Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yulianah
"COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.

COVID-19 is a respiratory tract infection caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). There is a population that high risk to infection with the SARS-CoV-2 virus, one of which is a comorbid disease that many COVID-19 patients experience, namely Congestive Heart Failure (CHF). Patients with comorbid CHF are more susceptible to infection with SARS-CoV-2 and may experience more severe clinical manifestations. It is thought to be related to the inflammatory process that increases the permeability of the pulmonary blood vessels. Some of the fluid from the blood vessels will be pushed out and into the alveoli. The volume of blood returns from the left ventricle and atrium to the pulmonary veins which then causes pulmonary oedema. Pulmonary oedema is one of the signs of hypervolemia, so it needs to be prevented through fluid management. In this case study, the author reports woman 54 years old with complaints of shortness of breath after activities. The patient said it was difficult to sleep due to shortness of breath at night and after coughing up phlegm, and there was oedema in both legs. The patient is confirmed positive for COVID-19 and has a history of CHF. after the intervention of fluid management for nine days of treatment, the patient experienced improvement, including an increase in oxygen saturation, complaints of shortness of breath and a reduced degree of oedema. This case study shows that fluid management is an effective intervention to treat the problem of hypervolemia in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianah
"COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.
COVID-19 merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). terdapat populasi yang rentan terinfeksi virus SARS-CoV-2 salah satunya adalah penyakit komorbid yang banyak dialami pasien COVID-19 yaitu Congestive Heart Failure (CHF). Pasien dengan komorbid CHF lebih rentan terinfeksi SARS-CoV-2 dan dapat mengalami manifestasi klinis yang lebih berat. Hal tersebut berhubungan dengan proses infalamasi yang meningkatkan permeabilitas pembuluh darah paru, sehingga sebagian cairan dari pembuluh darah akan terdorong keluar dan masuk ke dalam alveoli. Volume darah balik dari ventrikel dan atrium kiri ke vena pulmonal yang kemudian menyebabkan edema paru. Edema paru adalah salah satu tanda masalah hipervolemia sehingga perlu dicegah melalui manajemen cairan. Pada studi kasus ini penulis melaporkan kasus seorsnh perempuan berusia 54 tahun dengan keluhan sesak setelah beraktivitas, pasien mengatakan sulit tidur karena sesak di malam hari dan setelah batuk berdahak, serta terdapat edema di kedua kaki. Pasien terkonfirmasi positif COVID-19 dan memiliki riwayat CHF. setelah dilakukan intervensi manajemen cairan selama sembilan hari perawatan pasien mengalami perbaikan antara lain peningkatan saturasi oksigen, keluhan sesak yang sudah tidak dirasakan serta derajat edema yang berkurang. Studi kasus ini menunjukkan bahwa manajemen cairan merupakan intervensi yang efektif untuk mengatasi masalah hipervolemi pada pasien.

COVID-19 is a respiratory tract infection caused by the Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). There is a population that high risk to infection with the SARS-CoV-2 virus, one of which is a comorbid disease that many COVID-19 patients experience, namely Congestive Heart Failure (CHF). Patients with comorbid CHF are more susceptible to infection with SARS-CoV-2 and may experience more severe clinical manifestations. It is thought to be related to the inflammatory process that increases the permeability of the pulmonary blood vessels. Some of the fluid from the blood vessels will be pushed out and into the alveoli. The volume of blood returns from the left ventricle and atrium to the pulmonary veins which then causes pulmonary oedema. Pulmonary oedema is one of the signs of hypervolemia, so it needs to be prevented through fluid management. In this case study, the author reports woman 54 years old with complaints of shortness of breath after activities. The patient said it was difficult to sleep due to shortness of breath at night and after coughing up phlegm, and there was oedema in both legs. The patient is confirmed positive for COVID-19 and has a history of CHF. after the intervention of fluid management for nine days of treatment, the patient experienced improvement, including an increase in oxygen saturation, complaints of shortness of breath and a reduced degree of oedema. This case study shows that fluid management is an effective intervention to treat the problem of hypervolemia in patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kristian Ade Chandra
"Gagal Jantung Kongestif GJK merupakan salah satu penyakit yang dapat disebabkan oleh perilaku masyarakat yang beresiko tinggi bagi kesehatan seperti merokok, konsumsi alkohol, dan pola hidup sedentari. Dyspnea merupakan gejala khas yang ditemukan pada klien dengan CHF. Dyspnea menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dyspnea dapat muncul saat aktivitas atau pun saat istirahat. Intervensi positioning dan breathing exercise dapat dilakukan untuk mengatasi dyspnea dengan tujuan untuk mengurangi dyspnea dan agar kebutuhan oksigen terpenuhi. Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan melalui pendekatan Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan KKMP pada klien CHF dengan gejala dyspnea. Intervensi ini diterapkan pada klien selama 6 hari, klien diberikan edukasi untuk melakukannya tiga kali dalam satu hari dan pada saat dyspnea memberat. Tindakan breathing exercise dilakukan selama 5 menit dengan posisi semi fowler. Hasil evaluasi didapatkan adanya penurunan skor Modified Borg Scale dari 7 menjadi 2 pada akhir intervensi. Intervensi positioning dan breathing exercise sangat direkomendasikan untuk diterapkan di pelayanan keperawatan khususnya di ruang rawat inap sebagai tindakan mandiri yang dapat perawat lakukan.

Congestive Heart Failure CHF is one of diseases that can be caused by some risk factor such as smoking, alcohol abuse, and sedentary life style. Dyspnea in client with CHF which can diminish the ability of client in performing daily activities. Intervention of positioning and breathing exercise can be carried out to relieve dyspnea in order to meet oxygen needs. This paper aimed to describe nursing care through urban health nursing clinical practice approach on client CHF with symptoms of dyspnea. This intervention was applied on client for 6 days, client was informed well to do it three times a day and when dyspnea burden. Client undertake the breathing exercise for 5 minutes in semi fowler rsquo;s position. The evaluation results showed the decreased score of modified borg scale from 7 to 2 in the end of intervention. This intervention is highly recommended to be applied in nursing care, especially inpatient ward as an independent intervention. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Tsurayya
"Pemantauan terapi obat merupakan salah satu pelayanan farmasi klinis yang harus dilakukan oleh apoteker klinis di RSUD Cengkareng. Pada laporan tugas khusus ini dilakukan kegiatan pemantauan terapi obat pada pasien dengan diagnosis Congestive Heart Failure (CHF) yang disertai komorbid CKD dan CAD di Ruang Rawat Inap RSUD Cengkareng. Berdasarkan hasil pengamatan dan pemantaun yang dilakukan selama kegiatan PTO pada pasien CHF dengan komorbid CKD dan CAD dapat disimpulkan bahwa pemberian terapi obat pada pasien sudah cukup baik dan sesuai dengan literatur dan ketentuan pada peraturan yang berlaku. Rekomendasi yang diberikan yaitu pemberian obat untuk indikasi yang belum ada terapi, penggantian obat yang lebih efektif, dan pemberian alternatif obat yang lebih aman untuk pasien jantung, Tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu mengkomunikasikan kepada dokter penanggung jawab pasien (DPJP) terkait hasil identifikasi masalah terkait obat. Selain itu juga perlu dilakukan pemantauan pemantauan hasil laboratorium seperti kadar elektrolit dan fungsi ginjal, pemantauan efek samping dan interaksi obat lainnya.
Monitoring drug therapy is one of the clinical pharmacy services that must be carried out by clinical pharmacists at Cengkareng Regional Hospital. In this special assignment report, drug therapy monitoring activities were carried out in patients with a diagnosis of Congestive Heart Failure (CHF) accompanied by comorbid CKD and CAD in the Inpatient Room at Cengkareng Regional Hospital. Based on the results of observations and monitoring carried out during Monitoring drug therapy activities in CHF patients with comorbid CKD and CAD, it can be concluded that the administration of drug therapy to patients is quite good and in accordance with the literature and provisions in applicable regulations. The recommendations given are administering drugs for indications for which there is no therapy, replacing more effective drugs, and providing alternative drugs that are safer for heart patients. Follow-up that can be done is communicating to the doctor in charge of the patient regarding the results of identifying related problems. drug. Apart from that, it is also necessary to monitor laboratory results such as electrolyte levels and kidney function, monitor side effects and other drug interactions."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ridho Kunto Prabowo
"ABSTRAK
Kecemasan merupakan suatu masalah yang sering dialami oleh pasien Congestive Heart
Failure (CHF). Masalah ini dikaitkan dengan adanya tekanan psikologis dan masalah
fisik yang dihadapi oleh pasien Congestive Heart Failure (CHF) yang akan berdampak
pada penurunan Health-Related Quality of Live (HRQoL). Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pemberian terapi SEFT terhadap tingkat kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF). Desain yang digunakan adalah quasi eksperimen
dengan melibatkan 40 orang responden yang dipilih dengan menggunakan teknik
concecutive sampling yang dibagi menjadi dua kelompok. Hasil uji bivariat dengan
menggunakan uji parametrik yakni independent t test menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan penurunan kecemasan yang bermakna antara kelompok kontrol (p value
=0,0001). Disimpulkan bahwa terapi SEFT berpengaruh terhadap penurunan kecemasan
pada pasien Congestive Heart Failure (CHF). Hasil penelitian ini dapat
direkomendasikan untuk diterapkan sebagai upaya mengatasi kecemasan pada pasien
Congestive Heart Failure (CHF).

ABSTRACT
Anxiety is a problem that is often experienced by patients with Congestive Heart Failure
(CHF). This problem is attributed to the psychological pressure and physical problems
faced by those patients that will impact on the decrease on Health-Related Quality of
Live (HRQoL). This study aimed to determine the effect of SEFT therapy on anxiety
among patients with Congestive Heart Failure. A Quasi experiment design was used in
this study by involving 40 respondents which selected by using a consecutive sampling
technique and divided into two groups. The result of independent t-test showed that
there is a significant difference mean of anxiety between two groups (p value = 0.0001).
It was concluded that SEFT therapy has effect on anxiety reduction among patients with
Congestive Heart Failure (CHF). The results of this study can be recommended as an
intervention to overcome anxiety among patients with Congestive Heart Failure."
2018
T49271
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library