study were aimed to answer that question.

ABSTRAK
Sekarang ini, dengan adanya kemunculan era globalisasi, kita dihadapi dengan situasi yang mengharuskan untuk berinteraksi dengan kultur yang beragam. Dalam sebuah organisasi, hal tersebut memberikan beragam efek yang sering kali berdampak pada persepsi individu terhadap kepuasan mereka dalam bekerja pada suatu tempat. Maksud dari tulisan ini untuk menganalisa seberapa jauh dampak perbedaan kultur yg disebabkan oleh adanya power distance dapat mempengaruhi korelasi positif antara feedback dengan kepuasan dalam bekerja. Metode penelitian secara kuantitatif yang berdasarkan karakteristik power distance dari Hofstede digunakan dalam tulisan ini untuk membuat kesimpulan. Data dikumpulkan dari pekerja di Indonesia, yang dipercaya dapat menjadi contoh bagaimana situasi bekerja di negara dengan tingkat kultur power distance yang tinggi. Kultur dengan rating tinggi didalam power distance menggambarkan bahwa pekerja akan lebih bergantung dengan feedback dan instruksi yang diberikan oleh atasannya dibandingkan dengan kultur negara yang mempunyai rating rendah dalam power distance seperti belanda. Tetapi, untuk mendapat informasi yang lebih jelas apakah power distance berpengaruh terhadap job satisfaction tiap individu, kita harus menganalisa permasalahan ini lebih dalam yang menjadi tujuan tulisan ini. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Andhika Aly Hardijanto
"Banyak perusahaan memperluas operasinya ke negara lain seiring dengan pertumbuhan bisnisnya. Begitu pula di Rusia. Setelah pembubaran Uni Soviet, beberapa perusahaan Barat berusaha memanfaatkan berbagai prospek bisnis yang muncul di Rusia pada tahun 1990an. Namun, perbedaan budaya antara negara induk dan negara tuan rumah sering kali menghambat kinerja perusahaan dan ekspatriat. Banyak kasus ekspatriat yang kinerjanya buruk akibat kegagalan beradaptasi sehingga menimbulkan kerugian bagi perusahaan. Memahami bahwa berdasarkan dimensi budaya Hofstede, Rusia memiliki nilai high-power distance yang tinggi, maka tulisan ini bertujuan untuk menggali lebih dalam karakteristik Rusia sebagai negara emerging market dengan high power distance, bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja ekspatriat dan implikasinya, manajemen karir, dan bagaimana perusahaan multinasional dapat mengatasi masalah ini. Tulisan ini melakukan tinjauan literatur untuk menemukan hubungan dan dampak budaya kerja dengan jarak kekuasaan yang tinggi yang dimiliki Rusia terhadap ekspatriat. Secara umum, jarak kekuasaan yang tinggi mempunyai beberapa konsekuensi negatif. Diferensiasi status kelompok akan menghasilkan jumlah pertukaran gagasan yang tidak memadai karena anggota yang berstatus rendah lebih bersedia mengikuti gagasan anggota yang berstatus tinggi daripada menantang atau mempertanyakannya. Di sisi lain, Keputusan dibuat lebih cepat di perusahaan jarak jauh karena lebih sedikit penolakan dari personel tingkat bawah. Lebih lanjut, tulisan ini memberikan saran agar risiko dampak buruk dapat terjadi. Salah satunya dengan melakukan pelatihan lintas budaya yang efektif dan menempatkan pegawai berpangkat tinggi dari negara induk untuk menanamkan sedikit budaya negara induk sehingga ekspatriat dapat lebih mudah beradaptasi.

Many companies expand their operations to other countries as they grow their businesses. Likewise in Russia. After the dissolution of the Soviet Union, several Western companies attempted to take advantage of the numerous business prospects that emerged in Russia during the 1990s. However, cultural differences between the parent and host countries frequently impede both company and expatriate performance. There have been numerous cases of expatriate underperformance due to a failure to adapt, resulting in losses for the company. Understand that based on Hofstede's cultural dimension, Russia has a high high-power distance value then, this paper aims to delve deeper into Russia's characteristics as an emerging market country with a high power distance, how it affects expatriates performance and implications, career management, and how MNCs can address this issue. This paper carries out a literature review to find the relationship and impact of the high-power distance working culture that Russia has with expatriates. In general, high power-distance has some negative consequences. The group status differentiation will result in inadequate amounts of idea exchange and reduced levels of task conflict because low-status members are more willing to follow high-status members' ideas rather than challenge or question them. On the other hand, Decisions are made more quickly in a high-power distance company because there is less opposition from lower level personnel. Furthermore, this paper provides suggestions so that the risk of adverse impacts can occur. One of them is by carrying out effective cross-cultural training and placing high-ranking employees from the parent country to instill a bit of parent country culture so that expatriates can adapt more easily."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rusli
"Penelitian mengenai Gerakan Aspirasi Merdeka telah dilakukan di Jayapura dan Sorong sekitar bulan Nopember 2001 dan bulan Juni 2003. Penelitian dilakukan dengan maksud untuk membcrikan gambaran yang komprehensif dan aktual tentang prospek politik Papua menuju kemerdekaan dan pemisahan diri dari Ncggara Kesatuan Republik Indonesia (NKRl). Tujuannya guna mencari solusi terbaik dalam komitmen bersarna mcmpertahankan kedaulatan NKRI.
Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara yaitu melalui sumber tertulis dan lisan. telapi lebih banyak menggunakan sumber tulisan. Hasil penelitian menunjukkan bagi masyarakat Papua, proses integrasi wilayah Papua ke Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) tahun 1969 dianggap tidak sah. Pclaksanaan Papua mereka anggap tidak sesuai dcngan ketentuan New York Agreement. Di samping itu mereka berpendapat Papua pada tanggal 1 Desember 1961, telah merdeka. Dengan demikian Indonesia telah merampas kemerdekaan mereka. Di situlah letak akar perlawanan sebagian orang Papua terhadap Pcmcrintah Indonesia. Situasi itulah yang memunculkan stigma Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) yang dalam konteks nasional sering disebut scbagai Organisasi Papua Merdeka (OPM). Perlawanan ini tetap ada sarnpai sekarang walaupun tidak sampai mengguncangkan stabilitas nasional.
Pada era reformasi, dimana orang relatif dapat bebas berbicara dan menuntut apa saja, gerakan perlawanan orang Papua mulai terlihat bangkit kembali. Namun cara perjuangannya berbeda Jika scbelum era reformasi perlawanan mereka menitikberatkan pada gerakan bersenjata maka pada era reformasi dilakukan secara politik. Namun, isu yang mereka lontarkan dalam perlawan relatif lama yaitu; : masalah Pepera. pelanggaran HAM, perlakuan tidak adil dan faktor suku bangsa yang berbeda.
Aspirasi untuk merdeka sccara resmi disampaikan kepada Presiden B.J. Habibie di lstana Negara, pada tanggal 26 Februari, 1999. Dari ketiga butir pcrnyalaan yang disampaikan satu di antaranya berbunyi. Papua ingin merdeka.
Langkah selanjutnya tanggal 23 Februari 2000 mereka mengadakan Musyawarah Besar di Sentani yang dihadiri oleh 500 elemen perjuangan Papua merdeka, lcrmasuk Moses Weror, tokoh senior OPM. Mubes ini berhasil membentuk Presidium Dewan Papua (PDP) wadah tunggal perjuangan kemerdekaan Papua yang dikeluai olch Theys Hiyo Eluay dan Tom Beanal. Sebagai tindak lanjut dari Mubes tanggal 29 Mci hingga 5 Juni 2000 diselenggarakain Kongres. Kongres ini melahirkan resolusi yang berisi antara lain menolak hasil Pepera.
Tetapi pemerintah tetap pada pendiriannya yaitu hanya akan memberikan status otonomi khusus bagi Papua, pada tanggal 22 Oktober 2001 Rancangan Undang-Undang (RUU) Otonomi Khusus (Otsus) disyahkan oleh Presiden Megawati menjadi UU No. 21 Tahun 2001. Di tengah situasi konilik. pada tanggal 10 Nopember 2001, pemimpin PDP Theys Hiyo Eluay ditemukan lervas. Pelaku pembunuhan ternyata adalah anggota Kopassus Para pelaku pembunuhan ini kemudian diajukan kepengadilan militer di Surabaya dan dijatuhi hukuman penjara.

The research done by Freedom of Aspiration Movement was conducted in Jayapura and Sarong in November 2001 and June 2003. The research was done to give a realistic actual and comprehensive picture on the political prospect of Papua into freedom and to separate from the Republic of Indonesia.
We utilized two methods of data collection by oral and written but much more using the written source. The result reflects the condition of Papua deny the integration process deny the act of free choice (Penentuan Pendapat Rakyat - Pepera) 1969, which has been considered illegitimate. Pepera was not conducted according to the New York agreement. Additionally, the people of Papua believed that ,they actually gained independence aim December 1st , 1961. They believe Indonesia interfered with their sovereignty.
So that is' the root cause of the opposition (struggle) from the Papua is Indonesia. This situation created stigma towards Gerakan Pengacau Keamanan (GPK.), which on the national context is commonly referred to as Free Papua Movement (OPM). The struggle continues to exist although it has not risen to national stability damaging.
The reformation era marked the first implementation of freedom for speech and to claim the struggle of Papua society growing up but in a different way. The struggle has stuffed from around to the more sophisticated political movement. However the issues remained the same of PEPERA problems, Human Right, unfair treatment and cultural differences.
The aspiration to be free according formally decelerated to the President, B.J. Habibie at Istana Negara, February 26th 1999. One of three demands among other thing stated: Papua wants to be free.
On February 23rd 2000 OPM to arrange Musyawarah Besar in Sentani than came 500 elements from the various Freedom of Papua, including Moses Weror, a senior figure in OPM. The Assembly formed Presidium Dewan Papua (PDP) that unified the various elements struggle of Papua Freedom elected Theys Hiyo Eluay and Tom Beanal as their leaders. POP'S 1st congress washed on May 29th until June 5?Th 2000, which produced the resolution, any which PDP rejected the result of Pepera.
Unfortunately the Indonesian government ignored the resolution of the offered special autonomy status for Papua. On October 22nd 2001, the draft and the special autonomy law was sign by President Megawati into law UU No.21, 2001.
In the conflict situation, on November 10th, 2001, Kopassus murdered Theys Hiyo Eluay. All of the murderer suspect and than to proposed at military judgment in Surabaya and was detention in prison.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T17894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>