Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Ayu Paramitha
Abstrak :
ABSTRAK
Artikel ini membahas bekerjanya modal budaya orang bukan dari kalangan selebritas dapat menjadi terkenal melalui Instagram selebgram dan memikat pengguna Instagram. Studi-studi sebelumnya membahas selebgram sebagai social media influencer dan modal budaya pada media baru. Berkaitan dengan kedua pemetaan tersebut, peneliti berargumen bahwa proses menjadi selebgram dilatarbelakangi oleh modal budaya selebgram dan pihak eksternal dan terjadi negosiasi modal budaya khususnya ide-ide dalam berpakaian untuk ditampilkan secara visual di akun instagram selebgram. Dalam upaya melengkapi studi-studi sebelumnya, artikel ini berfokus pada bekerjanya modal budaya dalam proses menjadi selebgram di bidang fesyen dan bagaimana negosiasi modal budaya yang dilakukan baik selebgram dengan pihak eksternal sebagai pihak yang memiliki intensitas tinggi dalam membantu selebgram sehingga tercipta kesepakatan yang di repsesentasikan melalui akun selebgram secara visual. Artikel ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur. Adapun subyek penelitian dalam artikel ini adalah 1 selebgram yang terkenal di bidang fesyen, 2 memiliki jumlah pengikut instagram aktif diatas 3.000 followers 3 bekerjasama dengan korporasi sebagai endorser 4 tergolong kelas sosial tertentu 5 dan pihak eksternal yang membantu selebgram yaitu teman dan keluarga.
ABSTRACT
This article is discussing about how cultural capital, which can turn people from non ndash; celebrity background into celebrity in Instagram, or what people usually call selebgram and have successfully attracted Instagram users. Previous studies discussed selebgrams as social media influencer and cultural capital to new form of social media. Based on the said mappings, this study was conducted under the assumption that the process of being an Instagram celebrity and attracted Instagram users were based on the properly working cultural capital from celebgrams and external parties that assisted them and there was a negotiation of cultural capital between the celebgrams and the external parties in the self-celebrification process especially in the idea of dressing. In the effort to complement previous studies, this article is focusing on the work of cultural capital from the selebgrams and how it rsquo;s negotiation between selebgrams and external parties with high intensity, helped selebgrams to reach the agreement which is represented by the selebgrams account visually. This article uses qualitative methods by using in-depth interviews, observations and literature studies. The subjects of this research are 1 selebgrams who are most known on the field of fashion, 2 currently followed by more than 3.000 active followers, 3 currently co-operating with companies as an endorser, 4 belong to a certain social class 5 external parties who have helped the creation of such figure such as friends and family.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Eveline Ramadhini
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program pendayagunaan Zakat Community Development (ZCD) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), terutama untuk memahami modal sosio-kultural dalam pengembangan komunitas berbasis zakat, khususnya di Kelurahan Jayamekar, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Untuk memahami implementasi program tersebut, perlu dilihat melalui perspektif sosiologi ekonomi karena akan lebih kompeherensif. Menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus, penelitian ini akan melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap mustahik mengenai pemaknaan terhadap bantuan program ZCD. Tesis ini membahas bagaimana modal sosio-kultural berperan dalam program pendayagunaan yang menyiratkan (1) kepercayaan (trust); (2) persahabatan (friendship); (3) keinginan untuk kolaborasi (willingness to collaborate); (4) tradisi komunitas (community tradition), dan (5) nilai (ideals or values) (Gonzalez, 2005). Tesis ini menemukan bahwa modal sosio-kultural memiliki peran yang penting dalam pengembangan komunitas. Modal sosio-kultural di Kelurahan Jayamekar, Kota Sukabumi, Jawa Barat mengalami peningkatan yang melesat semenjak adanya program; tidak hanya peningkatan ekonomi tetapi juga peningkatan implementasi dalam hal nilai-nilai Islami, khususnya cara pandang dalam meminjam uang ke bank keliling. Penelitian ini merekomendasikan analisis sosiologi terutama dalam aspek sosial budaya yang memiliki peran penting yang berdampak pada pengembangan komunitas. Temuan ini memperkaya kajian dari Gonzalez (2000; 2005) bahwa modal sosio-kultural perlu untuk disejajarkan dengan modal infrastruktur.
ABSTRACT
The paper aims to analyze the implementation of utilization program in Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), especially to understanding the socio-cultural capital of Zakat Community Development, in West Java, Sukabumi, Jayamekar Village. To perceiving the implementation of the program, it requires to see with an economic-sociology perspective. Hence, it would be more comprehensive. Using qualitative methods and Study Case Approach, this research would do the depth-interview and make the observation to seeing the meaning of values from companion and mustahik about ZCD program intervention. This paper discusses how the socio-cultural occurs in utilization programs which imply (1) trust; (2) friendship; (3) willingness to collaborate; (4) community traditions; and (5) ideals or values (Gonzalez, 2005). This paper finds that socio-cultural capital has the role to community development. Socio-Cultural Capital in Jayamekar Village, Sukabumi, West Java, had good improvement, hence not only the improvement of mustahik's income but also the improvement of goods values about the perspective of borrowing money to mobile bank (bank keliling). This research recommends analytical sociology, especially in the Socio-Cultural aspect; which is, it has a significant role that impacts social change in community development. This finds enriches the study of Gonzalez (2005) that socio-cultural capital needs to be aligned with infrastructure capital.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Purwanto
Abstrak :
Disertasi ini membahas mengenai peranan modal budaya dan modal sosial dalam perkembangan klaster industri seni keramik Kasongan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan arti penting modal budaya dalam perubahan laster dan mobilitas sosial di antara para pengusaha. Modal sosial penting dalam memfasilitasi transaksi ekonomi dan dalam usaha mendapatan modal budaya, modal ekonomi dan modal simbolik. Terdapat hubungan dominasi, subordinasi dan resistensi di antara para pengusaha. Pengusaha dominan menggunakan berbagai modal untuk mempertahankan dominasinya dan beberapa pengusaha kecil melakukan resistensi terhadap praktik dominasi. ...... This dissertation discusses the role of cultural capital and social capital in the industrial cluster development of ceramic art craft of Kasongan. The study was conducted using qualitative research methods. The results show the importance of cultural capital in change of the cluster and in social mobility among enterpreneurs. Social capital is important in facilitating economic transactions and in pursuing economic capital, cultural capital and symbolic capital. There is a relationship of dominance, subordination and resistance among enterpreneurs. Dominant enterprenurs make use of a variety of capital to maintain its dominataion and some small-enterpreneurs do resistance act to the domination practices.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
D1425
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viony Putri Nursalim
Abstrak :
Saat ini media sosial menjadi alat penting yang digunakan untuk mengembangkan banyak bisnis. Salah satu dari bentuk penggunaan Instagram untuk bisnis adalah aktivitas endorsement. Jika sebelumnya promosi hanya dapat dilakukan melalui media konvensional, sekarang pemilik bisnis dapat melakukan promosi melalui endorsement influencer Instagram. Endorsement merupakan suatu bentuk iklan yang menggunakan  figur terkenal atau influencer untuk mendapatkan pengakuan dan kepercayaan di antara audiens. Studi-studi terdahulu menunjukkan endorsement meningkatan perilaku konsumtif di era digital karena adanya public trust terhadap review influencer tersebut. Peneliti setuju bahwa terdapat korelasi positif antara endorsement influencer dengan perilaku belanja online. Tetapi belum terdapat penelitian yang benar-benar menjelaskan alasan endorsement dapat meningkatkan perilaku belanja online. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan menjelaskan lebih dalam bagaimana trust audiens pada endorsement berperan dalam menentukan keputusan belanja online. Selain itu, penelitian ini juga menjelaskan modal kultural yang dimiliki seorang influencer dari sudut pandang audiens. Teori yang digunakan adalah modal sosial menurut Bourdieu dan Nahapiet & Ghoshal. Penelitian mengaplikasikan metode wawancara mendalam dengan Generasi Z sebagai generasi digital natives pertama yang memfollow dan pernah membeli produk endorsement influencer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa capital dari influencer menjadi alasan mengapa audiens memutuskan untuk memfollow dan lebih mempercayai review endorsement influencer. ...... Today social media has become an important tool in promoting businesses. One of many Instagram business activities is endorsement. Previously, promotions could only be executed through conventional media, now business owners can promote their business through endorsing influencers. Endorsement is a form of advertising that uses famous personalities to gain recognition, trust, and awareness amongst the audience. Previous studies show an increase in consumptive behavior during the digital era due to public trust in influencers’ review. This study agrees that there is a positive correlation between influencers endorsement and online shopping behavior. Nevertheless, there is no research that really explains the reasons why endorsements can affect online shopping behavior. Therefore, this study aims to explain how audience trust in endorsements can play a role in determining online purchase. In addition, this study also explains the cultural capital of an influencer from the audience's perspective. This study uses social capital theories by Bourdieu and Nahapiet & Ghoshal. Conducted in a qualitative approach by using in depth interview method with Generation Z who follow and have purchased endorsement products. The results show that the influencer’s capital is the reason why the audience decide to follow and trust the influencer endorsement review.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denissa Almyra Putri
Abstrak :
Tulisan ini bertujuan untuk mengulas artikel Nichols dan Savage (2017) yang berjudul A social analysis of an elite constellation: The case of Formula 1, yang berargumen bahwa ajang balapan Formula 1 menciptakan ekologi yang mendukung terbentuknya olahraga elit. Penulis berargumen bahwa menurunnya signifikansi kelas dan citra elit dalam Formula 1 didorong oleh kebutuhan akan keahlian teknis dan kebertahanan dalam industri terlebih dengan adanya digitalisasi. Berangkat dari akumulasi konsep cultural capital milik Bourdieu, tulisan ini memperbarui konsep yang mengikutinya, yaitu technical elites atau elit teknis yang meliputi kemampuan spesifik dalam merancang, merakit, dan menjual. Penulis juga mengeksplorasi arena baru terkait digitalisasi Formula 1 pasca-2016 yang belum dibahas oleh Nichols dan Savage. Digitalisasi ini menghasilkan elit teknis baru yang turut menopang Formula 1 sebagai olahraga dan industri, seperti perusahaan media, pegiat media sosial, serta atlet itu sendiri. ......This paper aims to review the article by Nichols and Savage (2017) titled "A social analysis of an elite constellation: The case of Formula 1". The paper argues that the Formula 1 racing spectacle creates an ecosystem that supports the formation of elite sport. I argue that the declining significance of class and elite image in Formula 1 is driven by the need for technical expertise and sustainability within the industry, particularly with the advent of digitization. Building upon Bourdieu's concept of cultural capital, this paper extends the concept to include technical elites, encompassing specific abilities in design, assembly, and marketing. Additionally, the paper explores new arenas related to the digitalization of Formula 1 post2016, which were not addressed by Nichols and Savage. This digitalization has resulted in the emergence of new technical elites who contribute to Formula 1 as a sport and industry, such as media companies, social media influencers, and the athletes themselves.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Ramadhan Putera
Abstrak :
ABSTRAK
Inovasi belajar berbasis online di Indonesia telah menemui hambatan yaitu kesenjangan digital. Studi-studi sebelumnya telah menekankan faktor gender, ekonomi dan modal budaya sebagai faktor utama adanya kesenjangan digital di dalam masyarakat. Studi-studi sebelumnya mengenai gender memiliki berbagai kekurangan karena hanya mampu menjelaskan permasalahan kesenjangan digital ditahap ada atau tidaknya akses dan perbedaan kemampuan dalam mengoperasikan teknologi. Sedangkan pembahasan studi-studi terdahulu mengenai faktor ekonomi, hanya menekankan faktor ekonomi sebagai faktor tunggal adanya fenomena kesenjangan digital, mengabaikan adanya peranan modal budaya yang dimiliki oleh aktor di masing-masing kelas sosial. Oleh karena itu, artikel ini memiliki posisi untuk mendukung argumentasi mengenai penekanan keterkaitan peran modal budaya dan ekonomi dalam fenomena kesenjangan digital. Adanya perbedaan alokasi sumberdaya modal budaya pada siswa dalam memanfaatkan kemampuan dan pengetahuan akan teknologi di dalam jenjang pendidikan telah berperan dalam permasalahan kesenjangan digital terkait kesenjangan perbedaan kualitas penggunaan teknologi. Dalam hal ini, peneliti akan menggali lebih dalam mengenai mekanisme terjadinya perbedaan alokasi modal budaya pada siswa di jenjang sekolah menengah atas dan kaitannya dengan kelas sosial pada kasus kesenjangan penggunaan inovasi belajar berbasis online melalui penggunaan metode penelitian kualitatif serta menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam.
ABSTRACT
Online-based learning innovation in Indonesia has encountered an obstacle, that is a digital divide. Previous studies have emphasized gender, economic and cultural capital as the main factors of the digital divide within society. Previous studies on gender have disadvantages because they are only able to explain the problem of digital divide in the presence or absence of access and differences in the ability to operate the technology. While in the discussion of previous studies on economic factors, they only emphasized economic factors as a single factor of the phenomenon of digital divide. Therefore, this article has a position to support the argument about emphasizing the linkage or relation of the role of cultural and economic capital in the phenomenon of digital divide. The existence of differences in cultural capital resources possessed by the students in utilizing the ability and knowledge of technology in the educational level, has played a role in the problem of digital divide especially in the gap in the stages of difference in the quality of technology usage. In this case, this study explores more deeply about the role of cultural capital and social class on the gap of the use of online learning innovation among high school students, this study uses qualitative research methods and data collection techniques through in-depth interviews.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
This paper examines and empirically test theories of media expousure, cultural capital, government intervention and social disorganization to predict geographic variation in social capital nationally at the country scale of analysis....
2009
370 KJPS 23:2 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bima Eka Setiawan
Abstrak :
Masyarakat Huaulu dikenal dengan keunikan bentuk rumah adat, ritual dan aturan tabu di masyarakat yang dipengaruhi oleh adat istiadat dari leluhur. Sebagai sebuah suku yang terletak di daerah pegunungan, situasi ini tidak menjadikan Huaulu tertutup dari dunia luar. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif melalui observasi partisipan dan wawancara mendalam ke tokoh adat masyarakat Huaulu. Dunia modern yang mulai mempengaruhi dan mengubah Pulau Seram menjadi salah satu faktor yang dapat menghilangkan tradisi lokal khususnya ritual inisiasi atau cidaku di Huaulu. Skripsi ini membahas mengenai ritual cidaku sebagai bagian dari modal budaya yang masyarakat Huaulu gunakan untuk mempertegas identitas tradisional mereka dan membahas mengenai perubahan serta dampak dari adanya modernisasi yang mempengaruhi Desa Huaulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ambivalensi logika budaya terjadi ketika masyarakat Huaulu mempertahankan tradisi lokal yang mereka miliki dengan terus menyelenggarakan ritual dan menerapkan prinsip tabu dari leluhur, akan tetapi di satu sisi mempertimbangkan kembali prinsip tersebut karena sudah menerima modernitas yang ditunjukkan dengan penggunaan teknologi serta pembangunan desa yang lebih modern. Logika budaya yang saling tumpang tindih ini menimbulkan fenomena cultural debasement, sebuah situasi yang membuat prinsip dan nilai tradisional di masyarakat menjadi berkurang mengikuti perkembangan desa ke situasi yang lebih modern demi memenuhi kebutuhan masyarakat Huaulu yang menjadi lebih kompleks. ......The Huaulu community is known for its unique traditional house shapes, rituals and taboo rules in the community which are influenced by the customs from their ancestors. As a tribe located in a mountainous area, this situation did not make Huaulu sealed off from the outside world. The research was conducted using qualitative methods through participant observation and in-depth interviews with traditional leaders of the Huaulu community. The modern world that began to start influencing and change Seram Island became one of the factors that can eliminate local traditions, especially initiation rituals or cidaku in Huaulu. This thesis discusses the cidaku ritual as part of the cultural capital that Huaulu community uses to emphasizes their traditional identity and discusses the changes and impacts of modernization that affect Huaulu Village. The results show that the ambivalence of cultural logic occurs when the Huaulu community maintains their local traditions by continuing to perform rituals and applying the taboo principle of their ancestors, but on the other hand they reconsider these principles because they have accepted modernity as shown by the use of technology and more modern village development. These overlapping cultural logics give rise to the phenomenon of cultural debasement, a situation where traditional principles and values in society start to diminish following the development of the village to a more modern situation in order to fulfill the needs of the Huaulu community that become more complex.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
Abstrak :
Disertasi ini membahas tentang proses terbentuknya kapital budaya melalui kegiatan eksrakurikuler di kampus. Studi yang dilakukan di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, mengkaji pengalaman mahasiswa menggunakan waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan kapital budaya dalam dimensi manusia dan institusional. Mengikuti kegiatan esktrakurikuler di kampus merupakan salah satu representasi aktivitas waktu luang terstruktur. Habitus mahasiswa menggunakan waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur merupakan habitus yang terbentuk melalui konstruksi budaya, melalui peran tiga agen sosialisasi yaitu keluarga, institusi pendidikan, dan kelompok teman sebaya. Temuan studi ini menunjukkan bahwa habitus mahasiswa mengisi waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur merupakan reproduksi budaya melalui keluarga dan/atau sekolah. Namun demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat memberi peluang bagi proses produksi sosial dan dapat meningkatkan kapital sosial mahasiswa. ......This dissertation discusses the formational process of cultural capital through on campus extracurricular activities. This Studies conducted in Indonesia Atma Jaya Catholic University Jakarta, examined the experience of students who use their free time by participating in extracurricular activities. This study used a qualitative approach. Students who participate in the extracurricular activities can enhance the cultural capital dimensions in human and institutional dimensions. Participate in the on-campus extracurricular activities is one of representation of structured leisure time activities. Habitus of students to use free time with structured leisure time activities is habitus which is formed through construction of culture, through the role of three of socialization agents, namely families, educational institutions, and peer groups. The findings of this study suggest that the habitus of students to fill their free time with structured leisure time activities are reproduction of culture through family and/or school. However, extracurricular activities can provide opportunities for social production process and can increase the social capital of students.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephen Pratama
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan terjadinya kekerasan simbolis terhadap peserta didik miskin melalui pengajaran Bahasa Inggris. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil kasus di sebuah Sekolah Menengah Pertama di Jakarta. Kerangka pemikiran Pierre Bourdieu menjadi dasar untuk melakukan analisis atas temuan penelitian. Untuk memperoleh data temuan, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik miskin tidak memiliki kapital budaya dan habitus yang sesuai dengan tuntutan dalam mata pelajaran Bahasa Inggris di arena pendidikan. Mereka mengalami kekerasan simbolis karena dipaksa untuk menguasai Bahasa Inggris yang melampaui kapasitas mereka lalu mengalami kegagalan berulang kali dalam mata pelajaran Bahasa Inggris. Kekerasan simbolis yang terjadi beroperasi melalui enam elemen, yakni Sistem Pendidikan, Otoritas Sekolah, Aksi Pedagogis, Praktik Persekolahan, Praktik Pedagogis, dan Otoritas Pedagogis. ...... This research aims to describe symbolic violence towards poor students through english teaching. Therefore this research took place at a Junior High School in Jakarta where the case was located. This research utilized Pierre Bourdieu's framework of thought to analyze all research findings. To gather all data this research used qualitative method with case study model. This research found that poor students don't have enough cultural capital and suitable habitus to adjust to the standard of English Subject at the field of education. They experienced a symbolic violence because they were imposed to reach the standard of English that exceeded their capacity which was the source of their recuring failure. Symbolic violence occured through six elements that are Educational System, School Authority, Pedagogic Action, Work of Schooling, Pedagogic Work, and Pedagogic Authority.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>