Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hayaturrohman
Abstrak :
Pokok masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar hubungan wara? dan kecerdasan emosional dengan tingkat konformitas santri Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor. Ada tiga hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: a) terdapat hubungan yang signifikan antara wara? dengan tingkat konformitas, b) terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan tingkat konformitas dan c) terdapat hubungan yang signifikan antara wara? dan kecerdasan emosional secara bersama dengan tingkat konformitas. Populasi dalam penelitian ini adalah santri Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor yang berjumlah 80 orang, untuk menentukan sampel digunakan Tehnik Random Sampling. Berdasarkan salah satu teori penelitian, jumlah populasi yang kurang 100 orang dianggap cukup representatif bila diambil 20-25%, maka dalam penelitian ini diambil 40 responden. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah angket (kuesioner) model Skala Likert dan diolah dengan tehnik analisa Alpha Cronbach. Hasil analisa instrumen tersebut menunjukan validitas dan realibelitas yang cukup dengan r-hitung masing-masing variabel sebagai berikut: 1) variabel wara? (X1) r-hitung 0,779, b) variabel kecerdasan emosional (X2) r-hitung 0,726 dan c) variabel konformitas r-hitung 0,680. Hasil penelitian dalam uji korelasi menunjukan bahwa besar hubungan variabel wara? dengan konformitas adalah -0.580 sedangkan besar hubungan variabel kecerdasan emosional dengan konformitas adalah -0.636, sedangkan nilai R Squer yang menunjukan determinasi atau presentase hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat sebesar 0.410 yang berarti presentase hubungan X1 dan X2 dengan Y adalah sebesar 41 %. Sementara dalam uji regresi ditemukan hasil bahwa konstanta (a) sebesar 85.058, sedangkan koefisien regresi X1 sebesar -0.146 dan koefisien regresi X2 sebesar -0.437. Hal ini menunjukan bahwa variabel X1 dan X2 mempunyai hubungan negatif dengan variabel Y atau wara bisa mengurangi tingkat konformitas sebesar 14% dan kecerdasan emosional mengurangi tingkat konformitas sebesar 43 %.
The root of the matter in this research is what the relation of wara' and emotional quotient with level of conformity student Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor. There are three hypothesises which will be tested in this research that are: a) there is significant relationship between wara' with level of conformity, b) there is significant relationship between emotional quotient with level of conformity and c) there is significant relationship between wara' and emotional quotient simultantly/together with level of conformity. Population in this research is student Al-Inaayah Islamic Boarding School, Bogor which amounts to 80, to determine sample is applied by Random Sampling technique. Based on one of the research theory, number of populations that is less 100 is assumed by enough representative if taken by 20-25%, hence in this research taken 40 responders. Instrument applied to collect data is questionaire, Likert Scale and analyzed with Alpha Cronbach. Result of the instrument analysis shows validity and reliability that is enough with r-statistic each variable as follows: 1) variable wara' ( X1) r-statistic 0,779, b) emotional quotient variable (X2) r-statistic 0,726 and c) conformity variable r-statistic 0,680. Result of research in testing correlation shows that the relation of variable wara' with conformity is -0.580 while the relation of emotional quotient variable with conformity is -0.636, while assessing R Square which shows determination or percentage relation between independent variable and dependent variables 0.410 meaning the contribution of X1 and X2 with Y is 41%. While in testing regression is found by result that constanta (a) 85.058, while regression coefficient X1 equal -0146 and regression coefficient X2 equal ?0.437. This thing shows that variable X1 and X2 has the negative relation with variable Y or wara? can lessen level of conformity equal to 14% and emotional quotients lessens level of conformity 43 %.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2008
T25361
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gunawan Sapta Yuwana
Abstrak :
ABSTRAK
Program intervensi ini bertujuan untuk meningkatkan perilaku mengelola sampah rumah tangga di RT 10/41 Perumahan Bekasi Griya Asri 2. Partisipan adalah kelompok ibu-ibu arisan (N=22). Program intervensi menggunakan pengaruh koformitas, melalui penurunan tingkat psychological reactance terhadap perilaku mengelola sampah. Intervensi dilaksanakan dengan memberikan informasi, diskusi selama 8 bulan dengan sekali kegiatan kunjungan lapangan dan pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga, serta menyediakan sarana pembuatan kompos. Hasil analisis data dengan Uji-t menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kondisi pre-test dan post-test pada variabel kognitif partisipan, yaitu pre-test M(22)=23,5 (SD=3,2); post-test M(22)=26,4 (SD=2,3) dengan t(22)=-3,083 (<0,01), peningkatan kognitif signifikan berpengaruh menurunkan tingkat psychological reactance, pre-test M(22)=23,8 (SD=3,0); post-test M(22)=11,27 (SD=2,4) dengan t(22)=12,526 (<0,05). Perubahan kognitif dan psychological reactance signifikan meningkatkan perilaku partisipan untuk mengelola sampah rumah tangga, pre-test M(22)=30,0 (SD=3,6); post-test M(22)=31,41 (SD=2,5) dengan t(22)=-2,309 (<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa intervensi dengan metode ini dapat meningkatkan konformitas mengelola sampah rumah tangga
ABSTRACT
The aim of intervention program is improving the behavior of household waste management in RT 10/41 Perumahan Bekasi Griya Asri 2. Participants is an arisan group of housewife (N=22). Intervention program use conformity, through a reduction in the level of psychological reactance against the behavior of waste management. The intervention implemented during 8 months by providing information and discussions, with a field visits and household waste management training, as well as providing a tool of composting. The results of the data analysis by t-test showed a significant difference between the conditions of the pre-test and post-test on cognitive variables participants, pre-test M(22)=23,5 (SD=3,2); post-test M(22)=26,4 (SD=2,3) with t(22)=-3,083 (<0,01), significant cognitive enhancement effect of reducing the level of psychological reactance, pre-test M(22)=23,8 (SD=3,0); post-test M(22)=11,27 (SD=2,4) with t(22)=12,526 (<0,05). Changes in cognitive and psychological reactance significantly improve the behavior of participants to manage their household waste, pre-test M(22)=30,0 (SD=3,6); post-test M(22)=31,41 (SD=2,5) with t(22)=-2,309 (<0,01). It shows that interventions have improved the conformity of participants in household waste management.
2016
T46775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Ardillah Pratiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya pada remaja madya. Pada sikap terhadap perilaku seksual, peneliti menggunakan tiga komponen sikap dari Myers (1996), yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Perilaku seksual, yang merupakan obyek sikap, disusun berdasarkan teori Duvall dan Miller (1985), yaitu: bersentuhan, berciuman, bercumbu, dan hubungan seksual. Sedangkan domain konformitas terhadap teman sebaya disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan disain korelasional. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 132 orang dengan rentang usia 15 - 18 tahun. Nilai korelasi sebesar .002 (p = .978) diperoleh melalui korelasi Pearson's Product- Moment Artinya, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan konformitas terhadap teman sebaya. Analisis tambahan mendapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan sikap terhadap perilaku seksual yang signifikan ditinjau dari jenis kelamin. Selain itu, juga diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap terhadap perilaku seksual dengan sejarah pacaran. Pada konformitas terhadap teman sebaya, diketahui bahwa terdapat perbedaan konformitas terhadap teman sebaya yang signifikan ditinjau dari usia, asal sekolah, dan kelas partisipan.
The purpose of this study is to examine the correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity in middle adolescence. To measure attitude, the researcher uses Myer's (1996) components of attitude, which are cognitive, affective, and behavior. Sexual behavior, which is the object of attitude, is arranged according to Duvall and Miller's (1985) types of sexual behavior, which are: touching, kissing, petting, and sexual intercourse. While domains of peer conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is correlational-quantitative. The participants of this research are 132 middle adolescents with age ranging from 15 - 18 years old. The Pearson's Product-Moment is .002 (p = .978). This result indicates that there was no significant correlation between attitudes toward sexual behavior with peer conformity. The other result showed that there is a significant difference in attitudes toward sexual behavior between sexes. It also revealed that there was significant correlation between attitudes toward sexual behavior with the number of dating, that participant had been through. For peer conformity, the result described that there was significant difference in peer conformity between ages, schools, and classes.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
306.7 PRA h
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Santi Widyartini
Abstrak :
ABSTRAK
Perilaku mengambil tanggung jawab merupakan perilaku peran ekstra yang berorientasi mempengaruhi fungsi organisasi dengan mengubah cara berjalannya proses kerja. Nilai yang menjadi pedoman hidup individu dan menjadi tujuan yang ingin dicapainya diduga dapat menjelaskan fenomena perilaku mengambil tanggung jawab. Dengan menggunakan teori nilai dasar dari Schwartz (1992), studi ini menguji apakah nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi, dan kekuasaan dapat memberikan efek utama pada perilaku mengambil tanggung jawab. Persepsi individu pada iklim kelompok yang mendukung inovasi juga diduga akan berpengaruh memperkuat hubungan antara nilai individu dengan perilaku mengambil tanggung jawab. Penelitian korelasional dilakukan pada 111 responden di suatu BUMN pada karyawan level staf. Metode pengumpulan data dengan menggunakan dua sumber yaitu penilaian diri sendiri dan penilaian dari atasan. Hasil menunjukkan dari tipe nilai keterarahan diri, keselarasan, dan prestasi, dan kekuasaan, hanya nilai kekuasaan yang memiliki efek utama. Dengan koefisien regresi sebesar .242 p<0.05, nilai kekuasaan menjelaskan 6.3% pada perubahan perilaku mengambil tanggung jawab. Namun hasil menunjukkan bahwa iklim yang mendukung inovasi tidak berkorelasi dengan perilaku mengambil tanggung jawab. Iklim inovasi juga tidak memberikan efek moderasi bagi hubungan nilai keterarahan diri, keselarasan, prestasi dan kekuasaan dengan perilaku mengambil tanggung jawab
ABSTRACT
Taking charge is an extra-role behaviour which intend to effect organizationally functional change by giving constructive effort in changing how work is executed within the jobs. This research attempts to examine individual values in order to understand taking charge behaviour at work. By using Schwartz?s basic individual theory, this study proposed there are main effects from type of values selfdirection, conformity, achievement, and power to taking charge behaviour. The role of perceived innovation support climate as moderator between each values and taking charge behaviour was also proposed in this study. The study was conducted in state owned enterprises organization and all the respondents were employees in staff level. I used data from different sources (self-report and supervisor-rating) and obtained 111 respondents. The findings show only power could become a main predictor for taking charge otherwise the others values have no significant main effect. With R2= .063 (βpower = .242, p<0.05), power can only explain 6.3% variance of taking charge. Perceived innovation support climate also shows no significant correlation with taking charge. Moreover, perceive innovation support climate has no moderation effect to each values and taking charge
2016
T46223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Aini
Abstrak :
Konsep penyinaran radiasi pada kasus kanker paru-paru menggunakan teknik perencanaan IMRT umumnya dikendalikan otomatis oleh komputer. Suatu perencanaan IMRT masih melibatkan langkah-langkah non intuitif, iteratif menyesuaikan keputusan subjektif perencana berdasarkan pendekatan trial and error. Guna mempermudah seorang perencana radioterapi melakukan optimasi suatu perencaan IMRT pada kasus kanker paru-paru, digunakan metode neural network untuk memprediksi distribusi dosis berdasarkan data perencanaan sebelumnya. Tujuan dari penggunaan metode neural network ini yakni untuk memprediksi distribusi dosis pada volume PTV dengan validasi pada perencanaan sebelumnya, juga memprediksi distribusi dosis untuk dosis yang mencover 95% volume target. Sehingga hal ini dapat mempermudah seorang perencana mengambil keputusan secara objektif. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kualitas perencanaan yang dihasilkan berdasarkan pemodelan neural network memiliki tingkat homogenitas (HI) yaitu 0,09 ± 0,02 dan tingkat konformitas (CI) yaitu 1,2 ± 0,27. Dengan mempertimbangkan rata-rata distribusi dosis rata-rata yang diterima OAR seperti paru-paru kanan sebesar 0,20 ± 0,15, paru-paru kiri 0,18 ± 0,15, Jantung 0,16 ± 0,09 dan Spinal Cord 0,17 ± 0,09 ......The concept of irradiation in lung cancer cases using IMRT planning techniques is generally controlled automatically by a computer. An IMRT plan still involves non-intuitive steps, iteratively adjusting the planner's subjective decisions based on a trial-and-error approach. The neural network method was used to predict the dose distribution based on the prior planning data to make it simpler for a radiotherapy planner to decide on an IMRT plan in cases of lung cancer. The goal of applying this neural network method is to predict the dose distribution for doses that cover 95% of the target volume as well as the dose distribution in the PTV volume with validation in the prior plan. As a result, a planner may find it simpler to make decisions that are objective. The results obtained indicate that the quality of planning produced based on neural network modelling has a homogeneity index (HI) of 0,09 ± 0,02, and the conformity index (CI) of 1,2 ± 0,27. Since the average dose received by OAR is taken into consideration, the right lung receives 0,2 ± 0,15, the left receives 0,18 ± 0,15, the heart receives 00,16 ± 0,09, and the spinal cord receives 0,17 ± 0,09.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Sonak Tioria
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi akurasi perhitungan dosis berdasarkan citra Cone Beam Computed Tomography (CBCT) sebagai adaptive planning. Perencanaan terapi radiasi dilakukan terhadap 3 pasien kanker laring, 7 pasien kanker paru dan 5 pasien kanker prostat dengan menggunakan teknik Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) dan Volumetric Modulated Arc Therapy (VMAT). Perhitungan dosis dilakukan pada TPS Eclipse v13.6 dengan variasi algoritma Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) dan Acuros External Beam (AXB). Penelitian ini diawali dengan tahapan (1) kalibrasi HU citra CBCT menggunakan fantom CIRS 002LFC (2) analisa dose volume histogram (DVH), (3) analisa gamma index dengan kriteria DD 2% / DTA 2mm serta DD 3% / DTA 3mm menggunakan perangkat EPID. Penyimpangan D98%, D50% dan D2% dari DVH dievaluasi dengan menjadikan citra CT algoritma AAA sebagai referensi. Diperoleh nilai penyimpangan D98%, D50% dan D2% tertinggi pada kasus kanker laring yaitu sebesar 9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) dan 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA). Penyimpangan D98%, D50% dan D2% pada kasus kanker paru dan kanker prostat diperoleh lebih kecil dari 2%. Conformity index (CI) diperoleh pada rentang 0,98 ± 0,011 dan homogeneity index (HI) diperoleh pada rentang 0,08 ± 0,015. Analisa gamma index dengan kriteria 2%/2mm diperoleh pada range 87% - 94% dan kriteria 3%/3mm diperoleh 93% - 99%. Dari hasil penelitian ini didapati bahwa hasil kalkulasi dosis berdasarkan citra CBCT hampir sama dibandingkan dengan citra FBCT sehingga citra CBCT dilihat layak digunakan sebagai adaptive planning radiotherapy.  
The purpose of this study was to evaluate the accuracy of dose calculation based on Cone Beam Computed Tomography (CBCT) as adaptive planning. Treatment planning was generated for 3 patients larynx, 7 patients lung and 5 patients prostate using Intensity Modulated Radiotherapy (IMRT) and Volumetric Arc Therapy (VMAT). Eclipse v13.6 treatment planning system (TPS) with Analytical Anisotropic Algorithm (AAA) and Acuros External Beam (AXB) algorithm has been used to calculate the dose. This study was divided into three major parts : (1) HU calibration for CBCT images by using CIRS phantom 002LFC (2) dose volume histogram (DVH) analysis, (3) analysis of Gamma Passing Rate with criteria DD 2% / DTA 2mm and DD 3% / DTA 3mm using EPID. The DVH analysis for D98%, D50% dan D2% deviation was evaluated and CT images with AAA algorithm used as reference. The highest deviation of D98%, D50% dan D2% was found for larynx cancer with value  9,08% ± 2,21 (CBCT AXBm - CT AAA), 0,74% ± 0,37 (CBCT AXBw - CT AAA) and 3,79% ± 0,55 (CBCT AXBw - CT AAA). Deviation of D98%, D50% dan D2% for lung and prostate cancer is less than 2%. Range of conformity index based on CBCT images is 0,98 ± 0,011 and homogeneity index is in the range of 0,08 ± 0,015. The gamma criteria of dose difference and dose to agreement for 2%/2mm are 87% - 94% and for 3%/3mm are 96% - 98%. From the result, we found that the difference of dose calculation based on CBCT images is almost similar to CT images, so CBCT images are proper to be used for adaptive planning.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T54121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agusalam Budiarso
Abstrak :
Fotografi merupakan bagian terintegrasi standard prosedur pemeriksaan forensik dan dapat berperan sebagai petunjuk, keterangan pengganti barang bukti maupun sebagai barang bukti itu sendiri. Dokumentasi fotografi forensik memiliki tujuan menghasilkan gambar yang berkualitas dan akurat. Akurasi gambar dapat dinilai dari kesesuaian antara keadaan sebenarnya (atau setidaknya mendekati) saat pengambilan gambar dan pemeriksaan dilakukan oleh dokter pemeriksa dengan interpretasi orang lain yang melihatnya di waktu yang berbeda. Hasil studi observasional potong lintang menggunakan 55 sampel penelitian gambar digital kamera DSLR didapatkan panjang fokal lensa 50mm memiliki hubungan bermakna (p < 0,05). Sedangkan rentang nilai bukaan lensa (f7,1-f8,0), kecepatan rana (1/100 detik-1/125 detik) dan sensitivitas sensor (ISO = 800-1600) dengan penggunaan cahaya tambahan flashlite dapat dijadikan acuan dasar settingan kamera digital pada pemeriksaan genitalia kasus kekerasan seksual pada anak saat ini. Selain itu, didapatkan kesesuaian keseluruhan interpretasi sedang antara dua ahli forensik (k = 0,457), kesesuaian interpretasi pada area labia minor masih dapat diterima (k = 0,238) dan fourchette posterior (k = 0,230), serta kesesuaian interpretasi kuat pada area hymen (k = 0,643). ......Photography is an integrated part of standard forensic examination procedures and can act as a guide, substitute information for evidence as well as evidence itself. Forensic photography documentation aims to produce quality and accurate images. Image accuracy can be assessed from the conformity of the actual situation (or at least approaching) when shooting an image and doctors examinations with the interpretation of other people who see it at different times. The results of a cross-sectional observational study using 55 DSLR camera digital image research samples obtained that 50mm lens focal length had a significant relationship (p <0.05). While the range of lens aperture (f7,1-f8,0), shutter speed (1/100 seconds-1/125 seconds) and sensor sensitivity (ISO = 800-1600) with additional use of flashlite can be used as a basic reference for digital camera settings on child sexual violence cases examination. In addition, it was found that the overall interpretation conformity was moderate between two forensic experts (k = 0.457), interpretation conformity could still be fair in the minor labia (k = 0.238) and posterior fourchette (k = 0.230), also substantial in the hymen (k = 0.643).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T55531
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lyza Yuni Setiawati
Abstrak :
Pemerintah mendorong agar setiap perusahaan melakukan penerapan SMK3 di lingkungan kerja masing-masing. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012. Penerapan K3 sering kali dianggap sebagai cost atau beban biaya bagi perusahaan, bukan investasi untuk mencegah kecelakaan kerja. Menurut data organisasi perburuhan internasional (ILO) sekitar 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. Penelitian bertujuan untuk menganalisis kesesuaian Kinerja SMK3 dan tingkat pemahaman budaya keselamatan karyawan di Perusahaan X. Data Penelitian meliputi data primer dengen FGD menggunakan kuisioner safety culture maturity The Hudson Model dalam 6 kelompok Jabatan dan data sekunder (hasil temuan eksternal audit ISO 45001 : 2018 dan SMK3 sesuai PP No. 50 tahun 2012). Metodelogi penelitian menggunakan deskriptif analitik dan mix metode (semi kuantitatif dan kualitatif). Ada 20 variabel metode Hudson diperoleh tingkat kematangan budaya pada angka 3,33 (kategori Kalkulatif). Ini berarti keselamatan dianggap sebagai tanggung jawab Petugas K3 atau unit K3 saja yang berfokus terhadap pemenuhan standar atau peraturan saja yang menjadi minimum requirement. Tingkat pengukuran kinerja SMK3 perusahaan telah berada di level memuaskan menunjukan bahwa hasil SMK3 Perusahaan mengkonfirmasi apa yang dideteksi tingkat kematangan budaya keselamatan Perusahaan baru mulai untuk pemenuhan standar K3 dan kebutuhan peraturan perundang-undang. Perusahaan belum melakukan improvement ke arah generative yang sesungguhnya untuk menuju level proaktif dan generative tidak bisa hanya berfokus pada kebutuhan SMK3 namun banyak hal yang dibutuhkan improvement. Jika Perusahaan ingin menuju tingkat proaktif keselamatan dan nilai tingkat budaya generative maka keselamatan harus menjadi nilai yang diyakini secara bersama di seluruh organsasi dan unit kerja. ......The government encourages every company to implement SMK3 in their respective work environments. In accordance with Republic of Indonesia Government Regulation Number 50 of 2012. Implementing K3 is often considered a cost or burden for companies, not an investment to prevent work accidents. According to data from the International Labor Organization (ILO), around 2.78 million workers die every year due to work accidents and occupational diseases. The research aims to analyze the suitability of SMK3 performance and the level of understanding of employee safety culture at Company in accordance with PP No. 50 of 2012). The research methodology uses analytical descriptive and mixed methods (semi quantitative and qualitative). There are 20 variables in the Hudson method, the level of cultural maturity is 3.33 (Calculative category). This means that safety is considered the responsibility of the K3 Officer or K3 unit which focuses on fulfilling standards or regulations which are the minimum requirements. The level of measurement of the company's SMK3 performance has been at a satisfactory level, indicating that the Company's SMK3 results confirm what was detected. The maturity level of the company's safety culture is just starting to fulfill K3 standards and statutory regulatory requirements. The company has not made improvements in a truly generative direction. In order to reach a proactive and generative level, it cannot only focus on SMK3 needs, but there are many things that need improvement. If the Company wants to move towards a proactive level of safety and a generative cultural value level, then safety must become a value that is shared across the organization and work units.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathia Izzati
Abstrak :
The United Nations Convention on Contracts for International Sale of Goods (CISG) adalah konvensi jual beli internasional yang disusun oleh United Nations Commission on International Trade Law demi menjembatani perbedaan sistem hukum berbagai negara di dunia mengenai hukum jual beli internasional. Conformity of the Goods adalah salah satu ketentuan dalam CISG mengenai kewajiban penjual untuk mengirim barang sesuai dengan kontrak sebagaimana diatur dalam Article 35 CISG. Namun yang sering menjadi masalah adalah siapa yang mempunyai beban tanggung jawab ketika barang yang dikirim tidak sesuai dengan hukum publik dalam negara pembeli, namun telah sesuai dengan ketentuan pada kontrak. Dalam penelitian ini, Penulis akan menganalisis penerapan Article 35 CISG mengenai Conformity of the Goods dalam kasus New Zealand dan kasus Frozen Pork. ...... The United Nations Convention on Contracts for International Sale of Goods (CISG) is a convention on international sales contract that is made by the United Nations Commission on International Trade Law in attempts to bridge the gap between the different legal systems of the world regarding international sales law. Conformity of the Goods is a provision in the CISG concerning the seller’s obligation to deliver the goods in accordance with the contract, as set forth in Article 35 of the CISG. What often becomes a problem is how to determine who bears the responsibility when the goods do not conform with the public law in the buyer’s country. In this research, the writer will analyze the application of Article 35 CISG regarding Conformity of the Goods in New Zealand Mussels case and the Frozen Pork Case.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi Widowaty
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai perilaku merokok pada siswa SMP. Hal ini dilatarbelakangi meningkatnya jumlah perokok muda di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pengaruh stereotipi perokok dan konformitas terhadap perilaku merokok sebagai upaya untuk memahami faktor-faktor yang dapat menjadi prediktor perilaku merokok pada siswa SMP. Pada stereotipi perokok, peneliti menggunakan hasil penelitian terdahulu dan hasil elisitasi. Sedangkan aspek konformitas disusun berdasarkan alasan untuk melakukan dan tidak melakukan konformitas (Baron & Byrne, 2003). Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain ex post facto field study. Partisipan penelitian ini adalah 120 siswa SMP di Jakarta. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas memberikan sumbangan yang signifikan terhadap perilaku merokok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa stereotipi perokok dan konformitas dapat dijadikan sebagai prediktor pada perilaku merokok siswa SMP. Hasil analisis multiple regression, R =0, 631, R2 = .398, menunjukan bahwa stereotipi perokok dan konformitas secara bersama-sama menyumbang sebesar 39,8 % terhadap perilaku merokok pada siswa SMP. Di antara stereotipi perokok dan konformitas, ditemukan bahwa stereotipi perokok memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku merokok siswa SMP. Selain itu, melalui hasil analisis t-test ditemukan adanya perbedaan stereotipi perokok dan konformitas yang signifikan antara partisipan yang merokok dan yang tidak merokok. ......The research studies smoking behavior among middle school students. This research's aim is to examine how much smoker stereotype and conformity influence smoking behavior on middle school students. To measure smoker stereotype the research uses the previous research and elicitation. While aspects of conformity arranged by reasons to conform and not to conform (Baron & Byrne, 2003). The design of this research is ex post facto field study. Participants of this research are 120 middle school students in Jakarta. This research's results that smoker stereotype and conformity influence smoking behavior in middle school student. This meant that smoker stereotype and conformity was predictors toward smoking behavior on middle school students. The multiple regression analysis showed R =0, 631, R2 = .398. This meant that smoker stereotype and conformity were effectively contribution 39,4 %. Smoker stereotype had greater contribution than conformity. Beside that, this research also finds that there is a significant difference in smoker stereotype and conformity between smokers and non smokers.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>