Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamat Riando
"ABSTRAK
Teori Dimensi antar Budaya Hofstede telah menjadi teori yang sangat populer di dunia akademis (Bond 2002; Hofstede 1997). Dalam sudut pandang pemasaran global, penting untuk memiliki pemahaman budaya secara mendalam untuk menentukan apakah sebuah strategi dapat berjalan efektif pada karakter masyarakat yang berbeda atau dibutuhkan beberapa strategi yang dimodifikasi berdasarkan karakter budaya masyarakat tertentu. Penelitian ini bertujuan menganalisa dua iklan TV testimonial BlackBerry Messenger yang dirancang secara berbeda untuk masyarakat Singapura dan Indonesia. Terdapat lima aspek dari video yang di bandingkan, yaitu metode pemilihan bintang iklan, quotes yang ucapkan, aktivitas yang di tampilkan, bagaimana penggunaan ponsel oleh bintang iklan, serta testimoni personal dari bintang iklan. Riset menunjukkan bahwa kedua iklan tersebut selaras dengan konsep Dimensi Budaya Hofstede. Penulis merekomendasikan bahwa penggunaan konsep tersebut sebagai konsep dasar dari pemahaman konsumen dalam budaya tertentu.
Hofstede’s work on culture is the most widely cited in existence (Bond 2002; Hofstede 1997). In global marketing, a thorough understanding of cultural practices is useful in determining whether a single strategy can be effective in different national environments, or whether several strategies must be adopted, with each geared to the distinctive cultural setting. This paper takes an in-depth look at two Blackberry Messenger testimonial TV advertisements, which was designed differently for Singaporean audience and Indonesian audience. There are five aspects of the videos that are being analyzed, which are the method of choosing the celebrity, the quotes, the activities, how the celebrity deploy the device and the celebrity personal testimonial. The study reveals that those advertisements match the. The writer suggests to utilize Hofstede’s cultural dimensions as the basic concept of the consumer research for understanding consumers from different cultures."
[, ], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dilla Noverita
"The way Body Shop International PLC (BSI) develops itself is rally amazing. In the world of international business surrounded by strong competition, BSI still able to struggle and maintain its position as a company that will always concern of environment protection. This article will discuss and evaluate the way BSI's strenghts in gaining competitive advantage along with its weaknesses and the way it handles the external threat. Lastly this article also provides some good recomendation strategies which would be carrying great weight for company in ten years ahead."
2006
MUIN-XXXV-2-Feb2006-38
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Kamaludin Yusra
"This study is aimed at identifying linguistic features, indexing ethnic identities, and inter-ethnic solidarity in transmigration contexts. Data were collected through interview, documentation and ethnography of various transmigrate communities on Sumbawa island. The data were then analyzed qualitatively with the ethnography of speaking and interaction analysis. The study found that (a) Ethnic identities in the migrant areas can be linguistically identified in four forms: orang aida (to refer to Sumbawa people), orang kalembo ade (for Bima people), dengan batur (for Sasak people) and orang beli (Balinese people). (b) These people were identifiable in the way they articulate particular sounds: orang beli (the Balinese) were identified in terms of dominant use of alveolar retroflexed, orang batur (the Sasak) were identified in the way they marked use of alveolar retroflexed, and orang kalembo ade (the Bima people) were identified through their articulation of closed central vowel as open low front vowel. It was also found that the forms had been used to construct ethnicity and interethnic solidarity between participants. The use of ana and ente in interaction indicated solidarity regardless of differences in age and social status."
2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asia T
"ABSTRAK
Tesis ini menjelaskan tentang sebuah film yang mengangkat tema budaya masyarakat bugis yang ada di Sulawesi selatan. Film tersebut mengangkat tema uang panai rsquo;. Uang panai rsquo; seringkali diartikan sama dengan mahar padahal sesungguhnya uang panai rsquo; merupakan uang hantaran yang digunakan untuk mengadakan resepsi pernikahan di kediaman mempelai wanita. Untuk memahami struktur dan makna dari film, peneliti menggunakan teori Semiotika Saussure yang mnejlaskan tentang tanda dan penanda. Dalam penelitian ini konsep-konsep yang diangkat memiliki kecenderungan pada konsep budaya dan perkawinan. Film yang diangkat dengan mengusung tema budaya tersebut yaitu film uang panai rsquo; mengkonstruksi peran perempuan dalam rumah tangga dimana mereka menempati posisi yang memberikan pengaruh dalam pengambilan keputusan. Selain itu, ditemukan bahwa dalam film ini juga memperlihatkan adanya pergeseran perilaku dalam menanggapi permasalahan pernikahan di kalangan kaum perempuan, ada nilai-nilai yang telah berubah dan tidak lagi dianut. Pada akhirnya peneliti memahami bahwa film ini menjadi counterstereotype tentang perempuan bugis yang mahal dikarenakan uang panai rsquo; yang diharuskan dalam pernikahan bugis. ABSTRACT
The focus of This study is a film with theme that is culture of Bugis society in South Sulawesi. The film is the theme of ldquo Uang Panai 39 rdquo . Uang panai 39 is often interpreted the same as a dowry but actually, Uang panai 39 is the delivery money used to hold a wedding reception at the residence of the bride. Any different meaning about Uang panai rsquo and dowry. To understand the structure and meaning of the film, researchers using Saussure rsquo s Semiotics theory which describes signs, signifier and signified. In this study the concepts raised have a tendency to the concept of culture and marriage. The film is raised with the theme of the culture is the film of Uang Panai rsquo construct the role of women in the household where they occupy positions that give influence in decision making. In addition, it was found that in this film also shows a shift in behavior in response to marital problems among women, there are values that have changed and no longer adhered to. In the end the researcher understands that this film is a counter stereotype about costly bugis women because of uang panai rsquo required in married Bugis. "
2018
T50835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
"Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut.
Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja.
Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut.
Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia.
Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Priza Audermandi
"Kerangka berpikir dikotomis, generalisasi berlebihan, kontaminasi subjektivitas pemikiran Barat atau pengabaian adanya variasi individual masih mewarnai produk-produk komunikasi yang melibatkan aspek budaya. Hal ini tampak pada kreativitas periklanan, pernyataan politisi, bahkan dari analisa para pakar budaya atau komunikasi. Padahal, berbagai penelitian memperlihatkan adanya orientasi psikologis dan budaya individual yang berbeda di tengah dominasi kecenderungan budaya tertentu, terutama pada diri kelompok pelajar atau mahasiswa. Fenomena perbedaan orientasi ini juga terjadi di kota besar di Indonesia, khususnya pada individu dari kelompok cohort human capital generation.
Salah satu variasi individual yang kerap diabaikan itu adalah self-construal. Konsep ini telah menjadi perhatian para komunitas peneliti internasional di bidang psikologisosial dan komunikasi satu dekade terakhir. Self-construal telah diaplikasikan ke berbagai area komunikasi antar pribadi, pemasaran dan organisasi. Dalam perkembangannya, lahir berbagai teori tentang self-construal. Satu dari sekian banyak teori self-construal itu adalah teori Gudykunst et al. yang menjelaskan pola hubungan antara variabilitas budaya sosialisasi individual, identitas budaya, perubahan generasi dengan self-construal. Mempertimbangkan kelayakan teoritis dari aspek kontekstual (struktural dan kultural), karakteristik psikologis dan kepentingan praktis, penelitian ini dilakukan untuk menguji keberlakuan teori Gudykunst dengan mengambil mahasiswa dan cohort capital generation sebagi subjek penelitian.
Menggunakan metode survai, pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner, dan data dianalisis menggunakan metode analisis lajur (path analysis), penelitian ini menemukan beberapa fakta empirik. Pertama, efek hubungan langsung antara variabilitas budaya dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung antara perubahan generasi yang dipersepsikan dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung dan tidak langsung antara identitas budaya dengan self-construal diabaikan, sebab jejak hubungan (path coefficient) tidak signifikan. Sementara, sosialisasi individual hanya berhubungan secara langsung dengan self-construal. Kedua, efek total semua hubungan langsung pada path model lebih tinggi dari efek total hubungan tidak langsung. Ketiga; akibat path coefficient identitas budaya dengan self-construal tidak signifikan, maka model dasar (path model) harus disesuaikan. Nilai uji fit coefficient menunjukkan bahwa model yang disesuaikan (fit model) lebih baik dari model dasar (path model).
Penelitian ini menyimpulkan beberapa bal. Pertama, hasil penelitian ini memperlihatkan konseptualisasi, operasionalisasi dan pengukuran kelima konsep yang diteliti yang berbeda dari Gudykunst. Kedua, penelitian ini mengintegrasikan hubungan keempat konsep yang diteorikan Gudykunst ke dalam sebuah skematisasi model lajur yang integratif dan menerapkan metode analisis lajur (path analysis). Di mana dalam teorinya Gudykunst belum mengintegrasikannya ke dalam sebuah model dan metode analisi yang umum digunakan adalah mutivariate analysis of covariates (MANCOVA). Ketiga, hasil penelitian juga menghasilkan model yang disesuaikan (fit model) yang lebih baik dari model dasar (hasil kerangka teori Gudykunst). Implikasi teoritis adalah penelitian ini telah melakukan eksplikasi konseptual, replikasi dan modifikasi kerangka konseptual dan kerangka teori self-construal yang dikembangkan oleh Gudykunst.
Bila ingin melakukan replikasi teori Gudykunst, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, untuk meningkatkan derajat validitas eksternal perlu dipertimbangkan: (1) kelayakan teori dari segi kontekstual (struktural dan kultural), (2) kelayakan teoritis menyangkut adanya perbedaan orientasi psikologis dan budaya subjek riset yang ditetapkan dengan orientasi psikologis dan budaya dominan (tidak berdasarkan asumsi), (3) kelayakan teoritis menyangkut jumlah kelompok yang dianggap penting oleh subjek penelitian (tidak berdasarkan asumsi) dan (4) kelayakan teoritis untuk penetapan subjek penelitian untuk kepentingan praktis program komunikasi pemasaran. Kedua, dengan pertimbangan kecukupan teoritis pertama, perlu dilakukan riset-riset segmentasi khalayak berbasis self-conslrual untuk program-program komunikasi praktis (antar pribadi, pemasaran, organisasi, dan politik).

Western biases, over generalization dichotomized conception, still exists in various communication products, especially if refers to cross-cultural communication. We can get in advertising creativities, politician statements and unfortunately, also from analysis of communication scholars. In the other words, it reflects the efforts for throwing out the individual variations within culture. Meanwhile, there is a segregation cultural tendency in dominant culture, mainly for students. In Indonesia context, we can see it in cohort of human capital generation.
One of individual variation is self-construal, which had been an interesting subject for international social-psychology and communication scholars since 1991. This concept had been widely applied to communication practices. The most famous of self construal theory came from Gudykunst et al. They contended that there are four concepts correlates (direct and indirect) to self construal. They are cultural variability, individual socialization, cultural identities and generational change. This study tries to replicate it with individual from cohort human capital generation as research subjects.
Using survey method, questionnaires data collection and path analysis method, the study isolated three important results. Firstly, direct effect scores of cultural variability with self-construal greater than its indirect effect. Direct effect scores of generational change perceived with self-construal greater than its indirect effect. Cultural identity has insignificance correlation to self-construal. Meanwhile, individual socialization just has a direct correlation with self-construal. Secondly, scores of total direct effects greater than indirect total effects. Third, cause of all the insignificance correlations to self-construal that was contributed by cultural identities, so path model has to be adjusted by fit model test. Fit coefficient indicated that fit model was better model than path model.
This study also isolated three decisions: Firstly; this study resulted a different conceptualization, operationally, measurement with Gudykunst's concept. Secondly, study has integrated Gudykunst's self-construal theory into a path model and using path analysis method. Thirdly, this study result a better model than Gudykunst's self-construal theoretical framework. These three decisions implies to explication of Gudykunst's self-construal concept, replication of Gudykunst's self-construal theories and modification of Gudykunst's self-construal theoretical framework.
This study also suggests two recommendations for next research. Firstly for increasing external validity degrees, subsequent researcher ought to take a careful examination of theoretically requirements, such as: context (structure-culture), limitation of psychology and culture orientation of research subjects, number and degree of groups that is important to subjects and practices needs. Secondly, for communication practices research, it's time for communication practitioners (marketing, organization and politics) to redefine and focuses their segmentation concepts base on self-construal concept.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Cyrill Fahd Zulnahar
"Tujuan laporan ini adalah untuk menilai efektivitas kelompok workshop kami menggunakan model efektivitas kelompok akademis terpilih serta faktor-faktor sesuai yang mempengaruhi efektivitas tersebut. Efektivitas kelompok yang sudah dievaluasi terhadap model IMOI yang dikembangkan Ilgen et al. (2005) membuahkan hasil yang baik dan memuaskan – performa yang kuat sampai sebelum pengakhiran. Faktor-faktor yang membangun efektivitas adalah keragaman budaya (diversity) dan kepribadian anggota (member personality) yang meningkatkan kreativitas dan kerukunan kelompok (group harmony). Faktor-faktor yang mengurangi efektivitas adalah kesusahan komunikasi antarbudaya (cultural communication strain) dan kemalasan sosial (social loafing) yang mengakibatkan othering (menganggap beda/lain secara budaya) dan ketidakseimbangan performa. Anjuran untuk perbaikan efektivitas kelompok diantaranya adalah pendalaman hubungan antar-anggota melalui kegiatan team-building serta membangun simetri informasi antar-anggota guna menghindari ketidakseimbangan performa.

The purpose of this report is to evaluate the effectiveness of my workshop team against select scholarly models and contributory factors appropriate to the evidence at hand. Team effectiveness evaluated against IMOI model as developed by Ilgen et al. (2005) yielded mostly favourable results and milestones – a strong performance until just before the finishing phase. Key constructive factors to effectiveness are diversity and member personality contributing to creativity and group harmony. Key detractive factors are cultural communication strain and social loafing contributing to “othering” and performance asymmetry. Recommendations for team effectiveness improvement include deepening of interpersonal bonds through teambuilding activities and reinforcing information and resources symmetry to minimise the chances of perceived dispensability forming."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Suzuki, Kazuhito
"This book explores the differences in cultural attributes and management factors to enable managers working for Japanese contractors to reduce misunderstandings and misinterpretations when communicating with project team members from different cultural backgrounds. It focuses on Japanese contractors operating in Singapore, since the Singapore construction industry has, for many years, been one of the largest overseas construction markets for the top-5 Japanese contractors.
Using Hofstedes national cultural framework for the cultural studies in construction project management, it reveals various real-world management practices and discusses national cultural differences relating to managers working for Japanese contractors in Singapore as well as the communication weaknesses of current management practices and styles. The results presented provide useful lessons for Japanese contractors operating in Singapore, as well as other parts of the world, to bridge cultural and communication gaps."
Singapore: Springer Nature, 2019
e20509138
eBooks  Universitas Indonesia Library