Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Dilla Noverita
Abstrak :
The way Body Shop International PLC (BSI) develops itself is rally amazing. In the world of international business surrounded by strong competition, BSI still able to struggle and maintain its position as a company that will always concern of environment protection. This article will discuss and evaluate the way BSI's strenghts in gaining competitive advantage along with its weaknesses and the way it handles the external threat. Lastly this article also provides some good recomendation strategies which would be carrying great weight for company in ten years ahead.
2006
MUIN-XXXV-2-Feb2006-38
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
Abstrak :
Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut. Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja. Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut. Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja. Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia. Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Priza Audermandi
Abstrak :
Kerangka berpikir dikotomis, generalisasi berlebihan, kontaminasi subjektivitas pemikiran Barat atau pengabaian adanya variasi individual masih mewarnai produk-produk komunikasi yang melibatkan aspek budaya. Hal ini tampak pada kreativitas periklanan, pernyataan politisi, bahkan dari analisa para pakar budaya atau komunikasi. Padahal, berbagai penelitian memperlihatkan adanya orientasi psikologis dan budaya individual yang berbeda di tengah dominasi kecenderungan budaya tertentu, terutama pada diri kelompok pelajar atau mahasiswa. Fenomena perbedaan orientasi ini juga terjadi di kota besar di Indonesia, khususnya pada individu dari kelompok cohort human capital generation. Salah satu variasi individual yang kerap diabaikan itu adalah self-construal. Konsep ini telah menjadi perhatian para komunitas peneliti internasional di bidang psikologisosial dan komunikasi satu dekade terakhir. Self-construal telah diaplikasikan ke berbagai area komunikasi antar pribadi, pemasaran dan organisasi. Dalam perkembangannya, lahir berbagai teori tentang self-construal. Satu dari sekian banyak teori self-construal itu adalah teori Gudykunst et al. yang menjelaskan pola hubungan antara variabilitas budaya sosialisasi individual, identitas budaya, perubahan generasi dengan self-construal. Mempertimbangkan kelayakan teoritis dari aspek kontekstual (struktural dan kultural), karakteristik psikologis dan kepentingan praktis, penelitian ini dilakukan untuk menguji keberlakuan teori Gudykunst dengan mengambil mahasiswa dan cohort capital generation sebagi subjek penelitian. Menggunakan metode survai, pengumpulan data dengan penyebaran kuesioner, dan data dianalisis menggunakan metode analisis lajur (path analysis), penelitian ini menemukan beberapa fakta empirik. Pertama, efek hubungan langsung antara variabilitas budaya dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung antara perubahan generasi yang dipersepsikan dengan self-construal lebih tinggi dari efek hubungan tidak langsungnya. Efek hubungan langsung dan tidak langsung antara identitas budaya dengan self-construal diabaikan, sebab jejak hubungan (path coefficient) tidak signifikan. Sementara, sosialisasi individual hanya berhubungan secara langsung dengan self-construal. Kedua, efek total semua hubungan langsung pada path model lebih tinggi dari efek total hubungan tidak langsung. Ketiga; akibat path coefficient identitas budaya dengan self-construal tidak signifikan, maka model dasar (path model) harus disesuaikan. Nilai uji fit coefficient menunjukkan bahwa model yang disesuaikan (fit model) lebih baik dari model dasar (path model). Penelitian ini menyimpulkan beberapa bal. Pertama, hasil penelitian ini memperlihatkan konseptualisasi, operasionalisasi dan pengukuran kelima konsep yang diteliti yang berbeda dari Gudykunst. Kedua, penelitian ini mengintegrasikan hubungan keempat konsep yang diteorikan Gudykunst ke dalam sebuah skematisasi model lajur yang integratif dan menerapkan metode analisis lajur (path analysis). Di mana dalam teorinya Gudykunst belum mengintegrasikannya ke dalam sebuah model dan metode analisi yang umum digunakan adalah mutivariate analysis of covariates (MANCOVA). Ketiga, hasil penelitian juga menghasilkan model yang disesuaikan (fit model) yang lebih baik dari model dasar (hasil kerangka teori Gudykunst). Implikasi teoritis adalah penelitian ini telah melakukan eksplikasi konseptual, replikasi dan modifikasi kerangka konseptual dan kerangka teori self-construal yang dikembangkan oleh Gudykunst. Bila ingin melakukan replikasi teori Gudykunst, penelitian ini merekomendasikan beberapa hal. Pertama, untuk meningkatkan derajat validitas eksternal perlu dipertimbangkan: (1) kelayakan teori dari segi kontekstual (struktural dan kultural), (2) kelayakan teoritis menyangkut adanya perbedaan orientasi psikologis dan budaya subjek riset yang ditetapkan dengan orientasi psikologis dan budaya dominan (tidak berdasarkan asumsi), (3) kelayakan teoritis menyangkut jumlah kelompok yang dianggap penting oleh subjek penelitian (tidak berdasarkan asumsi) dan (4) kelayakan teoritis untuk penetapan subjek penelitian untuk kepentingan praktis program komunikasi pemasaran. Kedua, dengan pertimbangan kecukupan teoritis pertama, perlu dilakukan riset-riset segmentasi khalayak berbasis self-conslrual untuk program-program komunikasi praktis (antar pribadi, pemasaran, organisasi, dan politik).
Western biases, over generalization dichotomized conception, still exists in various communication products, especially if refers to cross-cultural communication. We can get in advertising creativities, politician statements and unfortunately, also from analysis of communication scholars. In the other words, it reflects the efforts for throwing out the individual variations within culture. Meanwhile, there is a segregation cultural tendency in dominant culture, mainly for students. In Indonesia context, we can see it in cohort of human capital generation. One of individual variation is self-construal, which had been an interesting subject for international social-psychology and communication scholars since 1991. This concept had been widely applied to communication practices. The most famous of self construal theory came from Gudykunst et al. They contended that there are four concepts correlates (direct and indirect) to self construal. They are cultural variability, individual socialization, cultural identities and generational change. This study tries to replicate it with individual from cohort human capital generation as research subjects. Using survey method, questionnaires data collection and path analysis method, the study isolated three important results. Firstly, direct effect scores of cultural variability with self-construal greater than its indirect effect. Direct effect scores of generational change perceived with self-construal greater than its indirect effect. Cultural identity has insignificance correlation to self-construal. Meanwhile, individual socialization just has a direct correlation with self-construal. Secondly, scores of total direct effects greater than indirect total effects. Third, cause of all the insignificance correlations to self-construal that was contributed by cultural identities, so path model has to be adjusted by fit model test. Fit coefficient indicated that fit model was better model than path model. This study also isolated three decisions: Firstly; this study resulted a different conceptualization, operationally, measurement with Gudykunst's concept. Secondly, study has integrated Gudykunst's self-construal theory into a path model and using path analysis method. Thirdly, this study result a better model than Gudykunst's self-construal theoretical framework. These three decisions implies to explication of Gudykunst's self-construal concept, replication of Gudykunst's self-construal theories and modification of Gudykunst's self-construal theoretical framework. This study also suggests two recommendations for next research. Firstly for increasing external validity degrees, subsequent researcher ought to take a careful examination of theoretically requirements, such as: context (structure-culture), limitation of psychology and culture orientation of research subjects, number and degree of groups that is important to subjects and practices needs. Secondly, for communication practices research, it's time for communication practitioners (marketing, organization and politics) to redefine and focuses their segmentation concepts base on self-construal concept.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T21657
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library