Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hafada Choirunisa
Abstrak :
ABSTRAK
Mobilitas sirkuler terjadi karena adanya perbedaan desa ? kota, penduduk pedesaan sebagian besar bekerja pada sektor pertanian sedangkan penduduk kota sebagian besar bekerja pada sektor industri dan jasa. Sebagai kota yang baru memisahkan diri dari Kabupaten Tangerang, pada saat ini sektor industri dan jasa juga sedang berkembang pesat di Kota Tangerang Selatan, terbukti dengan banyaknya pekerjaan konstruksi yang sedang berlangsung. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Meninjau pola mobilitas sirkuler pekerja bangunan berdasarkan frekuensi kepulangan migran ke daerah asal juga sebaliknya, 2. Meninjau hubungan antara antara karakteristik migran, kepemilikan, pendapatan, jarak juga alat transportasi terhadap frekuensi kepulangan migran ke daerah asal. Dengan menggunakan sampel acak proporsional pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi dan dengan menggunakan kuesioner serta wawancara mendalam diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Migran yang berstatus sudah menikah dan berusia dewasa awal lebih sering melakukan putaran ulang mobilitas. Pergerakan migran lebih disebabkan oleh kuatnya daya tarik daerah tujuan, mobilitas terjadi seiring dengan kemajuan teknologi. 2. Jarak dan alat transportasi berpengaruh signifikan terhadap putaran ulang mobilitas pekerja bangunan.
ABSTRACT
Circular mobility occurred due to differences in rural - city, the majority of rural population work on the agricultural sector while the majority of city population work in the industrial and service sectors .As a new city that developed separately from tangerang, at the moment, the industrial and services sectors are developing rapidly in south tangerang, as many ongoing construction works.This study attempts to: 1.Reviewing the spatial pattern of circular mobility of construction workers based on the frequency of circular migration, 2.Reviewing the relationship between characteristics of migrant, the ownership, income, the distance as well as transportation modes with circular migration frequency of the migrants. Using random samplimg and deep interview in every location of construction, the results showed that: 1. Migratns aged mature early and married more often do mobility. The movement of migrants more caused by the strenghth of the appeal of the destination area, the mobility of going along with the advancement of technology., 2. Distance and transportation mode used possess significant influences to the circular migration of construction workers.
2016
S62952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resty Wulandari
Abstrak :
Distres kerja menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di industri konstruksi. Distres kerja dikaitkan dengan perasaan emosional dan mental, tapi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan secara fisik, menurunkan motivasi, produktivitas, dan kepuasan kerja. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya distres kerja. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko distres kerja pada pekerja konstruksi proyek XYZ, baik faktor individu, faktor psikososial, dan faktor dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Penelitian dilakukan pada pekerja konstruksi XYZ pada bulan Maret-Mei 2023. Jumlah sampel penelitian adalah 127 responden yang diambil dengan teknik non random sampling. Kuesioner yang digunakan adalah Short Version-New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) dan 3 pertanyaan tambahan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik chi-square dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan faktor risiko yang berhubungan dengan distres kerja adalah faktor psikososial job control, kompatibilitas dengan pekerjaan, interaksi dengan atasan, interaksi dengan organisasi, dan faktor dukungan sosial. Hasil analisis menunjukkan variabel yang dominan berhubungan dengan distres kerja adalah job control dan dukungan sosial. Dari kedua variabel tersebut, dukungan sosial adalah variabel yang paling dominan berhubungan dengan distres kerja (AOR=4,062) ......Job distress is a serious health problem in the construction industry. Job distress is associated with emotional and mental feelings, but it can also have a negative impact on physical health, reducing motivation, productivity and job satisfaction. There are various factors that influence the emergence of job distress. This study aims to analyze the risk factors of job distress on XYZ construction workers, including individual factors, psychosocial factors, and social support factors. This research used a cross sectional design. The research was conducted on XYZ construction workers in March-May 2023. The number of samples in this study were 127 respondents who were taken using a non-random sampling technique. The questionnaire used is the Short Version – New Brief Job Stress Questionnaire (SV-NBJSQ) and 3 additional questions. Data analysis was performed using the chi-square and logistic regression statistical test. The results showed that the risk factors associated with job distress were psychosocial factors, job control, job compatibility, interactions with superiors, interactions with organizations, and social support factors. The results of the analysis show that the dominant variable related to job distress are job control and social support. Among these two variables, social support is the most dominant variable related to job distress (AOR=4,062).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bhetanov S. Prasetyo
Abstrak :
Perlindungan pekerja konstruksi dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja adalah merupakan suatu tantangan besar dalam bidang K3. Data mengenai jumlah pekerja dan kecelakaan yang diungkapkan oleh NIOSH menunjukkan betapa pentingnya memahami karakter para pekerja konstruksi untuk melakukan pencegahan kecelakaan (lihat halaman 2). Tesis ini meneliti hubungan faktor-faktor yang berpengaruh pada persepsi pekerja. Faktor-faktor yang diteliti mencakup masa kerja, asal daerah, tempat tinggal, motivasi kerja, bidang keahlian dan pelatihan K3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 3 dari 6 faktor yang diteliti mempengaruhi persepsi pekerja, yakni bidang keahlian, asal daerah dan pelatihan K. Dan kalau dilihat lebih jauh, pengaruh faktor ekstemal iebih dominan dibandingkan faktor internal, sehingga dalam penelitian ini disimpulkan bahwa persepsi pekerja konstruksi terhadap bahaya merupakan hal yang dapat diintervensi (intervened able).
Construction worker protection from an accident and occupational illness is a big challenge in the field of occupational safety and health. NIOSH was reporting a set of data regarding number of construction worker and accidents. This prove how important to understand the construction workers characteristic in order to prevent the accident (see detail on page 2). In this Thesis, writer was doing a research to find out the relationship between a set of factors with the worker's perception. Those factors are working experience, origin background, home stay, work motivation, expertise and safety training. The result of this research show that 3 out of 6 factors are significantly influencing worker perception, which are expertise, -origin background and safety training. If we look deeper, external factors are most likely influencing more than internal factors, so that could be concluded that the worker perception is something intervened able. Bibliography : 18 (1980-2001)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Kusminanti
Abstrak :
Pemberian alat pelindung diri adalah salah satu upaya untuk mengurangi tingkat kecelakaan kerja. Berdasarkan beberapa literatur dan pengamatan langsung oleh peneliti diperoleh informasi bahwa pelaksanaan pemberian alat pelindung diri ini seringkali menemui hambatan. Misalnya tingkat kedisiplinan pekerja untuk memakai alat pelindung diri masih belum optimal yang disebabkan oleh masih kurangnya kesadaran pekerja terhadap pentingnya alat pelindung diri, pola pengawasan dari pimpinan, dan adanya faktor-faktor yang dianggap menghambat untuk memakai alat pelindung diri. Salah satu jenis alat pelindung diri adalah helm, yaitu alat yang ditujukan untuk melindungi kepala dari bahaya di atas kepala. Kebutuhan helm ini sangat besar pada jenis pekerjaan di konstruksi bangunan bertingkat. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku menggunakan helm dengan menggunakan salah satu teori untuk memprediksi perilaku yaitu teori reasoned action dan teori planned behavior. Melalui teori ini perilaku dapat diprediksi melalui tiga determinan perilaku yaitu sikap, norma subjektif dan perceived behavioral control. Partisipan penelitian ini adalah pekerja tingkat pelaksana pekerjaan konstruksi bangunan. Jumlah partisipan keseluruhan adalah 135 orang. Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi dengan pernyataan tentang variabel penelitian yang disusun dalam skala dengan rentang sitar 1-4. Analisis hasil penelitian ini menggunakan perhitungan regresi berganda, yang kemudian diperoleh R Square sumbangan ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm adalah sebesar 8,4 .%. Besar sumbangan ini menunjukkan adanya sumbangan variabel lain yang juga berkontribusi terhadap intensi perilaku memakai helm. Sedangkan berdasarkan uji F, diperoleh nilai F adalah 5.114 yaitu di atas 3.94 maka dapat dikatakan bahwa terdapat sumbangan yang signifikan dari ketiga variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm. Variabel Norma subjektif secara signifikan mempunyai hubungan positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T = .002) serta memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.261. Variabel Perceived behavioral control secara signifikan mempunyai hubungan yang positif dengan intensi untuk menggunakan helm (sig T = .039) dan memberikan sumbangan relatif terhadap intensi sebesar 0.183. Kesimpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama, sikap tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja pelaksana pekerjaan konstruksi, kedua, norma subjektif dan perceived behavioral control memberikan sumbangan yang signifikan terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja pelaksana pekerjaan konstruksi, ketiga, variabel sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama memberikan sumbangan terhadap variabel intensi untuk menggunakan helm, dan keempat, norma subjektif memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap intensi untuk menggunakan helm pada pekerja konstruksi bangunan bertingkat. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensi untuk menggunakan helm pada pekerja konstruksi lebih dipengaruhi oleh atasan yaitu: `mandor', petugas K3, dan pimpinan proyek, yang berada di tempat kerja serta kondisi-kondisi yang dipersepsikan sebagai kemudahan dan kesulitan oleh pekerja untuk menggunakan helm. Maka perlu dilakukan sosialisasi penggunaan helm oleh perusahaan melalui peran dari atasan tersebut. Upaya ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman pekerja terhadap pentingnya aspek keselamatan kerja khususnya menggunakan helm pada saat bekerja.
Personal protective equipment (PPE) program is one of the safety programs which aimed to reduce the severity of injury from accident in the workplace. Based on the literatures and the observation, this program almost has some problems, such as, lack of workers discipline for wearing PPE, lack of the awareness of safety, lack of supervision, and the worker's perception about the situation that could obstruction factors in wearing PPE. One of the PPE is helmet, which aimed to protect head from the falling hazard and to reduce its severity of injury. The need for wearing helmet is very important in building construction site area. Based on the explanation above, researcher interest to sec more details what are the influences factors in wearing helmet of the worker through the theory of behavior prediction, these are reasoned action theory and planned behavior theory. These theories explain that behavior could be predicted by the determinant factors, attitude, subjective norm, and perceived behavioral control. The participants of this study arc the workers at building construction site area, they arc 135 person. This study uses the questionnaire as the instrument which contains statements of the variables. The statement are arrange in range of scale is 1 - 4. The analysis use multi regression. The result of this study is R Square of the determinant factors, attitude, subjective norm, and perceived behavioral control toward worker's intention for wearing helmet in the building construction area is 8.4 %. The amount of this score means, the worker's intention for wearing helmet is more influenced by the others factors whether these determinant factors. Based on the F test, which score is 5.114 (more 3.94), therefore we can say that the contribution of these variables are significant. Subjective norm have positive relation and give more contribution than others variables (0.261, T=.002, p value=0.05). Perceived behavioral control also have positive relation and contribute to the intention (0.183, T-0.039, p value=0.05). The study conclusions are as follow. First, attitude has not relation with the intention, means attitude can not be a prediction factors for this intention. Second, subjective norm and perceived behavioral control have positive relation and contribute to the worker intention for wearing helmet in building construction area. Third, all of the determinant factors altogether contribute to worker's intention for wearing helmet in building construction area. Fourth, the biggest contribution factor to its intention is subjective norm variable. Based on these result of the study, we can see that the worker's intention for wearing helmet is more influenced by their belief about supervisor's suggestion for wearing helmet in the workplace. They are `mandor', safety inspectors, and project officers in the work area. Also, from this study, we know about the facilitation and obstruction factors which influenced the intention. These factors are the perception about conditions or consequences in wearing helmet. This study suggests the worker's intention could be increased through more socialization to increase the worker's awareness for wearing helmet in the work area. This activity could be facilitating by the role of supervisor. Also the company should conduct the need assessment for helmet to decide the more appropriateness equipment for the worker.
2005
T18601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Putri Jayanthi
Abstrak :
Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang memiliki risiko kecelakaan kerja yang tinggi. Kelelahan merupakan risiko paling kritis penyebab dari kecelakaan kerja yang terjadi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk melihat proporsi usia, status gizi (Indeks Masa Tubuh), status kesehatan, masa kerja, jam kerja, waktu istirahat, kebiasaan olahraga, konsumsi kafein, konsumsi alkohol, kebiasaan merokok, kualitas tidur, kepuasan kerja, tuntutan di tempat kerja, kontrol terhadap pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan kerja itu sendiri, serta uji kelelahan secara subjektif dan objektif. Penelitian kelelahan ini dilakukan secara objektif dengan menggunakan alat berupa aplikasi sleep 2 peak dan subjektif dengan kuesioner yang meliputi Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index untuk melihat higiene tidur dan kuesioner adaptasi dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III yang menyasar kepada 75 pekerja konstruksi Light Rail Transit (LRT) PT. X, dimana perusahaan ini juga bergerak di bidang konstruksi bangunan dan merupakan jenis pekerjaan baru di PT. X. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Analisis dari penelitian ini secara bivariat diperoleh bahwa ada perbedaan yang signifikan pada uji kelelahan secara subjektif dan kelelahan secara objektif (p=0,000). Serta secara multivariat diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara status kesehatan, kualitas tidur, higiene tidur, kepuasan kerja, tuntutan dalam pekerjaan, kontrol pekerjaan, dukungan sosial dan stres kerja terhadap kelelahan. ......Construction work is one job that has a high risk of workplace accidents. Fatigue is the most critical risk of the cause of workplace accidents that occur. Therefore this study was conducted to look at the proportion of age, nutritional status (Body Mass Index), health status, working period, working time, rest periods, exercise habits, caffeine consumption, alcohol consumption, smoking habits, sleep quality, job satisfaction, demands in the workplace, job control, social support and work stress on work exhaustion itself, as well as subjective and objective fatigue tests. This fatigue study was conducted objectively by using a tool such as the application of sleep 2 peak and subjective with a questionnaire covering the Industrial Fatigue Research Committee (IFRC), Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI), Sleep Hygiene Index to see sleep hygiene and adaptation questionnaires from Copenhagen Psychosocial Questionnaire-III which targets 75 construction workers of Light Rail Transit (LRT) PT. X, where the company is also engaged in building construction and is a new type of work at PT. X. This study uses a cross-sectional study design with a quantitative descriptive approach. The analysis of this study was bivariately obtained that there were significant differences in subjective fatigue and objective fatigue tests (p = 0,000). As well as multivariate, it was found that there was a significant relationship between health status, sleep quality, sleep hygiene, job satisfaction, job demands, job control, social support and work stress on fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53602
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gurning, Olivia Suryani
Abstrak :
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap akhir pengendalian risiko, jika pengendalian secara teknik dan administratif masih menyisakan risiko yang tidak dapat diturunkan. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik untuk melihat faktor risiko yang berhubungan dengan perilaku penggunaan APD. Desain penelitian adalah cross sectional dan besar sampel 120 pekerja konstruksi di proyek pembangunan ruko Cikarang Central City. Pengambilan data primer menggunakan kuesioner, lembar observasi, dan wawancara. Hasil telitian menunjukkan 70,8% pekerja berperilaku tidak baik dalam penggunaan APD. Hasil analisis menunjukkan empat faktor yang berhubungan signifikan dengan penggunaan APD yaitu pengetahuan APD, ketersediaan APD, pelatihan APD, dan pengawasan APD. Sedangkan yang tidak berhubungan yaitu sikap dan peraturan APD. Disarankan melakukan identifikasi dan penilaian risiko dalam pemilihan APD, analisis kebutuhan pelatihan pekerja, peningkatan sosialisasi peraturan, konsisten menerapkan peraturan dan peningkatan pengawasan.
The use of Personal Protective Equipment (PPE) is the final stage of risk control, if control techniques and administrative still leaves the risk that can not be derived. This research is a descriptive analytical study to know the risk factors that related to the use of PPE. Design research is cross sectional and involving 120 construction workers at Cikarang Central City construction project. Retrieval of data primary is using questionnaires, observation sheets, and interviews. The results of this research showed that there were 70,8% not well behave in the use of PPE. The results of this research showed there are four factor that had a significant relation with the use of PPE which are knowledge of PPE, availability of PPE, PPE training, and supervision of PPE. Meanwhile that does not have a relation are attitude and PPE regulation. It is recommended identification and risk assessment in the selection of PPE, requirements analysis employee training, the increase in socialization regulation , consistently applying rules and increased supervision.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Amalia
Abstrak :
Kelelahan merupakan salah satu faktor yang dapat membentuk kondisi kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan kelelahan pada pekerja konstruksi proyek pembangunan jalan tol layang Y oleh PT X khususnya pada saat pekerjaan pier head. Faktor risiko yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah faktor risiko terkait pekerjaan (durasi kerja, durasi lembur, masa kerja dan heat index) dan faktor risiko tidak terkait pekerjaan (usia, indeks masa tubuh, status merokok, konsumsi air minum, konsumsi minuman berkafein, kuantitas tidur, kualitas tidur, pekerjaan sampingan, waktu tempuh). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross-sectional menggunakan kuesioner gejala kelelahan subjektif Fatigue Assessment Scale for Construction Workers (FASCW). Dari hasil penelitian ini diketahui sebanyak 86,9% pekerja mengalami kelelahan dan 13,1% pekerja lainnya tidak mengalami kelelahan. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara variabel durasi lembur, masa kerja, heat index dan kualitas tidur dengan kelelahan.
Fatigue is one of factors that can lead to the workplace accidents in construction workers. This study aims to determine the risk factors associated with fatigue in construction workers of elevated toll road Y, project by PT. X especially during pier head activity. Risk factors that focus of this study are work-related factors (duration of work, duration of overtime, work period and heat index) and non-work-related factors (age, body mass index, smoking status, water consumption, caffeinated consumption, quantity of sleep, quality of sleep, side jobs, and commuting time). This study is quantitative with a cross-sectional design study using subjective fatigue questionnaire symptom The Fatigue Assessment Scale for Construction Workers. It was found that 86,9% of workers experienced fatigue and 13,1% of other workers did not experience fatigue. The result of this study indicate there is a relationship between the duration of overtime, work period, heat index and quality of sleep with fatigue.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ovitya Nivo Firdareza
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan intensitas kebisingan dengan tekanan darah pekerja konstruksi di proyek A PT. X tahun 2022 dengan adanya variabel-variabel confounding berupa karakteristik pekerja (usia, riwayat keturunan, masa kerja, Indeks Massa Tubuh (IMT), dan stress) dan perilaku pekerja (kebiasaan merokok, konsumsi garam, dan penggunaan APD). Penelitian menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 175 orang pekerja. Data intensitas kebisingan didapatkan dari pengukuran langsung menggunakan sound level meter. Data tekanan darah didapatkan dengan mengunakan data primer menggunakan tensimeter digital. Berdasarkan uji chi-square, terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan tekanan darah pekerja (P-value = 0,001 OR = 5,772 ). Variabel lain yang diamati tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan tekanan darah. ......This study aims to analyze the relationship between noise intensity and blood pressure of construction workers in project A PT. X in 2022 with confounding variables in the form of worker characteristics (age, hereditary history, years of service, Body Mass Index (BMI), and stress) and worker behavior (smoking behavior, salt consumption, and use of PPE). The study used quantitative research methods with a cross-sectional study design. The number of samples in this study were 175 workers. Noise intensity data obtained from direct measurements using a sound level meter. Blood pressure data was obtained using primary data using a digital sphygmomanometer. Based on the chi-square test, there is a significant relationship between noise intensity and worker’s blood pressure (P-value = 0.001 OR = 5.772 ). Other variables observed did not show a significant relationship with blood pressure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library