Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ihya Ulumuddin
Abstrak :
Dengan mengkaji tentang reproduksi batik sebagai cultural goods, studi ini ingin menjelaskan komodifikasi yang dilakukan tokoh batik dengan dukungan media, dan sarana yang ada untuk menghasilkan produk batik dalam ranah industri budaya. Studi ini dilakukan di Kota Pekalongan, Jawa Tengah. Industri budaya dalam penelitian ini dikaji dari beberapa hal, yaitu batik sebagai cultural goods, industri dan komodifikasi batik. Melalui pendekatan kualitatif, pertama reproduksi batik sebagai cultural goods terlihat bahwa telah terjadi transformasi terhadap makna, nilai, dan simbol yang ada dalam produk batik, termasuk dalam praktik pembatikannya, di sini terjadi perubahan dari use value menjadi exchange value. Selanjutnya industri dan komodifikasi batik menunjukkan bahwa kemampuan aktor yang terlibat dalam dunia batik dalam memanfaatkan media, dan sarana yang ada bukan saja menghasilkan produk batik yang sesuai selera pasar, tapi menimbulkan stratifikasi baru yang mewujud dalam batik yang uniqueness, bahkan muncul batik high culture dalam bentuk baru yang bukan dipakai oleh Sultan atau bangsawan, tapi lebih pada kelas tertentu yang orientasi produk nya adalah nilai tukar yang memiliki keuntungan. Secara teoritis, studi ini menunjukkan bahwa kerangka industri budaya mampu melihat secara kritis mengenai fenomena reproduksi batik yang berlangsung di Kota Pekalongan, hal ini mampu menjadi landasan penting dalam memahami permasalahan sebenarnya mengenai industri budaya batik yang sedang berlangsung. ......By reviewing batik reproduction as cultural goods, this study wants to explain the commodification that has been done by batik figures to produce batik in the realm of cultural industry with the support from media and existing facilities. This study was conducted in Pekalongan, Central Java. Cultural industry of batik is examined from batik as cultural goods and an industry to batik commodification. Through a qualitative approach, the reproduction of batik as cultural goods has been experiencing a transformation of meaning, value, and symbols that exist in batik products including its processing practice. It has occurred a changing value from use value to exchange value. Furthermore, the industry and the commodification of batik shows that the ability of the actors involved in the world of batik to use media and existing facilities is not only produce market-tasted batik products but also create a new stratification embodied in batik uniqueness and emerge in the form of high culture batik. It is not used by the Sultan or the nobility but rather used by a specific class whom products orientation is the profit exchange value. Theoretically, this study shows that the cultural industry framework is able to look critically about batik reproduction phenomenon which takes place in Pekalongan. It provides an important foundation to understand the real issues of cultural industry of batik.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43544
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Rizkita
Abstrak :
ABSTRAK
Fenomena Mukbang, siaran makan, merupakan salah satu gejala dari bertukarnya praktik budaya pada masyarakat digital. Pertukaran praktik budaya membuat perubahan bagi gaya hidup, salah satunya yaitu gaya hidup prosumsi produksi dan konsumsi dalam kebiasaan makan sebagian Youtuber Indonesia. Berdasarkan studi sebelumnya, YouTube disebut sebagai sarana pertukaran praktik budaya dan konten yang disiarkan dapat memengaruhi gaya hidup penggunanya. Selain itu, studi sebelumnya mengatakan siaran makan berdampak pada konsumsi makanan yang tidak dibutuhkan. Namun, studi tersebut hanya berfokus pada dampak terhadap konsumsi saja. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji fenomena tersebut melalui perspektif sosiologi budaya dengan menggunakan konsep komodifikasi budaya dalam fenomena Mukbang di Indonesia. Penulis beragumen, pada fenomena Mukbang di Indonesia, Youtuber sebagai prosumer melakukan komodifikasi pada video yang memperlihatkan aktivitas makannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat tiga bentuk komodifikasi yang terjadi yaitu pada cara makan, jenis makanan, dan kualitas video. Di sisi lain, dengan memerhatikan tren dan selera penonton, terdapat dampak positif maupun dampak negatif yang diterima oleh Youtuber maupun penonton. Artikel ini menggunakan metode kualitatif, dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara mendalam, observasi, serta studi literatur. Informan dalam artikel ini merupakan pengguna YouTube di Indonesia yaitu Youtuber konten Mukbang dan penontonnya, berusia 18 ndash; 29 tahun.
ABSTRACT
Mukbang phenomenon, eating broadcast, is one of the symptoms of medical treatment for the digital community. The exchange of sports with various lifestyles, one of which used the prosumption lifestyle production and consumption in the eating habits of most of Youtuber Indonesia. Based on previous studies, YouTube is referred to as a means of exchanging cultural practices and content that can enable the lifestyle of its users. In addition, a previous study said eating broadcasts had an impact on unnecessary food consumption. However, this study deals only with consumption. Therefore, the writer wanted to study the phenomenon through cultural sociology by using the concept of commodity in Mukbang phenomenon in Indonesia. The author argues, in the phenomenon Mukbang in Indonesia, Youtuber as a prosumer commodify the video that gave rise to eating activities. The results showed that there are three forms that occurred on how to eat, type of food, and video quality. On the other hand, by noticing the trends and touch of the audience, there are positive and negative ones achieved by Youtuber and the audience. This article uses qualitative methods, by collecting data from in-depth interviews, and literature studies. The informant in this article is a YouTube user in Indonesia that is Youtuber content Mukbang and its viewers, aged 18 - 29 years.
2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Tri Widuri
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang komodifikasi pekerja media, yakni jurnalis surat kabar, dengan studi kasus liputan otomotif di Koran Tempo. Semenjak tren tiras media cetak terus menurun karena ketatnya persaingan dengan media digital, surat kabar gencar mengeskplorasi liputan yang memiliki pasar pengiklan potensial. Tak cukup dengan mentrasformasikan nilai guna konten media dengan nilai tukar komodifikasi isi , belakangan pengelola surat kabar sekaligus mengkomodifikasi jurnalisnya. Menggunakan pendekatan ekonomi politik Marxian, peneliti memfokuskan riset pada relasi sosial eksploitatif yang dialami jurnalis peliput otomotif di Koran Tempo. Dalam relasi sosial yang eksploitatif, jurnalis yang mengalami komodifikasi tidak menyadarinya karena dirinya telah melalui tahapan alienasi, reifikasi, mistifikasi, dan terakhir naturalisasi terhadap proses komodifikasi. Penelitian ini membuktikan terjadi komodifikasi jurnalis otomotif di Koran Tempo, meskipun tidak sepanjang waktu. Komodifikasi dapat berlangsung karena jurnalis dan lingkungan perusahaan media telah menaturalisasi praktik komodifikasi sebagai hal yang wajar.
ABSTRACT
This study concerns about the commodification of media labors, ie newspaper journalists, with case study of automotive coverage in Koran Tempo. Since the trends in print media continued to decline due to the tight competition with digital media, the newspaper management intensively explored the coverage of a potential advertiser market. It is not enough to transform the use values for media contents into exchange values commodification of contents , lately newspaper managers also commodify journalists as well. Using the Marxian political economy approach, researcher focused on the exploitative social relations experienced by automotive journalists in Koran Tempo. In exploitative social relations, commoditized journalists do not realize that they were commodified. These things happen because they have gone through the stages of alienation, reification, mystification, and the last naturalization during the commodification process. This study proves that there is a commodification of automotive journalists in Koran Tempo, although not all the time. Commodification can take place because journalists and environmental media companies have naturalized the practice of commodification as a natural thing.
2017
T48887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meisa Firdaus
Abstrak :
Skripsi ini mendeskripsikan tentang sisi lain PAUD di balik perannya sebagai pranata pendidikan yang saat ini telah mengalami sejumlah pergeseran. Lokasi penelitian dilakukan di kelurahan Rangkapan Jaya kota Depok, yakni melibatkan tujuh PAUD di wilayah tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif yang menggambarkan suasana di lokasi penelitian untuk membangun konteks bagi masalah yang diangkat. Skripsi ini pun menjelaskan secara rinci bentuk-bentuk pergeseran dari penyelenggaraan PAUD yang pada akhirnya menciptakan sejumlah masalah berbau penyimpangan. Adanya pergeseran atas penyelenggaraan PAUD tersebut tidak lain dipicu oleh kepentingan ekonomi, kepentingan kelompok, maupun kepentingan negara yang akhirnya merubah arah tujuan PAUD itu sendiri. PAUD yang semula ditujukan sebagai wadah pendidikan anak, kini tidak ubahnya seperti pasar yang segala sesuatunya berlandas pada nilai tukar dan keuntungan. Kemudian adanya unsur kepentingan dalam pelaksanaan PAUD juga menimbulkan sejumlah dampak, yakni dampak sosial dan kultural. Kondisi tersebut terus dibiarkan seiring posisi PAUD yang semakin hari semakin digaungkan sebagai jenjang pendidikan pra-sekolah yang wajib dienyam setiap anak. ...... This thesis describes and analyzes the other side of Early Childhood behind it role as an education institutions that now sifted. The research take place in Rangkapan Jaya Villages, Depok City, involving seven Early Childhood in the region. The research used descriptive as the method to describes the situation at the location to establish the context for the issues raised. This thesis also describes in detail the forms of organization of Early Childhood shifted, that ultimately creates a number of deviation problems. The deviation problems about the execution of Early Childhood education is triggered by groups interest, economic interests, and also state interest, that changed the goal of Early Childhood itself. Early Childhood which was originally intended as a company for the children’s education, is no different than the market as everything is based on exchange rate and profit. Then, there is an element of interest in the Early Childhood program also raises a number of effects, such as social and cultural impact. The condition was allowed together with the position of Early Childhood which is reffered to, as pre-school education that is needed.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S59637
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmalita Amelia Nugrahaningsih
Abstrak :
Maraknya hijaber yang bermunculan menciptakan sebuah fenomena yang unik, seperti hijaber syar rsquo;i dan modis. Di satu sisi, dapat mengajak perempuan untuk mengenakan hijab, akan tetapi di sisi lain juga melakukan tindakan-tindakan yang memberikan keuntungan ekonomi pada beberapa pihak. Penelitian ini akan membahas mengenai bagaimana bentuk-bentuk komodifikasi nilai-nilai muslimah dalam media sosial. Metode yang digunakan adalah analisis semiotika Barthes. Dari penelitian ini diketahui bahwa terdapat mitos kecantikan, tubuh ideal, dan peran-peran domestik pad perempuan, bentuk komodifikasi agama antara hijaber syar rsquo;i dan modis dilakukan dengan cara yang berbeda satu sama lain, serta penggunaan agama sebagai alat untuk memudahkan komodifikasi. ...... The rise of emerging hijabers creates a unique phenomenon, such as the hijaber syar 39 i and fashionable. On the other hand, it can invite women to wear hijab, but on the other hand also perform actions that provide economic benefits to some people. This research will discuss about how the forms of commodification of muslimah values in social media. Using Barthes semiotics analysis, this study know that there are beauty myths, ideal bodies, and domestic roles in women, the form of religious commodification between hijaber syar 39 i and fashion is done in different ways from each other, and the use of religion as a means to facilitate commodification.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritonga, Rajab
Abstrak :
Studi ini bertujuan untuk mengetahui proses komodifikasi informasi di newsroom kantor berita sebagai suatu bentuk reposisi ekonomi politik kantor berita di era konvergensi saat ini. Reposisi ekonomi politik menjadi keharusan karena kondisi kantor berita nasional saat ini berada di ambang kebangkrutan sebagai efek dari maraknya penggunaan internet, sementara dari sisi pemberitaan kantor berita nasional juga tidak berdaya mengimbangi dominasi kantor berita internasional.

Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif utamanya dengan metoda etnograti, dengan variabel penelitian meliputi (1) reposisi kantor berita nasional, (2) komoditikasi informasi, dan (3) dominasi kantor berita global. Panduan teoritis yang digunakan adalah kajian ekonomi politik kritis varian strukturalisme. Kantor berita nasional yang dijadikan subjek penelitian adalah kantor berita dari Indonesia (Antara). Sebagai pembanding dilihat juga dinamika yang berlangsung di kantor berita nasional Malaysia (Bernama) dan kantor berita internasional dari Inggris (Reuters), Amerika Serikat (AP), dan Perancis (AFP). Permasalahan dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana kantor berita nasional melakukan reposisi strulctur ekonomi-politiknya di era konvergensi sekarang ini?; (2) Eagaimana kantor berita nasional memposisikan komoditas informasi sebagai produk untuk dijual di era konvergensi?; (3) Bagaimana proses komodifikasi informasi berlangsung dalam newsroom kantor berita nasional?; dan (4) Bagaimana dominasi kantor berita internasional terjadi atas kantor berita nasional? Kesimpulan penelitian ini adalah: pertama, akibat perkembangan teknologi lnformasi berbasis komputer-internet dan masih kuatnya pengaruh dominasi struktur kapitalisme global, kantor berita nasional didorong untuk melakukan reposisi struktur ekonomi-polltiknya agar mampu menghasilkan suatu informasi yang bersifat langka (scarcity). Reposisi tersebut dilakukan dengan mengadakan: (1) kerjasama pertukaran berita (ownership convergence); (2) berbagi materi berita dengan kantor berita lainnya (tactical convergence); (3) melakukan penulisan ulang terhadap materi berita untuk disesuaikan dengan jenis media yang digunakan (structurat convergence); (4) menciptakan reporter super (information gathering convergence); dan (5) menyediakan peralatan canggih bagi reporter untuk mendukung komodifikasi informasi yang diharapkan (storyteiting convergence). Kantor berita saat ini juga mereposisi orientasi bisnisnya dari semula wholesaler, agen informasi untuk media massa, juga menjadi retailer mengunjungi publik melalui website maupun peralatan konvergensi media lainnya. Kedua, komodifikasi informasi di newsroom terjadi dalam bentuk komodifikasi isi yang meliputi proses penentuan komoditas informasi berita, foto, dan data untuk dijual melalui proses dinamis yang berlangsung diantara pekerja dalam salu level (horisontal) maupun level berbeda (vertikal) dalam aktivitas rutin keseharian untuk produksi informasi (rapat redaksi, rapat dewan redaksi, dan rapat direktur). Ketiga, teriadi dominasi infon'nasi global oleh kantor berita internasional dalam bentuk besaran kuantitatif persebaran informasi dan perolehan pendapatan finansial, persebaran sumberdaya, serta relasi profesional, Kantor berita nasional tidak berdaya menghadapi dominasi tersebut karena sebagian besar pendapatan kantor berita nasional justru berasal dari kerjasama dengan kantor berita internasional Begitu juga jaringan kerjasama regional yang dibentuk untuk menghadapi dominasi kantor berita internasional, tidak berfungsi efektif karena terjadinya berbagai polarisasi kepentingan dari masing-masing kantor berita anggota Meskipun demikian, wacana resistensl terhadap dominasi kantor berita internasional bukannya tidak terjadi dalam proses komodiiikasi informasi kantor berita nasional. Salah satu implikasi menarik dari temuan dalam penelltian ini adalah keberadaan kantor berita nasional yang seolah-olah berada di simpang jalan untuk memilih antara kepentingan politik atau kepentingan ekonomi. Dari gambaran reposisi strulctur ekonomi-politik yang dilakukan kantor berita nasional semacam Antara, sebenarnya sudah menjawab arah dominan yang akan dituju kantor berita nasional dalam era teknologi komunikasi berbasis komputer-internet sekarang ini. Kepentingan ekonomi tampaknya bakal mengalahkan kepentingan politik di balik eksistensi kantor berita nasional. Nostalgia historis pemunculan kantor berita nasional yang sarat dengan nasionalisme bakal tergerus dengan kepentlngan ekonomi.
This study is intended to know the information commoditication process in the newsroom of a news agency as a fomi of the ecopolitical reposition of a news agency in the current media. convergence era. The ecopolitical reposition becomes a must as a national news agency is currently in the brink of bankruptcy as an effect of the internet use on a large scale, while a national news agency?s news dissemination is unable to offset those of international news agencies. The research was conducted descriptively using qualitative approaches. notably, the ethnographic method, with research variables consisting of (1) reposition of a national news agency, (2) infomation commoditication and (3) domination of global news agencies. The theoretical guidance which is used is a critical ecopolitical study on the variant of structuralism. The national news agency which becomes the subject of the research is a news agency from Indonesia (Antara). As comparisons, it is also worth observing Malaysia's national news agency (Bernama) and the international (transnational) news agencies from Britain (Reuters), the United States of America (AP) and France (AFP). Subject matters in the research are (1) l-low does a national news agency make a reposition on its ecopolitical structure in the current media convergence era'?; (2) How does a national news agency position the information commodity as a product for sale in the media convergence era'?; (3) How does the process of information commodification take place in a national news agency's newsroom; and (4) How does domination of international (transnational) news agencies against national news agencies occur? The research concludes that: Firstly, due to the development of computer-internet based information technology and the still strong influence of domination of the global capitalism structure, a national news agency is encouraged to make a reposition of its ecopolitical structure in order to produce scarce information. The reposition is made by (1) setting up cooperation on news exchange (ownership convergence); (2) sharing news materials with other news agencies (tactical convergence); (3) rewriting news materials for adjustment to the type of media in use (structural convergence); (4) creating super reporters (information gathering convergence); and (5) providing sophisticated instruments for reporters in support of the expected information commoditication (storytelling convergence). Currently, a news agency also repositions its business orientation from formerly a wholesaler, an information agent for mass media, also becomes a retailer and visits the public through website or other convergence instruments. Secondly, the information commoditication in the newsroom occurs in the fomn of content commodilication encompassing the process of deciding the information commodities of (text) news, photos and data for sale through dynamic process which takes place among workers on a (horizontal) level and a (vertical) level in the daily routine activities to produce information (editorial meeting, board of editors meeting and board of directors meeting). Thirdly, there are domination of global information by international news agencies in the form of quantitative value of information dissemination and financial income, and distribution of resources and professional relations. A national news agency is unable to face the domination as most of its income even comes from cooperation with international news agencies. The regional cooperation networking designed to face international news agencies? domination is also ineffective as there is polarization of different interests among member news agencies. However, it does not mean that the discourse on the resistence against the domination of international news agencies does not happen in the information cornmodilicatiori process of a national news agency. One of the interesting implications from the findings in the research is the presence of a national news agency which as if stays on an intersection to choose the political or economic interest. The picture on the reposition of ecopolitical structure conducted by such a national news agency as Antara has actually answered the dominant direction to be reached by a national news agency in the current era of computer-internet based communication technology. The economic interest seems to outdo the political interest behind the existence of a national news agency. The historical nostalgia on the emergence of a national news agency which is full of nationalism values will be eroded by the economic interest.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
D849
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cosmas Gatot Haryono
Abstrak :

Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam era globalisasi ini, media tidak lagi dilihat dan dikelola sebagai entitas bisnis special dengan tata kelola khusus. Sebaliknya, media diperlakukan layaknya entitas bisnis biasanya yang dikelola dengan menggunakan logika-logika industri pada umumnya. Maka tidak mengherankan bila tata kelola media tidak jauh dari tata kelola bisnis pada umumnya yang mengedepankan spirit khas kapitalisme dalam mengelola bisnis, yaitu pengeluaran biaya sedikit mungkin untuk mencapai laba sebesar mungkin. Dalam konteks produksi program siaran dunia media, hal itu kemudian diterjemahkan dengan penetapan share dan rating menjadi satu-satunya justifikasi dari kesuksesan sebuah program.

Akibatnya, pengelola media berupaya dengan berbagai cara untuk mencapai rating yang tinggi sehingga terjadilah komodifikasi pekerja. Para pekerja televisi dikondisikan untuk bekerja mati-matian tanpa pernah memperhatikan jam kerja dan hak-hak dasar mereka demi tercapainya rating yang tinggi. Dengan slogan profesionalisme dan tuntutan kerja, mereka sering bekerja dengan beban yang lebih, tapi dengan penghasilan yang pas-pasan. Banyak pekerja media yang dituntut multi tasking (mempunyai peran dan tanggungjawab yang lebih banyak) tetapi tidak digaji semestinya. Celakanya, sebagian besar pekerja media televisi menikmatinya dan terjebak dalam suatu kesadaran palsu yang membuai kehidupan mereka.

Penelitian merupakan penelitian kualitatif dengan paradigma kritis. Teori yang digunakan adalah teori ekonomi politik media yang dikembangkan oleh Vincent Mosco. Peneliti juga menggunakan teori strukturasi untuk melihat bagaimana agen dan struktur melakukan constraining dan enabling. Fokus penelitian ini adalah tentang komodifikasi pekerja media, dimana peneliti berusaha untuk menngungkap bagaimana komodifikasi pekerja media terjadi dalam produksi program siaran televisi dan bagaimana kesadaran palsu pekerja media berperanan besar dalam memperkokoh komodifikasi tersebut.

Hasil dari penelitian ini antara lain: komodifikasi pekerja televise di Indonesia muncul dalam bentuk eksploitasi pekerja yang telah dimulai sejak persetujuan kontrak kerja. Struktur eksploitatif ini kemudian diterima pekerja dan direproduksi dalam sistem kerja televise di Indonesia. Reproduksi struktur eksploitatif ini pada dasarnya merupakan perwujudan atau cermin dari “ketidakberdayaan” pekerja terhadap struktur eksploitatif yang ada. Ketidakberdayaan pekerja ini pada dasarnya merupakan sedimentasi dari keberulangan praktek sosial yang “salah” tetapi tidak dikritik atau dipertanyakan oleh agen. Para agen justru hidup dalam kesadaran palsu yang membelenggu sedari awal bekerja di industri televisi dan justru menikmatinya sebagai bentuk pencapaian hidup.


This Research demonstrate that in globalization era, the media no longer seen and managed as a special business entity with special management. On the contrary, the media is treated like an ordinary business entity that is managed with the logic of industry in general. Capitalist has penetrated into the world of media (including television) in Indonesia and ultimately leads to the fulfillment of the "economic interest" of capital owners, translated by rating placement as central to all broadcasting management. As aresult, media managers strive with various ways to achieve a high rating so that there is a labor commodification. Television labor are conditioned to work desperately without ever paying attention to their working hours and basic rights in order to achieve a high rating.

The focus of this study is on the commodification of television labor, where reseacher try to uncover how the commodification of labor occures in the production of television broadcasting program and how false cosnciousess plays a big role in strengthening this commodification. This research use Mosco's political economic of communication theory and structuration theory of Antony Giddens in critical paradigm.

The result of this study include: commodification of television labor in Indonesia appearing in the form of exploitation of labor which has been started since the approval of the employment contract. This exploitative structure then accepted and reproduced in Indonesian television work system. Reproduction of this exploitation structure is basically an embodiment or miror of the “helplessness” of worker against the existing exploitative structure. Basically, this ”helplessness of worker” is sedimentation of the repetition of “wrong” social practices, but not critized or questioned by workers as agents. As agents, television workers actually live in the false consciousness which shackles from the beginning of working in the televisison industry and even they observes it as a form of the achievement of life.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2018
D2547
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silma Fatima
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena pariwisata halal, yaitu pariwisata yang prinsipnya sesuai dengan ajaran Islam. Fenomena ini marak terjadi di dunia termasuk di Indonesia, yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Penelitian-penelitian sebelumnya menjelaskan fenomena pariwisata halal hadir dikarenakan tingginya kebutuhan masyarakat muslim khususnya kelas menengah muslim dan atas pada pariwisata berbasis halal dan peluang ekonomi yang dimanfaatkan oleh industry pariwisata halal. DKI Jakarta menjadi salah satu provinsi pilihan dari target tujuan destinasi pariwisata halal karena telah memiliki modal dan keunikan tersendiri dari provinsi lainnya. Berbeda dengan studi-studi sebelumnya, penelitian ini berargumen bahwa fenomena pariwisata halal terjadi di DKI Jakarta bukan hanya sekedar kebutuhan masyarakat muslim yang terus meningkat dan peluang ekonomi yang dimanfaatkan oleh para pelaku industri pariwisata halal, namun adanya komodifikasi dari budaya lebih lanjut yang dilakukan oleh para pelaku industri pariwisata halal. Para pelaku industry memanfaatkan budaya Islam melalui sektor industri pariwisata halal untuk mendapatkan keuntungan semaksimal-maksimalnya. Pada akhirnya mereproduksi budaya dan menciptakan pseudo-needs dari wisatawan halal serta membentuk identitas dan symbol status baru. Nilai, atribut, simbol, ide, dan objek dari Agama Islam diproses dan dibentuk sedemikian rupa menjadi sebuah komoditi dalam usaha bisnis melalui industri pariwisata halal. ...... The purpose of this research is to take a look at halal tourism phenomenon, a touristy consistent with Islamic teachings. This phenomenon is seen in many countries in the world, including Indonesia where majority of its people are Moslem. Previous research shows that halal tourism arise to meet Moslem people’s needs on halal experience options, especially middle and upper class people. Industry response well to this and grab this as an economic opportunity. DKI Jakarta has been one of the provinces selected as halal tourism destination because it has sufficient assets and its own uniqueness than other provinces. Different than previous studies, this research argues that halal tourism phenomenon in Jakarta is not only because to meet Moslems needs and as an economic opportunity for industry players, but also because there is a further cultural commodification by halal tourism industry players. Industry players benefits from Islamic culture through halal tourism industry sector to achieve maximum gain. In the end, cultural reproduction and pseudo-needs were created to form a new identity and status symbol. Values, attributes, symbol, ideas, and object from Islamic teachings were process and formed becoming a commodity in business through halal tourism industry
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shiva Noor Insani
Abstrak :
Penelitian ini berangkat dari fenomena tersebarnya poster seminar poligami yang mulai marak diperbincangkan di tengah masyarakat sejak 2017.  Analisis pada penelitian ini mencoba menggunakan fungsi tata bahasa gambar semiotika sosial di poster seminar “Mindset Sukses Poligami” yang diunggah pada akun @Robbanianfamily. Semiotika Sosial dugunakan sebagai metode untuk melihat bagaimana pembuat tanda (pengguna bahasa) menggunakan sumber-sumber semiotika yang tersedia untuk menyampaikan sesuatu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber semiotika yang dipakai dalam menarasikan poligami pada poster yang dianalis, lalu menjabarkan bentuk bentuk komiditi yang ada dalam seminar poligami, serta membongkar bentuk komodifikasi agama yang dilakukan oleh narator. Berdasarkan hasil analisis LSF dari tiga fungsi bahasa milik Halliday pada sampel, sosok laki-laki secara tekstual ditampilkan dengan gambar hitam putih, interpersonal menunjukkan posisi superior dimana ia berdiri dihadapan peserta pengikut seminar yang duduk terpaku mendengar penyampaian aktor. Hafidin sebagai aktor ideasional nya menarasikan agama yang dibawanya, dengan memakai pakaian bertuliskan “I AM WORLD CLASS MUSLIM”. Jelas bahwa latar belakang agama Islam dibawanya dalam seminar poligami tersebut. Terlihat Robbanian Family memperjual belikan berbagai produk/jasa untuk memperoleh keuntungan dalam seminar tersebut dan poster digunakan sebagai saluran iklan yang menawarkan seminar. ......This study covers the phenomenon of the polygamy seminar posters that is being talked about in our society since 2017. This research analysis tries to use the function of “grammar picture social semiotics” on the seminar poster of “Mindset Sukses Poligami” that was uploaded on the account @robbanianfamily.  Social semiotics is the method that is used to take a look at how sign maker (language user) uses semiotics sources to convey something. This research aims to find out semiotics sources used in narrating polygamy on the poster and to describe the forms of commodity in the polygamy seminar, and also to expose the forms of religious commodification conducted by the narrator. The result of the study based on the “LSF analysis of Halliday’s” or three language function on the sample, the male figure is textually displayed with black and white background images, interpersonal shows a superior position where he stands in front of the seminar participants who sit listening to him. Hafidin ideationally narrates the religion he brings, by wearing “I AM WORLD-CLSS MUSLIM” clothes. It is clear that the Islamic religious he brought in the polygamy seminar. It shows that Robbanian Family trades various kinds of products and services to gain profit off of the seminar and the posters were used as advertising channels offering seminars.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosi Meidina
Abstrak :
Upacara kematian merupakan sebuah ritual yang tidak dapat dihiraukan pelaksanaannya dalam setiap bangsa, termasuk Jepang. Sejak zaman Edo, upacara kematian di Jepang mengalami berbagai perkembangan Ide dari pembentukan perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan upacara kematian (sougisha 葬儀社 そうぎしゃ) muncul karena banyaknya permintaan untuk menyewa atribut dan mengatur perpindahan atau transportasi jenazah. Landasan teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu pengertian komodifikasi menurut Bagdikian. Pengertian komodifikasi tersebut menjadi acuan bagi penulis untuk menganalisis proses komodifikasi yang terjadi pada upacara kematian di Jepang. Keseluruhan proses penanganan jenazah pada masa sekarang dilakukan oleh pengusaha sougisha. Upacara kematian mengalami profesionalisasi dan formalisasi yang sehingga tekanan dari proses tersebut telah mengubahnya sebuah komoditas.
Funeral ceremony is a ritual which implementation cannot be ignored in every country, including Japan. Since the era of Edo, Japanese funeral ceremony has experienced many developments. The idea of creating Japanese funeral companies emerged because of there were high demands to rent the attributes of funeral ceremony and to arrange the transportation of the deceased. In this thesis, writer uses the definition of commodification stated by Bagdikian as the basic in analyzing the commodification process that Japanese funeral has experienced. The whole process of taking care of the deceased in recent years has been done by the Japanese funeral company. Japanese funeral has been changed by the profesionalization and formalization into a commodity.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13794
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>