Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yusril
Abstrak :
Berdasarkan SK Bupati Tanah Datar No. 12/BTD-2004 maka dimulai pelaksanaan Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat pada bulan Maret 2004, dimana kebijakan ini memberikan kewenangan dalam mengolah pendapatan fungsional secara mandiri untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan serta upaya peningkatan mutu pelayanannya. Penelitian bersifat Cross Sectional, unit analisis adalah Puskesmas Unit Swadana di Kabupaten Tanah Datar Propinsi Sumatera Barat yaitu Puskesmas Lima Kaum I, Sungayang dan Tanjung Emas. Hasil penelitian mendapatkan bahwa dengan kebijakan menjadi unit swadana pendapatan Puskesmas Unit Swadana meningkat cukup tinggi dimana Puskesmas Lima Kaum I tertinggi peningkatan pendapatannya dari Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang. Pendapatan yang diperoleh sudah dapat menutupi seluruh biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas dan bahkan berlebih yang berarti ada cadangan dana yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan mengernbangkan puskesmas unit swadana lebih baik. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan nilai Cost Recovery didapatkan Puskesmas Lima Kaum I = 126,38 %, Puskesmas Tanjung Emas 122,01 % dan Puskesmas Sungayang 118,56 %. Namun nilai Cost Recovery ini barulah tahap recovery biaya operasional dan pemeliharaan sedangkan kondisi sebenarnya dengan memperhitungĀ¬kan biaya investasi, gaji dan subsidi lainnya belum diketahui. Sistem pembayaran terbesar secara tunai dan askes/gakin, namun masih ditemukan adanya pembayaran gratis terbanyak di Puskesmas Tanjung Emas. Penerimaan sebelum swadana terbesar berasal dari retribusi karcis namun setelah menjadi unit swadana sudah hampir berimbang antara pendapatan dari karcis dan pelayanan kesehatan lainnya bahkan di Puskesmas Lima Kaum I penghasilan dari karcis lebih kecil dari penghasilan dari tindakan pelayanan kesehatan lainnya. Utilisasi pengguna jasa dari retribusi di Puskesmas unit Lima Kaum I berasal dari tindakan medik dasar, konsultasi kesehatan, pengujian kesehatan dan i emakaian ambulance, di Puskesmas Sungayang potensinya dari pemeriksaan dokter gigi dan pertolongan persalinan dan di Puskesmas Tanjung Emas dari pemeriksaan dokter spesialis dan tindakan laboratorium. Upaya penerimaan Puskesmas dari retribusi bayar setelah pembentukan unit swadana di Puskesmas Lima Kaum I sudah baik tetapi di Puskesmas Sungayang dan Tanjung Emas masih belum maksimal, padahal sebelum swadana puskesmas Lima Kaum I masih belum maksimal upaya penerimaannya. Kebijakan tarif hanya bersifat makro, tarif secara mikro belum diperbo!ehklan untuk dilaksanakan oleh Puskesmas. Namun dari pentarifan yang ada sudah cukup mendukung pelaksanaan kebijakan swadana yang dilaksanakan. Persepsi waktu tunggu yang lama masih ditemukan terbanyak pada unit pendaftaran dan obat. Persepsi terhadap biaya pelayanan kesehatan yang dianggap maha! tidak begitu banyak, persepsi mahal terbanyak ditemukan pada pemeriksaan penunjang di Puskesmas Tanjung Emas. Persepsi terhadap pelayanan petugas sudah balk namun masih ditemukan adanya persepsi kurang baik pada pelayanan petugas terbanyak dibagian pendaftaran di Puskesmas Lima Kaum dan Sungayang. Persepsi terhadap sikap petugas cukup baik namun masih ditemukan masih ada persepsi pengguna jasa yang tidak puas terhadap sikap petugas terutama di bagian pendaftaran dan obat di Puskesmas Tanjung Emas dan Sungayang. Kondisi kebersihan dan kenyamanan puskesmas baik, walaupun masih ditemukan tidak nyaman terhadap toilet yang tersedia. Sebagai suatu kebijakan, pelaksanaan puskesmas unit swadana membawa banyak manfaat bagi pengguna jasa dimana adanya peningkatan mutu pemeriksaan dan pelayanan kesehatan serta mutu obat. Bagi petugas adanya kemendirian dalam perencanaan keuangan dan kemantapan sumber daya manusia. Dalam pelaksanaannya konsep swadana yang dilaksanakan bukanlah murni swadana melainkan lebih pada upaya pembentukan Puskesmas yang dapat memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasanya. Perlu dikembangkan lebih lanjut karena diharapkan dimana yang akan datang puskesmas swadana merupakan prototipe puskesmas ideal yang dapat memberikan pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu bagi masyarakat sehingga memiliki dampak positif yang cukup besar, baik bagi puskesmas maupun bagi masyarakat.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Boy Subirosa Sabarguna
Jakarta : UI-Press, 2010
362.106 8 BOY h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alfianita
Abstrak :
Puskesmas merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dengan lebih mengutamakan pada upaya pencegahan. Praktik Kerja Profesi di Puskesmas Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat Periode Bulan April Tahun 2016 ini bertujuan untuk memahami peran dan tanggung jawab Apoteker dalam melakukan praktik kerja kefarmasian di Puskesmas sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan etika kefarmasian yang berlaku, mengetahui bagaimana pelayanan resep di puskesmas, serta menambah pengetahuan dan melatih keterampilan dalam bekerja. Selain itu praktik kerja ini diharapkan dapat melatih para calon Apoteker untuk terampil dalam menghadapi dunia nyata. Praktik kerja di Puskesmas Kecamatan Johar Baru ini dilakukan selama dua minggu yaitu dari tanggal 5-15 April 2016 dengan tugas khusus yaitu Pelayanan Obat kepada Pasien Melalui Leaflet.
Community Health Center or known as Puskesmas is part of health-care facility that organizes health care service, promotion, and prevention in the first level health care. Profession Internship Program at Puskesmas Kecamatan Johar Baru in Central Jakarta on April 2016 aims to understand the role and responsibilities of pharmacists in doing work practices of pharmacy at puskesmas in according with provisions of legislation and pharmaceutical ethics, also to know how to care prescription in health centers, as well as increase knowledge and practice skills in work. Profession Internship Program is expected to train the skill of candidate pharmacists in the real world. Working practices in Puskesmas Johar Baru was conducted over two weeks from 5 to 15 April 2016, with a special task that is Service Drug Information to Patients Through Leaflet.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Martriandra
Abstrak :
Proses pelaksanaan supervisi program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau P2 ISPA yang dilaksanakan mempunyai arti sangat penting terutama dalam pelaksanaan pelayanan P2ISPA di Puskesmas. Dalam pelaksanaan kegiatan supervisi pelaksanaan program P2ISPA tingkat Puskesmas di Kabupaten Ogan Komering Ilir terlihat tren yang terus menurun dari tahun ketahun yang memberikan dampak menurunnya cakupan program P2ISPA. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan kualitatif untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan supervisi dan memperoleh informasi lebih jauh tentang hal-hal yang melatarbelakangi pelaksanaan supervisi program P2ISPA di puskesmas Kutaraya dan puskesmas Indralaya, Kabupaten Ogan Komering Ilir. Penelitian ini diharapkan akan dapat memeberikan pemahaman yang lebih mendalam mengingat masih kurangnya data maupun informasi tentang penelitian proses pelaksanaan supervisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa. Secara umum proses pelaksanaan supervisi , (sejak mulai dari perencanaan ,jadwal supervisi,frekuensi kegiatan, maupun dalam pelaksanaannya berupa pengamatan, pembinaan maupun pembimbingan serta pemecahan masalah, sisi pencatatan dan pelaporan kegiatan ;reed back) kenyataannya belum memenuhi harapan. Kesimpulan dari penelitian ini dapat dikemukakan bahwa belum baiknya kegiatan proses pelaksanaan supervisi program P2 ISPA yang dilaksanakan di puskesmas Kutaraya dan puskesmas Indralaya, dilatarbelakangi oleh kemampuan manajemen.yang belum baik, upaya perbaikan yang berkesinambungan melalui pendekatan Qualitiy Improvement tidak dilembagakan serta pembinaan dari Dinas Kesehatan Kabupaten yang intensitasnya masih rendah dalam pelaksanaan program P2ISPA dilapangan. Dari hasil penelitian yang dilakukan serta kesimpulan yang dapat diambil, dapat diberikan saran kepada atasan dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ilir untuk melakukan upaya pelatihan bagi pimpinan puskesmas dan petugas puskesmas dalam rangka penguatan kegiatan supervisi. Dengan memanfaatkan peluang otonomi daerah, hal lain yang teramat penting adalah pengadaan sarana maupun dana dalam pelaksanaan supervisi program P2ISPA melalui advocacy kepada Pemerintah Daerah Kabupaten maupun DPR sebagai upaya kesinambungan melalui pendekatan Quality Improvement. Bagi puskesmas sendiri, diperlukan inisiatif untuk memberdayakati seluruh petugasnya melalui pelatihan dan pembinaan tingkat puskesmas pada setiap kesempatan pertemuan puskesmas.
Process Analysis of Supervision on Eradication Acute Respiratory Tract Infection (ARI) Program at 2 Community Health Centers, Kutaraya and Indralaya Ogan Komering Regency 2001.Background: The aim of this study is to know and to get further information about the process of supervision. Supervision is very important to improve the performance of eradicataion Acute Respiratory tract Infection ( ARI ) program at the community Health Centers in Ogan Komering Ilir regency, South Sumatera. Eradication ARI program in this regency, still faces problems, i.e. low target/ coverage, and high underfive morbidity and mortality, and the ongoing evaluation tends to decline within the last three years. Methods: This study wa a qualitative using indepth interview and observation The location of this study was decided through 2 subdistrict Health Centers, at Kutarya and Indralaya. The subjects were health workers who conduct and responsible to the eradication of ARI Result : Results showed that the proces of planning, scheduling, guiding! problem solving, recording/reporting and feed back activity conducted by the health workers are still the main problem. There are lack of leadership, on the job training, and teamwork problem solving at those 2 Subdistrict Health Center. This study also indicates that supervision was one of the most effective effort to improve the perfonnance of eradication of ARI program at the community health centers.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4613
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariani Murti
Abstrak :
Petugas fiksasi sputum BTA di Puskesmas Satelit merupakan tenaga yang sangat menentukan dalam keberhasilan dalam penemuan kasus TB di masyarakat dan sebagai salah satu pilar dari DOTS dalam penanggulangan penyakit TB di lingkungan wilayah Kotamadya Jakarta Barat. Oleh karena itu petugas fiksasi di Puskesmas Satelit perlu ditingkatkan ketrampilan dan kinerjanya agar dapat mendukung kemajuan program penanggulangan TB Paru. Tolok ukur kinerja adalah cakupan slide yang dibuat dalam kurun waktu satu tahun. Masih rendahnya cakupan pemeriksaan slide sputum BTA menunjukkan kinerja petugas fiksasi di Puskesmas Satelit masih sangat rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang kinerja petugas fiksasi sputum BTA di Puskesmas Satelit (PS)di Wilayah Kotamadya Jakarta Barat dan mengkaji faktor- faktor yang mempengaruhi kinerja petugas fiksasi di Jakarta Barat. Faktor-faktor tersebut adalah persepsi peran, sikap, pelatihan, motivasi, sumber daya, imbalan, pembinaan,tugas rangkap dan kepemimpinan. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan kualitatif. Sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 51 orang petugas fiksasi sputum BTA di Puskesmas Satelit (PS) yang ada Wilayah kotamadya Jakarta Barat. Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan sekunder yang dilakukan pada bulan 14 November sampai 15 Desember 2001. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja petugas fiksasi sputum BTA di Puskesmas satelit di Wilayah Jakarta Barat sangat rendah yaitu 21%. Faktor persepsi peran, sikap, imbalan , pembinaan, tugas rangkap dan kepemimpinan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja petugas fiksasi sputum BTA di Puskesmas Satelit di Wilayah Jakarta Barat. Penelitian ini menyarankan agar pembinaan dan pemberian imbalan yang cukup diberikan kepada petugas, guna meningkatkan angka penemuan kasus TBC di masa mendatang.
Determinants Recitation of the Sputum Smears Acid Bacilli Workers Performance on Satellite Community Health Centers in West Jakarta in the Year 2001The sputum smear acid bacilli workers at satellite community health center are very important personnel in achievement of P2TB program in the work area of West Jakarta. Therefore, the workers must be skillful and have a good performance. The performance standard of the sputum smear workers is the coverage of slide have done during a year as apart of TB diagnosed and management of TB therapy. The low level of the coverage slides have done by the workers during a year, have not indicate a good result, in other words, the performance of the Satellite Community Health Center is not good yet. The purpose of this research is to obtain information regarding the performance of the satellite community health center workers and factors related to the performance of PS sputum smear acid bacilli workers in West Jakarta. The factors are perception role, attitude, training, motivation, resources, rewards, guidance, work load and leadership. This research used the "Cross Sectional? and qualitative design. Sample of this research at the PS sputum smear workers that are available in West Jakarta namely 51 workers. The data collected are primary and secondary and it was conducted from November 14 to December 15, 2000. The result indicates that the PS workers in West Jakarta who have a good performance are only 21 %. The factors such perception, attitude, reward, guidance, work load and leadership have significant relationship with the performance of the satellite community health center workers. These researches suggest the guidance needs to be done better and giving incentives in order to increase finding a new TB Cases.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10726
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hilman Taufik Wijayasomantri
Abstrak :
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir ISPA terutama pneumonia masih merupakan penyumbang terbesar dalam kejadian kematian bayi di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Sumedang khususnya. Hasil penelitian Depkes tahun 1997 menunjukkan penatalaksanaan kasus ISPA yang tepat dapat mencegah secara efektif sekitar 60-80 % kematian akibat pneumonia. Keadaan ini menjadi titik tolak Depkes untuk mengintensifkan program penanggulangan penyakit ISPA dengan salah satu program prioritasnya adalah meningkatkan kemampuan petugas dalam manajemen penatalaksanaan penyakit ISPA pada bayi yang dititikberatkan pada kepatuhan dalam pelaksanaan SOP ISPA. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji pengaruh pelatihan terhadap tingkat kepatuhan petugas dalam pelaksanaan SOP ISPA dan dampaknya kepada kepuasan ibu bayi setelah memperoleh pelayanan oleh bidan di puskesmas. Pendekatan penelitian adalah quasi experimental dan panel survey non equivalent group design. Ada dua sampel penelitian. Kelompok pertama yaitu 10 orang bidan puskesmas di wilayah bekas Pembantu Bupati Darmaraja dan Tanjungsari Kabupaten Sumedang yang diukur kepatuhan dalam pelaksanaan SOP ISPA sebelum dan sesudah pelatihan. Kelompok kedua adalah 110 ibu bayi yang membawa bayinya berobat ke puskesmas di lokasi yang sama dengan keluhan batuk/sesak. Tingkat kepuasannya diukur setelah memperoleh pelayanan. Kelompok kontrol dengan jumlah bidan dan ibu bayi yang sama di 10 puskesmas pada wilayah bekas Pembantu Bupati Kota dan Congeang di Kabupaten Sumedang. Tingkat kepatuhan bidan dalam pelaksanaan SOP ISPA dianalisa secara univariat untuk menilai distribusi frekuensi dan besarnya proporsi diantara sampel. Sedangkan Mc Nemar test dipergunakan untuk menilai pengaruh pelatihan terhadap tingkat kepatuhan. Hasil analisa statistik menunjukkan rata-rata skor kepatuhan Bidan dalam pelaksanaan SOP ISPA dan skor kepuasan ibu bayi sebelum pelatihan pada kedua kelompok dalam keadaan setara. Dengan uji Mc Nemar menunjukkan bahwa kepatuhan sesudah pelatihan meningkat pada kelompok intervensi (p = 0,0001 dan OR = 5,8). Terdapat perbedaan proporsi tingkat kepuasan ibu bayi sebelum dan sesudah Bidan mendapat pelatihan (p = 0,028) dan ada hubungan yang bermakna antara tingkat kepatuhan Bidan dengan kepuasan ibu bayi (p = 0,018). Kesimpulan yang didapat, Bidan pada kelompok intervensi yang mendapat pelatihan manajemen penatalaksanaan ISPA mempunyai peningkatan skor kepatuhan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat pelatihan. Ibu bayi yang dilayani oleh Bidan pada kelompok intervensi mempunyai skor kepuasan lebih tinggi dibandingkan ibu bayi yang dilayani Bidan yang tidak mendapat pelatihan manajemen penatalaksanaan ISPA.
The Influence or Acute Respiratory Infection Management Training for Midwives of Community Health Centers and Its Impact on Baby Mothers' Satisfaction in Sumedang District, 2001/2002In the last five years acute respiratory infection (ARI) disease especially pneumonia has been the main contributor for the death of babies in Indonesia in general and in Sumedang District in particular. Data of Indonesian Ministry of Health research in 1997 showed that the appropriate management to handle ARI cases could effectively reduce the death of babies from pneumonia by 60 to 80 %. This data has been assigned as a basis to intensify the program of preventing AFT. One of the priorities of the program is to improve the capability of health providers in managing ARI prevention for babies emphasized on the health providers' compliance with conducting SOP of ARI. This research is aimed to investigate the influence of training on the degree of health providers' compliance with conducting SOP of ARI and its impact on baby mothers' satisfaction on the quality of services from the community health centers' midwives. This research employs quasi experimental and panel survey non equivalent group design. There were two groups of samples. The first group was 10 community health centers' midwives in the former region of Darmaraja and Tanjungsari Regent Assistant in Sumedang District who were measured their degree of compliance with managing ARI before and after they had been trained. The second group was 110 baby mothers who visited community health centers in the same place with coughs and short-winded complaints. Their satisfactions of the service quality were measured. The control group samples were the same number of midwives and baby mothers in 10 community health centers in the former regions of Sumedang City dan Congeang Regent Assistant in Sumedang District. The midwives' compliance with ARI management was subjected to univariate analysis to determine frequency distribution and proportion compliance among them. Further, Mc Nemar test was applied to determine whether or not the training influenced the degree of compliance. Statistical analysis showed that, before the training, the average score of both midwives' compliance with conducting SOP of ARI and the baby mothers' satisfaction was equal. By Mc Nemar test, the data revealed that the degree of compliance had improved after they had been trained in the experimental group (p = 0.0001 and OR = 5.8). Furthermore, there was a different proportion of the degree of baby mothers' satisfaction before and after the midwives had been trained (p = 0.028). The degree of midwives' compliance is significant associated with the baby mothers' satisfaction (p = 0.018). It is concluded that the midwives from the experimental group who had been trained on ARI management have higher score of compliance than those who had not been trained. Accordingly, the baby mothers who received health services from the trained midwives have higher score of satisfaction than those who were served by the untrained midwives on ARI management.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T 10816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrati Wahyuni
Abstrak :
Kesakitan dan kematian ibu di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan utama, terlebih lagi 90% kematian ibu disebabkan oleh perdarahan, infeksi dan eklamsi. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu adalah meningkatkan dan memastikan kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan kepada setiap ibu. Program KIA sebagai salah satu unsur pelayanan kesehatan dasar yang prioritas terutama pelayanan antenatal karena keberhasilannya menurunkan Angka kematian Ibu (AKI). Pelayanan antenatal yang berkualitas merupakan pemeriksaan kesehatan pada ibu hamil sesuai dengan standar artinya dalam melaksanakan perneriksaan antenatal bidan mematuhi seluruh tahapan yang telah ditetapkan. Karena pelayanan antenatal yang berkualitas selain menurunkan AKI juga memberi dampak pada penurunan kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Dalam manajemen sumber daya manusia, kepuasan kerja karyawan perlu diperhatikan. Banyak faktor yang mempengaruhi kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal, seperti faktor-faktor individu, eksternal, psikologis. Namun karena keterbatasan peneliti hanya mengkaji hubungan antara kepatuhan dengan faktor-faktor individu, faktor-faktor eksternal dan kepuasan kerja. Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran kepatuhan bidan terhadap standar pelayanan antenatal, gambaran kepuasan kerja serta mengkaji faktor-faktor apa yang berhubungan dengan kepatuhan tersebut. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain cross sectional dengan jumlah responden sebanyak 79 orang bidan yang merupakan bidan koordinator di unit pelayanan KIA puskesmas se Kotamadya Jakarta Selatan. Seluruh anggota populasi diambil sebagai sampel (total sampling) Hasil analisis univariat menunjukan bahwa 56 (70,9%) responden patuh terhadap standar pelayanan antenatal dan 23 (20,1%) balm patuh, dengan rata-rata tingkat kepatuhan 79,96%. Adapun tahapan pelayanan antenatal yang jarang dilakukan oleh bidan adalah konseling (51,9%). Kepuasan kerja bidan di unit pelayanan KIA rata-rata mencapai skor 50,44 (skor tertinggi 72). Faktor-faktor yang membuat bidan merasa tidak puas adalah penghasilan, dan kesempatan meningkatkan pendidikan dan mengikuti pelatihan. Hasil analisis bivariat menunjukan hubungan yang bermakna antara kepatuhan bidan dan kepuasan kerja, umur, masa kerja, pengetahuan, supervisi dan pelatihan. Hasil uji regresi logistik ganda menunjukan bahwa kepatuhan terhadap standar dipengaruhi secara bersama-sama oleh supervisi, pengetahuan dan masa kerja. Disarankan kepada Kepala Puskesmas maupun dari Suku Dinas Kesehatan Kotamadya Jakarta untuk meningkatkan pelaksanaan supervisi berupa pengawasan dan pembinaan kepada bidan di puskesmas mengenai pelayanan antenatal. Selain itu dalam rangka learning organization sudah seharusnya setiap organisasi membentuk gugus kendali mutu sebagai proses pembelajaran untuk perbaikan berkesinambungan. Untuk meningkatkan pengetahuan bidan tentang pelayanan antenatal perlu diselenggarakan pendidikan dan pelatihan berkala tentang pelayanan antenatal aspek konseling, pengertian secara luas tentang pelayanan antenatal. Daftar bacaan : 55 (1975 - 2002)
Relationship Between Work Satisfaction and Midwife's Compliance to Antenatal Care Standard in Mother and Child Health Care Unit in Community Health Centers in Youth Jakarta Year 2003Maternal morbidity and mortality in Indonesia is still a major public health problem, moreover with 90% of maternal mortalities were caused by bleeding, infection, and eclampsia. One effort to accelerate the reduction of maternal mortality rate is to ascertain and to improve the midwifery care quality provided to mother. MCH program as one of the primary health care component particularly ANC is prioritized because of its success in reducing the MMR. Quality ANC is health care provided to pregnant women in accordance to given standard. Quality ANC besides its effect in reducing MMR, also reduce low birth weight (LBW) incidence. In human resource management, employee's work satisfaction should be paid attention. There are several factors influencing midwife's compliance to ANC standard such as individual, external, and psychological factors. This study aimed to provide description on midwife's compliance to ANC standard, description on work satisfaction, and analyze factors related to compliance. Design used in this study was across-sectional with 79 midwives as respondent, all were midwife coordinator in MCH unit in community health centers in South Jakarta township. All population served as sample (total sample). The univariate analysis showed that 56 (70.9%) respondents-complied to ANC standard and 23 (20.1%) did not comply to the standard, with average level of compliance of 79.96%. Step in ANC that was rarely done by midwives was counseling (51.9%). Midwife's work satisfaction was 50.44 on average (highest score=72). Factors causing unsatisfaction among midwives were income, and chance to improve education level and training. Logistic regression showed that compliance was influenced by supervision, knowledge, and length in work simultaneously. It is suggested to both Heads of Community Health Center and South Jakarta Health Office to improve supervision in terms of monitoring and guiding head of midwives in community health center about antenatal care. Besides, within the framework of learning organization, each organization should provide quality control unit as a learning process for continuous improvement. Periodic education and training about ANC, and counseling should be provided to improve midwife's knowledge. References: 55 (1975-2002)
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nunung Joeniartin
Abstrak :
Hasil laporan Sub Direktorat Imunisasi Depkes RI bersama WHO tentang studi pengukuran keamanan penyuntikan di empat porpinsi di Indonesia (1999) menunjukkan bahwa 37,5% syringe tidak steril, 22,5% bagian jarum tidak steril ketika akan digunakan dan 28,5% bagian jarum dan syringe yang steril tersentuh waktu pemakaian. Di samping itu Laporan Tahunan Imunisasi 1998/1999 menunjukkan bahwa berdasarkan hasil survei Badan Litbangkes Depkes RI menunjukkan bahwa 40-50% praktek imunisasi tidak aman termasuk pelaksanaan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Hal ini menyangkut kepatuhan petugas pelaksana pelayanan imunisasi. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi tentang tingkat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas tersebut di puskesmas Kota Pontianak Propinsi Kalimantan Barat Tahun 2000. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Pengamatan dilakukan di 20 Puskesmas di Kota Pontianak sebanyak 100 orang petugas pelaksana pelayanan imunisasi di Puskesmas atau di Posyandu. Pengumpulan data dilaksanakan dengan menggunakan daftar tilik untuk pengamatan kepatuhan petugas, setiap petugas diamati sebanyak tiga kali. Setelah selesai pengamatan dilakukan wawancara tentang hal yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas. Hasil analisis univariat kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi nilai total menunjukkan yang patuh sebesar 53,0 %. Pengamatan kepatuhan dilakukan pada tiga komponen kegiatan yang hasilnya menunjukkan bahwa petugas yang patuh terhadap proses pencatatan 81,0%, proses penyuntikan 79,0%, tetapi yang patuh pada proses penyuluhan 8,0%. Petugas dengan tingkat pengetahuan baik lebih sedikit dari yang tingkat pengetahuannya kurang, sebagian besar berpengetahuan baik tentang jadwal imunisasi, sebaliknya sebagian besar berpengatuhan kurang tentang cara imunisasi. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Petugas yang berpengetahuan baik yang patuh sebanyak 68,1% dan yang pengetahuan kurang yang patuh 39,6%. Variabel pengetahuan menunjukkan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap pedoman pelaksanaan pelayanan imunisasi. Saran, perlu adanya upaya peningkatan kepatuhan petugas dengan peningkatan pengetahuan tentang pelaksanaan pelayanan imunisasi melalui pelatihan, pertemuan maupun supervisi. ......Report of Immunization Sub Directorate of the Ministry of Health Republic of Indonesia in a joint project with WHO (World Health Organization) concerning study on measurement of injection safety in four provinces in Indonesia (1999) shows that 37.5% of syringe were not sterile, 22.5% of the needles to use were not sterile and 28.5 % of sterile needles and syringe were touched during their use. In addition, the Immunization Annual Report 1998/1999, based on a survey conducted by National Institute of Health Research and Development of the Ministry of Health Republic of Indonesia, reveals that 4UĀ°/o-50% of the immunization practice were not safe, including the implementation of Bulan lmunisasi Anak Sekolah (BIAS) or School Immunization Program. This finding correlates with the staff compliance in delivering immunization service. This study was aimed at gathering information regarding level of staff compliance to the implementation guidelines of immunization service and factors that correlate with such staff compliance at all Puskesmas (community health centers) in Pontianak City, West Kalimantan Province, Year 2000. The study design employed a qualitative approach with a cross sectional method. Observation was conducted at 20 Puskesmas in Pontianak City over 100 operatives or staffs of immunization service at Puskesmas or Posyandu (Integrated-Service Shelter). Data collection was conducted by using checklist to observe the staffs? compliance. Each staff was observed for three times. Following the observation, interviews were set to dig information on factors that correlate with the staffs? compliance to the guidelines. Result of univariat analysis of the staffs compliance to the guideline shows that 53.0% of the staffs compliance to the guidelines. The observation over the staffs compliance was focused on three components of activities, The results describes that 81.0% of the staffs compliance to recording process, 79.0% of the staffs compliance to injection procedures, and only 8.0% of them compliance to the program dissemination session. The number of knowledgeable staff was far littler that the opposite staff, a lot of the staffs acknowledged the immunization schedule, while most of them were less informed about appropriate immunization procedures. The bivarians analysis result shows that there is a significant correlation between knowledge level of the staffs and their compliance to the implementation guidelines of the immunization service. 68.1% of the knowledgeable staff's compliance to the guidelines while 39.6% of the less knowledgeable staff-'s compliance to the guidelines. Knowledge variable proved to be the most dominant factor that correlated with the staffs compliance to the implementation guidelines of immunization service. As recommendations, there should be improvement of the staffs? compliance to the guidelines by increasing their knowledge of the guidelines through regular training, meetings or supervisions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library